PENDAHULUAN
2. TEORI DASAR
Komponen – Komponen Utama Yang Harus Dimiliki Suatu Trafo
3∅
Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yaitu :
Kumparan Primer dan sekunder Trafo
Trafo terdiri atas dua bagian yaitu bagian primer dan sekunder. Peran
kumparan primer adalah sebagai input. Sedangkan peran kumparan
sekunder adalah sebagai output.
Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks, yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari
lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi
panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh “Eddy Current”.
Dudukan Trafo
Kipas
Sirip
Konstruksi Bushing
Bushing
Transformator
Tangki dan
konsevator
Tangki
adalah berfungsi sebagai wadah penempatan beberapa komponen utama
dalam trafo.
Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu
adanya indikator yang dipasang pada transformator. Indikator tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Indikator suhu minyak
2. Indikator permukaan minyak
3. Indikator sistem pendingin
4. Indikator kedudukan tap, dan sebagainya.
- Thermometer / Temperature Gauge, alat ini berfungsi untuk
mengukur tingkat panas dari trafo, baik panasnya kumparan primer dan
sekunder juga minyak trafonya. Thermometer ini bekerja atas dasar air
raksa (mercuri/Hg) yang tersambung dengan tabung pemuaian dan
tersambung dengan jarum indicator derajat panas. Beberapa
thermometer dikombinasikan dengan panas dari resistor (khusus yang
tersambung dengan transformator arus, yang terpasang pada salah satu
fasa fasa tengah) dengan demikian penunjukan yang diperoleh adalah
relatif terhadap panas sebenarnya yang terjadi.
- Permukaan minyak / Level Gauge, alat ini berfungsi untuk penunjukan
tinggi permukaan minyak yang ada pada konservator. Ada beberapa
jenis penunjukan, seperti penunjukan lansung yaitu dengan cara
memasang gelas penduga pada salah satu sisi konservator sehingga
akan mudah mengetahui level minyak. Sedangkan jenis lain jika
konservator dirancang sedemikian rupa dengan melengkapi semacam
balon dari bahan elastis dan diisi dengan udara biasa dan dilengkapi
dengan alat pelindung seperti pada sistem pernapasan sehingga
pemuaian dan penyusutan minyak-udara yang masuk kedalam balon
dalam kondisi kering dan aman.
Line Diagram Penggunaan Trafo mulai dari pembangkit hingga
konsumen
TRAFO DAYA
Transformator daya adalah transformator yang terpasang pada
gardu induk yang berguna untuk menaikkan tegangan keluaran generator
hingga mencapai jaringan tegangan tinggi
Pembagian trafo daya berdasarkan ratingnya:
Large power transformer >250 MVA
Medium power transformer 30-250 MVA dengan tegangan >72,5 kV
digunakan sebagai trafo step-up.
Small power transformer 4-30 MVA mampu melayani tegangan
maksimum 145 kV, digunakan sebagai trafo distribusi.
SWITCHYARD
Switchyard adalah sekumpulan peralatan yang digunakan untuk memutus
atau menghubungkan jaringan listrik.
Trafo Daya CB DS DS CB
G JTT
LA
Busbar 1
Busbar 2
Trafo Daya CB DS CB
G JTT
LA
Switchyard
Gambar Switchyard
TRAFO GARDU INDUK
Jaringan Tegangan Tinggi
Jaringan tegangan tinggi digunakan untuk mendistribusikan tenaga listrik
dari pada pusat pembangkit tenaga listrik ke konsumen diperkotaan. Jaringan
tegangan tinggi selalu dilengkapi dengan kawat pembumian untuk
menangkap dan membimikan muatan listrik penyebab terjadinya petir. Dalam
sistem distribusi tenaga listrik, tegangan tinggi digunakan pada penyaluran
tenaga listrik dari pusat pembangkit listrik ke stasiun distribusi.
Gardu Induk
CB DS DS CB Trafo GI CB DS
JTT JTM
Busbar 2
Busbar 1
CB DS DS CB Trafo GI CB DS
JTT JTM
Gardu Induk
TRAFO DISTRIBUSI
Gardu Distribusi
JTM
LVF
Arrester
JTM
Gardu distribusi adalah bagian dari peralatan listrik yang menerima daya
listrik dari jaringan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang
langsung disalurkan ke konsumen. Gardu distribusi terletang antara jaringan
distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Gardu distribusi
mendapat supply daya dari gardu induk melalui jaringan distribusi primer ,
dimana jaringan distribusi primer adalah 6 kv, 12 kv, 20 kV. Pada gardu
distribusi tegangan diubah menjadi tegangan rendah 220/380 Volt. Gardu
distribusi kadang–kadang juga disebut gardu trafo yaitu gardu yang di
dalamnya berisikan transformator yang saling menghubungkan
(interkoneksi) dua atau lebih jaringan yang memiliki tegangan berbeda.
Hubungan Kerja Antara JTM Dengan Gardu Distribusi
Telah diketahui hubungan kerja antara JTM dengan gardu distribusi
mempunyai keterkaitan yang sangat penting dalam hal pelanyaluran daya
listrik untuk kordinasi antara gardu distribusi dengan JTM harus memenuhi
standar operasional agar dapat bekerja secara optimal, dengan demikian
segala bentuk gangguan yang terjadi pada gardu distribusi agar diatasi secepat
mungkin agar penyaluran daya berjalan dengan baik.
Hubungan Kerja Gardu Distribusi Dengan JTR
Hubungan gardu distribusi dengan JTR , sama pentingnya dengan
hubungan gardu distribusi dengan JTM , Hbungan ini merupakan bagian
sistem jaringan distribusi daya, output dari gardu distribusi yang merupakan
tegangan rendah akan disalurkan langsung ke konsumen , jadi untuk
menyalurkan daya secara optimal dibutuhkan suatu kesimbangan hubungan
antara gardu distribusi dengan JTR. Telah diketahui bahwa pada JTR sangat
rawan terhadap gangguan baik yang diakibatkan oleh manusia maupun
keadaan alam. Gangguan-gangguan itu antara lain hubungan singkat yang
diakibatkan oleh pohon-pohon yang tumbang, beban tidak seimbang yang
diakibatkan oleh lepasnya beban secara tiba-tiba serta sambaran petir yang
mengenai JTR.
Gangguan–ganguan yang sering terjadi pada gardu distribusi
Vs V Beban
~
Vs V Beban
~
Tahanan Rendah
Beban
Z1 Z5
Trafo Gardu Trafo
JTM
Induk Distribusi
Z2 Z6 Z8
W1 A1 A1
R
Z4 Z9 Z12
V1
Z11
V2
S
~ T
Z3 Z7 Z10
4. LANGKAH PERCOBAAN
1. Sumber tegangan AC dari saluran transmisi ditransformasikan di gardu
induk (GI).
2. Daya dari GI selanjutnya disalurkan melalui JTM menuju trafo distribusi.
3. Mengukur arus, tegangan dan daya pada sisi primer pada trafo distribusi.
4. Mengukur tegangan, arus dan daya pada sisi sekunder trafo distribusi.
5. Menyederhanakan rangkaian beban total untuk mendapatkan impedansi
total (Ztotal).
6. Menghitung Cos ⱷ pada beban (Ztotal).
Z1 Z5
Z2 Z6 Z8
A A
Z4 Z9 Z12
W V Z11
V
Vs ~
Z3 Z7 Z10
5. ANALISIS DATA
Misalkan :
Z1 = 10 k Z7 = 2 k
Z2 = 5 k Z8 = 4 k
Z3 = 2 k Z9 = 6 k
Z4 = 3 k Z10 = 5 k
Z5 = 5 kΩ Z11 = 4 k
Z6 = 10 k Z12 = 2 k
Langkah 1 : Paralelkan Z1 dan Z2 menjadi ZA
Z 1 x Z2
ZA=
Z 1+ Z 2
10 x 5
ZA=
10+5
Z A =3,33 k
1 1 1 1
= + +
Z B Z 3 Z 7 Z 10
1 1 1 1
= + +
ZB 2 2 5
1 5+5+2
=
ZB 10
1 12
=
Z B 10
Z B=0,83 k
Z5
ZA Z6 Z8
A A
Z4 Z9 Z12
W
Vs V V
~ Z11
ZB
Langkah 3: Z6, Z8, dan Z9 diubah dari Wye ke Delta menjadi ZC, ZD, dan ZE
Z 6 . Z 8 + Z 6 . Z 9+ Z 8 . Z 9
ZC =
Z8
10 x 4+ 10 x 6+ 4 x 6
ZC =
4
124
ZC = =31 k
4
Z 6 . Z8 + Z 6 . Z 9 + Z 8 . Z 9
ZD=
Z9
10 x 4+10 x 6+4 x 6
ZD=
6
124
ZD= =20,67 k
6
Z 6 . Z8 + Z 6 . Z 9 + Z 8 . Z 9
ZE=
Z6
10 x 4+10 x 6+4 x 6
ZE=
10
124
ZE= =12,4 k
10
Z5
ZA Z6 Z8
A A
Z4 Z9 Z12
W
Vs V V
~ Z11
ZB
Z5 x Z D
ZF=
Z5+ ZD
5 x 20,67
ZF=
5+20,67
Z F =4,03 k
Z4 x ZC
ZG =
Z 4 + ZC
3 x 31
ZG =
3+31
ZG =2,74 k
Za Zf
A A
Zg Ze Z12
W
V V
Vs ~ Z11
Zb
Langkah 6 : ZE, Z11, dan Z12 diubah dari Delta ke Wye menjadi ZH, ZI, ZJ
Z E x Z11
ZH=
Z E + Z11 + Z 12
12,4 x 4
ZH=
12,4+ 4+2
49,6
ZH= =2,7 k
18,4
Z E x Z 12
Z I=
Z E + Z 11 +Z 12
12,4 x 2
Z I=
12,4+ 4+2
24,8
Z I= =1,35 kΩ
18,4
Z 11 x Z12
Z J=
Z E + Z11 + Z 12
4 x2
Z J=
12,4+ 4+2
8
Z J= =0,43 k
18,4
Za Zf
A A
Zg Zi
W
Vs V V
~ Z11
Zb
Z K =Z F + Z I
Z K =4,03+1,35
Z K =5,38k
Langkah 8 : ZG, ZB, dan ZH diubah dari Wye (Y) ke Delta (∆) (ZL, ZM, ZN)
Z G x Z B +Z G x Z H + Z B x Z H
Z L=
ZH
11,91
Z L=
2,7
Z L =4,41 kΩ
Z G x Z B + ZG x Z H + Z B x Z H
Z m=
ZB
11,91
Z m=
0,83
Z m=14,35 kΩ
Z G x Z B +Z G x Z H + Z B x Z H
ZN =
ZG
11,91
ZN =
2,74
Z N =4,35 k Ω
A A
ZM
ZL
W
V V
Vs ~ ZN
ZK x Z M
Z 0=
Z K + ZM
5,38 x 14,35
Z 0=
5,38+14,35
Z 0=3,91 kΩ
Za
A A
Zo
Zl
W
V V
Vs ~ Zj
Zn
ZL x ZO
Z P=
Z L + Z O +Z N
4,41 x 3,91
Z P=
4,41+3,91+ 4,35
Z P=1,36 kΩ
ZO x Zn
ZQ =
Z L + ZO + Z N
3,91 x 4,35
ZQ =
4,41+3,91+4,35
ZQ =1,34 kΩ
ZL x Zn
Z R=
Z L+ Z O + Z N
4,41 x 4,35
Z R=
4,41+ 3,91+ 4,35
Z R=1,51kΩ
Za
A A
Zp
W
V V Zq
~ Zj
Zr
Z S=Z A + Z P
Z S=3,33+1,36
Z S=4,69 kΩ
ZT =Z Q +Z J
ZT =1,34+ 0,43
ZT =1,77 kΩ
Zs Zt
A A
W
V V Zr
~
ZR x ZT
ZU =
Z R + ZT
1,51 x 1,71
ZU =
1,51+1,71
ZU =0,81 kΩ
Zs
A A
W
V V Zu
~
Ztot =Z V =Z S + Z U
Ztot =4,69+0,81
Ztot =5,5 kΩ
A A
W
V V Zv
~
R
X L =2 π f L
X L =2 π x 50 x 21 x 10−3
X L =6,6 kΩ
R2=Z 2−JX 2
R=√ Z 2−( X L − X C )2
R=√5,5 2−(6,6−2,65)2
R=√ 30,25−15,6
R=3,83 kΩ
R
cos φ=
Z
3,83
cos φ=
5,5
cos φ=0,696
φ=45 °
S
Asumsikan : P = 700 KW
Q
V = 220 V
φ
P
I = 4250 A
P
cos φ=
S
700 KW
cos φ=
220 V . 4250 A
cos φ=0,75
φ=41,4 °
6. KESIMPULAN
2. Beban yang dilayani trafo ada 3 yaitu, bersifat resistif, induktif dan kapasitif.
3. Gangguan yang sering terjadi pada transformator antara lain : hubung singkat,
over current, over load, gangguan busur api, gangguan hubung tanah, dan
kendornya baut.
4. Daya yang ditransformasikan trafo tidak sama antara daya pada sisi primer dan
sisi sekunder karena terdapat rugi-rugi daya akibat hilangnya arus dalam
kumparan yang diserap menjadi panas.
5. Dari hasil perhitungan cos ꝋ, factor terbesar yang mempengaruhi cos ꝋ adalah
beban yang bersifat induktif . Karena beban induktif berupa kumparan yang
apabila dialiri arus maka akan menjadi panas.