MODUL I
PRAKTIKUM
PENGUKURAN SISTEM TENAGA
MARTINES MINARWATY
NIM : 2250017036
2023
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
MODUL PRAKTIKUM
DISUSUN OLEH:
5. Theresia Oktaviani p
6. Farhan Ramdahan
7. Bayu Ramdani
ii
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah supaya mahasiswa memiliki kemampuan dalam:
1. Mengukur polaritas transformator.
2. Mengukur rugi-rugi transformator.
3. Mengetahui rasio transformator
1
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
𝑉𝑠 𝑁𝑠
Keterangan : Np = Jumlah lilitan primer
Ns = Jumlah lilitan skunder
3. Minyak trafo
Sebagian besar trafo daya, kumparankumparan dan intinya direndam dalam minyak
trafo, terutama trafo-trafo daya berkapasitas besar, karena minyak trafo
2
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
mempunyai sifat sebagai media pemindah panas dan sebagai isolasi (daya tegangan
tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagi media pendingin dan isolasi.
4. Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing, yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekali berfungsi sebagai
penyekat antara konduktor dengan tangki trafo.
8. Pendingin trafo
Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas tegangan
jaringan, rugi-rugi pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu
3
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada trafo. Oleh
karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan. Minyak isolasi trafo selain
merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai pendingin. Pada saat minyak
bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh minyak sesuai jalur
sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip – sirip radiator. Adapun proses
pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna
meningkatkan efisiensi pendinginan.
B. Perlatan bantu
1. Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besidan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang
berlebihan, akan merusak isolasi (di dalam transformator). Maka untuk mengurangi
kenaikan suhu transformator yang berlebihan maka perlu dilengkapi dengan alat/
sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator.
2. Tap changer
Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan jaringan atau
primer yang berubah-ubah.
4
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
3. Dehydrating Breather
Karena adanya pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara
luar, maka suhu minyak akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut.Bila suhu
minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak
keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut
maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut
pernapasan transformator. Akibat pernapasan transformator tersebut maka
permukaan minyak akan selalu bersinggungan dengan udara luar. Udara luar yang
lembab akan menurunkan nilai tegangan tembus minyak transformator, maka untuk
mencegah hal tersebut, pada ujungpipa penghubung udara luar dilengkapi dengan
alat pernapasan, berupa tabungberisi kristal zat hygroskopis.
4. Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya indikator
pada transformator sebagai berikut : [1]
- Indikator suhu dan permukaan minyak
- Indikator sistem pendingin
- Indikator kedudukan tap
C. Peralatan proteksi
1. Rele Bucholz
Pada saat trafo mengalami gangguan internal yang berdampak kepada suhu yang
sangat tinggi dan pergerakan mekanis di dalam trafo, maka akan timbul tekanan
aliran minyak yang besar dan pembentukan gelembung gas yang mudah terbakar.
Tekanan atau gelembung gas tersebut akan naik ke konservator melalui pipa
penghubung dan rele bucholz. Tekanan minyakmaupun gelembung gas ini akan
dideteksi oleh rele bucholz sebagai indikasi telah terjadinya gangguan internal.
5
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
2. Relay Jansen
Sama halnya seperti rele Bucholz yang memanfaatkan tekanan minyak dan gasyang
terbentuk sebagai indikasi adanya ketidaknormalan atau gangguan, hanyasaja rele
ini digunakan untuk memproteksi kompartemen OLTC. Rele ini jugadipasang pada
pipa saluran yang menghubungkan kompartemen OLTC dengankonservator.
6
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
2.3 Polaritas
Pada rangkaian yang ditunjukan di bawah ini, jika transformator mempunyai
polaritas yang bersifat melawan (substractive polarity), V3 akan menunjukan
perbedaan antara V1 dan V2, dimana V3 = V1-V2. Jika memiliki polaritas yang
memperkuat (additive polarity), V3 akan menunjukan jumlah dari kedua
7
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
8
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
𝐸1 𝑁1
= =𝑎 (2.2)
𝐸2 𝑁2
Dengan a adalah rasio lilitan.
Jika tegangan terminal primer dan sekunder diasumsikan sebagai V1 dan V2 yaitu
tegangan tanpa beban, maka hubungan tersebut ditunjukkan sebagai berikut :
𝑉1 𝐸1
= =𝑎 (2.3)
𝑉2 𝐸2
Pada saat transformator dibebani, rasio transformasi dan rasio arus transformasi
adalah:
𝑉1 𝑉1 1 (2.4)
=𝑎 =
𝑉1 𝑉2 𝑎
9
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
2.6 Effisiensi
Effisiensi transformator didefinisikan sebagai berikut:
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝑁= 𝑥100%
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (2.4)
Tetapi, rasio output/input pada kondisi beban nyata tidak bisa diambil sebagai
effisiensi transformator. Pada umumnya perhitungan effisiensi didasarkan pada
daya output dan rugi-rugi sebagai berikut:
Rugi-rugi yang terjadi pada transformator terdiri atas rugi-rugi tembaga padabelitan
primer dan sekunder, rugi besi pada inti dan rugi buta (stray loss) karena perubahan
beban. Jika beban tidak terhubung dan pada saat sisi sekunder dihubung-singkatkan,
hampir seluruh daya primer menunjukan rugi besi. Maka rugi-rugi dapat diukur
dengan pengujian rangkaian terbuka dan pengujian hubung singkat.
10
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
Rasio
Polaritas
V V1 V2 V3 Transformator
(additive/substractive)
V1/V2
50
70
90
110
11
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
Iron Loss
Pin
V V1 V2 I1 Pin
(Watt)
(Watt)
50
70
90
110
12
PRAKTIKUM PENGUKURAN SISTEM TENAGA
100 W
200 W
300 W
400 W
13