Anda di halaman 1dari 65

TRANSFORMATOR TENAGA

FUNGSI DAN PRINSIP KERJA TRAFO TENAGA


1

Teori Dasar

Hukum utama dalam transformator adalah hukum induksi faraday.


Menurut hukum ini suatu gaya listrik melalui garis lengkung yang
tertutup, adalah berbanding lurus dengan perubahan persatuan waktu
dari pada arus induksi atau flux yang dilingkari oleh garis lengkung itu
(Lihat Gambar 5-1 dan Gambar 5-2).

Gambar 5-1. Arus magnetisasi

Gambar 5-2. Arus magnetisasi secara

secara grafis tanpa

grafis dengan memperhitungkan rugi-

memperhitungkan rugi-rugi besi.

rugi besi.

Selain hukum Faraday, transformator menggunakan hukum Lorenz atau


lebih
dikenal dengan kaidah tangan kanan seperti terlihat pada Gambar 5-3

berikut ini:
Gambar 5-3. Hukum Lorenz

Dasar dari teori transformator adalah sebagai berikut :


Arus listrik bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti
besi itu akan berubah menjadi magnet (seperti Gambar 5-4 dan Gambar 5-5)
dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua
ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan.

Gambar

5-4.

Suatu

arus

listrik Gambar 5-5.


Suatu
mengelilingi inti besi maka besi itu mengelilingi magnet maka
menjadi magnet.

lilitan
akan

timbul gaya gerak listrik (GGL)

Dari prinsip tersebut di atas dibuat suatu transformator seperti Gambar 5-6 di
bawah ini,

Gambar 5-6. Prinsip Dasar dari Transformator

Rumus tegangan adalah:


E = 4,44 N f x 10

-8.

Maka untuk transformator rumus tersebut sebagai berikut:


E1 / E2 = 4,44 N1 f 1x 10

-8.

/ 4,44 N2 f2 x 10

-8

-8.

/ 4,44 N2 f2 x 10

-8

karena f 1 = f2, maka


E1 / E2 = 4,44 N1 f 2x 10

E1 / E2 = N1/ N2 atau E1 N2 = E2 N1, sehingga

E2 = (N2 / N1) x E1
Keterangan:
E1

= tegangan primer

E2

= tegangan sekunder

N1

= belitan primer

N2

= belitan sekunder

VA primer = VA sekunder
I1 x E1 = I2 x E2
E1/ E2

= I2 / I1

I1

= I2 ( E2/ E1)

Keterangan:
I1

= Arus primer

I2

= Arus sekunder

E1

= tegangan

primer
E2

= tegangan sekunder

Rumus umum menjadi :

E1

I2

N1
= E2

= N2
I1

Pembebanan Trafo

Spesifikasi trafo biasanya dinyatakan dalam Kapasitas trafo tenaga dalam


MVA
1

Tegangan kV

Ratio tegangan

Perhitungan kemampuan arus trafo


Besarnya arus trafo dapat dihitung dengan
rumus: S = P + jQ
S = 3 V I
P = S / 3 V cos
Q = S / 3 V sin
Dimana :
S

: Daya Semu (

MVA) P

: Daya Nyata

(MW)
Q

: Daya Reaktif

(MVAR) V : Tegangan ( kV)

: Sudut daya

Trafo mampu dibebani melebihi rating daya dalam waktu tertentu.


Batas faktor pembebanan lebih dari trafo sesuai standard VDE
adalah:
Tabel 5-1. Load Faktor Trafo

% Over-load

Load
Factor

10

20

30

40

50

Jam

Jam

Jam

Detik

Detik

0.5

1,5

30

15

0.75

0,5

15

0.9

0,5

0,25

Konstruksi Bagian-bagian Transformator


1

Peralatan/Bagian Utama

Inti Besi
Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang melalui kumparan.Dibuat dari lempengan-lempengan besi
tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi)
yang ditimbulkan oleh Eddy Current (Gambar 5-7).

Gambar 5-7. Inti Besi dan Laminasi yang diikat Fiber Glass

2 Kumparan Transformator
Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk
kumparan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer

suatu
dan

kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun


terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak
dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan
dan arus.

Gambar 5-8. Kumparan Phasa RST

3 Minyak Transformator
Sebagian besar kumparan-kumparan dan inti trafo tenaga direndam
dalam minyak trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas
besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai isolasi dan
media

pemindah, sehingga minyak trafo tersebut berfungsi sebagai

media pendingin dan isolasi.

4 Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah
bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut
dengan tangki trafo. Pada bushing dilengkapi fasilitas untuk pengujian
tentang kondisi bushing yang sering disebut center tap.

Gambar 5-9. Bushing

5 Tangki Konservator
Berfungsi

untuk

menampung

minyak

cadangan

dan

uap/udara

akibat

pemanasan trafo karena arus beban. Diantara tangki dan trafo dipasangkan relai
bucholz yang akan meyebak gas produksi akibat kerusakan minyak karena
listrik.
Untuk menjaga agar minyak terkontaminasi dengan air uyang masuk bersama
udara melalui saluran pelepasan dan masukanya udara kedalam konservator
perlu dilengkapi media penyerap uap air pada udara sering disebut denga silica
gel tidak keluar mencemari udara disekitarnya.

Gambar 5-10. Konservator minyak trafo

2
1

Peralatan/Bagian Bantu

Sistem Pendingin
Sebagai instalasi tenaga listrik yang dialiri arus maka trafo akan terjadi
panas yang sebanding dengan arus yang mengalir serta temperatur
udara disekeliling trafo tersebut. Jika temperatur luar cukup tinggi dan
beban trafo juga tinggi maka trafo akan beroperasi denagn temperatur
yang tinggi pula. Untuk mengatasi hal tersebut trafo perlu dilengkapi
dengan sistim pendingin yang bisa memanfaatkan sifat alamiah dari
cairan pendingin dan dengan cara mensirkulasikan secara teknis baik
yang menggunakan sistem radiator, sirip-sirip yang tipis berisi minyak
dan dibantu dengan hembusan angin dari kipas-kipas sebagai
pendingin yang dapat beroperasi secara otomstis berdasar pada setting
relai temperatur dan sirkulasi air yang bersinggungan dengan pipa
minyak isolasi panas. Dari sistem pendingin tersebut maka trafo dapat
dibagi berdasarkan sistem pendinginnya seperti ONAN, ONAF, OFAN,
OFAF dan OFWF.

Gambar 5-11. Pendingin trafo type ONAF

2 Tap Changer (On Load Tap Changer)


Kualitas operasi tenaga listrik jika tegangannya nominal

sesuai

ketentuan, tapi pada saat operasi terjadi penurunan tegangan sehingga


kwalitasnya menurun untuk itu perlu alat pengatur tegangan agar
tegangan selau pada kondisi terbaik, konstan dan kontinyu. Untuk itu
trafo dirancang sedemikian rupa sehingga perubahan tegangan pada
salah sisi input berubah tetapi sisi outputnya tetap. Alat ini disebut
sebagai sadapan pengatur tegangan tanpa terjadi pemutusan beban
maka disebut On Load Tap Changer (OLTC). Pada umumnya OLTC
tersambung

pada

sisi

primer

dan

jumlahnya

tergantung

perancang dan perubahan sistem tegangan pada jaringan.

pada

Saklar pengubah
Gambar 5-12. On Load Tap Changer (OLTC)

(driverter switch)

Alat pernapasan (Dehydrating Breather)


Sebagai tempat penampungan pemuaian minyak isolasi akibat panas
yang timbul maka minyak ditampung pada tangki yang sering disebut
sebagai

konservator.

diusahakan

tidak

Pada

boleh

konservator

bersinggungan

ini

permukaan

dengan

udara

minyak
karena

kelembaban udara yang mengandung uap air akanTap


mengkontaminasi
pemilih
(selector
switch)
minyak walaupun prosesnya berlangsung cukup lama. Untuk
mengatasi
hal tersebut udara yang masuk kedalam tangki konservator pada saat
minyak menjadi dingin kebalikan jika trafo panas maka pada saat
menyusut maka alan menghisap udara dari luar masuk kedalam tangki
dan untuk menghindari terkontaminasi oleh kelembaban udara maka
diperlukan suatu media penghisap kelembaban yang

digunakan

biasanya adalah silica gel yang secara khusus dirancang untuk maksud
tersebut diatas.

Gambar 5-13. Air Breather

Silica gel mempunyai batasan kemampuan untuk menyerap uap air.


Apabila silica gel sudah jenuh dengan uap air, maka tidak bisa lagi
menyerap air. Hal tersebut dapat ditandai dengan berubahnya warna
silica gel. Pada kondisi masih mampu menyerap air, warna silica gel
adalah biru tua. Semakin berkurang kemampuannya, warnanya akan
berubah menjadi bening. Apabila sudah berwarna seperti ini, silica gel
harus segera diganti.
Indikator-indikator :
1

Thermometer,

Adalah alat pengukur tingkat panas dari trafo baik panasnya


kumparan primer dan sekunder juga minyak. Thermometer ini
bekerja atas dasar air raksa (mercuri/Hg) yang tersambung dengan
tabung pemuaian dan tersambung dengan jarum indikator derajat
panas. Beberapa thermometer dikombinasikan dengan panas dari
resistor khusus yang tersambung dengan CT yang terpasang pada
salah satu fasa (fasa tengah) dengan demikian penunjukan yang
diperoleh adalah relatif terhadap kebenaran dari panas yang terjadi.

Keterangan :

1
2
3
5

1. Trafo arus
Sensor suhu
Heater
4 Thermometer
Winding
Thermometer oil

Gambar 5-14. Oil or Winding Temperatur

Permukaan minyak
adalah alat penunjukkan tinggi permukaan minyak yang pada
konservator. Ada beberapa jenis seperti penunjukan lansung yaitu
dengan cara memasang gelas penduga pada salah satu sisi
konservator sehingga akan mudah mengetahui level minyak.
Sedangkan jenis lain jika konservator dirancang sedemikian rupa
dengan melengkapi semacam balon dari bahan elastis dan diisi
dengan udara biasa dan dilengkapi dengan alat pelindung seperti
pada sistem pernapasan sehingga pemuaian dan penyusutan
minyak udara yang masuk kedalam balon dalam kondisi kering dan
aman.

Gambar 5-15. Indikasi permukaan minyak

3 Peralatan Proteksi Internal.


1

Relai Bucholz

Penggunaan relai deteksi gas (Bucholz) pada Transformator terendam


minyak yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada
gangguan Transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating
yang umumnya menghasilkan gas.
Gas-gas

tersebut

dikumpulkan

pada

ruangan

relai

dan

akan

mengerjakan kontak-kontak alarm.


Relai deteksi gas juga terdiri dari suatu peralatan yang tanggap
terhadap ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang timbul pada
waktu transformator terjadi gangguan serius.

Peralatan ini akan

menggerakkan kontak trip yang pada umumnya terhubung dengan


rangkaian trip Pemutus Arus dari instalasi transformator tersebut. Ada
beberapa jenis relai bucholz yang terpasang pada trafo.
Relai sejenis tapi digunakan untuk mengamankan ruang OLTC dengan
prinsip kerja yang sama sering disebut dengan Relai Jansen. Terdapat

beberpa jenis antara lain sema seperti relai bucholz tetapi tidak ada
kontrol gas, jenis tekanan ada yang menggunakan membran/selaput
timah yang lentur sehingga bila terjadi perubahan tekanan kerena
gangguan akan berkerja, disini tidak alarm langsung trip dan dengan
prinsip yang sama hanya menggunakan pengaman tekanan atau saklar
tekanan.

Gambar 5-16. Bucholz Relai dan Juction Relai type membran

Pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane)/Bursting


Plate

Adalah relai yang bekerja karena tekanan lebih akibat gangguan


didalam trafo, karena tekanan ini melebihi kemampuan membran yang
terpasang maka membran akan pecah dan minyak yang karena
tekanan akan keluar dari dalam trafo.

Pipa penghubung

Gambar 5-17. Plat mengaman tekanan lebih

Konservator
Tutup tangki Tangki

Relai tekanan lebih (Sudden Pressure Relay)


Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul pada

suatu

transformator terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan


suatu tekanan lebih didalam tangki, karena gas yang dibentuk oleh
decomposisi dan evaporasi minyak. Dengan melengkapi
pelepasan

tekanan

pada

trafo

maka

tekanan

lebih

sebuah
yang

membahayakan tangki trafo dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan


lebih ini tidak dapat dieliminasi dalam waktu beberapa millidetik, tangki
trafo

akan

meledak

dan

terjadi

panas

lebih

pada

cairan,

konsekuensinya pada dasarnya harus memberikan suatu peralatan


pengaman. Peralatan pengaman harus cepat bekerja mengevakuasi
tekanan tersebut.

Gambar 5-18. Relai tekanan lebih

Relai pengaman tangki

Relai bekerja sebagai pengaman jika terjadi arus mengalir tangki akibat
gangguan fasa ke tangki atau dari instalasi bantu seperti motor kipas,
sirkulasi dan motor-motor bantu yang lain, pemanas dan lain-lain. Arus
ini sebagai pengganti relai diferensial sebab sistem relai pengaman
tangki biasanya dipasang pada trafo yang tidak dilengkapi trafo arus
disisi primer dan biasanya pada trafo dengan kapasitas kecil. Trafo
dipasang diatas isolator sehingga tidak terhubung ke tanah kemudian
dengan menggunakan kabel pentanahan yang dilewatkan melali trafo
arus dengan tingkat isolasi dan ratio yang kecil kemudian tersambung
pada relai tangki tanah dengan ratio CT antara 300 s.d. 500 dengan sisi
sekunder hanya 1 Ampere.

Gambar 5-19. Relai Pengaman Tangki

Sistem Pentanahan
Berdasarkan fungsi, pentanahan pada trafo daya dibagi dua yaitu:

Pentanahan peralatan

Pentanahan sistem tenaga listrik

Pentanahan Peralatan
Tujuan pentanahan peralatan adalah meratakan potential pada semua
bagian peralatan yang pada kondisi normal tidak dialiri arus. Dengan
demikian tidak terjadi perbedaan potential yang besar (tegangan kejut)
sehingga tidak membahayak manusia bila menyentuh peralatan tersebut.
Cara melaksanakan adalah dengan menghubungkan bodi atau casing
peralatan tersebut ke tanah dengan menggunakan logam konduktif seperti
besi, aluminium atau tembaga.

Gambar 5-20. Pentanahan Peralatan

Pentanahan Sistem Tenaga Listrik


Pentanahan sistem adalah menghubungkan titik bintang dari belitan trafo
atau generator ke tanah melalui logam konduktif ke tanah baik secara
langsung atau tidak langsung.
R

s
t

Pentanahan

Pentanahan

Solid

melalui NGR

(Langsung)

Gambar 5-21. Pentanahan Sistem Tenaga Listrik

Tujuan dari pentanahan sistem adalah:


membatasi kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu apabila
terjadi gangguan sistem atau peralatan;
Menghilangkan busur api;
Mengontrol

besarnya

arus

gangguan

tanah

untuk

memudahkan

perhitungan sistem proteksi.


Jenis-jenis petanahan sistem ada beberapa macam:
Pentanahan langsung atau solid grounded, di P3B sumatera digunakan
pada sistem 150 kV dan belitan tertier trafo;
Pentanahan dengan NGR yaitu menghubungkan titik netral trafo ke
tanah melalui NGR. Di P3B Sumatera dipakai di sistem 20 kV dan 70
kV. Sistem 20 kV menggunakan NGR 40 ohm dan 70 kV menggunakan
NGR 133 ohm;
Pentanahan mengambang (sistem tidak ditanahkan), di P3B Sumatera
digunakan pada sistem delta di 12 kV.
JENIS NGR
Berdasarkan material untuk membuat tahanan atau resisator NGR dapat
dibedakan menjadi :

1Resistance Liquid ( Air )


Bahan resistance adalah air murni. Untuk memperoleh nilai
Resistance yang diinginkan ditambahkan garam KOH.
2Resistance Logam
Bahannya terbuat dari logam nekelin dan dibuat dalam panel dengan
nilai resistance yang sudah ditentukan.

Gambar 5-NGR

Peralatan Tambahan untuk Pengaman Transformator Pemadam kebakaran


(transformator - transformator besar)
Sistem pemadam kebakaran yang modern pada transformator saat
sekarang sudah sangat diperlukan. Fungsi yang penting untuk mencegah
terbakarnya trafo. Penyebab trafo terbakar adalah karena gangguan
hubung singkat pada sisi sekunder sehingga pada trafo akan mengalir
arus maksimumnya. Jika proses tersebut berlangsung cukup lama karena
relai tidak operasi dan tidak operasinya relai juga sebagai akibat salah
menyetel waktu pembukaan PMT, relai rusak, dan sumber DC yang tidak
ada serta kerusakan wiring.
Sistem

pemadam

kebakaran

yang

modern

yaitu

dengan

sistem

mengurangi minyak secara otomatis sehingga terdapat ruang yang mana


secara paksa gas pemisah oksigen diudara dimasukan kedalam ruang
yang sudah tidak ada minyaknya sehingga tidak ada pembakaran minyak,
sehingga kerusakan yang lebih parah dapat dihindarkan, walaupun kondisi
trafo

Menjadi rusak.
Proses pembuangan minyak secara grafitasi atau dengan menggunakan
motor pompa DC adalah suatu kondisi yang sangat berisiko sebab hanya
menggunakan kaatup otomatis yang dikendalikan oleh pemicu dari saklar
akibat panasnya api dan menutupnya katup otomatis pada katup pipa
minyak penghubung tanki (konservator) ke dalam trafo (sebelum relai
bucholz) serta adanya gas pemisah oksigen (gas nitrogen yang
bertekanan tinggi) diisikan melaui pipa yang disambung pada bagian
bawah trafo kemudian akan menuju keruang yang tidak terisi minyak.
Dengan demikian mencegah terbakarnya minyak didalam trafo dapat
dihindarkan.

Gambar 5-22. Transformator

Proteksi Eksternal Transformator

Relai thermis (Thermal Relay)


Pada instalasi Tegangan tinggi banyak digunakan thermometer jenis
pengukur langsung ataupun pengukur tidak langsung.
Thermometer pengukur langsung.
Thermometer pengukur langsung banyak digunakan pada instalasi
tegangan tinggi/ Gardu Induk, seperti pada ruang kontrol, ruang relai,
ruang PLC dan lain-lain. Suhu ruangan dicatat secara periodik pada

formulir yang telah disiapkan (contoh formulir terlampir) dan dievaluasi


sebagai bahan laporan.

Thermometer pengukur tidak langsung


Termometer pengukur tidak langsung banyak digunakan pada instalasi
tegangan

tinggi/transformator

yang

berfungsi

untuk

mengetahui

perubahan suhu minyak maupun belitran transformator. Suhu minyak


dan belitan trafo dicatat secara periodik pada formulir yang telah
disiapkan (contoh formulir terlampir) dan dievaluasi sebagai laporan.
Skema peralatan ukur dimaksud dapat dilihat pada Gambar 5-23.
.

Keterangan
:
GE
Trafo arus
G
Sensor suhu GB
HeaterGE
GE
Thermometer
Winding
Thermometer oil P I

GE
GE

GE

GB
GE
P

GB
P

GB

GE

GB

Peralatan instalasi

GE

GB

GE

GE
GE

GE

GE =Grounding Eletrode
GB = Grounding Bus

GE

PI = Peralatan Instalasi.
Gambar 5-23. Skema peralatan pengukuran tidak langsung

GE

Tabel 5-2. Parameter/Pengukuran Transformator

INDIKASI

KETERANGAN

Oil level

Indikasi ini menunjukkan bahwa minyak transformator

transformer low

yang ada di dalam tangki trafo berkurang, sehingga alat

alarm

ukur permukaan minyak (level) mengerjakan kontak


dan mengirim alarm ke panel kontrol. Di panel kontrol
muncul sinyal oil level transformer low alarm serta
membunyikan

bel

(kontak

penggerak

untuk

memberikan sinyal dan alarm bekerja).


Oil level OLTC

Indikasi ini menunjukkan bahwa minyak yang ada di

low alarm

dalam tangki tap changer berkurang, sehingga alat


ukur permukaan minyak (level) mengerjakan kontak
dan mengirim alarm ke panel kontral. Di panel kontrol
muncul

sinyal

membunyikan

oil
bel

level

OLTC

(kontak

low

alarm

penggerak

serta
untuk

memberikan sinyal dan alarm bekerja).


Bucholz Alarm

Indikasi ini menunjukkan bahwa kontak relai Bucholz


untuk Alarm bekerja (kontak relai bucholz ada dua, satu
alarm dan yang satunya trip). Bekerjanya disebabkan
beberapa kejadian yaitu:
1 Jika didalam trafo ada gas yang disebabkan oleh
adanya panas lebih sehingga terjadi gelembunggelembung gas yang terakumulasi sampai

nilai

tertentu (300-350 Cm3). Gas tersebut menekan


pelampung untuk kontak alarm, dan mengirim sinyal
ke panel kontrol dan di panel muncul sinyal Bucholz
alarm dan bel berbunyi.
2 Jika didalam trafo terjadi partial discharge pada
isolasi, maka akan terjadi gelembung gas (seperti
diatas) maka timbul Bucholz alarm dan bel berbunyi.
3 Jika minyak didalam trafo bocor sehingga sampai
tingkat permukaan relai bucholz, maka apabila
pelampung atas sudah tidak terendam minyak,
maka

kontak bucholz alarm akan tertutup dan memberikan


sinyal bucholz alarm dan bel berbunyi.
Winding temperature

Winding primer

alarm

Indikasi ini menunjukkan bahwa suhu (temperature)


kumparan

primer

panas

melebihi

setting

alarm

termometer (misalnya 85C) dan susu trafo mencapai


85C, maka kontak alarm pada termometer (termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal alarm ke panel
kontrol winding primer alarm serta bel berbunyi.
Winding sekunder
Indikasi ini menunjukkan bahwa suhu (temperature)
kumparan

primer

panas

melebihi

setting

alarm

termometer (misalnya 85C) dan suhu trafo mencapai


85C, maka kontak alarm pada termometer (termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal alarm ke panel
kontrol winding sekunder alarm serta bel berbunyi.
Winding temperature

Winding primer

trip

Indikasi ini menunjukkan bahwa suhu (temperature)


kumparan

primer

panas

melebihi

setting

trip

termometer (misalnya 95C) dan susu trafo mencapai


95C, maka kontak trip pada termometer (termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal trip ke PMT dan ke
indikator

panel kontrol winding primer temperature

high, PMT trip serta bel berbunyi.


Winding sekunder
Indikasi ini menunjukkan bahwa suhu (temperature)
kumparan

sekunder

panas

melebihi

setting

trip

termometer (misalnya 95C) dan susu trafo mencapai


95C, maka kontak trip pada termometer (termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal trip ke PMT dan ke
indikator panel kontrol winding sekunder tempearuture
high, PMT trip serta bel berbunyi.

OLTC voltage

Pengaturan setting tegangan pada peralatan regulator

regulator alarm

tidak sesuai dengan tegangan yang diminta, maka relai


regulator tegangan akan memberikan sinyal ke panel
kontrol dan memberi sinyal OLTC voltage regulator
alarm serta bel berbunyi.

Transformer

Indikasi ini menunjukkan bahwa sistem pendingin

cooling fault alarm

(kipas atau pompa minyak sirkulasi ada gangguan)


yaitu :
1 saklar termis untuk pasokan motor kipas pendingin
trip (lepas) sehingga motor tidak berputar dan saklar
termis

tersebut

kontak

bantunya

tertutup

dan

memberikan sinyal ke panel kontrol Transformer


cooling fault alarm dan bel berbunyi.
2 pompa sirkulasi minyak tidak berputar/bekerja
3 saklar termis untuk pasokan motor pompa minyak
pendingin trip (lepas) sehingga motor tidak berputar
dan saklar termis tersebut kontak bantunya menutup
dan memberikan sinyal ke panel kontrol Transformer
Marshalling kios

coolingtersebut
fault alarmmenunjukkan
dan bel berbunyi.
Indikasi
terjadi

fault alarm

sumber arus bolak-balik 220/380 V, yaitu saklar

gangguan

sumber tegangan AC 220/380 V trip, sehingga BAY


tersebut tidak ada pasokan AC, dan saklar tersebut
kontak

bantunya

menutup

dan

mengirim

sinyal

gangguan ke panel kontrol sehingga timbul sinyal


Marshalling kios fault alarm dan bel berbunyi.
Fire protection out

Indikasi ini menunjukkan bahwa sistem pemadam api

of service alarm

transformator tidak siap bekerja (out of service), yaitu


akibat saklar DC 110 V sumber pasokan untuk sistem
instalasi pemadam api trip (tidak masuk), sehingga
kontak bantunya menutup dan memgirim sinyal ke
panel kontrol dengan indikasi Fire protection out of
service alarm dan bel berbunyi.

Bucholz trip

Indikasi ini menunjukkan bahwa relai bucholz bekerja


menjatuhkan PMT (trip) yang disebabkan oleh:
1 Gangguan yang serius atau hubung singkat lilitan
trafo/kumparan trafo sehingga terjadi penguraian
minyak dan bahan isolasi lain serta menimbulkan
gas dan aliran minyak dari trafo ke relai bucholz,
sehingga kontak relai bekerja mengirim sinyal trip ke
PMT primer dan sekunder, memberikan sinyal alarm
bucholz trip dan membunyikan bel.
2 Gangguan minyak trafo bocor sehingga

terjadi

penurunan permukaan minyak sampai level yang


minimum

(sebelumnya

terjadi

alarm

bucholz),

sehingga kontak relai bekerja mengirim sinyal trip ke


PMT primer dan sekunder, memberikan sinyal alarm
bucholz trip dan bel berbunyi.
3 Terjadi gangguan alam, misalnya gempa bumi yang
besar, sehingga terjadi goncangan minyak didalam
terfo maupun relai bucholz, dan kontak relai
menutup memberikan sinyal trip PMT primer dan
sekunder dan sinyal bucholz trip bel atau klakson
Oil temperature alarm

bunyi.ini menunjukkan bahwa suhu (temperature)


Indikasi
minyak trafo panas melebihi setting alarm termometer
(misalnya 80C) dan suhu trafo mencapai 80C, maka
kontak

alarm

pada

termometer

(termostat)

akan

tertutup dan mengirim sinyal alarm ke panel kontrol oil


alarm serta bel berbunyi.
Oil temperature trip

Indikasi ini menunjukkan bahwa suhu (temperature)


minyak trafo melebihi setting trip termometer (misalnya
95C) dan suhu trafo mencapai 95C, maka kontak trip
pada

termometer

(termostat)

akan

tertutup

dan

mengirim sinyal trip ke PMT dan ke indikator panel


kontrol oil temperature high, PMT trip serta
berbunyi.

bel

Winding sekunder
Indikasi ini menunjukkan bahwa suhu (temperature)
kumparan

sekunder

panas

melebihi

setting

trip

termometer (misalnya 95C) dan susu trafo mencapai


95C, maka kontak trip pada termometer (termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal trip ke PMT dan ke
indikator panel kontrol winding sekunder PMT trip serta
bel berbunyi.
Protection

Indikasi ini menunjukkan relai Jansen dan

device OLTC trip

pengaman OLTC bekerja, akibat terjadi breakdown

atau

isolasi pada wadah tap changer atau ketidaknormalan


operasi tap changer atau terjadi tahanan pengalih
putus, maka akan memberikan sinyal trip PMT primer
dan sekunder dan sinyal ke panel protection device
OLTC trip dan bel/klakson bunyi.
Pressure relief

Indikasi ini menunjukkan terjadi gangguan didalam

device transformer

trafo,

trip

sehingga terjadi tekanan hidraulik di dalam

misalnya

hubung

singkat

lilitan/kumparan
trafo.

Tekanan ini didistribusikan ke semua arah didalam trafo


yang akan mendorong dinding trafo,jika tekanan yang
terjadi melebihi kemampuan gaya dorong relai sudden
pressure (misalnya 10 psi) maka katup piringan akan
terdorong

dan

mengerjakan

limit

switch

relai,

memberikan sinyal trip ke PMT primer dan sekunder,


serta sinyal ke panel kontrol pressure relief device dan
bel/klakson bunyi.
Fire

Indikasi menunjukkan ada gangguan fire protection

protection

trafo bekerja, yaitu indikasi ada kebakaran trafo, dan

operated trip

PMT trafo trip, bucholz bekerja, fire detector bekerja,


maka

pemadam

mengerjakan

api

sistem

memberikan
pemadam

api

sinyal

untuk

bekerja

yaitu

membuang sebagian permukaan minyak, kurang lebih


15 cm dari deksel atas, menutup shutter, memasukan
nitrogen bertekanan dan

mengaduk minyak di dalam tangki trafo, yang akhirnya


api yang berkobar dapat padam.dan mengirim sinyal ke
panel

kontrol

pemadam

atau

panel

kontrol

fire

protection operated bel bunyi.


Circuit breaker 20 kV

Indikasi ini menunjukkan bahwa pada kubikel 20 kV

open

ada yang trip, PMT yang trip tersebut memberikan


sinyal ke panel kontrol circuit breaker 20 kV open bel

DC supply failure

bunyi.
Indikasi menunjukkan ada saklar DC 110 V panel
kontrol atau proteksi pada panel trafo trip, dan kontak
bantu saklar DC tersebut memberikan sinyal DC supply
failure dan bel berbunyi

Main

Indikasi ini menunjukkan relai utama pengaman trafo

protection

(diferensial) bekerja, sehingga kontak relai diferensial

operated

menutup dan mengirim sinyal untuk mentripkan PMT


primer dan sekunder serta mengirim sinyal ke panel
kontrol Main protection operated bel /klakson berbunyi.

Back up

Indikasi ini menunjukkan relai cadangan (back up)

protection

pengaman trafo (OCR, REF, SBEF) bekerja, sehingga

operated

kontak relai menutup dan mengirim sinyal untuk


mentripkan PMT primer dan sekunder serta mengirim
sinyal ke panel kontrol Back up protection operated bel/
klakson berbunyi.

Breaker failure

Indikasi menunjukkan relai breaker failure bekerja,

operated

kontak relai breaker menutup memberi sinyal trip pada


PMT dan PMT yang lain yang satu rel (bus)
mengirim sinyal ke panel kontrol Breaker

dan

failure

operated dan bel/klakson berbunyi.


Healty trip 1-2 alarm

Indikasi menunjukkan ada gangguan sistem pemantau


rangkaian trip PMT melihat ada ketidaknormalan (coil
trip putus) dan mengirim alarm ke panel kontrol Healty
trip 1-2 alarm dan bel berbunyi

Transformer

Indikasi menunjukkan ada gangguan pada pengaman

fault alarm stage

trafo (bucholz, suhu tinggi, permukaan minyak) dan

kontak relai tersebut mengirim sinyal alarm ke panel


kontrol Transformer fault alarm stage dan bel berbunyi.
Transformer

Indikasi menunjukkan ada gangguan pada pengaman

fault tripping

trafo (bucholz, suhu tinggi, permukaan minyak, jansen,

stage

sudden pressure) dan kontak relai tersebut mengirim


sinyal trip ke PMT primer dan sekunder dan sinyal ke
panel kontrol Transformer fault tripping stage dan bel
berbunyi.

Auto reclose

Indikasi menunjukkan relai recloser bekerja pada waktu

in progress

ada gangguan, kontak relai memberikan indikasi ke


panel kontrol Auto reclose in progress dan bel/klakson
berbunyi.

PEMELIHARAAN TRAFO TENAGA


1

Pengertian Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu rangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk
mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Tujuan pemeliharaan pada peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk
menjamin kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan,
antara lain:
-

Untuk meningkatkan reliability, availability dan efficiency;

Memperpanjang umur peralatan;

Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan


peralatan;

Meningkatkan safety;

Mengurangi lama waktu padam akibat gangguan.

Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan


tinggi adalah pada sistem isolasi. Atas dasar kemampuan isolasi inilah
kemampuan pengoperasian peralatan dapat ditentukan. Isolasi dapat
terbuat dari bahan padat atau cair (minyak).

Pemeliharaan dapat dibedakan antara pemeriksaan atau monitoring,


dalam

keadaan

operasi

dan

pemeliharaan

(kalibrasi/pengujian,

koreksi/resseting, serta perbaikan) dalam keadaan padam.


Pemeriksaan atau monitoring dilaksanakan oleh operator setiap saat
dengan sisten chek list atau catatan saja. Untuk pemeliharaan harus
dilaksanakan oleh regu pemeliharaan.
2

Jenis Pemeliharaan
Jenis jenis pemeliharaan peralatan:
1

Predictive Maitenance (Conditional Maintenace) adalah pemeliharaan


yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik,
apakah dan kapan peralatan tersebut mengalami kegagalan. Dengan
prediksi kondisi tersebu dapat diketahui gejala kerusakan sejak dini.
Monitor dilaksanakan pada saat trafo beroperasi dan tidak operasi.
Pemeliharaan ini sering disebut Condiotional Base Maintenance (CBM).

Preventive Maintenace (Time Base Maitenance) adalah pemeliharaan


yang

dilakukan

secara

berkala

sesuai

jangka

waktu

tertentu,

Pemeliharaan ini berpedoman pada Standard tertentu (IEEE, IEC,


CIGRE dan lain-lain) atau sesuai Instruction Manual dari Pabrik.
Pemeliharaan ini sering disebut dengan Time Base Maintenace (TBM).

Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan


berencana pada waktu tertentu ketika peralatan mengalami kelainan
atau unjuk kerja rendah dengan tujuan untuk mengembalikan ke
kondisi semula. Pemeliharaan disertai dengan perbaikan, penggantian
part

atau

bagian

yang

rusak

atau

kurang

berfungsi

untuk

penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini biasa disebut dengan


Currative Maintenace.
4

Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk


memperbaiki kerusakan dengan waktu tidak tertentu dan bersifat
darurat.

Pemeliharaan Trafo Tenaga

1 Pemeliharaan trafo yang berupa monitoring dan dilakukan oleh operator


setiap hari untuk Gardu Induk yang dijaga dan setiap minggu untuk
Gardu Induk yang tidak dijaga dalam keadaan operasi. (Trafo besar,
sedang dan kecil).

Tabel 5-3. Daftar Pemeliharaan Trafo Mingguan

No.

Peralatan/Komponen

Cara Pelaksanaan

yang Diperiksa
1

Tangki,

radiator,

pipa-pipa,

Periksa

apakah

ada

kebocoran

katup-katup, sumbat

minyak.

Kipas-kipas pendingin, Pompa

Periksa

Minyak, Lemari Kontrol

atau bau yang tidak normal.

Terminal utama, rel, terminal

Periksa

kabel, jumper-wire.

asing/binatang didekatnya.

Indikator tinggi minyak

Periksa tinggi permukaan minyak

apakah

apakah

ada

suara-suara

ada

benda

pada tangki utama dan konservator


5

Bushing

Periksa

apakah

ada yang retak,

kotor, pecah dan kebocoran minyak.


6

Kipas pendingin, motor pompa

Periksa

sirkulasi dan radiator

masih

apakah
bekerja

kipas

pendingin

sesuai

setting,

indikator pompa sirkulasi

apakah

masih menunjukkan aliran minyak


dengan sempurna dan apakah ada
karat pada sirip radiator.
7

Sumber arus searah (DC) dan

Periksa

sumber

arus

AC/

DC

arus bolak-balik (AC)

apakah saklar dalam posisi on dan


MCB on dalam posisi sempurna.

Pemadam Kebakaran

Periksa tekanan botol

pemadam

CO2, BCF dan tekanan nitrogen


pada sistem alat pemadam
9

Suhu minyak dan kumparan

Periksa indikator suhu minyak dan

trafo

kumparan trafo

10

Beban trafo

11

Lemari kontrol dan proteksi

Periksa beban trafo

Periksa kondisis dan bersihkan bila kotor

12

Tekanan Nitrogen (Trafo tanpa

Periksa tekanan gas Nitrogen

konservator)

2 Pemeliharaan trafo yang berupa monitoring dan dilakukan oleh


petugas Pemeliharaan setiap bulan untuk Gardu Induk yang dijaga
maupun Gardu Induk yang tidak dijaga. (Trafo besar, sedang dan
kecil).
Tabel 5-4. Daftar Pemeliharaan Trafo Bulanan

No.

Peralatan/Komponen

Cara Pelaksanaan

yang Diperiksa
1

Lemari kontrol / Proteksi dan

Periksa lemari kontrol/proteksi

box kontrol serta Marshalling

dan box kontrol serta MK dari

Kiosk.

karat,

kotoran/

bangkai,

binatang, benda asing


2

Silica

gel

pernapasan

dan

sistem

Periksa warna silicagel pada


sistem

pernapasan

trafo

apakah masih berwarna biru


dan

mulut

terendam minyak.

pernapasan

Kerja OLTC

Periksa

jumlah

apakah

kerja

OLTC

sudah

penggantian

perlu

minyak,

atau

minyak OLTC sudah kotor.

3 Pemeliharaan trafo yang berupa pemeriksaan, pengukuran

dan

pengujian, dilakukan oleh petugas pemeliharaan setiap tahun untuk


Gardu Induk yang dijaga ataupun yang tidak dijaga. (Trafo besar,
sedang dan kecil).
4

Tabel 5-5. Daftar Pemeliharaan Trafo Tahunan

5
No.

Peralatan/Komponen

Cara Pelaksanaan

yang Diperiksa
1

Bersihkan dan periksa adanya kebocoran

Diafragma

Lakukan

uji

fungsi

bagi

yang

ada

rangkaian elektrik
2

Tahanan

pentanahan

dan tahanan tanah

Periksa rangkaian sistem pentanahan


dan ukur nilai tahanan pentanahan serta
tahanan tanah.
Apabila

ada

baut

kencangkan.

yang

Apabila

kendor,
tahanan

pentanahan berubah, perbaiki.


3

Ratio belitan trafo

Ukur

ratio

belitan

trafo

apakah

ada

perubahan
4

Kekuatan

dielektrik

minyak trafo
5

Kadar

asam

Uji kekuatan dielektrik minyak trafo,


sesuai standar yang dipergunakan.

dalam

Uji kadar asam dalam minyak apakah

minyak trafo (Acidity)

memenuhi standar.

Kekentalan

Uji

(Viscoscity)

minyak

kekentalan

sesuai standar.

minyak

apakah

masih

Kadar air dalam minyak

Uji

kekentalan

minyak

apakah

masih

trafo (Water Content)

sesuai standar.

Warna Minyak

Uji warna minyak apakah masih sesuai


standar.

Kandungan Gas dalam

Uji

kandungan

Minyak

menggunakan

gas

dalam

DGA,

minyak

apakah

masih

sesuai standar.
10

Peralatan

pengaman

trafo (Bucholz, Sudden


Pressure, Relai

Suhu,

Bersihkan terminal dari debu,

karat,

oksidasi dan beri vet.


Periksa seal pada lobang kabel.

11

Jensen)
Body, Bushing trafo

Bersihkan dari debu, kotoran, karat.

12

Roda gigi OLTC

Periksa,kencangkan

mur

baut,

beri

pelumas bila perlu.

13

Baut

terminal,

baut

Bersihkan dan kencangkan.

bushing, baut body dan


baut pentanahan.
14

Spark

gap,

bushing

primer dan sekunder

Periksa baut dan jarak spark gap. Bila


kendor

kencangkan,

bila

jarak

tidak

sesuai perbaiki.
15

16

Baut terminal pada

Periksa baut terminal dari panel kontrol

panel kontrol dan

dan proteksi, apabila ada yang kendor

proteksi

agar dikencangkan.

Tahanan isolasi, Kontrol


mekanik,

limit

switch,

indikator dari OLTC

Ukur tahanan isolasi dan IP dari trafo.


Uji kontrol, limit switch apakah bekerja
normal

dan

indikator

dengan posisinya.

OLTC

sesuai

17

Tegangan

tembus

minyak

18

Uji

tegangan

tembus

minyak

apakah

masih sesuai standar.

Periksa pondasi apakah ada keretakan

Pondasi

atau perubahan kedudukan trafo


Periksa apakah isolasi antara
terhadap
3

tanah

masih

baik

tangki
(trafo

PENGUJIAN TRAFO
1

Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo

Pengukuran tahanan isolasi adalah suatau proses pengukuran dengan


suatu alat ukur insulation tester (Megger) untuk memperoleh hasil atau
besaran atau nilai tahanan isolasi belitan yang bertegangan dengan body
atau case, maupun antara belitan primer dengan sekunder dan tertier (bila
ada).
Tujuan pengukuran tahanan isolasi adalag untuk mengetahui besarnya
kebocoran arus yang terjadi pada kumparan primer, sekunder maupun
tertier. Pengukuran tahanan isolasi digunakan untuk mengetahui aman atau
tidaknya suatu trafo untuk diberi tegangan. Kebocoran arus yang memenuhi
ketentuan akan memberi jaminan bagi trafo terhindar dari kegagalan
isolasi.
Pelaksanaan Pengukuran
Tahanan isolasi yang harus diukur adalah antara :
-

Kumparan primer dengan kumparan sekunder

Kumparan Primer ke tanah

Kumparan Sekunder ke tanah

Langkah pengukuran adalah sebagai berikut:


1 Lepas konduktor pada terminal bushing primer, sekunder dan
pentanahan titik netral trafo
2 Hubung singkatkan semua terminal bushing sisi primer (R, S, T, N)
3 Hubung singkatkan semua terminal bushing sisi sekunder (r, s, t, n)
4 Buat rangkaian seperti gambar untuk pengukuaran Primer - Sekunder

BN
5 Buat rangkaian pengukuran seperti bgambar dibawah
untuk pengukuran

Primer ke tanah

a
6 Buat rangkaian pengukuran seperti gambar
b
dibawah
untuk pengukuran
B N
n

Sekunder ke tanah

a
b

A
B N

Untuk masingmasing pengukuran


lakukan
selama 10 menit, catat hasil
c
C
n

pengukuran yang ditunjuk oleh alatn ukur setelah pada menit ke-1 (pertama)
dan hasil pengukuran pada menit ke-10 (kesepuluh).

Untuk keamanan, buang muatan yang tersisa didalam kumparan primer


ataupun sekunder dengan cara menghubungsingkatkan terminal bushing
20kV dan 150 kV ke ground/body trafo menggunakan kabel berisolasi.
Dari hasil pengukuran hitung Indek Polaritas (IP) untuk masing-masing
pengukuran. IP dihitung dengan cara membagi hasil pengukuran pada
menit ke-10 (sepuluh) dengan hasil pengukuran selama pada menit ke-1
(pertama).
IP = M (10) / M (1)
Interprestasi hasil pengukuran IP dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5-6. Index Polarisasi

No

Index Polarisasi (IP)

<1,00

1,00 1,10

Jelek

1,10 1,25

Dipertanyakan

1,25 2,00

Baik

>2,00

Kondisi
Berbahaya

Sangat Baik

Pengukuran Tahanan Pentanahan

Pengukuran tahanan pentanahan dibagi dalam dua bagian yaitu:


Pengukuran tahanan NGR
Pengukuran tahanan tanah
Langkah Pengukuran tahanan NGR
Buka konduktor pada terminal bushing 20 kV NGR dan terminal
pentanahan, kemudian bersihkan terminal tersebut.
Ukur tahanan dari NGR seperti pada rangkaian Gambar 5-24 berikut.
Bandingkan hasil pengukuran dengan nilai NGR pada name plate.

FLUKE

NGR
Gambar 5-24. Pengukuran
NGR

40 Tahanan Tanah
Pengukuran

Pentanahan peralatan dan pentanahan sistem tenaga listrik dipengaruhi


oleh tahanan tanah di GI tersebut. Sistem pentanahan di GI biasanya di
buat dalam sistem mesh untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang
sekecil mungkin. Tahanan tanah ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri.
Tanah kering, berbatu nilai tahanan tanhnya akan lebih besar dibanding
tanah basah.
Langkah Pengukuran Tahanan Pentanahan (alat ukur Kyoritsu)
-

Peralatan yang akan diukur Tahanan pentanahannya harus

bebas

tegangan, yaitu jika kita akan mengukur Tahanan Pentanahan titik Neutral
Trafo / Solid Grounding, NGR, CT , LA dan CVT
-

Lepaskan terminal pentanhan dengan peralatan

Bersihkan ujung pentanahannya dan terminalnya

Lakukan pengukuran nilai tahanan peralatan dengan langkah sbb:


1

Hubungkan kabel alat ukur (Terminal E) ke terminal pentanahan


Hubungkan kabel alat ukur (Terminal C) ketanah dengan jarak 5
10 meter dari alat ukur dengan nggunakan road yang ditancapkan

Hubungkan kabel alat ukur (Terminal P) ketanah dengan jarak 5 10


meter antara ujung kabel kuning dengan ujung kabel merah dengan
memakai road yang ditancapkan ketanah.
-

Nilai pentanahan peralatan yang diukur dan kedua elektroda tersebut


harus berada pada suatu garis lurus (segaris).

Operasikan alat ukur dengan memeriksa batere dari alat tersebut.

Putar selector tahanan untuk melihat nilai tahanan peralatan dengan


menjaga jarum pada galvanometer tetap ditengah.

Amati hasil pengujian masukkan dalam test report sebanyak 3 kali kearah
lain hasil akhir adalah rata-rata dari total pengukuran tersebut.

Pengukuran

selesai,lanjutkan

dengan

penyambungan

kembali

pentanahan keterminal yang kita lepas.


-

Kembalikan alat-alat yang telah dipakai seperti semula.


3

Pengukuran Tangen

Pengukuran tangen delta, pada prinsipnya addalah mengukur arus bocor


kapasitif pada transformator. Trafo dianggap sebagai kapasitor murni. Pada
kapasitor, apabila dialiri arus bolak-balik (AC) maka arus akan mendahului
o

tegangan sebesar 90 .
Ic = C V.
Oleh karena kehilangan daya dielektrik, sudut arus mendahului tegangan tidak
lagi 90 derajat. Faktor daya dari kapasitor adalah cos . Dan adalah sudut
fasa dari kapasitor.
Sudut kehilangan daya (loss angle) adalah = 90 . Sehingga faktor daya
bisa ditulis sebagai sin .
Kehilangan daya karena kapasitor yang tidak sempurna besarnya adalah :
PD = V I cos = V I sin .
Komponen kapasitor yang tidak sempurna besarnya adalah Ic = I cos = I
C V. Sehingga
PD = V2 C tan
Rangkaian Pengukuran
Rangkaian pengukuran tangent delta ada bebarapa macam
Test mode UST (CHL) obyek uji tidak diketanahkan
Test mode GHT (CHG) obyek uji diketanahkan

Test mode GHTg (CHG) obyek terhadap guard


Pengukuran pada trafo dengan 2 kumparan
Test Mode

C yang diukur

UST A

CHL

UST B

CHL

UST A+ B

CHL

GST A + B

CHL + CHG

GSTg A

CHG

GSTg B

CHL + CHG

GSTg A + B

CHG

UST = Ungrounded Specimen Test


= CHL1 + CHL2 +CHL3
GST = Grounded Specimen Test
= CUST + CHE1 + CHE2 +CHE3
GSTg = Grounded Specimen Test with Guard
= CHE1 + CHE2 +CHE3
Keterangan :
C

= Capacitance

H = High Voltage
L =

Low Voltage

1-3 = fasa
E

= Ground

Tabel 5-7. Hasil pengukuran tangen delta

Hasil Uji
< 0.5%
0.5 % - 0.7 %
0.7 % - 1.0 % dan naik
1.0 %

Kondisi
Bagus
Mengalami Penurunan
Perlu Diperiksa
Jelek

Pengujian Kekuatan Dielektrika dan Kualitas Minyak Standar

Tujuan pengujian adalah untuk mengukur kemampuan minyak trafo


mengisolasi tegangan. Umur trafo sangat ditentukan oleh umur sistem
isolasinya, oleh karena itu adalah sangat penting memelihara minyak trafo
sebagai

salah

satu

media

isolasi

trafo.

Untuk

menentukan

jenis

pemeliharaan minyak trafo, perlu diketahui kondisi dari minyak trafo


tersebut. Pengujian minyak trafo bertujuan mengetahui kondisi minyak trafo
tersebut. Selain kondisi minyak trafo, dari hasil pengujian dapat diketahui
kondisi dari trafo itu sendiri.
Beberpa macam pengujian diperlukan untuk mengetahui kondisi minyak
trafo tersebut diantaranya :
Tegangan tembus
Kandungan air
Tegangan permukaan
Spesific resistance
Keasaman
Viscosity
Flash point
Pour point
Density
Sludge
Ash content
Beberapa pengujian harus dilakukan di laboratorium, satu mata uji yang
bisa dan biasa dilakukan di lapangan adalah pengujian tegangan tembus.
Pengujian yang lain biasa disebut dengan Standard Quality Oil Test.
Batasan hasil pengujian minyak standard pada Gambar 5-8 berikut :

Tabel 5-8. Hasil Tes Pengujian Minyak

Sifat Minyak Isolasi

Satuan

Kejernihan (Appearance)
o

Massa jenis (density) 20 C

g/cm

Spesifikasi

Metode Uji

Jernih

IEC 296

0,895

IEC 296

Viscositas kinematik
(kinematic viscosity) :
20 C

cSt

25

IEC 296

cSt

IEC 296

cSt

1800
130

IEC 296
IEC 296A

- 40

IEC 296

< 0,03

IEC 296

<25

ISO

-15 C
-30 C
Titik nyala (Flash point)

Titik tuang (Pour point)

C
mg

Angka kenetralan
(neutralization number)
Kandungan air

KOH/g
ppm

(Water content)

760-1978

(E)

Tegangan tembus

kV/2,5

50

mm

(Breakdown Voltage)
Faktor kebocoran dielektrik

IEC 156 & IEC


296

0,05

IEC 250

(Dielectric Dissipation factor)


Stabilitas

oksidasi

IEC 474 & 74

(Oxydation stability)
- Kenetralan

mg KOH 0,40

- Kotoran

0,10

Pengujian Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)

Pengujian tegangan tembus adalah pengujian minyak trafo dengan memberi


tegangan pada frekwensi sistem. Dua elektroda dipasang pada jarak tertentu
(2,5 mm) dan diberi tegangan secara bertahap dari rendah ke tinggi sampai
minyak trafo mengalami flash over.
Agar hasil pengujian akurat, beberapa persyaratan harus dipenuhi misalkan :
Pengambilan sampel harus mengikuti prosedur, wadah sampel harus bersih,
tidak basah. Sampel tidak boleh terkena tangan. Wadah untuk mengambil

sampel harus berwarna gelap dan lain-lain. Pengujian untuk satu sampel
dilaksanakan beberapa kali ( 5 kali) dan hasilnya diambil rata-rata. Dalam
satu trafo diambil dua sampel, minyak bagian atas dan bagian bawah trafo.
Standard hasil pengujian adalah sbb:
Tabel 5-9. Tabel Tegangan Tembus/Breakdown Voltage Sesuai IEC 156

Tegangan Operasi Trafo

Jarak Gap (mm)

(kV)

Nilai
Minimu
m (kV)
30

Un 36

2,5

36 < Un 70

2,5

35

70 < Un 170

2,5

40

170 < Un

2,5

45

Standard yang biasa digunakan di lapangan adalah untuk trafo yang sudah
dipakai adalah 40 kV / 2,5 mm dan minyak baru adalah 50 kV / 2,5 mm.
OIL TREATMENT
Apabila hasil pengujian tidak memenuhi standard, minyak bisa ditreatment
dengan menggunakan Oil Perification. Peralatan ini mempunyai beberapa
tahap perlakuan (treatment) diantaranya :
1 Filtering
Menggunakan filter yang berfungsi untuk menyaring material asing
yang ada dalam minyak, misalkan sobekan kertas selulosa, rontokan
cat, bangkai ular, bangkai burung, bangkai biawak, tusuk gigi, bungkus
nasi, buku manual dan lain-lain.
2 Pemanasan
Menggunakan heater dengan tujuan untuk membuang air

yang

terkandung dalam minyak trafo. Minyak trafo dipanaskan sehingga


o

mencapai suhu 70 80 C. Diharapkan air yang terkandung pada


minyak trafo dapat menguap dan terpisah dari minyak trafo. Tetapi
secara teori dan kenyataan lapangan, air baru akan menguap pada

suhu 100 C pada tekanan 1 atm. Menaikkan suhu sampai suhu


o

mencapai 100 C atau lebih berkemungkinan dapat menyebabkan


minyak atau peralatan oil purification rusak. Untuk itu diperlukan satu
proses lagi yaitu vacuum.
3 Vacuum
o

Pada tekanan kurang 1 atm, dengan suhu dibawah 100 C, air sdh bisa
berubah menjadi uap dan terpisah dengan minyak trafo.
4 Sentrifugal
Proses ini dilakukan dengan cara memutar minyak trafo dalam satu
wadah. Diharapkan material yang berat jenisnya lebih berat dari minyak
trafo, misalkan beram tembaga, lumpur, karat dan lain-lain, bisa
terkumpul di tengah wadah sehingga mudah dipisahkan dari minyak
trafo.
5 Fuller Earth
Proses ini bertujuan memisahkan asam yang terdapat dalam minyak
trafo. Cara kerjanya adalah material fuller earth akan mengikat asam
yang ada dalam minyak trafo seperti halnya silica gel mengikat air/uap
air dari udara.
6

Pengukuran DGA

Suatu analisa secara kualitatif maupun kuantitatif gas terlarut pada minyak
isolasi trafo, untuk mengetahui dan menganalisa ketidaknormalan yang
terjadi pada bagian dalam/internal trafo. Analisa ini dilakukan dengan
peralatan yang bernama Gas Chromatograph.
Cara pelaksanaan pengukuran :
Ambil sampel minyak trafo untuk diuji di laboratorium (cara dan peralatan
untuk pengambilan sampel mempunyai prosedure tertentu).
Langkah pertama yang dilakukan di laboratorium adalah ekstrasi atau
memisahkan gas dari contoh minyak. Pemisahan gas dari minyak
menggunakan peralatan pompa vacum yang berada dalam peralatan gas
chromatographi.

Dari hasil akstrasi ini, gas gas terlarut akan terpisahkan dari minyak
selanjutnya akan dianalisa jenisnya.
Gas Chromatographi dapat diartikan memisahkan dan mendeteksi
jenis- jenis gas yang telah diekstrak dari contoh minyak.
Jenis gas yang dapat dedeteksi dengan peralatan gas chromatographi
hanya ada 9 jenis gas, terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar
(combustible gases) dan uncombustible gases (gas tidak mudah
terbakar, CO2 , N2, O2)
Gas yang di deteksi volumenya sangat kecil, hanya part per mllion (ppm)
atau seper sejuta liter.
Tabel 5-10. Jenis Gas Terlarut pada Minyak Isolasi Trafo dan Daya Larut
Gas pada Minyak

SYMBO
L

JENIS GAS

DAYA LARUT

SIFAT

Hydrogen

H2

7,0 %

Combustible

Nitrogen

N2

8,6 %

Carbon Monoxide

CO

9,0 %

Oxygen

O2

16,0 %

Methane

CH4

30,0 %

Carbon Dioxide

CO2

120,0 %

Etahane

C2H6

280,0 %

Combustible

Ethylene

C2H4

280,0 %

Combustible

Combustible
Combustible

INTERPRESTASI DATA
Setelah diperoleh data jenis gas yang diproduksi didalam tangki trafo, maka
untuk mengetahui jenis ketidaknormalan atau gangguan yang terjadi,
dilakukan interprestasi atas data-data tersebut.
Hasil

pengujian

di

laboratorium

dan

pengalaman

lapangan

telah

membuktikan bahwa apabila didalam minyak isolasi trafo ditemukan


combustible gas maka dipastikan telah terjadi ketidak normalan pada trafo
tersebut.

Tabel interprestasi Kandungan Gas Terlarut yang sering digunakan dibagi


berdasarkan 4 (empat) bagian tabel, yaitu:
1

Berdasarkan jenis gas yang diproduksi

Berdasarkan prosentase gas kunci

Berdasarkan total kandungan combustable gas

Berdasarkan perbandingan/ratio rogers

1 INTERPRESTASI BERDASARKAN GAS DIPRODUKSI


Tabel 5-11. Interprestasi berdasarkan Gas Diproduksi

GAS TERDETEKSI
Nitrogen dan kurang atau lebih 5

INTERPRESTASI
Trafo operasi normal

% Oksigen
Nitrogen dan lebih 5 % Oksigen

Periksa kebocoran pada seal dan


kran- kran

Nitrogen dan Carbon Dioksida,

Trafo beroperasi dengan beban

atau Karbon Monoksida atau

lebih atau beroperasi dengan suhu

keduanya

tinggi, yang mengakibatkan isolasi


kertas mengalami kerusakan

Nitrogen dan Hidrgen

Terjadi Corona, lektroisa air


atau terdapat karat

Nitrogen, Hidrogen, Karbon

Terjadi corona pada isolasi kertas

Dioksida dan Karbon Monoksida

atau terjadi pembebanan lebih pada

Nitrogen, Hidrogen, Methan dan

trafo
Terjadi loncatan bunga api kecil

sedikit Ethane dan Ethelene

(sparking) atau ada sebagian


kecil minyak isolasi yang

Nitrogen, Hidrogen, Methan dan

breakdown
Terjadi loncatan bunga api kecil

Karbon Dioksida, Karbon

(sparking) atau ada sebagian

Monoksida, dan sedikit Hidrokarbon

kecil isolasi kertas yang rusak

(sedikit acythlene tidak terdeteksi)

Nitrogen dengan Hidrogen yang

Terjadi loncatan bunga api panjang

tinggi, dan sejumlah hidrokarbon

(arcing) akibat detorasi minyak

termasuk Acetylene

isolasi

Sama dengan diatas, ditambah

Sama dengan diatas, arcing juga

dengan Carbon Dioksida dan Carbon

terjadi pada isolasi kertas

Monoksida
2 INTERPRESTASI BERDASARKAN KANDUNGAN GAS KUNCI
Tabel 5-12. Interprestasi berdasarkan Kandungan Gas Kunci

Kondisi Trafo

Gas Kunci

Arcing pada minyak isolasi

Acethylene

Corona pada minyak isolasi

Hydrogen

Overheating pada minyak isolasi

Ethylene

Overheating pada Isolasi kertas

Carbon Monoksida

3 INTERPRESTASI DATA GAS BERDASARKAN TOTAL COMBUSTABLE GAS


Tabel 5-13. Interprestasi Data Gas berdasarkan Total Combustable Gas

Total combustible gas 0 500 ppm

Total combustible gas 500 - 1000 ppm :

Trafo beroperasi dengan normal


Terjadi dekomposisi minyak isolasi,
kemungkinan akibat proses
operasi penuaan usia.

Total combustible gas 1000 - 2500 ppm

Terjadi dekomposisi tingkat

tinggi minyak isolasi, harus


dilihat trend

Total combustible gas > 2500 ppm

Terjadi dekomposisi sangat tinggi


minyak isolasi, trafo harus keluar
Operasi, adakan pemeriksaan
detail.

4 INTERPRESTASI DATA GAS MENGGUNAKAN RATIO ROGERS


Tabel 5-14. Interprestasi Data Gas Menggunakan Ratio Rogers
R2
CASE
(KASUS)

R1

R5

Suggested Fault
Diagnosis (Diagnosa

C2H2/C2H4
< 0.1

CH4/CH2
> 0.1
< 1.0

C2H4/C2H6
< 0.1

gangguan yang
diperkirakan)
Unit normal
(Normal)
Low energi density arcing Partial discharge (corona)

< 0.1

< 0.1

< 0.1

(Energi kepadatan busur


api rendah- telah terjadi
korona dgn kapasitas
rendah)
Arching - high
density discharges

0.1 s/d 3.0

0.1 s/d 1.0

>3

(terjadi busur api dengan


kepadatan pelepasan
yang tinggi)
Low

< 0,1

> 0.1
< 1.0

1.0 s/d 3.0

thermal

temperature
over

heating

(mengalami pemanasan
berlebih tapi tidak terlalu
signifikan)
High
tempertaure
thermal overheating -

> 0.1

> 0.1

1.0 s/d 3.0

less than 700C


(mengalami pemanasan
berlebih s.d. 700C)
High tempertaure
thermal overheating -

> 0.1

> 0.1

> 3.0

more than 700C


(mengalami pemanasan
lebih diatas 700C)

PENGENALAN CONDITION BASED MAINTENANCE (CBM)


Definisi :

suatu strategi pemeliharaan yang didasarkan pada kondisi suatu asset


fisik dengan menggunakan parameter-parameter yang bisa dianggap
mampu merepresentasikan kondisi dari asset fisik tersebut.
Tujuan :
untuk mendapatkan cost effectiveness dan mengetahui tindakan yang
harus dilakukan terhadap asset fisik tersebut berdasarkan condition
assessment.
Fakta :
90% periodic preventive maintenance tidak diperlukan karena sistem
masih dalam kondisi baik.
Kelebihan :
deterministic intervention
pemeliharaan dilakukan jika benar-benar dibutuhkan
memperkecil maintenance costs
mengurangi outage akibat pemeliharaan
Tantangan :
Investasi ekstra untuk peralatan monitoring

Cost/value

dibutuhkan

parameter

yg

menggambarkan

penurunan

peralatan.

Product value

Complementary
costs

Endurable
Endurable lifetime
New Endurable lifetime
Technical lifetime
New Endurable
lifetim
New Technical lifetime
lifetime
Time
Gambar 5-25. Manfaat Implematasi CBM

kondisi

Product Value menurun, biaya pemeliharaan akan meningkat.


CBM membantu memperpanjang endurable lifetime dan technical lifetime.
Failure Risk

Usia asset dapat diperpanjang.

Infan
Infant
t
Failure
Failur

Random FailureAgeing
Failure
(New)
Random
Failure
(New)
Random
Failure

Agein
g

(New)Ageing
(New)
Agein

Time

Gambar 5-26. Pemeliharaan yang tepat dpt menghambat ageing peralatan

Langkah-langkah Implementasi CBM


1 Tentukan critical HV component pada sistem (berdasarkan failure
statistic). Menentukan peralatan yang akan dilakukan CBM.
2 Tentukan critical subcomponents dengan pendekatan FMECA (Failure
Mode Effect Critical Analysis).
3 Membangun dan melakukan kegiatan diagnostics (pengukuran dan lainlain) yang didasarkan pada critical component.
4 Menyimpan dan menganalisa hasil pengukuran dan pemeliharaan
dengan menggunakan metode Data Mining.
CRITICAL HV COMPONENT:
1 Biaya pemeliharaan per switchgear peralatan HV saat ini.
2 Outage time yang dibutuhkan untuk pemeliharaan.
3. Resiko maintenance

induced

failure.

Kompleksitas

technical impact dari preventive maintenance.


4 Jumlah populasi peralatan.
5 Usia peralatan dan lifetime yang diharapkan.
6 Kecenderungan failure behaviour dan failure frequency saat ini.

peralatan

dan

DATA BASE DAN DATA MINING:


Proses data mining diperlukan untuk melakukan analisa data-data yang
tidak dapat diimpretasikan secara langsung dengan standart yang ada atau
hasil

pengukuran

bergantung

dengan

kondisi

lingkungan

peralatan

(temperatur, kelembaban dan lain-lain).


Metode diagnosis data mining:
Regresi, artificial neural network, fuzzy logic, case base reasoning, condition
base reasoning.

POLA PROTEKSI GARDU INDUK


Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi
tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan
hubung singkat, sistem proteksi juga harus dapat mengeliminiir daerah yang
terganggu dan memisahkan daerah yang tidak tergangggu, sehingga
gangguan tidak meluas dan kerugian yang timbul akibat gangguan tersebut
dapat di minimalisasi. Relai proteksi gardu induk seperti yang terlihat pada
Gambar 2-1 terdiri dari:
Relai proteksi Trafo Tenaga;
Relai proteksi kapasitor dan reaktor.
Relai proteksi PMT;
Relai proteksi busbar atau kopel;

OHL

OHL

Proteksi PHT

Proteksi PHT

Proteksi BUSBAR
BUS 150KV-4000A

I
II
UNINDO
TD-2 (60 MVA)

Proteksi TRAFO
NGR: 12

NGR: 12

1000A

1000 A

Proteksi

Proteksi TRAFO

PEMBANGKIT
PLTG

Proteksi
FEEDER

Gambar 2-1. Diagram Proteksi Gardu Induk

Proteksi Trafo Tenaga


Peralatan proteksi trafo tenaga terdiri dari Relai Proteksi, Trafo Arus (CT),
Trafo Tegangan (PT/CVT), PMT, Catu daya AC/DC yang terintegrasi dalam
suatu rangkaian, sehingga satu sama lainnya saling keterkaitan. Fungsi
peralatan proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta
sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau
kerugian yang lebih besar.
PMT 150 KV
CT150

RELAI PROTEKSI

CTN150

Indikasi relai
Data SCADA

NGR

CATU DAYA DC / AC

CTN20

CT20

PMT 20 KV

Gambar 2-2. Peralatan Sistem Proteksi Trafo Tenaga 150/20 kV

Gangguan Pada Trafo Tenaga terdiri dari:


1 Gangguan Internal
Gangguan yang terjadi di daerah proteksi trafo, baik didalam trafo
maupun diluar trafo sebatas lokasi CT.
Penyebab gangguan internal biasanya akibat:
Kegagalan isolasi pada belitan, lempengan inti atau baut pengikat
inti atau Penurunan nilai isolasi minyak yang dapat disebabkan
oleh kualitas minyak buruk, tercemar uap air dan adanya
dekomposisi karena overheating, oksidasi akibat sambungan listrik
yang buruk;
Kebocoran minyak;
Ketidaktahanan terhadap arus gangguan (electrical dan mechanical

stresses);
Gangguan pada tap changer;
Gangguan pada sistem pendingin;
Gangguan pada bushing.
Gangguan internal dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) kelompok,
yaitu:
a Incipient fault:
Gangguan

terbentuk

lambat,

dan

akan

berkembang

menjadi

gangguan besar jika tidak terdeteksi dan tidak diatasi. Yang termasuk
kedalam gangguan incipient fault, yaitu: Overheating, overfluxsing,
dan over pressure.
Penyebab Overheating
Ketidaksempurnaan sambungan baik elektrik maupun magnetic;
Kebocoran minyak;
Aliran sistem pendingin tersumbat;
Kegagalan kipas atau pompa sistem pendingin.
Penyebab overfluxing
Terjadi saat overvoltage dan under frekuensi, dapat menyebabkan
bertambahnya rugi-rugi besi sehingga terjadi pemanasan yang dapat
menyebabkan kerusakan isolasi lempengan inti dan bahkan isolasi
belitan.
Penyebab Overpressure
Pelepasan gas akibat overheating;
Hubung singkat belitan-belitan sefasa;
Pelepasan gas akibat proses kimia.
b Active fault:
Disebabkan oleh kegagalan isolasi atau komponen lainnya yang
terjadi secara cepat dan biasanya dapat menyebabkan kerusakan
yang parah. Penyebab dari gangguan Active fault adalah sebagai
berikut:
Hubung singkat fasa-fasa atau fasa dengan ground;
Hubung singkat antar lilitan sefasa (intern turn);
Core faults;
Tank faults; Bushing flashovers.

2 Gangguan Eksternal
Gangguan yang terjadi diluar daerah proteksi trafo. Umumnya
gangguan ini terjadi pada jaringan yang akan dirasakan dan
berdampak

terhadap

ketahanan

kumparan

primer

maupun

sekunder/tersier Trafo. Fenomena gangguan ekternal seperti:

Hubung

singkat

pada

jaringan

sekunder

atau

tersier

(penyulang) yang menimbulkan through fault current. Frekuensi


dan besaran arus gangguan diprediksi akan mengurangi umur
operasi trafo;

Pembebanan lebih (Overload );

Overvoltage akibat surja hubung atau surja petir;

Under atau over frequency akibat gangguan system;

External system short circuit.

Fungsi Proteksi Trafo tenaga terhadap gangguan


Untuk memperoleh efektifitas dan efisen dalam menentukan sistem
proteksi trafo tenaga, maka setiap peralatan proteksi yang dipasang harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan prediksi gangguan yang akan terjadi
yang mengancam ketahanan trafo itu sendiri. Jenis relai proteksi yang
dibutuhkan seperti Tabel 2-1.
Tabel 2-1. Kebutuhan Fungsi Relai Proteksi Terhadap Berbagai Gangguan

Pola Proteksi Trafo tenaga berdasarkan SPLN 52-1


Kebutuhan peralatan proteksi trafo berdasarkan kapasitas trafo sesuai
SPLN adalah seperti pada Tabel 2-2 dibawah ini.

Tabel 2-2. Kriteria Sistem Proteksi Sesuai SPLN 52-1

Proteksi utama Trafo Tenaga


Proteksi utama adalah suatu sistem proteksi yang diharapkan sebagai
prioritas untuk mengamankan gangguan atau menghilangkan kondisi tidak
normal pada trafo tenaga. Proteksi tersebut biasanya dimaksudkan untuk
memprakarsainya saat terjadinya gangguan dalam kawasan yang harus
dilindungi. (lEC 15-05-025).
Ciri-ciri pengaman utama:

Waktu kerjanya sangat cepat seketika (instanteneoues);


Tidak bisa dikoordinasikan dengan relai proteksi lainnya;
Tidak tergantung dari proteksi lainnya;
Daerah pengamanannya dibatasi oleh pasangan trafo arus, dimana
relai differensial dipasang.

OCR/GFR 50/51P/51GP

87NP
Gambar 2-3. Sistem Proteksi
Trafo Tenaga 150/20 kV

1 Differential relay (87T)

87T

Relai differensial arus berdasarkan H. Kirchoff, dimana arus yang


SBEF 51NS
masuk
pada suatu titik,
sama dengan arus yang keluar dari titik
87NS

tersebut.
OCR/GFR

Relai differensial
arus membandingkan arus yang melalui daerah
50/51S/51GS
REL 20 kV

pengamanan.
OCR/GFR 50/51/51G

Gambar 2-4. Prinsip Kerja Relai Differensial

Fungsi relai differensial pada trafo tenaga adalah mengamankan


transformator dari gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam
transformator, antara lain hubung singkat antara kumparan dengan
kumparan atau antara kumparan dengan tangki. Relai ini harus
bekerja

kalau terjadi gangguan di daerah pengamanan, dan tidak boleh


bekerja dalam keadaan normal atau gangguan di luar daerah
pengamanan.
Relai ini merupakan unit pengamanan dan mempunyai selektifitas
mutlak. Karakteristik diffrensial relai.

Id
(I1-I2)

Slope 2

Operate
Slope =

Id
Ih

100

Slope 1

Id

block area
Ih
(I1+I2)/2

Gambar 2-5. Karakteristik Kerja Relai Differensial

2 Restricted Earth Fault (REF)


Prinsip kerja relai REF sama dengan dengan relai differensial, yaitu
membandingkan besarnya arus sekunder kedua trafo arus yang
digunakan, akan tetapi batasan daerah kerjanya hanya antara CT
fasa dengan CT titik netralnya. REF ditujukan untuk memproteksi
gangguan 1-fasa ketanah.
Pada waktu tidak terjadi gangguan/keadaan normal atau gangguan di
luar daerah pengaman, maka ke dua arus sekunder tersebut di atas
besarnya sama, sehingga tidak ada arus yang mengalir pada relai,
akibatnya relai tidak bekerja.
Pada waktu terjadi gangguan di daerah pengamanannya, maka
kedua arus sekunder trafo arus besarnya tidak sama oleh karena
itu, akan ada arus yang mengalir pada relai, selanjutnya relai bekerja.
Fungsi dari REF adalah untuk mengamankan transformator bila ada
gangguan satu satu fasa ke tanah di dekat titik netral transformator
yang tidak dirasakan oleh rele differensial.

Gambar 2-6. Rangkaian Arus Relai REF Saat terjadi Gangguan Eksternal

Proteksi Cadangan Trafo Tenaga


Proteksi cadangan adalah suatu sistem proteksi yang dirancang untuk
bekerja ketika terjadi gangguan pada sistem tetapi tidak dapat diamankan
atau tidak terdeteksinya dalam kurun waktu tertentu karena kerusakan
atau

ketidakmampuan

proteksi

yang

lain

(proteksi

utama)

untuk

mengerjakan pemutus tenaga yang tepat.


Proteksi cadangan dipasang untuk bekerja sebagai pengganti bagi
proteksi utama pada waktu proteksi utama gagal atau tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya. (IEC l6-05-030).
Ciri-ciri pengaman cadangan :
waktu kerjanya lebih lambat atau ada waktu tunda (time delay), untuk
memberi kesempatan kepada pengaman utama bekerja lebih dahulu;
Relai pengaman cadangan harus dikoordinasikan dengan relai
proteksi pengamanan cadangan lainnya di sisi lain;
Secara sistem, proteksi cadangan terpisah dari proteksi utama.
Pola Proteksi cadangan pada trafo tenaga umumnya terdiri dari OCR
untuk gangguan fasa-fasa atau 3-fasa dan GFR untuk gangguan 1-fasa
ketanah seperti yang terlihat pada Tabel 2-1 di atas.
1 Relai Arus Lebih (50/51)
Prinsip kerja relai arus lebih adalah berdasarkan pengukuran arus,
yaitu relai akan bekerja apabila merasakan arus diatas nilai
settingnya. OCR dirancang sebagai pengaman cadangan Trafo jika
terjadi gangguan hubung singkat baik dalam trafo (internal fault)
maupun

gangguan ekternal (external fault). Oleh karena itu, setting arus OCR
harus lebih besar dari kemampuan arus nominal trafo yang
diamankan (110 120% dari nominal), sehingga tidak bekerja
pada saat trafo dibebani nominal, akan tetapi harus dipastikan bahwa
setting arus relai masih tetap bekerja pada arus hubung singkat fasafasa minimum.
Karateristik waktu kerja terdiri dari:
- Definite
- Normal/Standar inverse
- Very inverse
- Long time inverse

Gambar 2-7. Kurva/Karakteristik Relai OCR

Relai

ini

digunakan

untuk

mendeteksi

gangguan

fasafasa,

mempunyai karakteristik inverse (waktu kerja relai akan semakin


cepat apabila arus gangguan yang dirasakannya semakin besar) atau
definite (waktu kerja tetap untuk setiap besaran gangguan). Selain itu
pada relai arus lebih tersedia fungsi high set yang bekerja seketika
(moment/instantaneous).
Untuk karakteristik inverse mengacu kepada standar IEC

atau

ANSI/IEEE. Relai ini digunakan sebagai proteksi cadangan karena


tidak dapat menentukan titik gangguan secara tepat, dan juga
ditujukan untuk keamanan peralatan apabila proteksi utama gagal
kerja.

Agar dapat dikoordinasikan dengan baik terhadap relai arus lebih


disisi yang lain (bukan relai arus lebih yang terpasang di penghantar),
maka karakteristik untuk proteksi penghantar yang dipilih adalah
kurva yang sama yaitu standard inverse (IEC) / normal inverse
(ANSI/IEEE).
2

Ground Fault Relay (50N/51N)


Prinsip kerja GFR sama dengan OCR yaitu berdasarkan pengukuran
arus, dimana relai akan bekerja apabila merasakan arus diatas nilai
settingnya.
GFR dirancang sebagai pengaman cadangan Trafo jika terjadi
gangguan hubung singkat fasa terhadap tanah, baik dalam trafo
(internal fault) maupun gangguan ekternal (external fault). Setting arus
GFR lebih kecil daripada OCR, karena nilai arus hubungsingkatnya
pun lebih kecil dari pada arus hubung singkat fasa-fasa.

Karateristik waktu kerja terdiri dari:


- Definite
- Normal/Standar inverse
- Very inverse
- Long time inverse

Gambar 2-8. Kurva/Karakteristik Relai GFR

Relai ini digunakan untuk mendeteksi gangguan fasatanah, sehingga


karakteristik waktu yang dipilihpun cenderung lebih lambat daripada
waktu OCR. Pada GFR setting highset diblok, kecuali untuk tahanan
500 di sisi sekunder trafo.

Stand By Earth Fault (SBEF)


Di Indonesia ada tiga jenis pentanahan netral yaitu dengan tahanan
rendah (12 , 40 ), langsung (solid) dan pentanahan dengan
tahanan tinggi (500 ). Stand By Earth Fault adalah rele pengamanan
untuk sistem pentanahan dengan Neutral Grounding Resistance
(NGR) pada trafo.
Penyetelan relai SBEF ini mempertimbangkan faktor faktor sebagai
berikut:
o Pola pentanahan netral trafo;
o Ketahanan termis tahanan netral trafo (NGR);
o Ketahanan shielding kabel disisi dipasang NGR (khususnya pada
sistem dengan netral yang ditanahkan langsung atau dengan NGR
tahanan rendah);
o Sensitifitas relai terhadap gangguan tanah;
o Pengaruh konfigurasi belitan traso (dilengkap dengan belitan delta
atau tidak).
Untuk

pemilihan

waktu

dan

karakteristik

SBEF

dengan

memperhatikan ketahanan termis NGR. Karena arus yang mengalir


ke NGR sudah dibatasi oleh resistansi terpasang pada NGR itu
sendiri. Karena nilai arus yang flat, maka pemilihan karakteristik waktu
disarankan menggunakan Definite atau Long Time Inverse.
a Tahanan Rendah, NGR 12 Ohm, 1000 A, 10 detik
Jenis relai

: relai gangguan tanah tak berarah (SBEF, 51NS)

Karakteristik

: long time inverse

Setelan arus

: (0.1 0.2) x In NGR

Setelan waktu

: 50% x ketahanan termis NGR, pada If=1000 A

Setelan highset : tidak diaktifkan


b Tahanan Rendah, NGR 40 Ohm, 300 A, 10 detik
Jenis

: relai gangguan tanah (SBEF, simbol

51NS) Karakteristik
Setelan arus

: Long Time Inverse

: (0.3 0.4) x In NGR

Setelan waktu

: 50 % x ketahanan termis NGR, pada


If=300 A

Setelan highset : tidak diaktifkan


c Tahanan Tinggi, NGR 500 Ohm, 30 detik
Jenis

: relai gangguan tanah tak

berarah Karakteristik : long time inverse (LTI)/


definite Setelan arus : (0.2 0.3) x In NGR
Setelan waktu

: 1. 8 detik (LTI) trip sisi incoming dan 10 detik


untuk sisi 150 KV pada If=25 A untuk NGR
yang mempunyai t = 30 detik;
2. Apabila belum ada relai dengan karakteristik
LTI maka menggunakan definite, t1=10 detik
(trip sisi 20 kV) dan t2 = 13 detik (trip sisi
150 kV).

Over/Under Voltage Relay (59/27)


Over Voltage Relay (OVR) dan Under Voltage Relay (UVR) adalah
relai

yang

mengamankan

peralatan

instalasi

dari

pengaruh

perubahan tegangan lebih atau tegangan kurang. Peralatan instalasi


mempunyai

nilai

batas

maksimum

dan

minimum

dalam

pengoperasiannya. Jika melebihi nilai maksimum atau minimum


batas kerja operasinya, peralatan tersebut dapat rusak. Sehingga
untuk mejaga peralatan dari kerusakan akibat perubahan tegangan
yang signifikan tersebut dibutuhkan OVR dan UVR.
Prinsip dasar OVR dan UVR adalah bekerja apabila dia mencapai titik
setingannya. OVR akan bekerja jika tegangan naik, melebihi dari
setingannya, sedangka UVR bekerja jika tegangan turun, kurang dari
nilai setingannya.
OVR diaplikasikan pada:
1 Sebagai pengaman gangguan fasa ke tanah (pergeseran titik
netral) pada jaringan yang disuplai dari trafo tenaga dimana titik
netralnya ditanahkan melalui tahanan tinggi/mengambang;

2 Sebagai pengaman gangguan fasa ke tanah stator generator


dimana titik netral generator ditanahkan lewat trafo distribusi;
3 Sebagai pengaman overspeed pada generator.
UVR diaplikasikan pada:
1 Berfungsi mencegah strating motor bila suplai tegangan turun;
2 Pengamanan sistem dapat dikombinasikan dengan relai frekuensi
kurang.
Karakteristik waktu OVR/UVR adalah inverse:

Gambar 2-9. Karakteristik Waktu UVR adalah Inver

Gambar 2-10. karakteristik Waktu OVR adalah Inverse

Keterangan:
t
: waktu
K
: Kosntanta (5 atau 40)
V
: tegangan input
Vs
: tegangan seting
Tms
: Time Multiple
Setting

Anda mungkin juga menyukai