Anda di halaman 1dari 32

1.

PENDAHULUAN

2. TEORI DASAR
 Komponen – Komponen Utama Yang Harus Dimiliki Suatu Trafo
3∅
Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yaitu :
 Kumparan Primer dan sekunder Trafo

Trafo terdiri atas dua bagian yaitu bagian primer dan sekunder. Peran
kumparan primer adalah sebagai input. Sedangkan peran kumparan
sekunder adalah sebagai output.
 Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks, yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari
lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi
panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh “Eddy Current”.

Inti Besi Trafo


 Joke (dudukan)
Joke (dudukan) pada trafo berfungsi sebagai tempat diletakkannya
inti trafo dan juga kumparan trafo beserta beberapa komponen lainnya.
Dudukan ini terbuat dari bahan baja yang memiliki ketahanan yang baik
apabila terjadi gangguan dari luar.

Dudukan Trafo

 Komponen Pendingin Transformator terdiri dari :


 Minyak trafo
Sebagian besar trafo tenaga kumparan-kumparan dan intinya
direndam dalam minyak-trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang
berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media
pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya
tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin
dan isolasi.
Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Kekuatan isolasi tinggi
2. Penyalur panas yang baik berat jenis yang kecil, sehingga partikel-
partikel dalam meinyak dapat mengendap dengan cepat.
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik.
4. Titik nyala yang tinggi tidak mudah menguap yang dapat
membahayakan
5. Tidak merusak bahan isolasi padat
6. Sifat kimia yang stabil.

Sampel Minyak Trafo


 Pendingin Buatan
 Kipas/Sirip
Sebagai instalasi tenaga listrik yang dialiri arus maka trafo akan
terjadi panas yang sebanding dengan arus yang mengalir serta
temperatur udara disekeliling trafo tsb. Jika temperatur luar cukup
tinggi dan beban trafo juga tinggi maka trafo akan beroperasi dengan
temperatur yang tinggi pula. Untuk mengatasi hal tersebut trafo perlu
dilengkapi dengan sistim pendingin yang bisa memanfaatkan sifat
alamiah dari cairan pendingin dan dengan cara mensirkulasikan secara
teknis baik yang menggunakan sistem radiator.
Peralatan Pendingin pada Trafo

Kipas
Sirip

Pendingin Sirip dan Kipas


sirip-sirip yang tipis berisi minyak dan dibantu dengan hembusan
angin dari kipas-kipas sebagai pendingin yang dapat beroperasi secara
otomstis berdasar pada setting rele temperatur dan sirkulasi air yang
bersinggungan dengan pipa minyak isolasi panas. Dari sistem pendingin
tsb maka trafo dapat dibagi berdasarkan sistem pendingin.
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat
rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut
mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi
transformator, maka untuk mengurangi adanya kenaikan suhu yang
berlebihan tersebut

 Saluran Air Dingin


pada transformator perlu juga dilengkapi dengan sistem pendingin
yang menggunakan air dingin alami, dialirkam masuk ke dalam trafo
dengan menggunakan pipa (bahan peka terhadap panas) dan keluar dari
trafo berupa air yang suhunya cukup panas.
 Bushing
Bushing yang berfungsi sebagai isolator penghubung antara ujung
kawat saluran ke pangkal penghantar belitan/kumparan baik pada sisi
input maupun pada sisi output, guna menghindari arus yang dapat
menjalar di dinding tangki bagian luar.

Konstruksi Bushing

Bushing
Transformator

 Tangki dan
konsevator
Tangki
adalah berfungsi sebagai wadah penempatan beberapa komponen utama
dalam trafo.

Konservator adalah wadah penempatan Bucholz Relay, dimana


relay bekerja/trip ketika tekanan gas mencapai nilai maksimum yang
bersumber dari akibat naiknya tekanan gelembung gas diatas
permukaan minyak trafo.
Konservator

 Neutral Grounding Resistance (NGR)

Komponen yang dipasang antara titik neutral trafo dengan


pentanahan. Berfungsi untuk memperkecil arus gangguan yang terjadi.
Diperlukan proteksi yang praktis dan biasanya tidak terlalu mahal, karena
karakteristik relay dipengaruhi oleh sistem pentanahan neutral

 Tap Changer Trafo (Perubah Tegangan di sisi primer)


Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk
mendapatkan tegangan operasi di sisi sekunder yang nominal dengan
merubah tegangan di sisi primer (tap changer). Tap changer dapat
dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau dalam keadaan
tak berbeban (off load), dan tergantung jenisnya.

Konstruksi Tap Changer


 Alat pernapasan (Dehydrating Breather)
Sebagai tempat penampungan pemuaian minyak isolasi akibat
panas yang berlebihan yang menyebabkan timbulnya gelembung-
gelembung air.

Alat Pernafasan pada Trafo 3 Fasa

 Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu
adanya indikator yang dipasang pada transformator. Indikator tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Indikator suhu minyak
2. Indikator permukaan minyak
3. Indikator sistem pendingin
4. Indikator kedudukan tap, dan sebagainya.
- Thermometer / Temperature Gauge, alat ini berfungsi untuk
mengukur tingkat panas dari trafo, baik panasnya kumparan primer dan
sekunder juga minyak trafonya. Thermometer ini bekerja atas dasar air
raksa (mercuri/Hg) yang tersambung dengan tabung pemuaian dan
tersambung dengan jarum indicator derajat panas. Beberapa
thermometer dikombinasikan dengan panas dari resistor (khusus yang
tersambung dengan transformator arus, yang terpasang pada salah satu
fasa fasa tengah) dengan demikian penunjukan yang diperoleh adalah
relatif terhadap panas sebenarnya yang terjadi.
- Permukaan minyak / Level Gauge, alat ini berfungsi untuk penunjukan
tinggi permukaan minyak yang ada pada konservator. Ada beberapa
jenis penunjukan, seperti penunjukan lansung yaitu dengan cara
memasang gelas penduga pada salah satu sisi konservator sehingga
akan mudah mengetahui level minyak. Sedangkan jenis lain jika
konservator dirancang sedemikian rupa dengan melengkapi semacam
balon dari bahan elastis dan diisi dengan udara biasa dan dilengkapi
dengan alat pelindung seperti pada sistem pernapasan sehingga
pemuaian dan penyusutan minyak-udara yang masuk kedalam balon
dalam kondisi kering dan aman.
 Line Diagram Penggunaan Trafo mulai dari pembangkit hingga
konsumen

Gambar Line Diagram Sistem Distribusi

 TRAFO DAYA
Transformator daya adalah transformator yang terpasang pada
gardu induk yang berguna untuk menaikkan tegangan keluaran generator
hingga mencapai jaringan tegangan tinggi
Pembagian trafo daya berdasarkan ratingnya:
 Large power transformer >250 MVA
 Medium power transformer 30-250 MVA dengan tegangan >72,5 kV
digunakan sebagai trafo step-up.
 Small power transformer 4-30 MVA mampu melayani tegangan
maksimum 145 kV, digunakan sebagai trafo distribusi.

Small power transformer


Medium power
transformer

Large power transformer

 SWITCHYARD
Switchyard adalah sekumpulan peralatan yang digunakan untuk memutus
atau menghubungkan jaringan listrik.
Trafo Daya CB DS DS CB
G JTT

LA

Busbar 1

Busbar 2
Trafo Daya CB DS CB
G JTT

LA

Switchyard

Gambar Single Line Diagram Switchyard

Gambar Switchyard
 TRAFO GARDU INDUK
 Jaringan Tegangan Tinggi
Jaringan tegangan tinggi digunakan untuk mendistribusikan tenaga listrik
dari pada pusat pembangkit tenaga listrik ke konsumen diperkotaan. Jaringan
tegangan tinggi selalu dilengkapi dengan kawat pembumian untuk
menangkap dan membimikan muatan listrik penyebab terjadinya petir. Dalam
sistem distribusi tenaga listrik, tegangan tinggi digunakan pada penyaluran
tenaga listrik dari pusat pembangkit listrik ke stasiun distribusi.

 Gardu Induk

CB DS DS CB Trafo GI CB DS
JTT JTM
Busbar 2
Busbar 1

CB DS DS CB Trafo GI CB DS
JTT JTM

Gardu Induk

Gambar single line diagram gardu induk

Gardu Induk merupakan sub-sistem dari sistem penyaluran (transmisi)


tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran
(transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk
mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan
dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
Gardu induk berfungsi untuk mentransformasikan daya listrik:
1. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
2. Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
3. Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20
KV).
 Jaringan Tegangan Menengah
Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan
Menengah (JTM), yaitu berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah
(SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini
menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu
Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV.
Jenis-Jenis Gangguan JTM
Oleh karena letaknya yang tersebar diberbagai daerah maka saluran
distribusi jaringan tegangan menengah banyak mengalami gangguan-
gangguan baik yang disebabkan oleh alam maupun gangguan akibat dari
kesalahan lapangan.
- Hubung-singkat fasa ke fasa
Pada jaringan tegangan menengah biasa terjadi hubung singkat yang
disebabkan adanya sambaran petir, pohon tumbang dan gangguan alam
lainnya. Semua itu merupakan penyebab-penyebab kerusakan yang paling
sering terjadi. Hal tersebut mengakibatkan antar fasa bertemu dan
mengakibatkan over current yang cukup besar dan akan mencapai rating
arus CB, maka CB yang ada pada gardu induk terbuka secara otomatis.
- Hubung-singkat satu fasa maupun dua fasa ke tanah
Gangguan hubung-singkat baik itu satu fasa maupun dua fasa ke tanah
yang terjadi pada jaringan tegangan menengah, akan menyebabkan
tegangan peralihan yang besar yang disebabkan oleh busur listrik (arching
ground). Selain itu gangguan ini terjadi jika proses pentanahan tidak
bekerja secara optimal.
- Gangguan tegangan lebih
Pada gangguan tegangan lebih ini disebabkan oleh tegangan lebih
switching, tegangan lebih sambaran petir maupun tegangan lebih temporer.
Dengan gangguan- gangguan tersebut maengakibatkan jaringan setelahnya
tidak terlayani sebagaimana mestinya.

 TRAFO DISTRIBUSI
 Gardu Distribusi

JTM

LVF

FCO CB DS DS HVF DS JTR

Arrester

JTM

Gambar single line diagram gardu distribusi

Gardu distribusi adalah bagian dari peralatan listrik yang menerima daya
listrik dari jaringan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang
langsung disalurkan ke konsumen. Gardu distribusi terletang antara jaringan
distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Gardu distribusi
mendapat supply daya dari gardu induk melalui jaringan distribusi primer ,
dimana jaringan distribusi primer adalah 6 kv, 12 kv, 20 kV. Pada gardu
distribusi tegangan diubah menjadi tegangan rendah 220/380 Volt. Gardu
distribusi kadang–kadang juga disebut gardu trafo yaitu gardu yang di
dalamnya berisikan transformator yang saling menghubungkan
(interkoneksi) dua atau lebih jaringan yang memiliki tegangan berbeda.
Hubungan Kerja Antara JTM Dengan Gardu Distribusi
Telah diketahui hubungan kerja antara JTM dengan gardu distribusi
mempunyai keterkaitan yang sangat penting dalam hal pelanyaluran daya
listrik untuk kordinasi antara gardu distribusi dengan JTM harus memenuhi
standar operasional agar dapat bekerja secara optimal, dengan demikian
segala bentuk gangguan yang terjadi pada gardu distribusi agar diatasi secepat
mungkin agar penyaluran daya berjalan dengan baik.
Hubungan Kerja Gardu Distribusi Dengan JTR
Hubungan gardu distribusi dengan JTR , sama pentingnya dengan
hubungan gardu distribusi dengan JTM , Hbungan ini merupakan bagian
sistem jaringan distribusi daya, output dari gardu distribusi yang merupakan
tegangan rendah akan disalurkan langsung ke konsumen , jadi untuk
menyalurkan daya secara optimal dibutuhkan suatu kesimbangan hubungan
antara gardu distribusi dengan JTR. Telah diketahui bahwa pada JTR sangat
rawan terhadap gangguan baik yang diakibatkan oleh manusia maupun
keadaan alam. Gangguan-gangguan itu antara lain hubungan singkat yang
diakibatkan oleh pohon-pohon yang tumbang, beban tidak seimbang yang
diakibatkan oleh lepasnya beban secara tiba-tiba serta sambaran petir yang
mengenai JTR.
Gangguan–ganguan yang sering terjadi pada gardu distribusi

1. Gangguan internal pada Gardu Distribusi


 Hubung singkat (short circuit)
Gangguan ini terjadi akibat adanya arus yang melebihi arus nominal
yang didistribusikan dari transformator kekonsumen melalui jaringan
tegangan rendah. Dimana isolator dari belitan akan masuk/meleleh
dan mengakibatkan terjadi hubung singkat antara belitan.
 Kenaikan temperatur pada inti besi Transformator
Ketidakseimbangan pada setiap fasa menyebabkan kepincangan
terhadap beban yang dipikul oleh transformator, dengan demikian
transformator mengalamu kenaikkan suhu serta transformator akan
panas yang menyebabkan terjadinya pembentukkan gas. Untuk
mengatasi gangguan tersebut maka digunakan relai bucholz.
 Kebocoran dalam bejana/tangki minyak
Gangguan ini berhubungan kenaikan temperatur pada transformator.
Jika bagian yang berisikan minyak mengalami kebocoran, maka
kenaikan temperatur pada transformator tidak dapat diantisipasi.
2. Gangguan eksternal pada gardu distribusi
 Hubung singkat
Rusaknya isolasi pada sisi jaringan tegangan menengah akan
mengakibatkan terjadinya hubung singkat. Hal ini akan sangat
membahayakan bagi keutuhan transformator distribusi. Untuk
mengatasi gangguan ini dipasang cut out pada sisi input gardu
distribusi.
 Tegangan lebih akibat sambaran petir.
Gangguan ini diakibatkan oleh terjadinya tegangan yang meliebihi
tegangan nominal pada penghantar jaringan tegangan menengah. Hal
ini akan berdampak pada sisi primer transformator distribusi. Dimana
tegangan yang diterima oleh fasa akan melebihi tegangan niminal
transformator dan menyebabkan belitan akan terbakar atau putus,
untuk mengatasi gangguan ini digunakkan arrester yang mana
tegangan lebih itu akan langsung dihubungkan ke tanah.
 Beban lebih
Gangguan beban lebih umumnya disebabkan karena pemakaian
konsumen akan energi semakin meningkat. Dengan adanya gangguan
ini maka arus yang tersuplay dari transformator distribusi ke
konsumen akan berkurang khususnya pada malam hari. Untuk
mengatasinya maka trafo distribusi dioperasikan secara paralel dua
atau lebih trafo yang sisi sekundernya terhubung pada satu rel atau
satu fasa dengan jaringan tegangan rendah.
 Gangguan akibat turunnya beban secara tiba-tiba
Karena beban yang dilayani oleh transformator distribusi turun
dengan tiba-tiba, maka gangguan ini menyebabkan terjadinya arus
yang berlebihan pada jaringan tegangan rendah. Untuk mengatasinya
digunakan MCB.
 METODE PENGUKURAN DAYA
 Metode Tahanan Tinggi
W

Vs V Beban
~

Rangkaian pengukuran daya menggunakan metode tahanan tinggi


Pada metode tahanan tinggi, kumparan pada wattmeter memiliki tahanan
yang tinggi. Pada metode ini, voltmeter ditempatkan di dekat tegangan
sumber variabel dikarenakan nilai tegangan harus disetting terlebih dahulu
untuk mengetahui tegangan yang dibutuhkan untuk melewati tahanan
wattmeter. Sedangkan amperemeter dipasang di belakang berfungsi untuk
membaca arus yang melewati tahanan tinggi, apabila penunjukan jarum pada
amperemeter telah bergerak maka dapat dikatakan bahwa tegangan yang di
setting telah menembus tahanan tinggi pada kumparan wattmeter. Metode ini
digunakan pada jaringan yang melayani beban yang tinggi seperti Jaringan
Tegangan Tinggi (JTT) dan Jaringan Tegangan Menengah (JTM).

W
Metode

Vs V Beban
~

Tahanan Rendah

Rangkaian pengukuran daya menggunakan metode tahanan rendah


Pada Metode tahanan rendah, kumparan pada wattmeter memiliki
tahanan yang rendah. Pada metode ini, amperemeter ditempatkan di dekat
tegangan sumber variabel yang berfungsi untuk mengukur arus yang akan
melewati tahanan wattmeter. Sedangkan pemasangan voltmeter pada sisi
output berfungsi mengukur tegangan setelah melewati wattmeter. Metode
ini digunakan pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR).
3. DIAGRAM RANGKAIAN

Beban

Z1 Z5
Trafo Gardu Trafo
JTM
Induk Distribusi
Z2 Z6 Z8
W1 A1 A1
R

Z4 Z9 Z12
V1
Z11
V2
S

~ T
Z3 Z7 Z10

Rangkaian Trafo DIstribusi dari Gardu Induk ke Beban

4. LANGKAH PERCOBAAN
1. Sumber tegangan AC dari saluran transmisi ditransformasikan di gardu
induk (GI).
2. Daya dari GI selanjutnya disalurkan melalui JTM menuju trafo distribusi.
3. Mengukur arus, tegangan dan daya pada sisi primer pada trafo distribusi.
4. Mengukur tegangan, arus dan daya pada sisi sekunder trafo distribusi.
5. Menyederhanakan rangkaian beban total untuk mendapatkan impedansi
total (Ztotal).
6. Menghitung Cos ⱷ pada beban (Ztotal).

Z1 Z5

Z2 Z6 Z8
A A

Z4 Z9 Z12
W V Z11
V
Vs ~
Z3 Z7 Z10

5. ANALISIS DATA

Misalkan :

Z1 = 10 k Z7 = 2 k
Z2 = 5 k Z8 = 4 k
Z3 = 2 k Z9 = 6 k
Z4 = 3 k Z10 = 5 k
Z5 = 5 kΩ Z11 = 4 k
Z6 = 10 k Z12 = 2 k
Langkah 1 : Paralelkan Z1 dan Z2 menjadi ZA

Z 1 x Z2
ZA=
Z 1+ Z 2

10 x 5
ZA=
10+5

Z A =3,33 k

Langkah 2 : Paralelkan Z3, Z7, dan Z10 menjadi ZB

1 1 1 1
= + +
Z B Z 3 Z 7 Z 10

1 1 1 1
= + +
ZB 2 2 5

1 5+5+2
=
ZB 10

1 12
=
Z B 10

Z B=0,83 k
Z5

ZA Z6 Z8
A A

Z4 Z9 Z12
W
Vs V V
~ Z11
ZB

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 1 dan 2

Langkah 3: Z6, Z8, dan Z9 diubah dari Wye ke Delta menjadi ZC, ZD, dan ZE

Z 6 . Z 8 + Z 6 . Z 9+ Z 8 . Z 9
ZC =
Z8

10 x 4+ 10 x 6+ 4 x 6
ZC =
4

124
ZC = =31 k
4

Z 6 . Z8 + Z 6 . Z 9 + Z 8 . Z 9
ZD=
Z9

10 x 4+10 x 6+4 x 6
ZD=
6

124
ZD= =20,67 k
6

Z 6 . Z8 + Z 6 . Z 9 + Z 8 . Z 9
ZE=
Z6
10 x 4+10 x 6+4 x 6
ZE=
10

124
ZE= =12,4 k
10
Z5

ZA Z6 Z8
A A

Z4 Z9 Z12
W
Vs V V
~ Z11
ZB

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 3

Langkah 4 : Paralelkan Z5 dan ZD menjadi ZF

Z5 x Z D
ZF=
Z5+ ZD

5 x 20,67
ZF=
5+20,67

Z F =4,03 k

Langkah 5 : Paralelkan Z4 dan Zc menjadi ZG

Z4 x ZC
ZG =
Z 4 + ZC

3 x 31
ZG =
3+31

ZG =2,74 k
Za Zf
A A

Zg Ze Z12
W
V V
Vs ~ Z11
Zb

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 4 dan 5

Langkah 6 : ZE, Z11, dan Z12 diubah dari Delta ke Wye menjadi ZH, ZI, ZJ

Z E x Z11
ZH=
Z E + Z11 + Z 12

12,4 x 4
ZH=
12,4+ 4+2

49,6
ZH= =2,7 k
18,4

Z E x Z 12
Z I=
Z E + Z 11 +Z 12

12,4 x 2
Z I=
12,4+ 4+2

24,8
Z I= =1,35 kΩ
18,4

Z 11 x Z12
Z J=
Z E + Z11 + Z 12

4 x2
Z J=
12,4+ 4+2

8
Z J= =0,43 k
18,4
Za Zf
A A

Zg Zi
W
Vs V V
~ Z11
Zb

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 6

Langkah 7 : Serikan ZF dan ZI menjadi ZK

Z K =Z F + Z I

Z K =4,03+1,35

Z K =5,38k

Langkah 8 : ZG, ZB, dan ZH diubah dari Wye (Y) ke Delta (∆) (ZL, ZM, ZN)

Z G x Z B +Z G x Z H + Z B x Z H
Z L=
ZH

2,74 x 0,83+2,74 x 2,7+0,83 x 2,7


Z L=
2,7

11,91
Z L=
2,7

Z L =4,41 kΩ

Z G x Z B + ZG x Z H + Z B x Z H
Z m=
ZB

2,74 x 0,83+2,74 x 2,7+0,83 x 2,7


Z m=
0,83

11,91
Z m=
0,83
Z m=14,35 kΩ

Z G x Z B +Z G x Z H + Z B x Z H
ZN =
ZG

2,74 x 0,83+2,74 x 2,7+0,83 x 2,7


ZN =
2,74

11,91
ZN =
2,74

Z N =4,35 k Ω

A A
ZM

ZL
W
V V
Vs ~ ZN

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 7 dan 8

Langkah 9 : Paralelkan Zk dan Zm (Z0)

ZK x Z M
Z 0=
Z K + ZM

5,38 x 14,35
Z 0=
5,38+14,35

Z 0=3,91 kΩ
Za
A A
Zo

Zl
W
V V
Vs ~ Zj
Zn

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 9

Langkah 10 : ZL , Z0 , ZN diubah dari Delta (∆) ke Wye (Y) (Zp , ZQ , ZR)

ZL x ZO
Z P=
Z L + Z O +Z N

4,41 x 3,91
Z P=
4,41+3,91+ 4,35

Z P=1,36 kΩ

ZO x Zn
ZQ =
Z L + ZO + Z N

3,91 x 4,35
ZQ =
4,41+3,91+4,35

ZQ =1,34 kΩ

ZL x Zn
Z R=
Z L+ Z O + Z N

4,41 x 4,35
Z R=
4,41+ 3,91+ 4,35

Z R=1,51kΩ
Za
A A
Zp

W
V V Zq
~ Zj
Zr

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 10

Langkah 11 : serikan ZA dengan ZP (ZS)

Z S=Z A + Z P

Z S=3,33+1,36

Z S=4,69 kΩ

Langkah 12 : serikan ZQ dengan ZJ (ZT)

ZT =Z Q +Z J

ZT =1,34+ 0,43

ZT =1,77 kΩ

Zs Zt
A A

W
V V Zr
~

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 11 dan 12


Langkah 13 : peralelkan ZR dan ZT (ZU)

ZR x ZT
ZU =
Z R + ZT

1,51 x 1,71
ZU =
1,51+1,71

ZU =0,81 kΩ

Zs
A A

W
V V Zu
~

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 13

Langkah 14 : serikan ZS dan ZU (ZV)

Ztot =Z V =Z S + Z U

Ztot =4,69+0,81

Ztot =5,5 kΩ

A A

W
V V Zv
~

Penyederhanaan Rangkaian Langkah 14


 Perhitungan Cos φ
diasumsikan nilai L=12x10-3 kH dan nilai C=12x10-3 kF
1
X c=
2 πfC
1 Z
X c=
2 π x 50 x 1,2 x 10−3
JX
X c =2,65 kΩ
φ

R
X L =2 π f L
X L =2 π x 50 x 21 x 10−3
X L =6,6 kΩ

R2=Z 2−JX 2

R=√ Z 2−( X L − X C )2

R=√5,5 2−(6,6−2,65)2

R=√ 30,25−15,6

R=3,83 kΩ

R
cos φ=
Z

3,83
cos φ=
5,5

cos φ=0,696

φ=45 °

Perhitungan Cos φ apabila diketahui tegangan, arus, dan penunjukan daya


pada wattmeter di sisi sekunder

S
Asumsikan : P = 700 KW
Q
V = 220 V
φ

P
I = 4250 A
P
cos φ=
S

700 KW
cos φ=
220 V . 4250 A

cos φ=0,75

φ=41,4 °
6. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Transformator berperan mengubah besaran tegangan dan arus pada jaringan
tenaga listrik.

2. Beban yang dilayani trafo ada 3 yaitu, bersifat resistif, induktif dan kapasitif.

3. Gangguan yang sering terjadi pada transformator antara lain : hubung singkat,
over current, over load, gangguan busur api, gangguan hubung tanah, dan
kendornya baut.

4. Daya yang ditransformasikan trafo tidak sama antara daya pada sisi primer dan
sisi sekunder karena terdapat rugi-rugi daya akibat hilangnya arus dalam
kumparan yang diserap menjadi panas.

5. Cara menyederhakan rangkaian impedansi beban dengan menggunakan metode


Y-∆, ∆-Y, dan juga metode seri paralel.

5. Dari hasil perhitungan cos ꝋ, factor terbesar yang mempengaruhi cos ꝋ adalah
beban yang bersifat induktif . Karena beban induktif berupa kumparan yang
apabila dialiri arus maka akan menjadi panas.

Anda mungkin juga menyukai