Anda di halaman 1dari 171

LAPORAN KELAS

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
TUGAS PERALATAN PUSAT TENAGA LISTRIK

OLEH KELOMPOK 1 :

I.G.N.A.B RAMA WAHYU DEWANGGA (1705542005)


GEDE AGUS RYZKY MARTHA (1705542015)
IDA BAGUS GEDE DHARMA PAWITRA (1705542019)
I KOMANG WIDI ASTAWA (1705542024)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
PERALATAN PUSAT TENAGA LISTRIK

I. Transformator Daya
Transformator daya atau trafo daya adalah suatu peralatan listrik yang
termasuk dalam klasifikasi mesin listrik statis (karena sekundernya tidak berputar),
yang berfungsi menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya menggunakan prinsip induksi elektromagnetik.
Dalam pengoperasiannya, transformator-transformator daya pada umumnya
ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan, untuk kebutuhan
pengamanan dan proteksi. Pada transformator 150/70 kV yang ditempatkan pada
gardu induk, ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV, sedangkan
transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya.

II. Klasifikasi Transformator Daya


Transformator daya dapat di klasifikasikan dalam beberapa cara, yaitu:
1. Menurut Pemasangan:
- Transformator pasangan dalam
- Transformator pasangan luar
2. Menurut Fungsi dan Pemakaian:
- Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)
- Transformator Gardu Induk
- Transformator Distribusi
3. Menurut Kapasitas dan tegangan Kerja
- Transformator sedang
- Transformator kecil.
- Transformator besar
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
a. Trafo 1100 MVA b. Trafo 4500 MVA

c. Trafo 1000 MVA


Gambar 1. Contoh transformator 3 Phasa dengan Tegangan Kerja >1100 kV dan Daya >1000
MVA.

Pada gambar 2, diperlihatkan bagian-bagian penting dari trafo daya


kapasitas sedang dengan tegangan 110/6-10 kV

Gambar 2. Trafo daya 110/6-10 kV dengan kapasitas medium


Keterangan gambar :
1. Tangki (Tank)
2. Radiator
3. Inti (Core)
4. Kumparan (winding)
5. Indikator minyak (Oil Gauge)
6. Relay Buchollz (Bucholz Relay)
7. Explosion Vent Pipe (pipa pelepasan ledakan)
8. Bushing
9. Baut Penjepit (Clamping balt)
10. Pipe Connection (pipa pengapit)
11. Konservator
12. Thermometer
13. Roller Mounted Truck (bantalan yg bergerak)
14. Minyak (Oil)

Transformator biasanya berbentuk oval bila dilihat dari sisi konstruksi,


tangkinya terbuat dari plat baja dengan ketebalan 5-12 mm, bagian dasar dan
penutup (Cover) tangkinya terbuat dari plat baja yang lebih tebal.
Kumparan dililit pada inti dan direndam dalam minyak trafo, ujung-ujung
kumparan terhubung dengan rangkaian luar melalui bushing. Tangki berfungsi
menampung minyak (oil) berupa minyak mineral yang berasal dari jenis petroleum.
Minyak trafo selain berfungsi sebagai media transfer panas (pendingin) yang
berasal dari kumparan dan inti, juga sebagai isolasi antar bagian yang mengalirkan
arus dengan tangki dan tanah.
Radiator ditempatkan pada tangki melalui pipa pengapit untuk menambah
luas permukaan tangki, sedangkan konservator merupakan tangki pemeliharaan
untuk menampung pemuaian minyak trafo, dimana volumenya sekitar 8% -10%
dari volume minyak dalam tangki trafo, dilengkapi dengan Oil Gauge (pengukur
permukaan minyak) yang berbentuk gauge glass (kaca ukur).
Jika terjadi hubung singkat pada trafo, maka minyak akan menghasilkan gas
yang cukup besar, membuat temperatur dalam tangki akan naik secara tiba-tiba
yang dapat membahayakan tangki. Untuk itu transformator dilengkapi pula dengan
Explosiun Vent Pipe yang dijulurkan naik pada cover tangki, yang bagian atasnya
ditutup dengan thin glass disk (piringan kaca tipis). Pada keadaan dimana terjadi
sentakan tekanan yang tiba-tiba dalam trafo, maka minyakakan bebas naik melalui
pipa tersebut dan kemudian memecahkan piringan kaca tipis.
Thermometer berfungsi mengukur temperatur minyak dalam trafo,
sedangkan bucholz relay berfungsi melindungi trafo pada saat terjadi gangguan
internal atau flash over yang menyebabkan timbulnya busur api (arcing), yang
dapat menimbulkan naiknya produksi gas yang merusak material isolasi. Pada
bagian dasar tangki disangga dengan roller Mounted Truck, agar trafo bebas
bergerak/berpindah untuk keperluan perbaikan dan overhaul.

III. Komponen Transformator Dan Fungsinya


Sebuah transformator dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yang terdiri
atas :
a. Bagian utama transformator
b. Peralatan Bantu
c. Peralatan Proteksi
A. Bagian utama transformator, terdiri dari:
1. Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalannya fluks, yang ditimbulkan
oleh arus listrik yang melalui kumparan. terbuat dari lempengan-lempengan baja
tipis yang saling diisolasi, untuk mengurangi rugi rugi daya (dalam bentuk
thermal) yang ditimbulkan oleh adanya rugi rugi hysteresis dan rugi rugi akibat
arus pusar (eddy current).

2. Kumparan transformator
Beberapa lilitan kawat pada inti besi membentuk suatu kumparan, dan
kumparan tersebut diisolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan
lain dengan menggunakan isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain.
Pada transformator terdapat kumparan primer, kumparan sekunder dan
kumparan tertier.
3. Minyak transformator
Sebagian besar dari transformator tenaga, kumparan-kumparan dan intinya
direndam dalam minyak transformator, terutama pada transformator-
transformatordaya yang berkapasitas besar. Minyak transformator selain
berfungsi sebagai media pemindah panas (pendingin), juga berfungsi sebagai
media isolasi (memiliki daya tegangan tembus tinggi). Untuk minyak
transformator yang baru, spesifikasi yang dipersyaratkan seperti tampak pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru

Untuk minyak isolasi yang sudah terpakai, transformator dengankapasitas


>1 MVA atau bertegangan >30 kV, spesifikasi yang dipersyaratkan seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi Minyak Isolasi Pakai.

4. Bushing
Hubungan antara kumparan transformator dan jaringan luar dilakukan
melalui bushing transformator, yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh
isolator, yang berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan
tangki transformator.

Gambar 3. Bushing
5. Tangki dan konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendam minyak
transformator, berada atau ditempatkan di dalam tangki, dan untuk
menampung pemuaian pada minyak transformator, maka tangki dilengkapi
dengan sebuah konservator. Terdapat beberapa jenis tangki, diantaranya
adalah:
a. Jenis sirip (tank corrugated), Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai
dingin yang menjalani penekukan, pemotongan dan proses pengelasan
otomatis, untuk membentuk badan tangki bersirip. Siripnya berfungsi sebagai
radiator pendingin sekaligus sebagai media pernapasan trafo. Tutup dan dasar
tangki terbuat dari plat baja bercanai panas yang kemudian dilas sambung pada
badan tangki yang membentuk sirip (corrugated). Umumnya transformator di
bawah 4000 kVA dibuat dengan bentuk tangki corrugated.

b. Jenis tangki Conventional Beradiator, Jenis tangki terdiri dari badan tangki
dan tutup yang terbuat dari mild steel plate (plat baja bercanai panas) ditekuk
dan dilas sesuai dimensi yang diinginkan, sedang radiator jenis panel terbuat
dari pelat baja bercanai dingin (cold rolled steel sheets). Transformator ini
umumnya dilengkapi dengan konservator dan digunakan untuk 25.000 kVA,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

c. Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined, Tipe tangki ini sama dengan
jenis conventional, tetapi di atas permukaan minyak terdapat gas nitrogen
untuk mencegah kontak antara minyak dengan udara luar, sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 4. Transformator Tipe Conventional Beradiator

Gambar 5. Transformator 5 MVA dengan oil conservator dan


Transformator 1250 kVA hermetic shell
B. Peralatan Bantu
1. Sistem Pendingin
Energy yang hilang dalam bentuk panas yang dihasilkan oleh inti besi dan
kumparan, dapat menyebabkan temperatur yang berlebihan dalam tangki dan
merusak isolasi disekitar conductor. Untuk itu dibutuhkan pendinginan
transformator. Metode pendinginan harus mampu mempertahankan temperatur
rata-rata yang cukup rendah dan mampu mencegah timbulnya temperature yang
berlebihan pada setiap bagian trafo serta terbentuknya “hot spots”, dengan
memberikan ruang sirkulasi yang bebas pada minyak
Adapun proses pendinginan trafo, pertama tama, panas pada inti besi dan
kumparan diserap oleh minyak, kemudian ditransfer ke dinding tangki, lalu
dibuang melalui udara disekitar dinding tangki. Namun demikian panas pada
minyak menyebabkan minyak akan memuai (bergerak naik) dan ketika panasnya
turun ia pun akan bergerak turun. Pergerakan naik turunnya minyak membantu
mempercepat transfer panas pada dinding tangki. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 6.

Gambar 6. Pendingan pada transformator

Sistem pendinginan transformator dapat dibagi menurut jenis trafo, yaitu:


1. Oil Cooling (Oil Immersed Transformator)
2. Air Cooling (Dry Tipe Transformator)
Metode pendinginan untuk oil immersed transformator dapat berbentuk:
a. Oil Natural Cooling
b. Oil Natural-Air Blast Cooling
c. Water-Oil Cooling
Pada Oil Natural Cooling, panas yang timbul diserap oleh minyak
kemudian ditransfer melalui dinding tangki, selanjutnya diteruskan keluar malalui
udara di sekitar trafo. Transfer panas ini terbantu pula oleh adanya sirkulasi alami
pada minyak dalam tangki. Untuk menambah disipasi panas pada udara, maka pada
permukaan tangki transformator dilengkapi dengan tubular tank (tangki pipa) atau
radiator dalam bentuk kumpulan pipa baja (Bank of steel tube).
Pada Oil Natural-Air Blast Cooling, Untuktrafo dengan kapasitas besar
penggunaan natural oil cooling tidak efisien, untuk itu sistem pendinginannya
dikombinasi dengan forced air (udara paksa) atau air blast cooling. Pada air blast
cooling, tube bank radiator didinginkan secara paksa melalui hembusan udara
menggunakan motor-fan yang ditempatkan dalam ruang radiator tube.
Kipas-kipas tersebut dapat di switch out jika temperature ambient turun atau
beban pada transformator turun, selain itu untuk transformator dengan kapasitas
besar, kipas-kipas tersebut dapat dikontrol secara otomatis menggunakan relay.
Air blast cooling dapat dioperasikan sebagai natural oil cooling tanpa air
blast, jika beban sama dengan atau lebih rendah dari 70% dari rating air blast,
demikian pula ketika beban yang dipikul berada antara 70100.Dalam hal ini
temperature minyak tidak melebihi 55 C. Secara detail macam-macam sistem
pendinginan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tipe Pendinginan Transformator

Keterangan: A = air (udara), O = Oil (minyak), N = Natural (alamiah), F =


Forced (Paksaan/tekanan)
2. Sistem pernapasan
Karena pengaruh naik turunnya beban trafo dan suhu udara luar, maka suhu
minyak dalam trafo akan berubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu
minyak tinggi, maka minyak akan memuai dan mendesak udara di atas
permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya apabila suhu minyak
turun, maka minyak menyusut dan udara akan masuk dan mengisi ruang di
atas permukaan minyak. Proses keluar masuknya udara ke dalam tangki
disebut sebagai pernapasan trafo.
Pernapasan trafo, menyebabkan permukaan minyak akan selalu
bersinggungan dengan udara luar. Udara luar yang lembab akan memperburuk
isolasi atau menurunkan nilai tegangan tembus minyak. Untuk mencegah
masuknya udara lembab ke dalam minyak, maka pada ujung pipa penghubung
udara luar dilengkapi sebuah tabung kaca yang berisi Kristal zat higroskopis
(bahan yang dapat menyerap kadar air yang ada dalam udara dan dapat
berubah warna). Tabung kaca ini biasanya terdapat pada transformator dengan
kapasitas besar, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7. Tabung kaca berisi Kristal zat higroskopis

3. Tap Changer
Adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan), akibat tegangan
jaringan primer yang berubah-ubah. Tap changer yang hanya dapat beroperasi
untuk memindahkan tap trafo dalam keadaan tanpa beban disebut OFF Load
tap Changer, dimana perubahan tapnya bersifat manual. Sedangkan tap changer
yang beroperasi dalam keadaan berbeban disebut dengan ON Load Tap
Changer (OLTC) dan dapat beroperasi secara manual ataupun otomatis.
Ada dua cara mengubah tegangan transformator dalam keadaan berbeban:
a. Memasang pengatur tegangan berbeban (On Load Voltage Regulator)
secara seri dan terpisah dari transformator utama.
b. Memasang transformator dengan pengubah tap (On Load Tap Changer)
Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Cara Mengubah Tegangan Transformator

kekurangan dari on load Voltage regulator, keandalannya rendah dan harus


selalu diperiksa dan dipelihara. Dengan membaiknya keandalan dari on load
tap changer, maka kebanyakan dipakai adalah on Load tap changer sekaligus
sebagai pengganti dari on load Voltage regulator On Load Tap Changer terdiri
dari :
a. Pemilih tap (Tap Selector/Selector Switch)
b. Saklar Peng-alih (Diverter Switch)
c. Peralatan pendukung (Auxiliary Device)

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6. Keadaan (a) adalah keadaan
kerja normal, dimana arus mengalir melalui kumparan dengan posisi tap
ditengah, kedua bagian kumparan di kedua sisi tap tergulung pada inti besi
yang identik, sehingga fluks magnetnya sama besar dan saling meniadakan, dan
sudah barang tentu impedansi reaktornya mendekati 0.
Keadaan (b) saklar peng-alih membuka, arus mengalir pada satu sisi
kumparan, Keadaan (c) Pemilih tap berpindah pada tap berikutnya, Keadaan (d)
Saklar peng-alih menutup kembali, 2 tap yang berbeda saling terhubung, dan
arus sirkulasi karena adanya beda tegangan antara kedua tap kemudian dibatasi
oleh reactor, keadaan (e) dan (f) saklar peng-alih dan pemilih tap bekerja pada
sisi tap yang lain, Keadaan (g) pemindahan pada satu tap dianggap selesai

Gambar 8. Cara kerja OLTC jenis reactor

Selain OLTC Jenis reactor, ada juga jenis tahanan dan tahanan ganda (multi
resistor type), dimana arus sirkulasi dibatasi oleh tahanan, sebagaimana gambar
9 dan 10.

Gambar 9. Cara kerja OLTC jenis Tahanan

Untuk jenis 6 tahanan, fluktuasi tegangan pada waktu perpindahan tap


dibatasi dan tugas buka-tutup dari saklar peng-alih diperingan.

Gambar 10. OLTC jenis 6 Tahanan reactor


Adapun hubungan belitan dan tap changer dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Hubungan belitan dan tap changer

Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan


tap changer yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di
sisi primer. Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada
trafo kapasitas kecil, umumnya menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya
pada saat trafo tenaga tanpa beban.
Untuk meredam panas pada saat proses perpindahan tap, maka OLTC
direndam di dalam minyak isolasi yang biasanya terpisah dengan minyak isolasi
trafo. Hal ini disebabkan karena proses perpindahan hubungan tap di dalam minyak
cendrung menyebabkan fenomena elektris, mekanis, kimia dan panas, membuat
minyak isolasi OLTC kualitasnya akan cepat menurun. tergantung dari jumlah
kerjanya dan adanya kelainan di dalam OLTC.

4. Beberapa Masalah pada tap Changer


Terdapat berbagai persoalan yang timbul sehubungan dengan pemakaian
pengubah tap, yaitu:
a. Saklar peng-alih yang melaksanakan tugas perpindahan hubungan
(Switching over) dalam minyak, menyebabkan minyak cepat memburuk.
Untuk itu minyak tap changer dipisahkan dari minyak transformator daya
b. Seringnya saklar pengalih bekerja, maka keausan kontak memerlukan
perhatian, dan memerlukan penggantian, namun penggantian kontak cukup
sekali dalam beberapa tahun. Untuk itu diperlukan pengujian mekanis dan
pengujian elektris dari keadaan minyak
5. Faktor Design Trafo
Bila dilihat dari sisi fluktuasi tegangan, sifat induktif dan stabilitas sistem,
maka dikehendaki impedansi tegangan (Impedance Voltage) yang kecil, dan bila
dilihat dari sisi pembatas arus hubung singkat dikehendaki tegangan impedansi
yang besar. Untuk itu bila design trafo dipilih impedansi yang tinggi, maka
tembaganya akan lebih berat, sedangkan bila dipilih impedansi yang rendah, maka
besinya yang lebih berat. Untuk itu dalam design yang ekonomis harus
mempertimbangkan harga di antara keduanya. Adapun harga standard dari design
trafo dapat dilihat pada tabel. Pada umumnya berat transformator kapasitas kecil

sebanding dengan pangkat dari kapasitasnya.Adapun keadaan sebenarnya dapat


dilihat pada gambar. Sedangkan untuk kapasitas kecil, beratnya sebanding dengan
pangkat 0,6-0,65 dari kapasitasnya.

6. Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya
indicator yang dipasang pada transformator. Indikator tersebut adalah sebagai
berikut:
• indikator suhu minyak
• indikator permukaan minyak
• indikator sistem pendingin
• indikator kedudukan tap, dan sebagainya.

C. Peralatan Proteksi
1. Relai Bucholz
Adalah relai yang berfungsi mendeteksi dan mengamankan terhadap
gangguan transformator yang menimbulkan gas. Timbulnya gas dapat diakibatkan
oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
a. Hubung singkat antara lilitan pada atau dalam phasa
b. Hubung singkat antara phasa
c. Hubung singkat antara phasa dan tanah
d. Busur api listrik antar laminasi
e. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik
2. Pengaman tekanan lebih
Alat ini berupa membrane yang terbuat dari kaca plastic, tembaga atau
plastik, tembaga atau katup berpegas, sebagai pengaman tangki transformator
terhadap kenaikan tekanan gas yang timbul dalam tangki yang akan pecah pada
tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator

3. Relai tekanan lebih


Relai ini berfungsi hamper sama seperti relai bucholz. Fungsinya adalah
mengamankan terhadap gangguan didalam transformator. Bedanya relai ini hanya
bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba tiba dan langsung mentripkan CB

4. Relai Diferensial
Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan didalam
transformator, antara lain kejadian flas over antara kumparan atau kumparan
dengan tangki atau belitan dengan belitan didalam kumparan atau pun beda

IV. Penulisan Simbol Dan Penandaan Transformator


A. Menurut Standard ANSI :
1. Tiga (3) simbol utama yang sering digunakan pada transformator yaitu :

a. Simbol Dash (-), digunakan untuk menyatakan tegangan pada belitan


yang berbeda.
b. Simbol Slant (/), digunakan untuk menyatakan tegangan pada belitan
yang sama.
c. Simbol Cross (x), digunakan untuk menunjukkan hubungan series-
multiple.
2. Beberapa simbol yang lain
Huruf Y, menunjukkan bahwa belitan terhubung atau dapat dihubung Y
(Wye). GndY, menunjukkan bahwa salah satu ujung belitannya diground
(dibumikan).Sedangkan belitan yang terhubung delta( ) atau dapat dihubung
delta, cukup dinyatakan dengan besar tegangan belitan saja.
B. Penandaan Terminal Trafo (Terminal Marking)
Terminal marking adalah titik-titik dimana rangkaian elektrik eksternal
dihubungkan.
1. Menurut standard NEMA dan ASA bahwa:
a. Belitan tegangan tinggi ditandai dengan huruf HV atau V
b. Belitan tegangan rendah ditandai dengan huruf LV atau x

Bila kumparannya lebih dari dua, menggunakan tanda x, y dan z, maka Pada
trafo 3 phasa, H1 ditempatkan pada sisi kanan ketika posisi kita berada pada sisi
tegangan tinggi, dan H2, H3 ditempatkan secara berurutan dari kanan ke kiri,
sedangkan terminal x1 berada pada sisi kiri, ketika posisi kita berada pada sisi
tegangan rendah, diikuti oleh x2, x3 secara berurutan.

2. Polaritas Trafo
Adalah petunjuk arah arus yang mengalir melalui terminal tegangan tinggi,
berkenaan dengan arah arus yang mengalir pada terminal tegangan rendah pada
setiap saat atau arah relatif dari tegangan induksi antar terminal tegangan tinggi dan
terminal tegangan rendah. Polaritas trafo 1 phasa dapat berupa:
• Polaritas Additif, bila tanda H1 dan X1 penempatannya berlawanan
secara diagonal
• Polaritas subtractive, bila tanda H1 dan X1 saling sejajar
Polaritas trafo dapat pula dikenali dengan melakukan pengujian sederhana.
Menurut standar ASA, bahwa Trafo distribusi 1phasa dengan kapasitas daya hingga
200 KVA yang dioperasikan pada sistem tegangan tinggi hingga 8660 V,
mempunyai polaritas additive, selain dari itu berpolaritas subtractive. Pengenalan
jenis polaritas dari trafo 1 phasa, sangat penting berkenaan dengan paralelisasi dan
hubungan trafo 3 phasa.
V. Rugi-rugi daya pada transformator
A. Rugi-rugi daya pada transformator, terdiri dari:
a. Rugi-rugi belitan (Resistansi dan reaktansi)
Resistansi timbul karena factor bahan dari kumparan, umumnya adalah
bahan tembaga sedangkan reaktansi timbul oleh adanya fluks bocor. Rugi-rugi ini
terdapat baik pada sisi primer maupun pada sisi sekunder.

b. Rugi-rugi inti (Hysteresis dan eddy current)


Hysteresis timbul oleh sifat bahan magnetik yang membentuk inti (core),
untuk itu bahan inti menggunakan bahan ferromagnetik. Sedangkan Eddy Current
timbul oleh adanya arus pusar, akibatnya konstruksi inti dibuat dalam bentuk
laminasi-laminasi (lembaran-lembaran tipis) yang saling diisolasi untuk
memperpanjang jalur arus pusar.

B. Rugi-Rugi Eddy Current (arus pusar)


Bila inti magnetik dialiri fluks bolak-balik (time varying Flux), maka sesuai
dengan teori Faradayakan menghasilkan tegangan induksi sepanjang inti, dan
mengingat inti merupakan sebuah rangkaian tertutup, maka pada inti terdapat arus
sirkulasi. Arus sirkulasi ini disebut dengan Eddy Current, yang kemudian akan
menghasilkan rugi-rugi daya (I2R) yang dikenal dengan rugi-rugi eddy current.
Besar rugi-rugi eddy current sangat bergantung dari resistivity bahan dan
panjang jalur dari arus sirkulasi. Untuk itu guna mengurangi rugi-rugi daya eddy
current, maka arus sirkulasi dapat diperkecil dengan memperbesar resistivity dan
memperpanjang jalur dari arus sirkulasi.
Resistivity yang tinggi dapat diperoleh dengan memberikan bahan silicon
pada bahan inti baja. Sedangkan memperpanjang jalur arus sirkulasi dilakukan
dengan membentuk inti menjadi laminasi (lembaran tipis) yang saling diisolasi
secara sederhana (umumnya menggunakan varnish).
Umumnya untuk peralatan elektromagnetik, ketebalan laminasi bervariasi
dari nilai 0,3-5 mm, sedangkan untuk peralatan elektronik umumnya antara 0,01-
0,5 mm. Rumus empiris untuk menghitung rugi-rugi eddy current adalah:
VI. Sistem Pengaman dan Pengamanan
Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat yang berfungsi melindungi
atau mengamankan suatu sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara membatasi
tegangan lebih (over voltage) atau arus lebih (over current) yang mengalir pada
sistem tersebut, dan mengalirkannya ke tanah (ground). Dengan demikian alat
pengaman harus dapat menahan tegangan sistem agar kontinuitas pelayanan ke
pusat beban (load center) tidak terganggu hingga waktu yang tidak terbatas. Dan
harus dapat melalukan atau mengalirkan arus lebih dengan tidak merusak alat
pengaman dan peralatan jaringan yang lain. Oleh karena itu fungsi alat pengaman
adalah :
1. Melindungi sistem terhadap kondisi beban lebih (over load) dan hubung
singkat (chort circuit).
2. Melindungi sistem terhadap gangguan fisik dari luar terutama untuk saluran
udara (overhead line). Misalnya karena sambaran petir, sambaran induksi awan
bermuatan listrik dan sebagainya.
3. Mengisolir bagian sistem yang terkena gangguan.
4. Melindungi public/personal terhadap adanya jaringan tegangan tinggi, terutama
pada tempat-tempat yang padat penduduknya atau tempattempat dimana
jaringan listrik melintasi jalan lalu lintas umum.
1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat
terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
2. Mengurangi kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat
terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
3. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak melebar pada
sistem yang lebih luas.
4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi kepada
konsumen.
5. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga listrik.
6. Menjaga kestabilan sistem tenaga
7. Menghindari hilangnya keuntungan perusahaan
Untuk meningkatkan keandalan jaringan distribusi tenaga listrik, cara
terbaik adalah dengan jalan merencanakan sistem isolasi yang cukup tahan
terhadap tegangan lebih dan mengkoordinasikan alat-alat pengaman yang
mempunyai keandalan tinggi terhadap bahaya elektris. Koordinasi pengaman ini
dinyatakan dalam bentuk langkah-langkah yang diambil untuk menghindarkan
gangguan pada sistem penyaluran tenaga listrik dengan jalan membatasi gangguan-
gangguan karena tegangan lebih atau arus lebih, sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada peralatan jaringan.
Dalam upaya menanggulangi terhadap bahaya tegangan lebih atau arus
lebih, maka persyaratan yang diperlukan bagi alat pengaman yang baik adalah :
1. Dapat melepaskan tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubung
singkat (short circuit) terhadap sistem.
2. Dapat memutuskan arus lebih atau arus susulan dalam waktu yang cepat.
3. Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang tinggi, dalam arti nilai
perlindungan antara tegangan lebih maksimum yang diperbolehkan pada saat
pelepasan dengan tegangan maksimum system yang dapat dipertahankan
sesudah terjadi pelepasan.
4. Mempunyai kepekaan (sensitivity) yang tinggi pada saat operasi.
5. Harus dapat bekerja dalam waktu singkat.
Oleh karena itu kontinuitas penyaluran tenaga listrik banyak tergantung
pada kualitas sistem jaringan distribusi itu sendiri, Makin komplek konfigurasi
jaringan distribusi (seperti bentuk network atau mesh) makin banyak peralatan
yang digunakan.

A. Alat Pengaman Celah


1. Alat Pengaman Celah Batang (rod gap)
Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling
sederhana, yang terdiri dari dua batang logam dengan penampang tertentu. Batang
logam bagian atas diletakkan di puncak isolator jenis pos (post type
insulator) dihubungkan dengan kawat penghantar jaringan distribusi, sedangkan
batang logam bagian bawah diletakkan pada bagian dasar isolator jenis pos yang
langsung berhubungan dengan ground. Jarak celah kedua batang logam tersebut
disesuaikan dengan tegangan percikan untuk suatu bentuk gelombang tegangan
tertentu. Pada tabel di bawah ini memperlihatkan panjang celah yang diizinkan
pada suatu tegangan sisitem

Gambar 12. Bentuk Pengaman Celah Batang (Rod Gap)

Keuntungan alat pengaman celah batang ini selain bentuknya sederhana,


juga mudah dibuat dan kuat konstruksinya. Sedangkan kelemahan dari celah
batang ini, bila terjadi percikan bunga api akibat tegangan lebih maka bunga api
yang ditimbulkan pada celah akan tetap ada walaupun tegangan lebih sudah tidak
ada lagi. Untuk memadamkan percikan bunga api yang ditimbulkan, dapat
dilakukan dengan memutus jaringan tersebut dengan menggunakan saklar pemutus
udara (air break switch). Saat gelombang pendek, tegangan gagalnya akan naik
lebih tinggi dari pada isolasi yang akan dilindunginya, sehingga diperlukan celah
yang sempit untuk gelombang yang curam. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 86 di
atas.

2. Alat Pengaman Tanduk Api (arcing horn)


Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api ini
diletakkan dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau isolator
batang panjang (long rod insulator). Tanduk api dipasang pada ujung kawat
penghantar dan ujung isolator yang berhubungan langsung dengan ground (tanah)
yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga busur api tidak akan mengenai isolator
saat terjadi loncatan api. Jarak antara tanduk atas dan bawah diatur sekitar 75-85 %
dari panjang isolator keseluruhan. Tegangan loncatan api untuk isolator gandengan
dengan tanduk api ditentukan oleh jarak tanduk tersebut. Untuk jelasnya lihat
gambar di bawah ini.
Gambar 13. Arcing Horns

3. Alat Pengaman Celah Kontrol (control gap)


Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah yang diatur
sedemikian rupa, sehingga karakteristiknya mendekati celah bola ditinjau dari segi
lengkung volt-waktunya yang mempunyai karakteristik lebih baik dari celah
batang. Celah control ini dapat dipakai bersama atau tanpa sekring; meskipun alat
ini dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan atau sekunder, dan dianggap
sekelas dengan celah batang.

Gambar 14. Control Gap

4. Alat Pengaman Celah Tanduk (horn gap)


Alat pengaman ini terbuat dari dua buah batang besi yang masing-masing
diletakkan diatas isolator. Celah yang dibuat oleh kedua batang besi itu, satu
batang dihubungkan langsung dengan kawat penghantar jaringan sedangkan yang
lainnya dihubungkan dengan sebuah resistor yang langsung terhubung ke ground
(tanah). Celah tanduk ini biasanya bekerja pada saat terjadi tegangan loncatan api
pada celahnya. Ketika tegangan surja mencapai 150 – 200 % dari tegangan
nominal jaringan, maka akan terjadi pelepasan langsung pada celah dan langsung
diteruskan ke ground melalui resistor.
Fungsi dari celah tanduk ini untuk pemutus busur api yang terjadi pada saat
tegangan lebih. Busur api cenderung naik akibat panas yang terlalu tinggi, juga
disebabkan peristiwa arus loop sebesar mungkin pada sisi lain membuat tembus
rangkaian magnit maksimum. Hanya celah tanduk sebagai arrester jauh dari
memuaskan yang seringkali busur api yang tak perlu. Pengaman ini tidak cukup
karena dapat dibandingkan dari nilai pelepasan yang rendah resistor. Dan ini tidak
selalu menahan secara dinamis busur api yang mengikuti pelepasan peralihan
(transient discharge). Akibatnya salah satu pada keadaan tetap tanduk ground atau
dibinasakan oleh celah. Oleh sebab itu celah tanduk arrester sekarang hampir tidak
diapakai lagi sebagai alat pengaman petir.

Gambar 15. Horns GAP

5. Alat Pengaman Tabung Pelindung (protector tube)


Alat pengaman tabung pelindung ini terdiri dari: (1) tanduk api (arcing
horn) yang dipasang di bawah kawat penghantar, yang terhubung dengan tabung
fiber. (2) Tabung fiber yang terdiri dari elektroda atas yang berhubungan dengan
tanduk api dan elektroda bawah yang berhubungan langsung dengan tanah
(ground). Apabila tegangan petir mengalir ke kawat penghantar, maka akan terjadi
percikan api antara kawat penghantar dengan tanduk api. Percikan api akan
mengalir dari elektroda atas ke elektroda bawah. Karena panas tabung fiber akan
menguap disekitar dindingnya, sehingga gas yang ditimbulkan akan menyembur ke
percikan apai dan memadamkannya.
Alat pengaman tabung pelindung ini digunakan pada saluran transmisi untuk
melindungi isolator dan mengurangi besarnya tegangan surja yang mengalir pada
kawat penghantar. Selain itu digunakan juga pada gardu induk untuk melindungi
peralatan disconnect switches, ril bus, dan sebagainya.

Gambar 16. Protector Tube

6. Alat Pengaman Lightning Arrester


Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan
dan peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena sambaran
petir (flash over) dan karena surja hubung (switching surge) di suatu jaringan.
Lightning arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar terhadap tegangan
lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat pengaman ini merusak
peralatan jaringan seperti tansformator dan isolator. Oleh karena itu lightning
arrester merupakan alat yang peka terhadap tegangan, maka pemakaiannya harus
disesuaikan dengan tegangan sistem.
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik dengan
cara membatasi surja tegangan lebih yang dating dan mengalirkannya ketanah.
Disebabkan oleh fungsinya, Arrester harus dapat menahan tegangan system 50 Hz
untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa
mengalami kerusakan.
Arrester berlaku sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arrester membentuk
jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul
tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Selain melindungi peralatan dari
tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih external, arrester juga
melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan lebih internal seperti surja
hubung, selain itu arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu
system tenaga listrik. Bila surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan
muatan listrik serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan
dalam gardu induk. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai
berikut :
a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya
(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktupelepasan, harus
cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan. Tegangan percikan
disebut juga tegangan gagal sela (gap breakdown voltage) sedangkan tegangan
pelepasan disebut juga tegangan sisa (residual voltage) atau jatuh tegangan
(voltage drop)
Jatuh tegangan pada arrester = I x R
Dimana :
I = arus arrester maksimum (A)
R = tahanan arrester (Ohm)

b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas dari tegangan system di mana arus susulan ini masih
mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.
Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi
normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja arrester berlaku
sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi ke tanah.
Setelah arus hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator. Pada
dasar arrester terdiri dari dua bagian yaitu : Sela api (spark gap) dan tahanan kran
(valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari
tegangan percikan ditentukan oleh tegangan system maksimum dan oleh tingkat
isolasi peralatan yang dilindungi.
Untuk penggunaan yang lebih khusus arrester mempunyai satu bahagian
lagi yang disebut dengan Tahanan katup dan system pengaturan atau pembagian
tegangan (grading system). Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya
kerusakan karena gangguan dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap
pelayanan, maka cukup dipakai sela batang yang memungkinkan terjadinya
percikan pada waktu tegangan mencapai keadaan bahaya.
Dalam hal ini, tegangan system bolak – balik akan tetap mempertahankan
busur api sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan menyambung sela api ini
dengan sebuah tahanan, maka kemungkinan api dapat dipadamkan. Tetapi bila
tahanannya mempunyai harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali
sehingga maksud untuk meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat
bahwa maksud melindungi isolasi pun gagal. Oleh sebab itu disrankan memakai
tahanan kran (valve resistor), yang mempunyai sifat khusus, yaitu tahanannya kecil
sekali bila tegangannya dan arusnya besar.
Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat yaitu selama tegangan lebih
mencapai harga puncak. Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan penurunan
drastis pada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi meskipun arusnya besar.
Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik lagi
sehingga arus susulannya dibatasi kira – kira 50 ampere. Arus susulan ini akhirnya
dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai titik nol yang
pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus, dari
sini didapatkan nama tahanan kran. Pada arrester modern pemadaman arus susulan
yang cukup besar (200–300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet.
Dalam hal ini, baik amplitude maupun lamanya arus susulan dapat
dikurangi dan pemadaman dapat dilakukan sebelum tegangan system mencapai
harga nol. Tegangan dasar (rated voltage) yang dipakai pada lightning arrester
adalah tegangan maksimum sistem, dimana lightning arrester ini harus mempu-
nyai tegangan dasar maksimum tak melebihi tegangan dasar maksimum dari
sistem, yang disebut dengan tegangan dasar penuh atau lightning arrester 100 %.
Oleh karena arrester dipakai untuk melindungi peralatan system tenaga listrik maka
perlu diketahui karakteristiknya sehingga arrester dapat digunakan dengan baik
dalam pemakaiannya. Arrester mempunyai tiga karakteristik dasar yang penting
dalam pemakaiannya yaitu :
1. Tegangan rated 50 c/s yang tidak boleh dilampaui
2. Mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan (voltage limiting) bila
dilalui oleh berbagai macam arus petir. Sebagaimana diketahui bahwa arrester
adalah suatu peralatan tegangan yang menpunyai tegangan ratingnya. Maka
jelaslah bahwa arrester tidak boleh dikenakan tegangan yang melebihi rating ini,
baik pada keadaan normal maupun dalam keadaan abnormal. Oleh karena itu
menjalankan fungsingnya ia menanggung tegangan system normal dan tegangan
lebih transiens 50 c/s. Karakteristik pembatasan tegangan impuls dari arrester
adalah harga yang dapat ditahan oleh terminal ketika melalukan arus – arus tertentu
dan harga ini berubah dengan singkat baik sebelum arus mengalir maupun mulai
bekerja.
Batas termis ialah kemampuan untuk mengalirkan arus surja dalam waktu
yang lama atau terjadi berulang – ulang tanpa menaikan suhunya. Meskipun
kemampuan arrester untuk menyalurkan arus sudah mencapai 65000 – 100.000
ampere, tetapi kemampuannya untuk melalukan surja hubung terutama bila saluran
menjadi panjang dan berisi tenaga besar masih rendah. Maka agar supaya tekanan
stress pada isolasi dapat dibuat serendah mungkin, suatu system perlindungan
tegangan lebih perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat melepas tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubung singkat ke
tanah (saturated ground fault)
2. Dapat memutuskan arus susulan.
3. Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah, artinya
tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.
Jenis-jenis pengaman Ligntning arrester:
a. Lightning Arrester Jenis Oksida Film
b. Lightning Arrester Jenis Thyrite
c. Lightning Arrester Jenis Katup (Valve)
d. Lightning Arrester Jenis Expulsion
7. Alat Pengaman Fuse Cut Out
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi
jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi dari
batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau
beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu
Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang
sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu
saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga
fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah. Penggunaan fuse cut out ini
merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan distribusi. Sebab fuse cut out
boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan
dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat
tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada
faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang
tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya
bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat perak, kawat
tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahanbahan tersebut.
Mengingat kawat perak memiliki konduktivitas 60,6 mho/cm lebih tinggi dari
kawat tembaga, dan memiliki temperature 960° C, maka pada jaringan distribusi
banyak digunakan. Kawat perak ini dipasangkan di dalam tabung porselin yang
diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur api, dan menghubungkan kawat
tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya. Jenis fuse cut out ini
utnuk jaringan distribusi dugunakan dengan saklar pemisah. Pada ujung atas
dihubungkan dengan kontak-kontak yang berupa pisau yang dapat dilepaskan.
Sedangkan pada ujung bawah dihubungkan dengan sebuah engsel. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar di bawah ini.
Gambar 17. Fuse Cut Off

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat
perak di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat
dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan
oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin. Karena udara yang berada di
dalam porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang
karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan
diserap oleh pasir putih tersebut.
Apabila kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus yang melebihi
maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur. Karena adanya gaya hentakan,
maka tabung porselin akan terlempar keluar dari kontaknya. Dengan terlepasnya
tabung porselin ini yang berfungsi sebagai saklar pemisah, maka terhidarlah
peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban lebih atau arus hubung
singkat. Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus
yang melalui fuse cut out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut
out lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada jaringan distribusi
hendaknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan,
lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out
ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi, dan pengaman
pada cabangcabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.
VII. BUSBAR
Busbar adalah konduktor telanjang berupa plat logam berjenis tembaga
(Cu) atau aluminium (Al). Berbentuk persegi panjang dengan ukuran tertentu.
Fungsi busbar yaitu menghantarkan atau mendistribusikan listrik antara feeder,
incomer dan komponen listrik lainnya dalam panel listrik.

Gambar 18. Panel dari Depan, Dimana Busbar Terkoneksi dengan ACB

Gambar 19. Busbar

Gambar 20. Penampakan Busbar Dari Samping


Gambar 21. Busbar 3 Fasa yang Terkoneksi (R, S, T)

Gambar 22. Busbar Dari Belakang Panel, 3 Fasa + 1 Netral

Gambar 23. Busbar Tembaga


Busbar dapat diganti dengan kabel. Perbedaan busbar dan kabel hanya di
bagianpelindungnya atau isolator. Jika busbar ‘telanjang’, sedangkan kabel ada
‘baju’nya. Namun, karena kabel sangat merepotkan untuk di dalam panel, maka
digunakanlah busbar.
Pemakaian busbar hanya di dalam panel. Alasannya karena busbar telanjang,
dan siapapun yang memegangnya saat ada aliran listrik, dapat menyebabkan
kematian. Sedangkan untuk pemakaian di luar panel seperti outdoor, dan tempat-
tempat yang bisa dilihat manusia, digunakan busbar yang memakai baju atau
disebut kabel.
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga,
SUTT, SKTT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan
tenaga listrik atau daya listrik. Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem
tenaga adalah lokasi di mana jalur transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi
bertemu. Karena konvergensi ini, sirkuit pendek yang terletak di dekat busbar
cenderung memiliki arus besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat besarnya,
maka jika ada kesalahan memerlukan kecepatan yang tinggi dalam operasi
perlindungan busbar untuk membatasi kerusakan peralatan tersebut. Namun,
kliring berkecepatan tinggi harus seimbang terhadap kebutuhan untuk keamanan.
Tersandung salah untuk kesalahan eksternal dapat menyebabkan gangguan besar,
dan membahayakan stabilitas daya sistem. Besarnya kesalahan yang tinggi
meningkatkan kemungkinan CT saturasi selama kesalahan eksternal dekat dengan
busbar, dan CT saturasi meningkatkan kemungkinan operasi yang salah dari
perlindungan busbar.
Perlindungan busbar mungkin rumit dan bervariasi dengan topologi bus.
Banyak busbar menghubungkan semua sirkuit untuk satu segmen umum dari
busbar. Komplikasi untuk bus ini adalah hanya jumlah sirkuit terhubung. Namun,
busbar tertentu mungkin memiliki beberapa segmen bus, dengan sirkuit individu
yang terhubung ke segmen bus yang berbeda tergantung pada kebutuhan operasi.
Untuk bus kompleks seperti, perlindungan busbar harus mampu melindungi setiap
segmen bus individual, dan dinamis melacak sirkuit terhubung ke segmen bus
tertentu. Semua generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan
tenaga listrik ke rel pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil
maupun yang mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.
Mayoritas kesalahan busbar melibatkan fase satu dan bumi, tetapi kesalahan
muncul dari berbagai banyak. Bahkan, sebagian besar hasil kerusakan pada busbar
dari kesalahan manusia dan bukan kegagalan komponen switchgear. Semua
generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel
pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang
mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.

1. Rel tunggal pada pusat pembangkit


Rel tunggal adalah susunan rel yang sederhana dan relatif paling murah,
tetapi memiliki kelemahan dalam hal keandalan, dan kontinuitas pelayanan serta
kurang fleksibel dalam pengoperasiannya. Jika terjadi kerusakan pada rel, seluruh
pusat listrik harus dipadamkan jika akan melakukan perbaikan. Rel tunggal paling
baik jika digunakan hanya pada pusat pembangkit listrik yang tidak begitu penting
peranannya dalam sistem.

2. Rel Ganda dengan Satu PMT Hubungan ke rel 1 atau rel 2 dilakukan
melalui PMS. Rel ganda umumnya dilengkapi dengan PMT beserta PMS-nya yang
berfungsi menghubungkan rel 1 dan rel 2. Dengan rel ganda, sebagian instalasi
dapat dihubungkan ke rel 1 dan sebagian lagi ke rel 2. Kedua rel tersebut (rel 1 dan
rel 2) dapat dihubungkan paralel atau terpisah dengan cara menutup atau membuka
PMT Kopel. Dengan cara ini fleksibilitas pengoperasian bertambah terutama
sewaktu menghadapi gangguan yang terjadi dalam sistem. Sebagian dari unit
pembangkit atau beban dapat dihubungkan ke rel 1 dan lainnya ke rel 2. Apabila
salah satu unit pembangkit atau salah satu beban akan dipindah rel, terlebih dahulu
PMT-nya harus dibuka, selanjutnya disusul pembukaan PMS rel yang akan dilepas,
baru memasukkan PMS rel yang dituju, urutannya tidak boleh dibalik. Apabila
terbalik, maka akan terjadi hubungan paralel antara rel 1 dan rel 2 yang belum
tentu sama tegangannya dan berbahaya. Setelah selesai melakukan pemindahan
posisi PMS, PMT dimasukkan. Untuk unit pembangkit, pemasukan PMT harus
melalui proses sinkronisasi.
3. Pusat pembangkit listrik dengan dua PMT Rel ganda dengan dua PMT sama
seperti rel ganda dengan satu PMT, tetapi semua unsur dapat dihubungkan ke rel 1
atau rel 2 atau dua-duanya melalui PMT sehingga fleksibilitasnya lebih baik tinggi.
Pusat pembangkit listrik dengan rel ganda menggunakan dua PMT (PMT Ganda).
Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2 dapat dilakukan tanpa pemadaman, karena
dengan adanya 2 buah PMT (masing-masing satu PMT untuk setiap rel)
pemindahan beban dilakukan dengan menutup rel yang dituju, kemudian membuka
PMT rel yang dilepas. Rel 1 dan rel 2 tegangannya sama, baik besarnya maupun
phasanya, setelah itu PMT harus masuk.

4. Rel dengan PMT 1½ Rel dengan PMT 1½ adalah rel ganda dengan 3 buah
PMT di antara dua rel. Jika rel-rel diberi identifikasi sebagai rel A dan rel B, maka
PMT yang dekat dengan rel A diberi identifikasi sebagai PMT A1, PMT A2, dan
seterusnya. PMT yang dekat rel B diberi identifikasi sebagai PMT B1, PMT B2,
dan seterusnya. PMT yang di tengah disebut PMT diameter dan diberi identifikasi
sebagai PMT AB1, PMT AB2, dan seterusnya. Bagian-bagian dari instalasi
dihubungkan pada titik-titik yang letaknya antara PMT A dengan PMT B dan pada
titik-titik yang letaknya antara PMT B dengan PMT AB. Dibandingkan dengan rel-
rel sebelumnya, rel dengan PMT 1½ ini memiliki keandalan paling tinggi.
Jika rel A mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor A beserta
PMS-nya, daya tetap dapat disalurkan secara penuh. Jika rel B mengalami
gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor B beserta PMSnya, daya tetap
dapat disalurkan secara penuh. Apabila rel A dan Rel B mengalami gangguan,
dengan membuka semua PMT bernomor A dan PMT bernomor B beserta PMS-
nya, daya tetap bisa disalurkan walaupun dengan fleksibilitas pembebanan yang
berkurang.

Berdasarkan standar PUIL 2000 dengan ketentuan sebagai berikut:


Warna merah untuk fasa R
Warna kuning untuk fasa S
Warna hitam untuk fasa T
Warna biru untuk kawat Netral
A. Peranan BUSBAR pada Panel Listrik
Busbar mempunyai peranan penting pada sistem kerja sebuah panel listrik,
dalam hal desain busbar lebih mudah di instalasi. Bentuk dari busbar juga lebih rapi
dan tersusun dibandingkan kabel.

Gambar 24. Busbar aluminium pada panel distribusi

Jika ingin mendistribusikan listrik misal di 2000 A, kalau menggunakan


kabel maka kabel yang digunakan akan besar, akibatnya panel listrik akan terlihat
berantakan, tapi dengan busbar akan rapi. Busbar lebih efektif mengatasi panas
berlebih saat dilewati arus listrik yang besar.
Jika suatu saat ada perubahan beban atau lokasi beban, busbar akan lebih
mudah di terapkan dibandingkan menggunakan kabel yang harus dipotong dan
disambung. Untuk menyambungkan kabel ke busbar digunakan lugs kabel, lugs
adalah material yang terbuat dari tembaga atau aluminium dimana kabel listrik
dapat dihubungkan dengan busbar dan dikunci dengan baut.

Gambar 25. Lugs, Konektor Kabel ke Busbar


B. Menentukan Ukuran dari BUSBAR
Pengaturan busbar ini bergantung pada arus yang akan dilewat oleh busbar
(Kuat hantar arus/Ampacity). Pada dasarnya pengaturan atau penggunaan busbar
disesuaikan dengan ukuran ampere masing-masing breaker pada panel listrik
tersebut. Berikut cara menentukan ukuran busbar seperti berikut:

Gambar 26. Ukuran busbar tembaga berdasarkan standar pabrik (Standar DIN-43671)

Keterangan:
1. Pada kolom pembebanan kontinu arus AC, tentukan besaran Ampere sesuai
breaker pada panel, kemudian tentukan jumlah rangkap busbar (I, II, III, III)
2. Setelah itu lihat kolom ukuran lebar x tebal busbar, horizontal sesuai
Ampere yang tadi ditentukan
3. Untuk panjang busbar, disesuaikan dengan konstruksi pada panel
DAFTAR PUSTAKA

Maryu. 2016. Busbar Bentuk


http://azumaryu.blogspot.com/2016/11/busbar-busbar-adalah-bentuk-
besarnya.html?m=1. Diakses Pada tanggal 24 April 2019 pukul 13.30
WITA

Parandangi, Tomy. 2018. Tranformator Daya


https://www.academia.edu/9900561/BAB_I_TRANSFORMATOR_DAYA.
Diakses Pada tanggal 24 April 2019 pukul 20.30 WITA

Guntoro, Hanif. 2009. Lighting Arrester


http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/05/lightning-arrester.html
Diakses Pada tanggal 24 April 2019 pukul 20.30 WITA
TUGAS PERALATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Oleh:
Ni Wayan Dian Puspita Sukma Dewi (1705542008)
I Kadek Dwi Artika Putra (1705542012)
Made Niken Ayu Larasati Danianto (1705542014)
I Nyoman Wardana (1705542016)
I Putu Adhe Putra Novantara (1705542022)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. Sistem Proteksi Pada Gardu Induk
A. Gardu Induk
Gardu induk merupakan suatu sistem instalasi listrik yang terdiri dari beberapa
perlengkapan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi
ke jaringan distribusi primer.
Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi
distribusi listrik. Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi
saluran transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung bagi, transfomator, dan peralatan
pengaman serta peralatan kontrol.
Fungsi utama dari gardu induk :
a. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran
transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen
b. Sebagai tempat control
c. Sebagai pengaman operasi system
d. Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi
tegangan distribusi
B. Sistem Proteksi Pada Gardu Induk
Berikut sistem proteksi yang ada di gardu induk:
1. Lightning Arrester
Lightning Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih
yang disebabkan oleh petir atau surja hubung. Alat ini berfungsi sebagai by pass disekitar
isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui arus kilat ke sistem pentanahan sehingga
tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila terjadi tegangan surja alat ini
bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah sehingga dapat menyalurkan
arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang arrester dapat dengan cepat kembali
sebagai isolasi.
Sesuai dengan fungsinya, maka arrester dipasang di setiap ujung SUTT yang
memasuki gardu induk. Di Gardu Induk adakalanya pada transformator dipasang juga
arrester untuk menjamin terlindungnya transformator dan peralatan lainnya dari
tegangan lebih tersebut.
Bagian-bagian yang penting dari arrester:
a. Elektroda
Elektroda-elektroda ini adalah terminal dari arrester yang dihubungkan dengan
bagian atas dan elektroda bawah dihubungkan dengan tanah.
b. Sela percikan
Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada arrester
yang terpasang, maka pada sela percikan (spark gap) akan terjadi loncatan busur api.
Pada dasarnya pada arrester, busur api yang terjadi tersebut ditiup keluar oleh tekanan
gas yang ditimbulakn oleh tabung fiber yang terbakar.
c. Tahanan katup (valve resistor)
Tahanan yang digunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis material yang sifat
tahanannya dapat berubah bila mendapatkan perubahan tegangan.
C. Pemisah (PMS)
Pemisah adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyatakan bahwa suatu
peralatan listrik sudah bebas dari tagangan kerja. Oleh karena itu pemisah tidak
diperbolehkan untuk dimasukkan atau dikeluarkan pada saat rangkaian listrik dalam
keadaan berbeban.
Untuk tujuan tertentu, pemisah penghantar atau kabel dilengkapi dengan pemisah
tanah (pisau pentanahan/earthing blade). Umumnya antara pemisah penghantar/kabel
dan pemisah tanah terdapat alat yang disebut interlock. Dengan terpasangnya interlock,
maka kemungkinan terjadinya kesalahan operasi dapat dihindarkan. Tenaga penggerak
pemisah dapat diperoleh secara manual, dengan motor, dengan pneumatik atau dengan
hidrolis.
Pada umumnya pemisah (PMS) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan fungsi dan penempatannya, yakni:
a) Berdasarkan fungsinya, dibedakan menjadi:
1. Pemisah Peralatan (PMS Bus)
Pemisah peralatan merupakan alat yang berfungsi untuk mengisolasi peralatan
listrik dari peralatan lain atau instalasi yang bertegangan. Pemisah ini harus
dimasukkan atau dibuka dalam keadaan tak berbeban.
2. Pemisah Tanah (PMS Line)
Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang timbul
sesudah saluran udara tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari
penghantar atau lainnya.
b) Berdasarkan penempatannya dalam sistem tenaga, dibedakan menjadi :
1. Pemisah penghantar
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi penghantar.
2. Pemisah rel
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi rel.
3. Pemisah kabel
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi kabel.
4. Pemisah seksi
Merupakan pemisah yang terpasang pada suatu rel sehingga rel tersebut dapat
terpisah menjadi dua seksi.
5. Pemisah tanah
Merupakan pemisah yang terpasang pada penghantar atau kabel untuk di
hubungkan ke tanah.
D. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga adalah peralatan sistem tenaga yang berfungsi untuk
memutuskan hubungan antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban yang dapat
bekerja secara otomatis ketika terjadi gangguan atau secara manual ketika
dilakukan perawatan atau perbaikan. Ketika kontak dipisahkan, beda potensial di
antara kontak tersebut menimbulkan medan elektrik di antara kontak tersebut.
Medan elektrik ini akan menimbulkan ionisasi yang mengakibatkan terjadinya
perpindahan elektron bebas ke sisi beban sehingga muatan akan terus berpindah ke
sisi beban dan arus tetap mengalir. Karena hal ini menimbulkan emisi termis yang
cukup besar, maka timbul busur api (arc) di antara kontak PMT tersebut. Agar tidak
mengganggu kestabilan sistem, maka arc tersebut harus segera dipadamkan.
Berdasarkan metode dalam pemadaman arc tersebut, PMT dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu:
a. PMT Minyak
Pada PMT jenis ini, ketika kontak terbuka, arc akan terjadi dengan media
sekitar berupa minyak sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung
gas yang menyelubungi arc di antara kontak. Gelembung ini membuat minyak
terdekomposisi sehingga menimbulkan gas hidrogen yang menghambat arc.
Dengan adanya media minyak ini, diharapkan arc dapat segera dipadamkan.
Secara fisik bentuknya paling besar diantara jenis PMT yang lain dan dicirikan
dengan adanya tangki-tangki yang di dalamnya terdapat minyak
b. PMT udara
Jenis ini menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu
memperpanjang lintasan arc. Karena efek pemanjangan lintasa ini diharapkan arc
dapat segera dipadamkan. Biasanya dipakai untuk indoor (dalam switchgear) untuk
level tegangan 4.16kV dan 13.8kV.
c. PMT SF6
Saat kontak terbuka dan arc muncul, gas SF6 bertekanan tinggi ditiupkan
diantara kontak untuk menyingkirkan partikel bermuatan dari sela antara kedua
kontak sehingga membuat arc semakin cepat padam. Gas SF6 dipilih karena sifat
gas ini yang merupakan bahan isolasi dan pendingin yang baik.
d. PMT Vakum
Pada PMT jenis ini kontak ditempat- kan pada suatu bilik yang vakum.
Tidak boleh terjadi kebocoran sedikitpun pada bilik ini. PMT jenis ini umumnya
tidak menggunakan kontak yang bergerak secara mekanik seperti kontak yang
lain. Kontak mekanik akan menyebabkan pergeseran kontak yang
memungkinkan terjadinya kebocoran. Pada PMT vakum, pemadaman arc
dilakukan dengan memperpanjang lintasan serta menghilangkan molekul udara
yang dapat mengalami ionisasi.
E. Rele Proteksi dan Panel Kontrol
Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan
suatu peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi
terjadinya kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang
terganggu sekecil mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan
pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
Macam relay yang digunakan sebagai proteksi:
1. Proteksi pada Trafo
a. Relay Arus Lebih:
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung singkat (short circuit)
antara phasa di dalam maupun di luar daerah pengamanan trafo.
b. Relay Differensial:
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung singkat (short circuit)
yang terjadi di dalam daerah pengaman trafo.
c. Relay Gangguan Tanah Terbatas:
Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya terhadap tanah di dalam
daerah pengaman trafo, khususnya gangguan di dekat titik netral yang tidak dapat
dirasakan oleh Relay Differensial.
d. Relay Arus Lebih Berubah :
Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya dari gangguan antara
phasa dan tiga phasa dan bekerja pada arah tertentu.
e. Relay Gangguan Tanah:
Berfungsi mengamankan Transformator Daya dari gangguan hubung tanah, di
dalam dan di luar daerah pengaman trafo.
f. Relay Tangki Tanah:
Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya terhadap hubung singkat
(short circuit) antara phasa dengan tangki trafo dan trafo yang titik netralnya
ditanahkan.
g. Relay Suhu:
Berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak trafo dan kumparan secara
langsung, yang akan membunyikan alarm serta mentripkan Circuit Breaker
h. Relay Jansen:
Berfungsi untuk mengamankan pengubah/ pengatur tegangan (Tap Changer)
dari Trafo.
i. Relay Bucholz :
Berfungsi mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan bunga api
dan pemanasan setempat dalam minyak trafo.
j. Relay Tekanan Lebih :
Berfungsi mengamankan Transformator Daya dari tekanan lebih.
Bagi Trafo tanpa konservator, dipasang relay tekanan mendadak dipasang
pada tangki dan bekerja dengan pertolongan.
2. Proteksi pada penghantar SUTT/SKTT
a. Relay Jarak:
Berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan antar phasa maupun gangguan
hubungan tanah.
b. Relay Differential Pilot Kabel:
Berfungsi mengamankan SKTT dan juga SUTT yang pendek dari gangguan
antar phasa maupun gangguan hubung singkat (short circuit).
c. Relay Arus Lebih Berarah:
Berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan antar phasa dan hanya bekerja
pada satu arah. Relay ini dapat membedakan arah arus gangguan.
d. Relay Arus Lebih:
Berfungsi mengamankan SUTT dan gangguan antara phasa maupun gangguan
hubungan tanah.
e. Relay Tegangan Lebih:
Berfungsi mengamankan SUTT atau SKTT terhadap tegangan lebih.
f. Relay Gangguan Tanah:
Berfungsi mengamankan SUTT terhadap gangguan hubung tanah.
g. Relay Penutup Balik :
Berfungsi mengamankan kembali SUTT akibat gangguan hubung singkat
temporer.
Jenis-jenis panel kontrol dalam GI adalah panel kontrol utama, panel rele dan
panel pemakaian sendiri. Panel kontrol utama kadang-kadang dibagi lebih lanjut
kedalam panel instrumen dan panel operasi.
Pada panel instrumen terpasang dan penunjuk gangguan dari sini keadaan
operasi dapat diawasi. Pada panel operasi terpasang saklar operasi pemutus beban dan
pemisah serta lampu penunjuk posisi, saklar, ril tiruan (mimic bus), saklar dan lampu
diatur letak dan hubungannya sesuai dengan keadaan rangkaian yang sesungguhnya
sehingga keadaannya dapat dengan mudah dilihat. Pada gardu induk kecil, panel
kontrol utamanya dari jenis tegak dan instrumen serta saklar-saklarnya bersama-sama
terpasang dimuka. Pada gardu induk besar, panel yang tegak harus dipakai sebagai
panel instrumen. Panel operasinya adalah dari jenis meja (bench type) dan ada
didepannya.
Pada panel rele terpasang rele pengaman saluran transmisi, rele pengaman
differensial trafo dan sebagainya. Bekerjanya rele dapat diketahui dari penunjukan pada
rele itu sendiri dan pada penunjukan gangguan dipanel kontrol utama. Pada GI kecil,
sisi depan dari panel tegak dipakai sebagai panel utama dengan instrumen dan saklar,
dan sisi belakangnya dipakai sebagai panel rele. Pada GI besar, jika rangkaiannya sudah
rumit, panel terpasang dalam ruangan tersendiri.
Pada GI yang besar dan modern dengan susunan rel yang sudah sangat rumit,
mulai banyak dipakai panel dengan gambar-gambar yang bercahaya. Bagian sistem
yang bekerja dibuat bercahaya dan berkedip-kedip pada waktu ada gangguan. Jika
suatu PMT akan ditutup, bagian dari rel yang akan menjadi bertegangan oleh
menutupnya PMT itu dibuat berkedip-kedip sehingga luasnya bagian sistem yang akan
terkena akibatnya dapat diperiksa lebih dahulu sebelum PMT itu benar-benar menutup.
Dengan jalan ini kesalahan operasi dapat dicegah.
Tata susunan (arrangement) panel kontrol dan panel rele harus sesuai dengan
tata peralatan yang ada diluar, kelas tegangan dan saluran transmisi yang masuk.
Dengan demikian maka pengawasan operasi dan pelaksanaan pemeliharaan
dipermudah. Sesuai dengan keadaan diluar maka urutan panel adalah untuk saluran
masuk trafo alat pengubah fasa dan panel saluran keluar. Untuk memudahkan
pengawasan operasi, panel kontrol utama dimana perhatian operator harus dipusatkan,
dipasang didepan dan panel tambahan
(auxilary board) dan panel pemakaian sendiri dipasang disatu sisi atau kedua
sisinya tegak lurus padanya.
Untuk pengawasan belakang (back wiring) harus dipakai kabel dengan isolasi
yang tidak dapat terbakar, pada umumnya dipakai kabel PVC. Terminal pengujian
dipasang pada rangkaian dari trafo arus dan trafo tegangan. Terminal pengujian untuk
trafo arus ada yang dari jenis terminal, ada yang dari jenis pasak (plug type).
Konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga pada waktu pengujian dapat dihindari
kemungkinan terbukanya rangkaian skunder.
Panel kontrol merupakan pusat syaraf bagi suatu gardu induk. Pada panel
inilah operator dapat mengamati keadaan peralatan melakukan operasi peralatan serta
pengukuran-pengukuran tegangan, arus, daya, dan sebagainya setiap waktu bila
dipandang perlu.
Bila terjadi gangguan panel itu membuka pemutus beban (secara otomatis)
melalui rele pengaman dan memisahkan bagian yang terganggu. Karena tegangan dan
arus tidak dapat langsung diukur pada sisi tegangan tinggi, maka transformator ukur
(instrument) mengubahnya menjadi tegangan dan arus yang rendah dan sekaligus
memisahkan alat ukur tadi dari tegangan tinggi. Ada tiga jenis transformator ukur,
yaitu trafo tegangan, trafo arus dan tegangan arus.
F. Lemari Hubung
Lemari hubung (cubicle) terbuat untuk kelas 3-30 kV dan dipakai untuk pusat beban
atau pusat daya (power centre). Karakteristiknya adalah bahwa:
1. Bagian yang bertegangan tidak boleh terbuka (exposed)
2. Ganggguan tidak akan meluas sebab rangkaiannya terbagi dalam satuan-satuan
3. Luas instalasi kecil dalam pemasangan,perluasan dan pemindahan instalasi mudah
4. Kehandalannya tinggi karena pemasangannya sempurna dipabrik
Lemari hubung diklasifikasikan oleh perbedaan-perbedaan sistem rilnya kedalam
jenis-jenis ril tunggal, ril rangkap dan ril penyimpang (bypass). Untuk rangkaian
pemakaian gardu induk sendiri jenis yang sering dipakai adalah yang paling sederhana
yakni jenis ril tunggal.
G. Saklar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang
berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada
saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan ini
dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS dan
PMT sudah membuka).

H. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat pengubah
fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi atau
transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk menurunkan
rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yang berputar dan ada
yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan kondensator asinkron,
sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau kapasitor shunt dan reaktor
shunt.

2. Transformator Daya
A. Pengertian Transformator Daya
Transformator daya atau Trafo daya adalah suatu peralatan listrik yang termasuk
dalam klasifikasi mesin listrik statis(karena sekundernya tidak berputar),yang
berfungsimenyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknyamenggunakan prinsip induksi elektromagnetik.

Dalam pengoperasiannya, transformator-transformator daya pada umumnya


ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan, untuk kebutuhan pengamanan
dan proteksi.Pada transformator 150/70 kV yang ditempatkan pada gardu induk,ditanahkan
secara langsung di sisi netral 150 kV, sedangkan transformator 70/20 kV ditanahkan
dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya.
B. Klasifikasi Transformator Daya

Transformator daya dapat di klasifikasikan dalam beberapa cara, yaitu:

a. Menurut Pemasangan:
1. Transformator pasangan dalam
2. Transformator pasangan luar

b. Menurut Fungsi dan Pemakaiannya:

1. Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)


2. Transformator Gardu Induk
3. Transformator Distribusi
c. Menurut Kapasitas dan Tegangan Kerja
1. Transformator besar
2. Transformator sedang
3. Transformator kecil

Gambar 1 Contoh transformator 3 Phasa dengan Tegangan Kerja >1100 kV dan Daya >1000 MVA

Gambar 2 Trafo daya 110/6-10 kV dengan kapasitas medium


Keterangan gambar :

1. Tangki (Tank) 8. Explosion Vent Pipe (pipa pelepasan ledakan)

2. Radiator 9/10 Bushing

3. Inti (Core) 11. Baut Penjepit(Clamping balt)

4. Kumparan (winding) 12. Pipe Connection (pipa pengapit)

5. Konservator 13. Thermometer


6. Indikator minyak(Oil Gauge)14. Roller Mounted Truck (bantalan yg bergerak)
7.Relay Buchollz (Bucholz Relay) 15. Minyak (Oil)

Transformator biasanya berbentuk oval bila dilihat dari sisi konstruksi, tangkinya
terbuat dari plat baja dengan ketebalan 5-12 mm, bagian dasar dan penutup (Cover) tangkinya
terbuat dari plat baja yang lebih tebal.

Kumparan dililit pada inti dan direndam dalam minyak trafo,ujung-ujung kumparan
terhubung dengan rangkaian luar melalui bushing.Tangkiberfungsi menampung minyak (oil)
berupa minyak mineral yang berasal dari jenis petroleum.Minyak trafo selain berfungsi
sebagai media transfer panas (pendingin) yang berasal dari kumparan dan inti,juga sebagai
isolasi antar bagian yang mengalirkan arus dengan tangki dan tanah.

Radiator ditempatkan pada tangki melalui pipa pengapit untuk menambah luas
permukaan tangki, sedangkan Konservatormerupakan tangki pemeliharaan untuk
menampung pemuaian minyak trafo, dimana volumenya sekitar 8% -10% dari volume minyak
dalam tangki trafo, dilengkapi dengan Oil Gauge (pengukur permukaan minyak) yang
berbentuk gauge glass (kaca ukur).

Jika terjadi hubung singkat pada trafo, maka minyak akan menghasilkan gas yang
cukup besar, membuat temperatur dalam tangki akan naik secara tiba-tiba yang dapat
membahayakan tangki. Untuk itu transformator dilengkapi pula dengan Explosiun Vent
Pipeyang dijulurkan naik pada cover tangki, yang bagian atasnya ditutup dengan thin glass
disk (piringan kaca tipis). Pada keadaan dimana terjadi sentakan tekanan yang tiba-tiba dalam
trafo, maka minyakakan bebas naik melalui pipa tersebut dan kemudian memecahkan piringan
kaca tipis.Thermometer berfungsi mengukur temperatur minyak dalam trafo, sedangkan
bucholz relay berfungsi melindungi trafo pada saat terjadi gangguan internal atau flash over
yang menyebabkan timbulnya busur api(arcing),yang dapat menimbulkan naiknya produksi
gas yang merusak material isolasi.Pada bagian dasar tangki disangga dengan Roller. Mounted
Truck,agar trafo bebas bergerak/berpindah untuk keperluan perbaikan dan overhaul.

Komponen Transformator dan Fungsi

Sebuah transformator dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yang terdiri atas

1 Bagian utama transformator

2 Peralatan Bantu

3 Peralatan Proteksi

D. Bagian Utama Transformator

1. Inti besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalannya fluks, yang ditimbulkan


oleh arus listrik yang melalui kumparan.terbuat dari lempengan-lempengan baja tipis yang
saling diisolasi, untuk mengurangi rugi rugi daya (dalam bentuk thermal) yang ditimbulkan
oleh adanya rugi rugi hysteresis dan rugi rugi akibat arus pusar (eddy current).

2. Kumparan transformator

Beberapa lilitan kawat pada inti besi membentuk suatu kumparan, dan
kumparan tersebut diisolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan
menggunakan isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain.Pada transformator terdapat
kumparan primer, kumparan sekunderdan kumparan tertier.

3. Minyak transformator

Sebagian besar dari transformator tenaga, kumparan-kumparan dan intinya


direndam dalam minyak transformator, terutama pada transformator-transformatordaya yang
berkapasitas besar. Minyak transformator selain berfungsi sebagai media pemindah panas
(pendingin),juga berfungsisebagai media isolasi (memiliki daya tegangan tembus tinggi).
Untuk minyak transformator yang baru, spesifikasi yang dipersyaratkan seperti tampak pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru

Untuk minyak isolasi yang sudah terpakai, transformator dengankapasitas >1 MVA
atau bertegangan >30 kV, spesifikasi yang dipersyaratkan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Minyak Isolasi Pakai.


4. Bushing
Hubungan antara kumparan transformator dan jaringan luar dilakukan
melalui bushing transformator, yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh
isolator, yang berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki
transformator.

Gambar 3. Bushing

5. Tangki dan konservator


Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendam minyak
transformator, berada atau ditempatkan di dalam tangki, dan untuk menampung
pemuaian pada minyak transformator, maka tangki dilengkapi dengan sebuah
konservator. Terdapat beberapa jenis tangki, diantaranya adalah:
1. Jenis sirip (tank corrugated)
Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai dingin yang menjalani
penekukan, pemotongan dan proses pengelasan otomatis, untuk membentuk
badan tangki bersirip.Siripnya berfungsi sebagai radiator pendingin
sekaligus sebagai media pernapasan trafo. Tutup dan dasar tangki terbuat
dari plat baja bercanai panas yang kemudian dilas sambung pada badan
tangki yang membentuk sirip (corrugated). Umumnya transformator di
bawah 4000 kVA dibuat dengan bentuk tangki corrugated.
2. Jenis tangki Conventional Beradiator, Jenis tangki terdiri dari badan
tangki dan tutup yang terbuat dari mild steel plate (plat baja bercanai panas)
ditekuk dan dilas sesuai dimensi yang diinginkan, sedang radiator jenis
panel terbuat dari pelat baja bercanai dingin (cold rolled steel sheets).
Transformator ini umumnya dilengkapi dengan konservator dan digunakan
untuk 25.000 kVA, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
3. Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined, Tipe tangki ini sama
dengan jenis conventional, tetapi di atas permukaan minyak terdapat gas
nitrogen untuk mencegah kontak antara minyak dengan udara luar,
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 4. Transformator Tipe Conventional Beradiator (Sumber Trafindo, 2005)

Gambar 5 Transformator 5 MVA dengan oil conservator dan Transformator 1250 kVA hermetic shell
6. Peralatan Bantu
1. Sistem Pendingin
Energy yang hilang dalam bentuk panas yang dihasilkan oleh inti besi dan
kumparan, dapat menyebabkan temperatur yang berlebihan dalam tangki dan
merusak isolasi disekitar conductor.Untuk itu dibutuhkan pendinginan
transformator. Metode pendinginan harus mampu mempertahankan temperatur
rata-rata yang cukup rendah dan mampu mencegah timbulnya temperature yang
berlebihan pada setiap bagian trafo serta terbentuknya “hot spots”, dengan
memberikan ruang sirkulasi yang bebas pada minyak
Adapun proses pendinginan trafo, pertama tama, panas pada inti besi dan
kumparan diserap oleh minyak, kemudian ditransfer ke dinding tangki, lalu
dibuang melalui udara disekitar dinding tangki. Namun demikian panas pada
minyak menyebabkan minyak akan memuai(bergerak naik) dan ketika
panasnya turun ia pun akan bergerak turun.Pergerakan naik turunnya minyak
membantu mempercepat transfer panas pada dinding tangki.Lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Pendingan pada transformator

Sistem pendinginan transformator dapat dibagi menurut jenis trafo, yaitu:


a. Oil Cooling (Oil Immersed Transformator)
b. Air Cooling (Dry Tipe Transformator)

Metode pendinginan untuk oil immersed transformator dapat berbentuk:

a. Oil Natural Cooling


b. Oil Natural-Air Blast Cooling
c. Water-Oil Cooling
Pada Oil Natural Cooling, panas yang timbul diserap oleh minyak kemudian ditransfer
melalui dinding tangki, selanjutnya diteruskan keluar malalui udara di sekitar trafo. Transfer
panas ini terbantu pula oleh adanya sirkulasi alami pada minyak dalam tangki.Untuk
menambah disipasi panas pada udara, maka pada permukaan tangki transformator dilengkapi
dengan tubular tank (tangki pipa) atau radiator dalam bentuk kumpulan pipa baja (Bank of steel
tube).

Pada Oil Natural-Air Blast Cooling, Untuktrafo dengan kapasitas besar penggunaan
natural oil cooling tidak efisien, untuk itu sistem pendinginannya dikombinasi dengan forced
air (udara paksa) atau air blast cooling. Pada air blast cooling, tube bank radiator didinginkan
secara paksa melalui hembusan udara menggunakan motor-fan yang ditempatkan dalam ruang
radiator tube.

Kipas-kipas tersebut dapat di switch out jika temperature ambient turun atau beban pada
transformator turun, selain itu untuk transformator dengan kapasitas besar, kipas-kipas tersebut
dapat dikontrol secara otomatis menggunakan relay.

Air blast cooling dapat dioperasikan sebagai natural oil cooling tanpa air blast, jika beban
sama dengan atau lebih rendah dari 70% dari rating air blast, demikian pula ketika beban yang
dipikul berada antara 70-100.Dalam hal ini temperature minyak tidak melebihi 55 C. Secara
detail macam-macam sistem pendinginan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Tipe Pendinginan Transformator


Keterangan:
A = air (udara), O = Oil (minyak),
N = Natural (alamiah),
F = Forced (Paksaan/tekanan)
2. Sistem pernapasan
Karena pengaruh naik turunnya beban trafo dan suhu udara luar, maka suhu
minyak dalam trafo akan berubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi,
maka minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari
dalam tangki, sebaliknya apabila suhu minyak turun, maka minyak menyusut dan udara akan
masuk dan mengisi ruang di atas permukaan minyak. Proses keluar masuknya udara ke
dalam tangki disebut sebagai pernapasan trafo.

Pernapasan trafo,menyebabkan permukaan minyak akan selalu bersinggungan


dengan udara luar. Udara luar yang lembab akan memperburuk isolasi atau menurunkan
nilai tegangan tembus minyak. Untuk mencegah masuknya udara lembab ke dalam minyak,
maka pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi sebuah tabung kaca yang berisi
Kristal zat higroskopis (bahan yang dapat menyerap kadar air yang ada dalam udara dan
dapat berubah warna). Tabung kaca ini biasanya terdapat pada transformator dengan
kapasitas besar, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7. Tabung kaca berisi Kristal zat higroskopis


3. Tap Changer
Tap Charger adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan), akibat tegangan; jaringan primer yang
berubah-ubah. Tap changer yang hanya dapat beroperasi untuk memindahkan tap trafo dalam
keadaan tanpa beban disebut OFF Load tap Changer, dimana perubahan tapnya bersifat
manual. Sedangkan tap changer yang beroperasi dalam keadaan berbeban disebut dengan ON
Load Tap Changer (OLTC) dan dapat beroperasi secara manual ataupun otomatis.
Ada dua cara mengubah tegangan transformator dalam keadaan berbeban:
1. Memasang pengatur tegangan berbeban (On Load Voltage Regulator) secara seri
dan terpisah dari transformator utama.
2. Memasang transformator dengan pengubah tap (On Load Tap Changer)
Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Cara mengubah tegangan transformator

Kekurangan dari on load Voltage regulator, keandalannya rendah dan harus


selalu diperiksa dan dipelihara. Dengan membaiknya keandalan dari on load tap changer,
maka kebanyakan dipakai adalah on Load tap changer sekaligus sebagai pengganti dari on
load Voltage regulator On Load Tap Changer terdiri dari:

1. Pemilih tap (Tap Selector/Selector Switch)


2. Saklar Peng-alih (Diverter Switch)
3. Peralatan pendukung (Auxiliary Device)

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6.keadaan (a) adalah keadaan kerja
normal, dimana arus mengalir melalui kumparan dengan posisi tap ditengah, kedua bagian
kumparan di kedua sisi tap tergulung pada inti besi yang identik, sehingga fluks magnetnya
sama besar dan saling meniadakan, dan sudah barang tentu impedansi reaktornya mendekati
0.

Keadaan (b) saklar peng-alih membuka, arus mengalir pada satu sisi kumparan,
Keadaan (c) Pemilih tap berpindah pada tap berikutnya, Keadaan (d) Saklar peng-alih
menutup kembali, 2 tap yang berbeda saling terhubung, dan arus sirkulasi karena adanya
beda tegangan antara kedua tap kemudian dibatasi oleh reactor, keadaan (e) dan (f) saklar
peng-alih dan pemilih tap bekerja pada sisi tap yang lain, Keadaan (g) pemindahan pada satu
tap dianggap selesai

Gambar 8.Cara kerja OLTC jenis reactor


Selain OLTC Jenis reactor, ada juga jenis tahanan dan tahanan ganda (multi
resistor type), dimana arus sirkulasi dibatasi oleh tahanan, sebagaimana gambar 9 dan 10.

Untuk jenis 6 tahanan, fluktuasi tegangan pada waktu perpindahan tap dibatasi
dan tugas buka-tutup dari saklar peng-alih diperingan.

Gambar 10 OLTC jenis 6 Tahanan reactor


Adapun hubungan belitan dan tap changer dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11 Hubungan belitan dan tap changer

Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan tap


changer yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di sisi primer.
Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil,
umumnya menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada saat trafo tenaga tanpa
beban.

Untuk meredam panas pada saat proses perpindahan tap, maka OLTC direndam di
dalam minyak isolasi yang biasanya terpisah dengan minyak isolasi trafo. Hal ini disebabkan
karena proses perpindahan hubungan tap di dalam minyak cendrung menyebabkan fenomena
elektris, mekanis, kimia dan panas, membuat minyak isolasi OLTC kualitasnya akan cepat
menurun. tergantung dari jumlah kerjanya dan adanya kelainan di dalam OLTC.

Beberapa Masalah pada tap Changer

Terdapat berbagai persoalan yang timbul sehubungan dengan pemakaian pengubah


tap, yaitu:

a. Saklar peng-alih yang melaksanakan tugas perpindahan hubungan (Switching


over) dalam minyak, menyebabkan minyak cepat memburuk. Untuk itu minyak
tap changer dipisahkan dari minyak transformator daya
b. Seringnya saklar pengalih bekerja, maka keausan kontak memerlukan perhatian,
dan memerlukan penggantian, namun penggantian kontak cukup sekali dalam
beberapa tahun. Untuk itu diperlukan pengujian mekanis dan pengujian elektris
dari keadaan minyak
4. Faktor Design Trafo

Bila dilihat dari sisi fluktuasi tegangan, sifat induktif dan stabilitas sistem, maka
dikehendaki impedansi tegangan (Impedance Voltage) yang kecil, dan bila dilihat dari sisi
pembatas arus hubung singkat dikehendaki tegangan impedansi yang besar. Untuk itu bila
design trafo dipilih impedansi yang tinggi, maka tembaganya akan lebih berat, sedangkan
bila dipilih impedansi yang rendah, maka besinya yang lebih berat. Untuk itu dalam design
yang ekonomis harus mempertimbangkan harga di antara; keduanya. Adapun harga standard
dari design trafo dapat dilihat pada tabel. Pada umumnya berat transformator kapasitas kecil
sebanding dengan pangkat dari kapasitasnya.Adapun keadaan sebenarnya dapat dilihat pada
gambar. Sedangkan untuk kapasitas kecil, beratnya sebanding dengan pangkat 0,6-0,65 dari
kapasitasnya.

5. Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya indicator yang
dipasang pada transformator. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. indikator suhu minyak
2. indikator permukaan minyak
3. indikator sistem pendingin
4. indikator kedudukan tap, dan sebagainya.
6. Peralatan Proteksi
1. Relai Bucholz
Relai Bucholz adalah relai yang berfungsi mendeteksi dan mengamankan terhadap
gangguan transformator yang menimbulkan gas. Timbulnya gas dapat diakibatkan oleh
beberapa hal, diantaranya adalah:
a. Hubung singkat antara lilitan pada atau dalam phasa
b. Hubung singkat antara phasa
c. Hubung singkat antara phasa dan tanah
d. Busur api listrik antar laminasi
e. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik

2. Pengaman tekanan lebih


Alat ini berupa membrane yang terbuat dari kaca plastic, tembaga atau plastik,
tembaga atau katup berpegas, sebagai pengaman tangki transformator terhadap kenaikan
tekanan gas yang timbul dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu dan
kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator
3. Relai tekanan lebih

Relai ini berfungsi hamper sama seperti relai bucholz. Fungsinya adalah
mengamankan terhadap gangguan didalam transformator. Bedanya relai ini hanya
bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba tiba dan langsung mentripkan CB

4. Relai Diferensial

Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan didalam


transformator, antara lain kejadian flas over antara kumparan atau kumparan dengan
tangki atau belitan dengan belitan didalam kumparan atau pun beda kumparan.

7. PENULISAN SIMBOL DAN PENANDAAN TRANSFORMATOR


a. Menurut standard ANSI :
Tiga (3) simbol utama yang sering digunakan pada transformator yaitu :
1. Simbol Dash (-), digunakan untuk menyatakan tegangan pada belitan yang
berbeda.
2. Simbol Slant (/), digunakan untuk menyatakan tegangan pada belitan yang sama.
3. Simbol Cross (x), digunakan untuk menunjukkan hubungan series-multiple.

Beberapa simbol yang lain;

1. Huruf Y, menunjukkan bahwa belitan terhubung atau dapat dihubung Y (Wye).


2. GndY, menunjukkan bahwa salah satu ujung belitannya diground
(dibumikan).Sedangkan belitan yang terhubung
3. delta( ) atau dapat dihubung delta, cukup dinyatakan dengan besar tegangan
belitan saja
8. Terminal Trafo (Terminal Marking)
Terminal marking adalah titik-titik dimana rangkaian elektrik eksternal dihubungkan.
1. Menurut standard NEMA dan ASA bahwa:
a. Belitan tegangan tinggi ditandai dengan huruf HV atau V

b. Belitan tegangan rendah ditandai dengan huruf LV atau x


Bila kumparannya lebih dari dua, menggunakan tanda x,y dan z, maka Pada
trafo 3 phasa, H1 ditempatkan pada sisi kanan ketika posisi kita berada pada sisi
tegangan tinggi, dan H2, H3 ditempatkan secara berurutan dari kanan ke kiri,
sedangkan terminal x1 berada pada sisi kiri, ketika posisi kita berada pada sisi
tegangan rendah, diikuti oleh x2, x3 secara berurutan.

9. Polaritas Trafo
Polaritas Trafo adalah petunjuk arah arus yang mengalir melalui terminal
tegangan tinggi, berkenaan dengan arah arus yang mengalir pada terminal tegangan rendah
pada setiap saat atau arah relatif dari tegangan induksi antar terminal tegangan tinggi dan
terminal tegangan rendah.Polaritas trafo 1 phasa dapat berupa:
a. Polaritas Additif, bila tanda H1 dan X1 penempatannya berlawanan secara
diagonal
b. Polaritas subtractive, bila tanda H1 dan X1 saling sejajar Polaritas trafo
dapat pula dikenali dengan melakukan pengujian sederhana.Menurut
standar ASA, bahwa Trafo distribusi 1phasa dengan kapasitas daya hingga
200 KVA yang dioperasikan pada sistem tegangan tinggi hingga 8660 V,
mempunyai polaritas additive, selain dari itu berpolaritas subtractive.
Pengenalan jenis polaritas dari trafo 1 phasa, sangat penting berkenaan
dengan paralelisasi dan hubungan trafo 3 phasa.
10. Rugi-rugi daya pada transformator
Rugi-rugi daya pada transformator, terdiri dari :
a. Rugi-rugi belitan (Resistansi dan reaktansi )
Resistansi timbul karena factor bahan dari kumparan, umumnya adalah
bahan tembaga sedangkan reaktansi timbul oleh adanya fluks
bocor.Rugi-rugi ini terdapat baik pada sisi primer maupun pada sisi
sekunder.

b. Rugi-rugi inti (Hysteresis dan eddy current)


Hysteresis timbul oleh sifat bahan magnetik yang membentuk inti (core),
untuk itu bahan inti menggunakan bahan ferromagnetik.Sedangkan Eddy
Current timbul oleh adanya arus pusar, akibatnya konstruksi inti dibuat
dalam bentuk laminasi-laminasi (lembaran-lembaran tipis) yang saling
diisolasi untuk memperpanjang jalur arus pusar.
11. Rugi-Rugi Eddy Current (arus pusar)
Bila inti magnetik dialiri fluks bolak-balik (time varying Flux), maka sesuai
dengan teori Faradayakan menghasilkan tegangan induksi sepanjang inti, dan
mengingat inti merupakan sebuah rangkaian tertutup, maka pada inti terdapat
arus sirkulasi. Arus sirkulasi ini disebut dengan Eddy Current , yang
2 yang dikenal dengan
kemudian akan menghasilkan rugi-rugi daya (I R)
rugi-rugi eddy current.
Besar rugi-rugi eddy current sangat bergantung dari resistivity bahan dan
panjang jalur dari arus sirkulasi.Untuk itu guna mengurangi rugi-rugi daya
eddy current, maka arus sirkulasi dapat diperkecil dengan memperbesar
resistivity dan memperpanjang jalur dari arus sirkulasi.
Resistivity yang tinggi dapat diperoleh dengan memberikan bahan silicon
pada bahan inti baja.Sedangkan memperpanjang jalur arus sirkulasi
dilakukan dengan membentuk inti menjadi laminasi (lembaran tipis) yang
saling diisolasi secara sederhana (umumnya menggunakan varnish).

Umumnya untuk peralatan elektromagnetik, ketebalan laminasi bervariasi


dari nilai 0,3-5 mm, sedangkan untuk peralatan elektronik umumnya antara
0,01-0,5 mm. Rumus empiris untuk menghitung rugi-rugi eddy current
adalah:

Pe = ke f2 Bm 2 (W/m 3)

Dimana: ke = ke
d2 = resistivity bahan
d = ketebalan laminasi
12. Rugi-rugi Hysteresis
Perhatikan kurva jerat hysteresis pada gambar 10

Gambar 10. Kurva jerat hysteresis

Bila mmf dinaikkan dari 0 hingga nilai maximum, maka energi yang
disimpan dalam bentuk medan magnet per unit volume pada bahan inti adalah:

∫ dB = daerah o f a b g o
Bila H diturunkan menuju nol, maka tidak semua energi yang tersimpan
dalam medan magnet akan dikembalikan ke sumber (tidak dapat diperoleh kembali),
karena sebagian energi tersebut telah berubah menjadi energi panas dalam bahan inti
yaitu daerah o a f b c o yang disebut dengan rugi-rugi hysteresis.

Adapun besar energi yang dapat diperoleh kembali dirumuskan dengan:

∫ dB = daerah c b g

Untuk itu total rugi-rugi hysteresis dalam 1 siklus adalah daerah a b c d e f


a yang dinotasikan dengan simbol Wh . Dengan demikian maka rugi-rugi
hysteresis dalam volume V dari material bila dioperasikan pada frekuensi f
Hz dirumuskan secara empiris sebagai berikut:

Ph = Wh V f

Dan menurut Steinmetz, formulasi empiris untuk menghitung rugi hysteresis yang
didasari pada study experiment adalah:

Ph = kh f Bm n
Dimana:

Kh=Konstanta karakteristik dari bahan inti

Bm = Rapat fluks maximum

N = Eksponen Steinmetz yang bervariasi dari 1,5-2,5 bergantung pada bahan,


namun umumnya digunakan nilai 1,6
2. BUSBAR
A. Pengertian BUSBAR
Busbar adalah konduktor telanjang berupa plat logam berjenis tembaga (Cu) atau
aluminium (Al). Berbentuk persegi panjang dengan ukuran tertentu. Fungsi busbar yaitu
menghantarkan atau mendistribusikan listrik antara feeder, incomer dan komponen listrik
lainnya dalam panel listrik.

Gambar 11 panel dari depan, dimana busbar terkonek dengan ACB

Gambarr 12 Busbar

Gambar 13 penampakan busbar dari sampi


Gambar 14 busbar 3 fasa yang terkonek (R, S, dan T)

Gambar 15 busbar dari belakang panel, 3 fasa + 1 netral


Gambar 16 BUSBAR Tembaga

Busbar dapat diganti dengan kabel. Perbedaan busbar dan kabel hanya di
bagianpelindungnya atau isolator. Jika busbar ‘telanjang’, sedangkan kabel ada ‘baju’nya.
Namun,karena kabel sangat merepotkan untuk di dalam panel, maka digunakanlah busbar.
Pemakaian busbar hanya di dalam panel. Alasannya karena busbar telanjang, dan siapapun
yang memegangnya saat ada aliran listrik, dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan untuk pemakaian di luar panel seperti outdoor, dan tempat-tempat yang bisa dilihat
manusia, digunakan busbar yang memakai baju atau disebut kabel.
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT
dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik.
Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur transmisi,
sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Karena konvergensi ini, sirkuit pendek yang
terletak di dekat busbar cenderung memiliki arus besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat
besarnya, maka jika ada kesalahan memerlukan kecepatan yang tinggi dalam operasi
perlindungan busbar untuk membatasi kerusakan peralatan tersebut. Namun, kliring
berkecepatan tinggi harus seimbang terhadap kebutuhan untuk keamanan. Tersandung salah
untuk kesalahan eksternal dapat menyebabkan gangguan besar, dan membahayakan stabilitas
daya sistem. Besarnya kesalahan yang tinggi meningkatkan kemungkinan CT saturasi selama
kesalahan eksternal dekat dengan busbar, dan CT saturasi meningkatkan kemungkinan operasi
yang salah dari perlindungan busbar.
Perlindungan busbar mungkin rumit dan bervariasi dengan topologi bus. Banyak busbar
menghubungkan semua sirkuit untuk satu segmen umum dari busbar. Komplikasi untuk bus
ini adalah hanya jumlah sirkuit terhubung. Namun, busbar tertentu mungkin memiliki beberapa
segmen bus, dengan sirkuit individu yang terhubung ke segmen bus yang berbeda tergantung
pada kebutuhan operasi. Untuk bus kompleks seperti, perlindungan busbar harus mampu
melindungi setiap segmen bus individual, dan dinamis melacak sirkuit terhubung ke segmen
bus tertentu. Semua generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik
ke rel pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim
tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.
Mayoritas kesalahan busbar melibatkan fase satu dan bumi, tetapi kesalahan muncul dari
berbagai banyak. Bahkan, sebagian besar hasil kerusakan pada busbar dari kesalahan manusia
dan bukan kegagalan komponen switchgear.Semua generator sinkron pada pusat pembangkit
listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang
mengambil maupun yang mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.
1. Rel tunggal pada pusat pembangkit Rel tunggal adalah susunan rel yang sederhana
dan relatif paling murah, tetapi memiliki kelemahan dalam hal keandalan, dan kontinuitas
pelayanan serta kurang fleksibel dalam pengoperasiannya. Jika terjadi kerusakan pada rel,
seluruh pusat listrik harus dipadamkan jika akan melakukan perbaikan. Rel tunggal paling baik
jika digunakan hanya pada pusat pembangkit listrik yang tidak begitu penting peranannya
dalam sistem.

2. Rel Ganda dengan Satu PMT Hubungan ke rel 1 atau rel 2 dilakukan melalui PMS. Rel
ganda umumnya dilengkapi dengan PMT beserta PMS-nya yang berfungsi menghubungkan
rel 1 dan rel 2. Dengan rel ganda, sebagian instalasi dapat dihubungkan ke rel 1 dan sebagian
lagi ke rel 2. Kedua rel tersebut (rel 1 dan rel 2) dapat dihubungkan paralel atau terpisah dengan
cara menutup atau membuka PMT Kopel. Dengan cara ini fleksibilitas pengoperasian
bertambah terutama sewaktu menghadapi gangguan yang terjadi dalam sistem. Sebagian dari
unit pembangkit atau beban dapat dihubungkan ke rel 1 dan lainnya ke rel 2. Apabila salah satu
unit pembangkit atau salah satu beban akan dipindah rel, terlebih dahulu PMT-nya harus
dibuka, selanjutnya disusul pembukaan PMS rel yang akan dilepas, baru memasukkan PMS rel
yang dituju, urutannya tidak boleh dibalik. Apabila terbalik, maka akan terjadi hubungan
paralel antara rel 1 dan rel 2 yang belum tentu sama tegangannya dan berbahaya. Setelah selesai
melakukan pemindahan posisi PMS, PMT dimasukkan. Untuk unit pembangkit, pemasukan
PMT harus melalui proses sinkronisasi.

3. Pusat pembangkit listrik dengan dua PMT Rel ganda dengan dua PMT sama seperti
rel ganda dengan satu PMT, tetapi semua unsur dapat dihubungkan ke rel 1 atau rel 2 atau dua-
duanya melalui PMT sehingga fleksibilitasnya lebih baik tinggi. Pusat pembangkit listrik
dengan rel ganda menggunakan dua PMT (PMT Ganda). Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2
dapat dilakukan tanpa pemadaman, karena dengan adanya 2 buah PMT (masing-masing satu
PMT untuk setiap rel) pemindahan beban dilakukan dengan menutup rel yang dituju, kemudian
membuka PMT rel yang dilepas. Rel 1 dan rel 2 tegangannya sama, baik besarnya maupun
phasanya, setelah itu PMT harus masuk.
4. Rel dengan PMT 1½ Rel dengan PMT 1½ adalah rel ganda dengan 3 buah PMT di antara
dua rel. Jika rel-rel diberi identifikasi sebagai rel A dan rel B, maka PMT yang dekat dengan
rel A diberi identifikasi sebagai PMT A1, PMT A2, dan seterusnya. PMT yang dekat rel B
diberi identifikasi sebagai PMT B1, PMT B2, dan seterusnya. PMT yang di tengah disebut
PMT diameter dan diberi identifikasi sebagai PMT AB1, PMT AB2, dan seterusnya. Bagian -
bagian dari instalasi dihubungkan pada titik-titik yang letaknya antara PMT A dengan PMT B
dan pada titik-titik yang letaknya antara PMT B dengan PMT AB. Dibandingkan dengan rel-
rel sebelumnya, rel dengan PMT 1½ ini memiliki keandalan paling tinggi.
Jika rel A mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor A beserta PMS-nya,
daya tetap dapat disalurkan secara penuh. Jika rel B mengalami gangguan, dengan membuka
semua PMT bernomor B beserta PMSnya, daya tetap dapat disalurkan secara penuh. Apabila
rel A dan Rel B mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor A dan PMT
bernomor B beserta PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan walaupun dengan fleksibilitas
pembebanan yang berkurang.
Berdasarkan standar PUIL 2000 dengan ketentuan sebagai berikut:
• warna merah untuk fasa R
• Warna kuning untuk fasa S
• warna hitam untuk fasa T
• warna biru untuk kawat Netral
2. Peranan BUSBAR pada Panel Listrik
Busbar mempunyai peranan penting pada sistem kerja sebuah panel listrik, dalam hal
desain busbar lebih mudah di instalasi. Bentuk dari busbar juga lebih rapi dan tersusun
dibandingkan kabel.

Gambar17 Busbar aluminium pada panel distribusi

Jika ingin mendistribusikan listrik misal di 2000 A, kalau menggunakan kabel maka kabel
yang digunakan akan besar, akibatnya panel listrik akan terlihat berantakan, tapi dengan busbar
akan rapi. Busbar lebih efektif mengatasi panas berlebih saat dilewati arus listrik yang besar.
Jika suatu saat ada perubahan beban atau lokasi beban, busbar akan lebih mudah di
terapkan dibandingkan menggunakan kabel yang harus dipotong dan disambung. Untuk
menyambungkan kabel ke busbar digunakan lugs kabel, lugs adalah material yang terbuat dari
tembaga atau aluminium dimana kabel listrik dapat dihubungkan dengan busbar dan dikunci
dengan baut.

Gambar 18 lugs, konektor kabel ke busbar


3. Menentukan Ukuran dari BUSBAR
Pengaturan busbar ini bergantung pada arus yang akan dilewat oleh busbar (Kuat hantar
arus/Ampacity). Pada dasarnya pengaturan atau penggunaan busbar disesuaikan dengan ukuran
ampere masing-masing breaker pada panel listrik tersebut. Berikut cara menentukan ukuran
busbar menggunakan tabel:

Gambar 19 Ukuran busbar tembaga berdasarkan standar pabrik (Standar DIN-43671)

Keterangan:
1. Pada kolom pembebanan kontinu arus AC, tentukan besaran Ampere sesuai breaker
pada panel, kemudian tentukan jumlah rangkap busbar (I, II, III, III)
2. Setelah itu lihat kolom ukuran lebar x tebal busbar, horizontal sesuai Ampere yang tadi
ditentukan
3. Untuk panjang busbar, disesuaikan dengan konstruksi pada panel
Contoh:
1. Breaker dengan nilai Ampere 220 (kolom I), maka ukuran yang digunakan 20 x 3mm
2. Breaker dengan nilai Ampere 2500 (kolom II), maka ukuran yang digunakan 100 x
10mm, apabila kita menggunakan Ampere di kolom II maka diasumsikan busbar busbar
yang digunakan jadi 2 rangkap 2(100x10mm).
Untuk menentukan besarnya ukuran rel busbar bisa juga menggunakan persamaan berikut:

Keterangan:

ln = Arus nominal dalam Ampere

P = Jumlah daya beban dalam Watt

V = Tegangan jala-jalan dalam volt = 3 fasa 380V

Cosφ = Faktor kerja 0,85

η = Efisiensi 0,85

Contoh:
1. PHB motor crane memiliki daya beban 40.000. maka perhitungannya sebagai berikut:

Maka besarnya batangan busbar harus mempunyai kemampuan hantar arus sebesar :
ln x 150% = 84,1 x 150 = 126 A
Maka dipilih busbar tembaga dengan ukuran:
• Lebar 15 mm x tebal 2 mm
• Panjang bus bar disesuaikan dengan konstruksi panel
TUGAS PERALATAN PUSAT TENAGA LISTRIK
LAPORAN GARDU INDUK KAPAL

OLEH KELOMPOK 3 :

I GEDE NGURAH ARYA RADITYA (1705542025)


I PUTU ADITYA PUTRA WIJAYA (1705542027)
I WYN GDE WREDHIRA WIRARTAMA (1705542030)
I KADEK KRISNAYOGA (1705542033)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Sistem Pengamanan
A. Pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Proteksi sistem tenaga listrik adalah system proteksi yang dilakukan kepada
peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misanya generator,
transformator jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu
sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain hubung singkat, tegangan lebih,
beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain proteksi itu diperlukan :

Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan peralatan


akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikitlah pengaruh
gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat
Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.
Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan pada
suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi
secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya
gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoeprasikan circuit-circuit yang tepat
untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari
jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi
gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang
diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara manual. Mengingat arus
gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi. Hal ini
perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak
normal tersbut dan selanjutnya mengistruksikan circuit-circuit yang tepat untuk bekerja
memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Peralatan tersebut kita kenal
dengan relay. Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang
sehubungan mempunyai dua fungsi pokok :

Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yanglainnya tetap


beroperasi seperti biasa.
Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh
gaya-gaya mekanik dst.

Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus
kerja bertambah melampaui batasaman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika
proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan
mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan
rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula. Perlu diingat bahwa pengaruh
pemanasan adalah sebanding dengankwadrat dari arus :

H = 12 Rt Joules

Dimana :

H = panas yang dihasilkan (Joule)

t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)

I = arus konduktor (ampere)

R = tahanan konduktor (ohm)

Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut


naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau
Circuit Breaker. Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak
peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai
dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.
Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal
Secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja
Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh
arus gangguan yang dapat terjadi.
Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada
rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap
beroperasi. Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian
listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action
relative lebih lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau
circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat
mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan
mekanik.
B. Persyaratan Kualitas Proteksi

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif yaitu :

a. Selektivitas dan Diskrimanasi

Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan system dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja

b. Stabilitas

Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).
c. Kecepatan Operasi

Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar
kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka
bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan
sinkron kehilangan sinkronisasi dengan system selebihnya. Waktu pembebasan
gangguan yang tipikal dalam sistemsistem tegangan tinggi adalah 140 ms.
Dimana mendatnag waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga
memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed
relaying)

d. Sensitivitas (kepekaan)

Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan
dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atausebagai
prosentase dari arus sekunder (trafo arus).

e. Pertimbangan ekonomis

Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh
karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistemtrtansmisi
justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula
sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan
peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang
terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung
(back up)

f. Realiabilitas (keandalan)

Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya
proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g. Proteksi Pendukung

Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah


dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi
utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden
seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri.
Seringkali hanya triping CB dan trafo-trafo tegangan yang dimiliki bersama
oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona
system daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona
yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breakercircuit
breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang
dinamakan remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis
dengan zona-zona utama seperti pada gambar berikut ini

Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem
tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back upa
bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mengeluarkan bagian yang terganggu.

C. Sistem Proteksi Pada Gardu Induk


1. Lightning Arrester

Lightning Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan
lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung. Alat ini berfungsi sebagai by pass
disekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui arus kilat ke sistem
pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak
isolasi peralatan listrik. Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila
terjadi tegangan surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif
rendah sehingga dapat menyalurkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang
arrester dapat dengan cepat kembali sebagai isolasi.

Sesuai dengan fungsinya, maka arrester dipasang di setiap ujung SUTT yang
memasuki gardu induk. Di Gardu Induk adakalanya pada transformator dipasang
juga arrester untuk menjamin terlindungnya transformator dan peralatan lainnya dari
tegangan lebih tersebut.

Gambar 1. Arrester

Bagian-bagian yang penting dari arrester :

A. Elektroda
Elektroda-elektroda ini adalah terminal dari arrester yang dihubungkan
dengan bagian atas dan elektroda bawah dihubungkan dengan tanah.

B. Sela percikan
Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada
arrester yang terpasang, maka pada sela percikan (spark gap) akan terjadi loncatan
busur api. Pada dasarnya pada arrester, busur api yang terjadi tersebut ditiup keluar
oleh tekanan gas yang ditimbulakn oleh tabung fiber yang terbakar.

C. Tahanan katup (valve resistor)


Tahanan yang digunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis material yang
sifat tahanannya dapat berubah bila mendapatkan perubahan tegangan.
2. Pemisah (PMS)

Pemisah adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyatakan bahwa suatu
peralatan listrik sudah bebas dari tagangan kerja. Oleh karena itu pemisah tidak
diperbolehkan untuk dimasukkan atau dikeluarkan pada saat rangkaian listrik dalam
keadaan berbeban.

Untuk tujuan tertentu, pemisah penghantar atau kabel dilengkapi dengan


pemisah tanah (pisau pentanahan/earthing blade). Umumnya antara pemisah
penghantar/kabel dan pemisah tanah terdapat alat yang disebut interlock. Dengan
terpasangnya interlock, maka kemungkinan terjadinya kesalahan operasi dapat
dihindarkan. Tenaga penggerak pemisah dapat diperoleh secara manual, dengan
motor, dengan pneumatik atau dengan hidrolis.

Pada umumnya pemisah (PMS) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis


berdasarkan fungsi dan penempatannya, yakni :

a. Berdasarkan fungsinya, dibedakan menjadi :


- Pemisah Peralatan (PMS Bus)

Pemisah peralatan merupakan alat yang berfungsi untuk mengisolasi


peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi yang bertegangan. Pemisah ini
harus dimasukkan atau dibuka dalam keadaan tak berbeban.

- Pemisah Tanah (PMS Line)

Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang timbul


sesudah saluran udara tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari
penghantar atau lainnya.

b. Berdasarkan penempatannya dalam sistem tenaga, dibedakan menjadi :


- Pemisah penghantar
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi penghantar.
- Pemisah rel
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi rel.

- Pemisah kabel
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi kabel.

- Pemisah seksi
Merupakan pemisah yang terpasang pada suatu rel sehingga rel tersebut
dapat terpisah menjadi dua seksi.

- Pemisah tanah
Merupakan pemisah yang terpasang pada penghantar atau kabel untuk di
hubungkan ke tanah.

3. Pemutus Tenaga (PMT)


Pemutus tenaga adalah peralatan sistem tenaga yang berfungsi untuk
memutuskan hubungan antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban yang dapat
bekerja secara otomatis ketika terjadi gangguan atau secara manual ketika dilakukan
perawatan atau perbaikan. Ketika kontak dipisahkan, beda potensial di antara kontak
tersebut menimbulkan medan elektrik di antara kontak tersebut. Medan elektrik ini
akan menimbulkan ionisasi yang mengakibatkan terjadinya perpindahan elektron
bebas ke sisi beban sehingga muatan akan terus berpindah ke sisi beban dan arus
tetap mengalir. Karena hal ini menimbulkan emisi termis yang cukup besar, maka
timbul busur api (arc) di antara kontak PMT tersebut. Agar tidak mengganggu
kestabilan sistem, maka arc tersebut harus segera dipadamkan. Berdasarkan metode
dalam pemadaman arc tersebut, PMT dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. PMT Minyak

Pada PMT jenis ini, ketika kontak terbuka, arc akan terjadi dengan media
sekitar berupa minyak sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung
gas yang menyelubungi arc di antara kontak. Gelembung ini membuat minyak
terdekomposisi sehingga menimbulkan gas hidrogen yang menghambat arc.
Dengan adanya media minyak ini, diharapkan arc dapat segera dipadamkan.
Secara fisik bentuknya paling besar diantara jenis PMT yang lain dan dicirikan
dengan adanya tangki-tangki yang di dalamnya terdapat minyak.

b. PMT udara
Jenis ini menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu
memperpanjang lintasan arc. Karena efek pemanjangan lintasan ini
diharapkan arc dapat segera dipadamkan. Biasanya dipakai untuk indoor (dalam
switchgear) untuk level tegangan 4.16kV dan 13.8kV.

c. PMT SF6
Saat kontak terbuka dan arc muncul, gas SF6 bertekanan tinggi ditiupkan
diantara kontak untuk menyingkirkan partikel bermuatan dari sela antara kedua
kontak sehingga membuat arc semakin cepat padam. Gas SF6 dipilih karena sifat
gas ini yang merupakan bahan isolasi dan pendingin yang baik.

d. PMT Vakum

Pada PMT jenis ini kontak ditempat- kan pada suatu bilik yang vakum.
Tidak boleh terjadi kebocoran sedikitpun pada bilik ini. PMT jenis ini umumnya
tidak menggunakan kontak yang bergerak secara mekanik seperti kontak yang
lain. Kontak mekanik akan menyebabkan pergeseran kontak yang
memungkinkan terjadinya kebocoran. Pada PMT vakum, pemadaman arc
dilakukan dengan memperpanjang lintasan serta menghilangkan molekul udara
yang dapat mengalami ionisasi.

4. Rele Proteksi dan Panel Kontrol

Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan
suatu peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi
terjadinya kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang
terganggu sekecil mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan pelayanan
penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
Macam relay yang digunakan sebagai proteksi:

a. Proteksi pada Trafo


- Relay Arus Lebih berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung
singkat (short circuit) antara phasa di dalam maupun di luar daerah
pengamanan trafo.
- Relay Differensial berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung
singkat (short circuit) yang terjadi di dalam daerah pengaman trafo.
- Relay Gangguan Tanah Terbatas berfungsi untuk mengamankan
Transformator Daya terhadap tanah di dalam daerah pengaman trafo,
khususnya gangguan di dekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh
Relay Differensial.
- Relay Arus Lebih Berubah berfungsi untuk mengamankan Transformator
Daya dari gangguan antara phasa dan tiga phasa dan bekerja pada arah
tertentu.
- Relay Gangguan Tanah berfungsi mengamankan Transformator Daya dari
gangguan hubung tanah, di dalam dan di luar daerah pengaman trafo.
- Relay Tangki Tanah berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya
terhadap hubung singkat (short circuit) antara phasa dengan tangki trafo dan
trafo yang titik netralnya ditanahkan.
- Relay Suhu berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak trafo dan kumparan
secara langsung, yang akan membunyikan alarm serta mentripkan Circuit
Breaker
- Relay Jansen berfungsi untuk mengamankan pengubah/ pengatur tegangan
(Tap Changer) dari Trafo.
- Relay Bucholz berfungsi mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh
loncatan bunga api dan pemanasan setempat dalam minyak trafo.
- Relay Tekanan Lebih berfungsi mengamankan Transformator Daya dari
tekanan lebih.
Bagi Trafo tanpa konservator, dipasang relay tekanan mendadak dipasang
pada tangki dan bekerja dengan pertolongan.

b. Proteksi pada penghantar SUTT/SKTT


- Relay Jarak berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan antar phasa
maupun gangguan hubungan tanah.
- Relay Differential Pilot Kabel berfungsi mengamankan SKTT dan juga SUTT
yang pendek dari gangguan antar phasa maupun gangguan hubung singkat
(short circuit).
- Relay Arus Lebih Berarah berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan
antar phasa dan hanya bekerja pada satu arah. Relay ini dapat membedakan
arah arus gangguan.
- Relay Arus Lebih berfungsi mengamankan SUTT dan gangguan antara phasa
maupun gangguan hubungan tanah.
- Relay Tegangan Lebih berfungsi mengamankan SUTT atau SKTT terhadap
tegangan lebih.
- Relay Gangguan Tanah berfungsi mengamankan SUTT terhadap gangguan
hubung tanah.
- Relay Penutup Balik berfungsi mengamankan kembali SUTT akibat gangguan
hubung singkat temporer.
Jenis-jenis panel kontrol dalam GI adalah panel kontrol utama, panel rele
dan panel pemakaian sendiri. Panel kontrol utama kadang-kadang dibagi lebih lanjut
kedalam panel instrumen dan panel operasi.

Pada panel instrumen terpasang dan penunjuk gangguan dari sini keadaan
operasi dapat diawasi. Pada panel operasi terpasang saklar operasi pemutus beban
dan pemisah serta lampu penunjuk posisi, saklar, ril tiruan (mimic bus), saklar dan
lampu diatur letak dan hubungannya sesuai dengan keadaan rangkaian yang
sesungguhnya sehingga keadaannya dapat dengan mudah dilihat. Pada gardu induk
kecil, panel kontrol utamanya dari jenis tegak dan instrumen serta saklar-saklarnya
bersama-sama terpasang dimuka. Pada gardu induk besar, panel yang tegak harus
dipakai sebagai panel instrumen. Panel operasinya adalah dari jenis meja (bench
type) dan ada didepannya.

Pada panel rele terpasang rele pengaman saluran transmisi, rele pengaman
differensial trafo dan sebagainya. Bekerjanya rele dapat diketahui dari penunjukan
pada rele itu sendiri dan pada penunjukan gangguan dipanel kontrol utama. Pada GI
kecil, sisi depan dari panel tegak dipakai sebagai panel utama dengan instrumen dan
saklar, dan sisi belakangnya dipakai sebagai panel rele. Pada GI besar, jika
rangkaiannya sudah rumit, panel terpasang dalam ruangan tersendiri.

Pada GI yang besar dan modern dengan susunan rel yang sudah sangat rumit,
mulai banyak dipakai panel dengan gambar-gambar yang bercahaya. Bagian sistem
yang bekerja dibuat bercahaya dan berkedip-kedip pada waktu ada gangguan. Jika
suatu PMT akan ditutup, bagian dari rel yang akan menjadi bertegangan oleh
menutupnya PMT itu dibuat berkedip-kedip sehingga luasnya bagian sistem yang
akan terkena akibatnya dapat diperiksa lebih dahulu sebelum PMT itu benar-benar
menutup. Dengan jalan ini kesalahan operasi dapat dicegah.

Tata susunan (arrangement) panel kontrol dan panel rele harus sesuai dengan
tata peralatan yang ada diluar, kelas tegangan dan saluran transmisi yang masuk.
Dengan demikian maka pengawasan operasi dan pelaksanaan pemeliharaan
dipermudah. Sesuai dengan keadaan diluar maka urutan panel adalah untuk saluran
masuk trafo alat pengubah fasa dan panel saluran keluar. Untuk memudahkan
pengawasan operasi, panel kontrol utama dimana perhatian operator harus dipusatkan,
dipasang didepan dan panel tambahan (auxilary board) dan panel pemakaian sendiri
dipasang disatu sisi atau kedua sisinya tegak lurus padanya.

Untuk pengawasan belakang (back wiring) harus dipakai kabel dengan


isolasi yang tidak dapat terbakar, pada umumnya dipakai kabel PVC. Terminal
pengujian dipasang pada rangkaian dari trafo arus dan trafo tegangan. Terminal
pengujian untuk trafo arus ada yang dari jenis terminal, ada yang dari jenis pasak
(plug type). Konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga pada waktu pengujian
dapat dihindari kemungkinan terbukanya rangkaian skunder.
Panel kontrol merupakan pusat syaraf bagi suatu gardu induk. Pada panel
inilah operator dapat mengamati keadaan peralatan melakukan operasi peralatan
serta pengukuran-pengukuran tegangan, arus, daya, dan sebagainya setiap waktu
bila dipandang perlu.

Bila terjadi gangguan panel itu membuka pemutus beban (secara otomatis)
melalui rele pengaman dan memisahkan bagian yang terganggu. Karena tegangan
dan arus tidak dapat langsung diukur pada sisi tegangan tinggi, maka transformator
ukur (instrument) mengubahnya menjadi tegangan dan arus yang rendah dan
sekaligus memisahkan alat ukur tadi dari tegangan tinggi. Ada tiga jenis
transformator ukur, yaitu trafo tegangan, trafo arus dan tegangan arus.

5. Lemari Hubung

Lemari hubung (cubicle) terbuat untuk kelas 3-30 kV dan dipakai untuk
pusat beban atau pusat daya (power centre). Karakteristiknya adalah bahwa :

- Bagian yang bertegangan tidak boleh terbuka (exposed)


- Ganggguan tidak akan meluas sebab rangkaiannya terbagi dalam satuan-
satuan
- Luas instalasi kecil dalam pemasangan,perluasan dan pemindahan instalasi
mudah
- Kehandalannya tinggi karena pemasangannya sempurna dipabrik
Lemari hubung diklasifikasikan oleh perbedaan-perbedaan sistem rilnya
kedalam jenis-jenis ril tunggal, ril rangkap dan ril penyimpang (bypass). Untuk
rangkaian pemakaian gardu induk sendiri jenis yang sering dipakai adalah yang
paling sederhana yakni jenis ril tunggal.

6. Saklar Pentanahan

Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi


yang berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada
konduktor pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem.
Sakelar Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak
bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka).

7. Kompensator

Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat


pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi
atau transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk
menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yang
berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan
kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau
kapasitor shunt dan reaktor shunt.
Transformator daya

Transformator tenaga atau tiga fasa adalah suatu peralatan tenaga listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan) dengan frekuensi sama. Sebuah
transformator tiga fasa secara prinsip sama dengan sebuah transformator satu fasa,
perbedaan yang paling mendasar adalah pada sistem kelistrikannya yaitu sistem satu
fasa dan tiga fasa. Sehingga sebuah transformator tiga fasa bisa dihubung bintang,
segitiga, atau zig-zag. Transformator tiga fasa banyak digunakan pada sistem transmisi
dan distribusi tenaga listrik karena pertimbangan ekonomis. Transformator tiga
fasa banyak sekali mengurangi berat dan lebar kerangka, sehingga harganya dapat
dikurangi bila dibandingkan dengan penggabungan tiga buah transformator satu fasa
dengan “rating” daya yang sama. Tetapi transformator tiga fasa juga mempunyai
kekurangan, diantaranya bila salah satu fasa mengalami kerusakan, maka seluruh
transformator harus dipindahkan (diganti), tetapi bila transformator terdiri dari tiga
buah transformator satu fasa, bila salah satu fasa transformator mengalami kerusakan.
Sistem masih bias dioperasikan dengan sistem “ open delta “. Dalam operasi umumnya,
transformator-transformator tenaga ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan
kebutuhan untuk sistem pengamanan atau proteksi. Sebagai contoh transformator
150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20
kV ditanahkan dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya. Transformator yang telah
diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan.

Transformator tiga fasa digunakan untuk sistem listrik berdaya besar, baik pada
sistem pembangkitan, transmisi maupun distribusi. Transformator tiga fasa yang
umum kita lihat pada gardu distribusi daya 250 KVA sampai 630 KVA berbentuk
persegi Gambar 2.1. Konstruksi transformator tiga fasa untuk daya besar dalam bentuk
potongan lihat Gambar 2.2. Inti trafo berbentuk E-I dengan kumparan primer dan
sekunder pada ketiga kaki inti trafo. Terminal tegangan tinggi (primer) tampak dari
isolator yang panjang. Terminal tegangan rendah (sekunder) dengan terminal lebih
pendek. Trafo ditempatkan dalam rumah trafo yang diisi dengan minyak trafo yang
berfungsi sebagai pendingin sekaligus isolasi. Secara berkala minyak trafo diganti.
Pendinginan rumah trafo disempurnakan dengan dipasang sirip pendingin agar panas
mudah diserap oleh udara luar. Bagian terpenting dari trafo tiga fasa. Trafo tiga fasa
bisa dibangun dari dua buah trafo satu fasa, atau tiga buah trafo satu fasa. Untuk trafo
tiga fasa berukuran berdaya besar, dibangun dari tiga buah trafo satu fasa, tujuannya
jika ada salah satu fasa yang rusak/ terbakar, maka trafo yg rusak tersebut dapat diganti
dengan cepat dan praktis. Trafo tiga fasa memiliki enam kumparan Gambar 2.2. Tiga
kumparan primer dan tiga kumparan sekunder. Kumparan primer diberikan nomor
awal 1, kumparan 1U1 – 1U2 artinya kumparan primer fasa U. Kumparan sekunder
diberikan notasi nomor awal 2, misalnya 2U2 – 2U1, artinya kumparan sekunder fasa
U. Kumparan primer atau sekunder dapat dihubungkan secara Bintang atau hubungan
Segitiga.

Gambar 2.1 Bentuk Fisik Transformator Tiga Fasa

Gambar 2.2 Kumparan Primer dan Sekunder Trafo Tiga Fasa


Konstruksi transformator daya

Secara umum sebuah transformator tiga fasa mempunyai konstruksi hampir


sama, yang membedakannya adalah alat bantu dan sistem pengamannya, tergantung
pada letak pemasangan, sistem pendinginan, pengoperasian, fungsi dan pemakaiannya.
Bagian utama, alat bantu, dan sistem pengaman yang ada pada sebuah transformator
daya

a. Bagian Dalam Transformator b. Bagian Luar Transformator

Gambar 2.3 Konstruksi Transformator Tiga Fasa

Inti Besi Transformator


Seperti telah dijelaskan pada pembahasan transformator satu fasa inti
besi berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluks dari kumparan primer ke kumparan
sekunder. Sama seperti transformator satu fasa, berdasarkan cara melilit kumparanya
ada dua jenis, yaitu tipe inti Gambar 2.4 dan tipe cangkang Gambar 2.5. Dibuat dari
lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai
rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus pusar atau eddy current

Gambar 2.4 Transformator Tipe Inti


Gambar 2.5 Transformator Tipe Cangkang

Bahan inti trafo 3 fasa dari bahan plat tipis ferromagnetis yang ditumpuk
dengan ketebalan tertentu. Plat tipis dimaksudkan untuk menekan rugi-rugi histerisis
dan arus edy pada batas minimal. Ada beberapa tipe inti trafo 3 fasa tampak pada
Gambar 2.6. Tipe U-I terdiri dari tiga inti yang dipasangkan sudut menyudut 120°
Gambar 2.6a. Tipe U terdiri atas tiga inti U dipasang sudut menyudut 120° Gambar
2.6b. Tipe menyudut ini dipakai untuk trafo 3 fasa yang dipasang pada tabung bulat
untuk trafo outdoor yang dipasang pada tiang jaringan distribusi. Tipe E-I yang banyak
dipakai, tiap kaki terdapat kumparan primer dan sekunder masing-masing fasa Gambar
2.6c. Tipe jenis ini banyak dipakai untuk daya kecil, sedang sampai daya besar. Bahkan
tiga buah trafo satu fasa yang digabungkan, bisa menjadi trafo tiga fasa.

Gambar 2.6 Kumparan Primer dan Sekunder Transformator Tiga Fasa

Kumparan/ Lilitan Transformator


Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan, dan kumparan tersebut
diisolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan menggunakan
isolasi padat seperti karton, pertinaxdan lain-lain.
Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika
kumparan primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan
tersebut timbul fluksi yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian
sekunder ditutup (rangkaian beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut,
sehingga kumparan ini berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus. Selain
itu ada kumparan tertier dimana fungsi kumparan tertier diperlukan adalah untuk
memperoleh tegangan tertier atau untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan
tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta atau segitiga. Kumparan
tertier sering digunakan juga untuk penyambungan peralatan bantu seperti
kondensator synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak
semua transformator daya mempunyai kumparan tertier

Hubungan Kumparan Transformator


Ada dua metoda hubungan kumparan primer dan kumparan sekunder. Pertama
hubungan Bintang , kedua hubungan Segitiga. Pada Gambar 2.7, baik kumparan
primer dan sekunder dihubungkan secara Bintang. Kumparan primer terminal 1U, 1V
dan 1W dihubungkan dengan supply tegangan tiga fasa. Kumparan sekunder terminal
2U, 2V dan 2W disambungkan dengan sisi beban. Hubungan kumparan Segitiga baik
pada kumparan primer maupun kumparan sekunder Gambar 2.8. Pada hubungan
Bintang tidak ada titik netral, yang diperoleh ketiganya merupakan tegangan line ke
line, yaitu L1, L2 dan L3.

Gambar 2.7 Kumparan Primer dan Sekunder Hubungan Bintang

Gambar 2.8 Kumparan Primer dan Sekunder Hubungan Segitiga


Hubungan Jam Kumparan Transformator
Transformator tiga fasa antara tegangan primer dan tegangan
sekunder perbedaan fasa dapat diatur dengan metoda aturan hubungan jam kumparan
trafo.
Satu putaran jam dibagi dalam 12 bagian, jika satu siklus sinusoidal 360°, maka
setiap jam berbeda fasa 30° (360°/12). Kumparan trafo Dd0 Gambar 2.9a,
menunjukkan huruf D pertama kumparan primer dalam hubungan Delta (segitiga),
huruf d kedua kumparan sekunder hubungan Delta (segitiga), angka 0 menunjukkan
beda fasa tegangan primer-sekunder 0°. Kumparan trafo Dy5 Gambar 2.9b,
menunjukkan kumparan primer dalam hubungan Delta (segitiga), kumparan
sekunder Y (bintang ), beda fasa antara tegangan primersekunder 5 × 30° = 150°.
Hubungan segitiga primer-sekunder Hubungan bintang primer-sekunder. Kumparan
trafo Dy-11 2.9c, menunjukkan kumparan primer dalam hubungan Delta ( segitiga),
kumparan sekunder Y (bintang ), beda fasa antara tegangan primer-sekunder 11 ×
30° = 330°.

Gambar 2.9 Vektor Kelompok Jam Transformator Tiga Fasa

Minyak Transformator
Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti
transformator direndam di dalam minyak transformator,minyak juga berfungsi sebagai
isolasi. Di dalam sebuah transformator terdapat dua komponen yang secara
aktif “membangkitkan” energi panas, yaitu besi (inti) dan tembaga (kumparan). Bila
energi panas tidak disalurkan melalui suatu sistem pendinginan akan mengakibatkan
besi maupun tembaga akan mencapai suhu yang tinggi, yang akan merusak nilai
isolasinya. Untuk maksud pendinginan itu, kumparan dan inti dimasukkan ke dalam
suatu jenis minyak, yang dinamakan minyak transformator. Minyak itu mempunyai
fungsi ganda, yaitu pendinginan dan isolasi. Fungsi isolasi ini mengakibatkan berbagai
ukuran dapat diperkecil. Perlu dikemukakan bahwa minyak transformator harus
memiliki mutu yang tinggi dan senantiasa berada dalam keadaan bersih. Disebabkan
energimpanas yang dibangkitkan dari inti maupun kumparan, suhumminyak akan naik.
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada minyak
transformator. Lagi pula dalam jangka panjang waktu yang lama akan terbentuk
berbagai pengotoran yang akan menurunkan mutu minyak transformator. Hal-hal ini
dapat mengakibatkan kemampuan pendinginan maupun isolasi minyak akan menurun.
Selanjutnya dapat pula terjadi bahwa hawa lembab yang sebagaimana halnya terjadi di
daerah tropis, mengakibatkan masuknya air didalam minyak transformator. Bila suhu
minyak transformator yang sedang dioperasikan diukur, akan tampak bahwa suhu
minyak itu akan tergantung pada tinggi pengukuran pada bak. Suhu tertinggi akan
ditemukan pada sekitar 70 – 80% tinggi bejana.
Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan, sebagai
berikut :
1. Mempunyai kekuatan isolasi ( Dielectric Strength);
2. Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikel-
partikel kecil dapat mengendap dengan cepat;
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersikulasi dan
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik;
4. Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah menguap;
5. Sifat kimia yang stabil.
Minyak trafo sebagai bahan isolasi sekaligus sebagai media penghantar panas dari
bagian yang panas (belitan dan inti) kedinding tangki atau radiator pendingin memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Berat Jenis (Specific grafitty) 0,85 sampai 0,90 pada suhu 13,5º C
2. Kekentalan (Viscocity) cukup rendah untuk memperlancar sirkulasi
dari bagian yang panas ke bagian yang dingin, yaitu 100 sampai 110 Saybolts
second pada 40º C
3. Titik didih tidak kurang dari 135º C
4. Titik beku tidak lebih dari -45º C
5. Tegangan tembus tidak kurang dari 30 kV per 2,5 mm atau 120 kV/1cm.
6. Koefisien muai 0,00065 per 1º C
7. Titik api ( flash point ) 180º C sampai 190º C
8. Titik nyala (burning point) 205º C
9. Kelembaban terhadap uap air (moisture) nihil

Minyak transformator baru harus memiliki spesifikasi seperti tampak pada


Tabel 2.1 di bawah ini.

Untuk minyak isolasi pakai berlaku untuk transformator berkapasitas > I MVA
atau bertegangan > 30 kV sifatnya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2.3.2.
Tangki Transformator
Tangki transformator berfungsi untuk menyimpan minyak transformator dan sebagai
pelindung bagian-bagian transformator yang direndam dalam minyak. Ukuran tangki
disesuaikan dengan ukuran inti dan kumparan. Terdapat beberapa jenis tangki,
diantaranya adalah:
a. Jenis sirip (tank corrugated ) Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai
dingin yang menjalani penekukan, pemotongan dan proses pengelasan
otomatis, untuk membentuk badan tangki bersirip dengan siripnya
456 Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi sebagai radiator pendingin dan
alat bernapas pada saat yang sama. Tutup dan dasar tangki terbuat dari plat baja
bercanai panas yang kemudian dilas sambung kepada badan tangki bersirip
membentuk tangki corrugated ini. Umumnya transformator di bawah 4000
kVA dibuat dengan bentuk tangki corrugated .
b. Jenis tangki Conventional Beradiator Jenis tangki terdiri dar badan tangki dan
tutup yang terbuat dari mild steel plate (plat baja bercanai panas) ditekuk dan
dilas untuk dibangun sesuai dimensi yang diinginkan, sedang radiator jenis
panel terbuat dari pelat baja bercanai dingin (cold rolled steel sheets).
Transformator ini umumnya dilengkapi dengan konservator dan digunakan
untuk 25.000,00 kVA, yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Transformator Tipe Conventional Beradiator

c. Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined Tipe tangki ini sama dengan
jenis conventional tetapi di atas permukaan minyak terdapat gas nitrogen
untuk mencegah kontak antara minyak dengan udara luar
Konservator Transformator
Konservator merupakan tabung berisi minyak transformator yang diletakan pada
bagian atas tangki. Fungsinya adalah :
1. Untuk menjaga ekspansi atau meluapnya minyak akibat pemanasan;
2. Sebagai saluran pengisian minyak.

Bushing
Bushing transformator adalah sebuah konduktor yang berfungsi untuk
menghubungkan kumparan transformator dengan rangkaian luar yang diberi selubung
isolator. Isolator juga berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki
transformator. Bahan bushing adalah terbuat dari porselin yang tengahnya berlubang
(Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Bushing Transformator

Sistem Pendinginan Transformator


Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi
dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu
yang berlebihan, akan merusak isolasi (di dalam transformator). Maka untuk
mengurangi kenaikan suhu transformator yang berlebihan maka perlu dilengkapi
dengan alat/ sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator.
Media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa:
1. Udara/gas
2. Minyak
3. Air
4. Dan lain sebagainya.
Sedangkan pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara:
1. Alamiah (natural)
2. Tekanan/paksaan
Pada cara alamiah (natural), pengaliran media sebagai akibat adanya perbedaan
suhu media dan untuk mempercepat perpindahan panas dari media tersebut ke udara
luar diperlukan bidang perpindahan panas yang lebih luas antara media (minyak-
udara/gas), dengan cara melengkapi transformator dengan sirip-sirip ( Radiator ). Bila
diinginkan penyaluran panas yang lebih cepat lagi, cara natural/alamiah tersebut dapat
dilengkapi dengan peralatan untuk mempercepat sirkulasi media pendingin dengan
pompa-pompa sirkulasi minyak, udara dan air. Cara ini disebut pendingin paksa
(Forced). Macammacam sistem pendingin transformator berdasarkan media dan
cara pengalirannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Macam – Macam Sistem Pendingin


Alat Pernafasan
Karena adanya pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu
udara luar, maka suhu minyak akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila
suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan
minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut
maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut pernapasan
transformator. Permukaan minyak transformator akan selalu bersinggungan dengan
udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus pada minyak transformator, maka
untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi
tabung berisi kristal zat hygroscopis.

Gambar 2.12 Alat Pernafasan

Tap Changer

Tap changer adalah alat yang berfungsi untuk mengubahmperbandingan lilitan


transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada sisi sekunder sesuai yang
dibutuhkan oleh tegangan jaringan (beban) atau karena tegangan sisi primer yang
berubah-ubah. Tap changer (perubahan tap) dapat dilakukan dalam keadaan berbeban
(on load) atau keadaan tidak ber-beban (off load). Untuk tranformator distribusi
perubahan tap changer dilakukan dalam keadaan tanpa beban.
Gambar 2.13 Tap Changer

Sirip – Sirip Pendingin atau Radiator

Berfungsi untuk memperluas daerah pendinginan, yaitu daerah


yang berhubungan langsung dengan udara luar dan sebagai tempat terjadinya
sirkulasi panas.

Alat Indikator

Alat Indikator digunakan untuk memonitor kondisi komponen utama atau media bantu
yang ada didalam transformator saat transformator beroperasi, seperti :

1. suhu minyak ;
2. permukaan minyak ;
3. sistem pendinginan ;
4. posisi tap.

Gambar 2.14 Indikator Level Minyak


Gambar 2.15 Indikator Temperatur

Plat Nama atau Name Plate


Plat nama yang terdapat pada bagian luar transformator sebagai pedoman saat
pemasangan maupun perbaikan. Data-data yang dicantumkan seperti Phasa dan
frekuensi, daya nominal, tegangan primer/ sekunder,kelompok hubungan, arus
nominal, % arus hubung singkat, sistem pendinginan, volume minyak, dan lainlain.

Gambar 2.16 Name Plate Transformator Tiga Fasa

Gangguan Pada Transformator Daya

Gangguan yang berpengaruh terhadap kerusakan transformator tidak hanya


karena adanya gangguan didalam transformator atau didalam daerah pengaman
transformator, tetapi juga adanya diluar daerah pengaman.
1. Gangguan di luar daerah pengamananya
Gangguan di luar daerah pengamanan transformator daya ini sering terjadi dan
dapat merupakan beban lebih, hubung singkat satu fasa ke tanah maupun gangguan
antar fasa. Gangguan ini pada daerah ini mempunyai pengaruh terhadap transformator
ini, sehingga transformator harus dilepaskan/dipisahkan bila gangguan tersebut terjadi
setelah waktu tertentu untuk memberi kesempatan pengamanan daerah yang terganggu
bekerja. Kondisi beban lebih yang berlanjut dapat dideteksi dengan relay thermal atau
thermometer yang memberi sinyal sehingga dapat mengatur ataupun mengadakan
manipulasi jaringan sehingga beban berkurang tetapi bila perlu diputuskan suplainya.
Untuk kondisi gangguan diluar daerahnya misalnya gangguan hubung singkat
pada rel atau gangguan hubung singkat di saluran keluaranya, maka relay arus lebih
dengan perlambatan waktu atau sekring digunakan sebagai pengamannya. Koordinasi
yang baik untuk pengaman cadangan transformator ini perlu diciptakan terhadap
pengaman daerah berikutnya yang terkait. Pengaman utama dari transformator ini
dibuat semedikian rupa sehingga tidak boleh bekerja terhadap gangguan tersebut di
atas.
2. Gangguan di daerah pengamannya
Pengaman utama transformator daya ditunjukan sebagai pengaman didalam
daerah pengamanannya. gangguan di dalam sangat serius dan selalu ada resiko
terjadinya kebakaran, gangguan dalam dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu:
Kelompok (a)
1. Gangguan listrik akan dengan segera menyebabkan kerusakan yang serius
tetapi pada umumnya dapat dideteksi oleh adanya arus atau tegangan yang
tidak seimbang, diantaranya :
2. Gangguan satu fasa atau antar fasa pada sisi tegangan tinggi atau tegangan
rendah di terminal luar.
3. Gangguan satu fasa atau antar fasa pada lilitan sisi tegangan tinggi atau
tegangan rendah. Hubung singkat antar lilitan di sisi tegangan tinggi atau
tegangan rendah.
4. Ganguan tanah pada lilitan tersier, atau hubung singkat antar belitan di
lilitan tersier.

Kelompok (b)

Apa yang dinamakan gangguan ialah suatu gangguan yang dimulai gangguan
yang kecil atau tidak berarti, namun secara lambat akan menimbulkan kerusakan.
gangguan ini tidak dapat dideteksi adanya tegangan atau bertambah besarnya arus pada
ujung lilitan. yang termasuk gangguan lilitan ini ialah :

1. Sambungan secara elektris dari konduktor jelek dan gangguan inti misalnya
tembusnya lapisan isolasi inti serta baut atau ring klem kurang kencang, yang
akan menimbulkan busur yang terbatas pada minyak.
2. Gangguan sistem pendingin, yang akan menyebabkan pemanasan lebih
walaupun bebannya belum mencapai nominal. Sehubungan butir 2 adalah
kemungkinan kurang minyak atau tersumbatnya aliran minyak sehingga
menimbulkan pemanasan setempat pada lilitan.
3. Gangguan dari pengatur tegangan dan pembagian beban yang tidak baik antara
transformator yang bekerja pararel, yang akan menyebabkan pemanasan lebih
karena adanya arus sirkulasi.

Secara umum untuk gangguan pada kelompok (a) sangat penting bahwa
peralatan yang terganggu harus secepat mungkin dipisahkan setelah terjad gangguan,
tidak hanya untuk membatasi kerusakan trasformator daya tersebut tetapi juga
membatasi lama waktu tegangan sistem turun. Bila tegangan turun terlalu lama dapat
menimbulkan hilangnya sinkronisasi antar mesin, bila hal ini terjadi arus lebih yang
besar akan muncul karena adanya lepas sinkron dari unit pembangkit sehingga akan
ada relay yang salah kerja menyebabkan gangguan yang beruntun. Gangguan pada
kelompok (b) tidak merupakan hal yang serius pada masa gangguan incipient, tetapi
dapat menjadi gangguan yang parah tergantung dari waktu, maka juga harus
dihilangkan secepat mungkin. Dalam hal bila pengaman untuk kelompok (a) tidak
mampu mengamankan gangguan pada kelompok (b), maka untuk pengamanan untuk
kelompok (b) tidak perlu mendeteksi gangguan pada terminal dan untuk
menghilangkan gangguan tidak perlu secepat seperti gangguan pada kelompok (a).
Inilah merupakan filosofi dasar pengamanan transformator daya, dan ini artinya bahwa
pengaman kelompok (a).

Trafo Arus/Current Transformer (CT)

Transformator arus digunakan untuk mengukur arus beban suatu rangkaian.


Dengan menggunakan transformator arus, maka arus beban yang besar dapat diukur
hanya dengan menggunakan alat ukur (amperemeter) yang tidak terlalu besar.

Gambar 2.17 Rangkaian Trafo Arus

Dengan mengetahui perbandingan transformasi N1/N2 dan pembacaan


ammeter (I2), arus beban I1 dapat dihitung. Bila transformator dianggap ideal maka
arus beban:

I1 = N2/N1 x I2

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah, maka perlu diperhatikan agar
rangkaian sekunder selalu tertutup. Dalam keadaan rangkaian sekunder terbuka, ggm
N2I2 akan sama dengan nol (karena h = 0) sedangkan ggm N1/I1 tetap ada sehingga
fluks normal akan terganggu.

Trafo Tegangan/Potensial Transformer (PT)

Transformator tegangan digunakan, untuk mengukur tegangan. Dengan, mengetahui


N1 dan N2, membaca tegangan V2 serta menganggap transformator ideal maka
tegangan V1 adalah:

V1 = N2/N1 x I2
Pentanahan rangkaian sekunder diperiukan untuk tnenceg,ah adanya beda
potensial yang besar antara kumparan primer dan sekunder (antara titik a dan b) pada
saat isolasi kumparan primer rusak.

Gambar 2.18 Rangkaian Trafo Tegangan

Pemutus Daya

Pemutus daya diperlukan guna memutus arus-arus kerja ataupun arus – arus
hubung singkat. Pemutus daya dapat dioperasikan, yaitu ditutup atu dibuka ditempat
atau secara jarak jauh menggunakan sistem proteksi. Dengan demikian sebuah pemutus
daya dapat secara otomatis membuka suatu rangkaian bilamana misalnya arus saluran,
tegangan saluran , atau frekuensi sistem melampaui batas – batas tertentu. Jenis – jenis
pemutus daya yang tepenting adalah :

1. Pemutus daya minyak (oil circuit breakers)


2. Pemutus daya udara tiup (airblast circuit breakers)
3. Pemutus daya SF6 (SF6 circuit breakers)
4. Pemutus daya Pakem (Vacum circuit Breakers)

Pelat nama sebuah pemutus daya umumnya memberikan indikasi mengenai

1. Arus konstan maksimum yang dipakai


2. Besar arus interupsi maksimum
3. Maksimum tegangan saluran
4. Waktu interupsi yang dinyatakan dalam siklus
Waktu interupsi dapat berkisar hingga 3 atau 8 siklus pada sistem 50HZ. Untuk
menginterupsi arus – arus listrik besar dalam waktu yang demikian singkat, perlu diatur
terjadinya de-ionisasi busur yang cepat, disertai pendinginan yang cepat pula. Interupsi
kecepatan tinggi membatasi kerusakan –kerusakan yang dapat terjadi pada instalasi
transmisi dan peralatan lainya, serta mempertahankan stabilitas sistem bilamana terjadi
suatu keadaan darurat. Sebuah pemutus daya akan bekerja karena misalnya digerakan
oleh suatu alat pengaman berupa rele arus lebih. Kemampuan sebuah saklar daya
dinyatakan dalam sebuah arus yang dapat diputuskanya, atau dalam daya hubung
singkat MVA.

1. Pemutus daya minyak (oil circuit breakers)


Terdiri atas sebuah tangki atau bejana terbuat dari baja yang diisi dengan
minyak isolasi. Pada salah satu versi, isolator tembus (bushing) memasukan tegangan
fasa dan dihubungkan dengan suatu kontak tetap yang tidak bergerak. Kontak yang
bergerak, dikendalikan oleh rele, dapat menutup atau membuka rangkaian. Pada
gambar 2.19 rangkaian berada dalam keadaan tertutup dan kontak tetap dan kontak
bergerak berada dalam keadaan tersambung, Dan arus listri mengalir.

(a) kontak tertutup (b) kontak terbuka

Gambar 2.19 Skema Prinsip Kerja Pemutus Daya Minyak

Bilamana terjadi beban lebih sehingga rele arus lebih bekerja, kontak bergerak
akan ditarik keluar dari kontak tetap agar hubungan jaringan menjadi terbuka. Pada
saat kedua kontak melepas, terjadi suatu busur api yang sangat kuat, dan juga gas – gas
panas. Tekanan dari gas panas itu menyebabkan terjadinya turbelensi dari minyak –
minyak sekitar busur api. Hal itu mengakibatkan minyak yang dingin mengitari busur
api. Hal itu mengakibatkan minyak yang dingin mengitari busur api dan
memadamkanya. Pada pemutus daya minyak modern busur api dilokasikan dalam
suatu ruang pemadam (explosion chamber), sehinga tekanan gas panas menghasilkan
suatu semburan minyak melintasi busur api. Terdapat pula desain dimana dengan
bantuan medan magnit yang terjadi, busur api diperpanjang dan ditiup terhadap suatu
seri pelat isolasi yang mematahkan dan mendinginkan busur api. Masalah pada
pemutus daya minyak adalah bahwa minyak itu sendiri mudah terbakar. Bilamana
kondisi pemutus daya kurang baik, dan daya yang terjadi pada suatu hubung singkat
sangat besar, pemutus daya dapat meledak, dan minyak yang membakar akan disembur
kesemua arah, menyebabkan terjadinya kebakaran.

2. Pemutus daya udara bertekanan (Air blast circuit breakers)


Tidak memakai minyak. Pada pemutus jenis ini udara bertekanan tinggi ditiup
dengan kecepatan supersonik melintasi busur api. Udara bertekanan itu disimpan dalam
sebuah tangki dan diisi oleh suatu kompresor. Pemutus daya udara bertekanan dengan
daya besar dapat membuka arus –arus hubung singkat sebesar 40Kva pada tegangan
saluran 500KV. Kebisingan yang terjadi pada pelepasan udara itu adalah sedemikian
nyaring, sehingga lebih menyerupai ledakan dasyat. Bilamana GI terletak daerah
perumahan, perlu diatur agar kebisingan itu dikurangi.
3. Pemutus daya SF6 (SF6 circuit breakers)
Merupakan sistem yang sepenuhnya tetutup, dan diisolasi dengan gas sulfur
hexafourida (SF6). Jenis pemutus daya ini sangat baik, namun mahal. Karena
bentuknya kompak, peralatan yang berisolasi gas (SF6) dipakai. Ditempat yang harga
tanahnya tinggi, seperti ditengah – tengah kota besar. kini terdapat pula gardu induk
yang berisolasi gas SF6 (gas insulated subtations, GIS). Perlu dikemukakan bahwa
pemutus daya SF6 tidak terlalu berisik sebagaimana dengan halnya pemutus daya udara
bertekanan. Gas SF6 merupakan suatu terobosan sebagai bahan isolasi dan pemadam
bagi pemutus daya. Ia memiliki stabilitas termal tinggi, tidak beracun dan tidak
menganggu kelestarian lingkungan. Pada tekanan yang sama gas SF6 memiliki
kekuatan dielektrik 2,5 sampai 3 kali dari udara. Dan juga tekanan yang lebih rendah,
dadal isolasi (insulation breakdown) masih tinggi, dan menyamai yang dari minyak
atau isolasi bahan padat. Kemampuan isolasi gas SF6 untuk sebagian diperoleh dari
sifatnya yang elektronegatif, sehingga menarik elektron – elektron bebas kemolekul.
4. Pemutus daya pakem (Vacuum circuit Breakers)
Bekerja atas dasar prinsip lain, karena tidak terdapat gas yang dapat berionisasi
bilamana kontak – kontak terbuka. Pemutus daya jenis ini tertutup secara rapi, dan tidak
boleh bocor. Karenanya tidak terdapat kebisingan atau polusi. Kemampuanya terbatas
hingga kira – kira 30Kv. Pemutus daya pakem banyak dipakai pada sistem bawah
tanah.

Auxiliary Current Transformer (ACT)


Transformator arus bantu atau auxiliary current transformer (ACT) merupakan
pelaratan yang berfungsi :

1. Untuk menyesuaikan arus sekunder CT sisi primer dan sisi sekunder.


2. Untuk menyesuaikan pergeseran sudut fase.

Pemasangan ACT

3. Jika berfungsi untuk menyesuaikan pergeseran fasa selalu dipasang pada sisi Y
transformator dayanya, dan disisi lainnya dapat dipasang atau tidak.
4. Jika berfungsi hanya penyesuaian arus dapat dipasang disisi primer maupun
sekunder, atau kedua – duanya.
5. Bila CT disisi primer mempunyai sekunder 1 A dan disisi sekunder 5 A,
umumnya ACT dipasang dikedua sisi. Perbandingan tranformasi untuk
penyesuai sudut fase:
6. Hubungan yy sisi sekundernya 5 A atau 1 A
7. Hubungan yd sisi sekundernya 5/V3 atau 1/V3

Berikut ini merupakan contoh skema sederhana pemasangan rele diferensial


menggunakan ACT
Gambar 2.20 Wiring Relay Diferensial Untuk Vector Grup Trafo Ynyn0 (d)
Pengertian Busbar

Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT,
SKTT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik
atau daya listrik. Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi
di mana jalur transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Karena
konvergensi ini, sirkuit pendek yang terletak di dekat busbar cenderung memiliki arus
besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat besarnya, maka jika ada kesalahan
memerlukan kecepatan yang tinggi dalam operasi perlindungan busbar untuk
membatasi kerusakan peralatan tersebut. Namun, kliring berkecepatan tinggi harus
seimbang terhadap kebutuhan untuk keamanan. Tersandung salah untuk kesalahan
eksternal dapat menyebabkan gangguan besar, dan membahayakan stabilitas daya
sistem. Besarnya kesalahan yang tinggi meningkatkan kemungkinan CT saturasi
selama kesalahan eksternal dekat dengan busbar, dan CT saturasi meningkatkan
kemungkinan operasi yang salah dari perlindungan busbar.

Perlindungan busbar mungkin rumit dan bervariasi dengan topologi bus.


Banyak busbar menghubungkan semua sirkuit untuk satu segmen umum dari busbar.
Komplikasi untuk bus ini adalah hanya jumlah sirkuit terhubung. Namun, busbar
tertentu mungkin memiliki beberapa segmen bus, dengan sirkuit individu yang
terhubung ke segmen bus yang berbeda tergantung pada kebutuhan operasi. Untuk bus
kompleks seperti, perlindungan busbar harus mampu melindungi setiap segmen bus
individual, dan dinamis melacak sirkuit terhubung ke segmen bus tertentu. Semua
generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat
listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim tenaga
listrik dihubungkan ke rel ini.

Mayoritas kesalahan busbar melibatkan fase satu dan bumi, tetapi kesalahan
muncul dari berbagai banyak. Bahkan, sebagian besar hasil kerusakan pada busbar dari
kesalahan manusia dan bukan kegagalan komponen switchgear.
Semua generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga
listrik ke rel pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang
mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.

Jenis Rel/Busbar berdasarkan susunan rel

1. Rel tunggal pada pusat pembangkit Rel tunggal

Rel tunggal adalah susunan rel yang sederhana dan relatif paling murah, tetapi
memiliki kelemahan dalam hal keandalan, dan kontinuitas pelayanan serta kurang
fleksibel dalam pengoperasiannya. Jika terjadi kerusakan pada rel, seluruh pusat listrik
harus dipadamkan jika akan melakukan perbaikan. Rel tunggal paling baik jika
digunakan hanya pada pusat pembangkit listrik yang tidak begitu penting
peranannyadalamsistem.

2. Rel Ganda dengan Satu PMT

Hubungan ke rel 1 atau rel 2 dilakukan melalui PMS. Rel ganda umumnya
dilengkapi dengan PMT beserta PMS-nya yang berfungsi menghubungkan rel 1 dan
rel 2. Dengan rel ganda, sebagian instalasi dapat dihubungkan ke rel 1 dan sebagian
lagi ke rel 2. Kedua rel tersebut (rel 1 dan rel 2) dapat dihubungkan paralel atau terpisah
dengan cara menutup atau membuka PMT Kopel. Dengan cara ini fleksibilitas
pengoperasian bertambah terutama sewaktu menghadapi gangguan yang terjadi dalam
sistem. Sebagian dari unit pembangkit atau beban dapat dihubungkan ke rel 1 dan
lainnya ke rel 2. Apabila salah satu unit pembangkit atau salah satu beban akan
dipindah rel, terlebih dahulu PMT-nya harus dibuka, selanjutnya disusul pembukaan
PMS rel yang akan dilepas, baru memasukkan PMS rel yang dituju, urutannya tidak
boleh dibalik. Apabila terbalik, maka akan terjadi hubungan paralel antara rel 1 dan rel
2 yang belum tentu sama tegangannya dan berbahaya. Setelah selesai melakukan
pemindahan posisi PMS, PMT dimasukkan. Untuk unit pembangkit, pemasukan PMT
harus melalui proses sinkronisasi.
3. Rel Ganda dengan dua PMT

Rel ganda dengan dua PMT sama seperti rel ganda dengan satu PMT, tetapi
semua unsur dapat dihubungkan ke rel 1 atau rel 2 atau dua-duanya melalui PMT
sehingga fleksibilitasnya lebih baik tinggi. Pusat pembangkit listrik dengan rel ganda
menggunakan dua PMT (PMT Ganda). Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2 dapat
dilakukan tanpa pemadaman, karena dengan adanya 2 buah PMT (masing-masing satu
PMT untuk setiap rel) pemindahan beban dilakukan dengan menutup rel yang dituju,
kemudian membuka PMT rel yang dilepas. Rel 1 dan rel 2 tegangannya sama, baik
besarnya maupun phasanya, setelah itu PMT harus masuk.

4. Rel dengan PMT 1½

Rel dengan PMT 1½ adalah rel ganda dengan 3 buah PMT di antara dua rel.
Jika rel-rel diberi identifikasi sebagai rel A dan rel B, maka PMT yang dekat dengan
rel A diberi identifikasi sebagai PMT A1, PMT A2, dan seterusnya. PMT yang dekat
rel B diberi identifikasi sebagai PMT B1, PMT B2, dan seterusnya. PMT yang di
tengah disebut PMT diameter dan diberi identifikasi sebagai PMT AB1, PMT AB2,
dan seterusnya. Bagian-bagian dari instalasi dihubungkan pada titik-titik yang letaknya
antara PMT A dengan PMT B dan pada titik-titik yang letaknya antara PMT B dengan
PMT AB. Dibandingkan dengan rel-rel sebelumnya, rel dengan PMT 1½ ini memiliki
keandalan paling tinggi. Jika rel A mengalami gangguan, dengan membuka semua
PMT bernomor A beserta PMS-nya, daya tetap dapat disalurkan secara penuh. Jika rel
B mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor B beserta PMSnya,
daya tetap dapat disalurkan secara penuh. Apabila rel A dan Rel B mengalami
gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor A dan PMT bernomor B beserta
PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan walaupun dengan fleksibilitas pembebanan yang
berkurang.
Rel (Busbar)

Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran
transmisi distribusi listrik. Dimana suatu sistem tenaga yang dipusatkan pada
suatu tempat berisi saluran transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung
bagi, transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan control.
Fungsi utama dari gardu induk :

1. Mentransformasikan daya listrik :


 Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
 Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70
KV).
 Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70
KV/20KV).
 Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem
tenaga listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui
tegangan tinggi dan ke gardu distribusi - gardu distribusi, setelah melalui
proses penurunan tegangan melalui penyulang - penyulang (feeder-feeder)
tegangan menengah yang ada di gardu induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN),
yangkita kenal dengan istilah SCADA.
Jenis Gardu Induk dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Berdasarkan besaran tegangannya
Berdasarkan pemasangan peralatan
Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan isolasi yang digunakan
Bedasarkan sistem rel (busbar)
Gardu Induk Berdasarkan Sistem Rel (Busbar)

Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara


transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk
menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Berdasarkan sistem rel (busbar),
9 gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah
ini:

1. Gardu Induk sistem ring busbar

Gardu Induk sistem ring busbar Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk
ring. Pada gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung)
satu dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).

Gambar 1 : Gardu Induk Ring (Cincin)

2. Gardu Induk sistem single busbar

single busbar adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada
umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir)
dari suatu sistem transmisi.
Gambar 2 : Gardu Induk Single Busbar

2.1.3 Gardu Induk sistem double busbar

Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu induk sistem double
busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada
saat melakukan perubahan system (manuver sistem). Jenis gardu induk ini pada
umumnya yang banyak digunakan.

Gambar 3 : Gardu Induk Double Busbar


2.1.4 Gardu Induk sistem satu setengah (one half) busbar

Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya gardu induk
jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang
berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat
mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem (maneuver
system). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang
secara deret (seri).

Gambar 4 : Gardu Induk Satu Setengah (One Half) Busbar

Menentukan ukuran dari busbar

Pengaturan busbar ini bergantung pada arus yang akan dilewat oleh busbar (Kuat
hantar arus/Ampacity).Pada dasarnya pengaturan atau penggunaan busbar disesuaikan
dengan ukuran ampere masing-masing breaker pada panel listrik tersebut.

Berikut cara menentukan ukuran busbar menggunakan tabel:


Sistem Proteksi Busbar

Rel (busbar) pada pusat listrik merupakan bagian instalasi yang vital, artinya
apabila terjadi gangguan atau kerusakan pada rel akibatnya akan besar bagi operasi
pusat listrik yang bersangkutan karena daya menjadi tidak dapat disalurkan. Apabila
kejadian seperti ini terjadi pada pusat listrik yang besar dalam sistem interkoneksi,
maka hal ini dapat mengganggu seluruh sistem interkoneksi. Oleh karena itu, gangguan
apalagi kerusakan pada rel harus sedapat mungkin dihindarkan.

Di lain pihak, rel yang keadaannya terbuka, rawan terhadap polusi debu atau
uap air laut untuk pusat listrik yang terletak di tepi pantai. Pusat listrik yang besar
umumnya terletak di tepi pantai karena membutuhkan air pendingin dalam jumlah yang
besar dan juga memerlukan pasokan bahan bakar dalam jumlah besar di mana
transportasi yang ekonomis dilakukan dengan kapal laut.

Mengingat hal tersebut di atas, maka harus ada langkah-langkah


proteksi/perlindungan bagi rel agar tidak terjadi gangguan, yaitu dengan:

1. Memasang kawat petir yang mempunyai sudut perlindungan yang cukup


terhadap rel (kurang dari 300C).
2. Memasang lightning arrester untuk saluran udara dan transformator dengan
jarak yang cukup dekat.
3. Melakukan pentanahan/ pembumian yang baik bagi semua struktur logam.
4. Memberi pagar yang rapat di sekeliling rel agar tidak ada binatang yang dapat
masuk yang mungkin dapat menimbulkan gangguan, seperti: ayam, kambing,
ular, dan sapi.

Jika sampai terjadi gangguan pada rel, maka proteksi yang khusus memproteksi
rel adalah relai busbar protection. Prinsip kerjanya seperti relai diferensial yang
mengukur selisih arus yang masuk dan keluar rel (busbar). Dalam keadaan ada
gangguan di rel, selisih arus nilainya 0 sehingga relai akan bekerja membuka semua
PMT yang berhubungan dengan rel yang terganggu tersebut.

Diferensial Busbar

Prinsip kerja proteksi diferensial busbar menggunakan metode Merz-Price


Circulating Current. Semua arus yang masuk dan keluar dari busbar dibandingkan satu
sama lain. Pada kondisi sistem normal atau terjadi gangguan di luar zona proteksi
busbar, tidak ada resultan arus yang mengalir ke relai diferensial busbar sehingga relai
tidak bekerja. Namun sebaliknya apabila terjadi gangguan di dalam zona busbar, maka
akan timbul resultan arus yang besar dan mengalir ke relai diferensial busbar sehingga
relai bekerja.
TUGAS
PERALATAN PUSAT TENAGA LISTRIK
LAPORAN GARDU INDUK KAPAL

Oleh :
Ni Made Vifiana Anggi Suryani (1705542003)
Hendika Auliya Rohman (1705542007)
I Putu Gede Listara Wijaya (1705542009)
I Putu Nanda Nugraha Utama ( 1705542028)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

2019
1.1 Gardu Induk
Gardu induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga
listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system penyaluran (transmisi). Berarti gardu
induk merupakan sub-sub system dari sistem tenaga listrik, sebagai sub sistem dari
sistem penyulang (transmisi) gardu induk mempunyai peran penting dalam
pengoprasiannya, tidak dapat dipisahkan dari system penyaluran (transmisi) secara
keseluruhan.

Gambar 1.1 Gardu Induk Kapal, Bali

1.1.1 Fungsi Gardu Induk


1. Mentransformasikan daya listrik :
- Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500KV/150 KV)
- Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/70 KV)
- Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/20 KV, 70 KV/20
KV)
- Dengan Frequensi tetap (di Indonesia 50 Hz)
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengaman dari system tenaga
listrik
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan
tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses
penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder-feeder) tegangan
menengah yang ada di gardu induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita
kenal dengan istilah SCADA.

1.1.2 Jenis – Jenis Gardu Induk


Jenis gardu induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
· Berdasarkan besaran tegangannya.
· Berdasarkan pemasangan peralatan.
· Berdasarkan fungsinya
· Berdasrkan isolasi yang digunakan.
· Berdasarkan rel (busbar).

1.1.3 Komponen Peralatan Gardu Induk


· Tranformator daya.
· Circuit breaker (CB)
· Disconnecting switch (DS)
· Capasitor voltage transformator (CVT)
· Current transformator (CT)
· Linghtning arrester (LA)
· Potential transformator (PT)
· Potential Device (PD)
1.1.4 Switch Yard (Switchgear)

Gambar 1.2 Switchyard

· Switch yard adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat
peralatan komponen utama gardu induk.

1.2 Sistem Pengaman Pada Gardu Induk

Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi
tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan
hubungsingkat, system proteksi juga harus dapat mengeliminiir daerah yang
terganggu dan memisahkan daerah yang tidak tergangggu, sehingga gangguan
tidak meluas dan kerugian yang timbuk akibat gangguan tersebut dapat di
minimalisasi. Relai proteksi gardu induk terdiri dari beberapa bagian yaitu

- Relai proteksi Trafo Tenaga


- Relai proteksi busbar atau kopel
- Relai proteksi PMT
- Relai proteksi kapasitor dan reactor

1.2.1 Lightning Arrester

Lightning Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan
lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung. Biasanya disebut dengan Arrester

Alat ini berfungsi sebagai pengaman instalasi (peralatan listrik pada instalasi
Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge)
maupun oleh surja hubung ( Switching Surge ) dan by pass disekitar isolasi yang
membentuk jalan dan mudah dilalui arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak
menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila terjadi tegangan surja alat
ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah sehingga dapat
menyalurkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang arrester dapat dengan
cepat kembali sebagai isolasi.
Sesuai dengan fungsinya, maka arrester dipasang di setiap ujung SUTT yang
memasuki gardu induk. Di Gardu Induk adakalanya pada transformator dipasang juga
arrester untuk menjamin terlindungnya transformator dan peralatan lainnya dari
tegangan lebih tersebut.
Bagian-bagian yang penting dari arrester :

a. Elektroda

Elektroda-elektroda ini adalah terminal dari arrester yang dihubungkan


dengan bagian atas dan elektroda bawah dihubungkan dengan tanah.

b. Sela percikan

Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada
arrester yang terpasang, maka pada sela percikan (spark gap) akan terjadi
loncatan busur api. Pada dasarnya pada arrester, busur api yang terjadi tersebut
ditiup keluar oleh tekanan gas yang ditimbulakn oleh tabung fiber yang
terbakar.

c. Tahanan katup (valve resistor)

Tahanan yang digunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis material yang
sifat tahanannya dapat berubah bila mendapatkan perubahan tegangan.
1.2.2 Pemisah (PMS)
Pemisah adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyatakan bahwa suatu
peralatan listrik sudah bebas dari tagangan kerja. Berfungsi untuk mengisolasikan
peralatan listrik dari peralatan lain atauinstalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh
dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban. Mengenai Sakelar
pemisah akan dibahas pada postingan selanjutnya.

Oleh karena itu pemisah tidak diperbolehkan untuk dimasukkan atau


dikeluarkan pada saat rangkaian listrik dalam keadaan berbeban.
Untuk tujuan tertentu, pemisah penghantar atau kabel dilengkapi dengan
pemisah tanah (pisau pentanahan/earthing blade). Umumnya antara pemisah
penghantar/kabel dan pemisah tanah terdapat alat yang disebut interlock. Dengan
berpasangnya interlock, maka kemungkinan terjadinya kesalahan operasi dapat
dihindarkan. Tenaga penggerak pemisah dapat diperoleh secara manual, dengan
motor, dengan pneumatik atau dengan hidrolis.
Pada umumnya pemisah (PMS) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan fungsi dan penempatannya, yakni :
a. Berdasarkan fungsinya, dibedakan menjadi :
- Pemisah Peralatan (PMS Bus)

Pemisah peralatan merupakan alat yang berfungsi untuk mengisolasi peralatan


listrik dari peralatan lain atau instalasi yang bertegangan. Pemisah ini harus
dimasukkan atau dibuka dalam keadaan tak berbeban.
- Pemisah Tanah (PMS Line)

Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang timbul


sesudah saluran udara tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari
penghantar atau lainnya.
b. Berdasarkan penempatannya dalam sistem tenaga, dibedakan menjadi :

1) Pemisah penghantar merupakan pemisah yang terpasang di sisi penghantar.

2) Pemisah rel merupakan pemisah yang terpasang di sisi rel.


3) Pemisah kabel merupakan pemisah yang terpasang di sisi kabel.

4) Pemisah seksi merupakan pemisah yang terpasang pada suatu rel sehingga
rel tersebut dapat terpisah menjadi dua seksi.
5) Pemisah tanah merupakan pemisah yang terpasang pada penghantar atau
kabel untuk di hubungkan ke tanah.

1.2.3 Pemutus Tenaga (PMT)


Pemutus tenaga adalah peralatan sistem tenaga yang berfungsi untuk
memutuskan hubungan antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban yang dapat
bekerja secara otomatis ketika terjadi gangguan atau secara manual ketika dilakukan
perawatan atau perbaikan. Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan
rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi arus beban normal atau pada saat terjadi
arus gangguan). Pada waktu menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi
tegangan recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu
sakelar pemutus dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti media
udara dan gas SF6. Mengenai PMT atau CB ini sudah dibahas pada artikel sebelumnya
di sini dan sini.

Ketika kontak dipisahkan, beda potensial di antara kontak tersebut


menimbulkan medan elektrik di antara kontak tersebut. Medan elektrik ini akan
menimbulkan ionisasi yang mengakibatkan terjadinya perpindahan elektron bebas ke
sisi beban sehingga muatan akan terus berpindah ke sisi beban dan arus tetap mengalir.
Karena hal ini menimbulkan emisi termis yang cukup besar, maka timbul busur api
(arc) di antara kontak PMT tersebut. Agar tidak mengganggu kestabilan sistem, maka
arc tersebut harus segera dipadamkan. Berdasarkan metode dalam pemadaman arc
tersebut, PMT dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

1.2.3.1 PMT Minyak

Pada PMT jenis ini, ketika kontak terbuka, arc akan terjadi dengan media
sekitar berupa minyak sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas
yang menyelubungi arc di antara kontak. Gelembung ini membuat minyak
terdekomposisi sehingga menimbulkan gas hidrogen yang menghambat arc. Dengan
adanya media minyak ini, diharapkan arc dapat segera dipadamkan. Secara fisik
bentuknya paling besar diantara jenis PMT yang lain dan dicirikan dengan adanya
tangki-tangki yang di dalamnya terdapat minyak.

1.2.3.2 PMT Udara

Jenis ini menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu memperpanjang


lintasan arc. Karena efek pemanjangan lintasan ini diharapkan arc dapat
segera dipadamkan. Biasanya dipakai untuk indoor (dalam switchgear) untuk
level tegangan 4.16kV dan 13.8kV.

1.2.3.3 PMT SF6

Saat kontak terbuka dan arc muncul, gas SF6 bertekanan tinggi ditiupkan di
antara kontak untuk menyingkirkan partikel bermuatan dari sela antara kedua kontak
sehingga membuat arc semakin cepat padam. Gas SF6 dipilih karena sifat gas ini yang
merupakan bahan isolasi dan pendingin yang baik.

1.2.3.4PMT Vakum

Pada PMT jenis ini kontak ditempat- kan pada suatu bilik yang vakum. Tidak
boleh terjadi kebocoran sedikitpun pada bilik ini. PMT jenis ini umumnya tidak
menggunakan kontak yang bergerak secara mekanik seperti kontak yang lain. Kontak
mekanik akan menyebabkan pergeseran kontak yang memungkinkan terjadinya
kebocoran. Pada PMT vakum, pemadaman arc dilakukan dengan memperpanjang
lintasan serta menghilangkan molekul udara yang dapat mengalami ionisasi.

1.2.4 Relay Proteksi dan Panel Kontrol

Relay proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan
suatu peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya
kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang terganggu sekecil
mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan pelayanan penyaluran tenaga
listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
Macam relay yang digunakan sebagai proteksi:

a. Proteksi pada Trafo

~ Relay Arus Lebih :

Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung singkat (short circuit)


antara phasa di dalam maupun di luar daerah pengamanan trafo.
~ Relay Differensial :

Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung singkat (short circuit)


yang terjadi di dalam daerah pengaman trafo.
~ Relay Gangguan Tanah Terbatas :

Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya terhadap tanah di dalam


daerah pengaman trafo, khususnya gangguan di dekat titik netral yang tidak
dapat dirasakan oleh Relay Differensial.
~ Relay Arus Lebih Berubah :

Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya dari gangguan antara


phasa dan tiga phasa dan bekerja pada arah tertentu.
~ Relay Gangguan Tanah :

Berfungsi mengamankan Transformator Daya dari gangguan hubung tanah, di


dalam dan di luar daerah pengaman trafo.
~ Relay Tangki Tanah :

Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya terhadap hubung singkat


(short circuit) antara phasa dengan tangki trafo dan trafo yang titik netralnya
ditanahkan.
~ Relay Suhu :

Berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak trafo dan kumparan secara langsung,
yang akan membunyikan alarm serta mentripkan Circuit Breaker
~ Relay Jansen :

Berfungsi untuk mengamankan pengubah/ pengatur tegangan (Tap Changer)


dari Trafo.
~ Relay Bucholz :

Berfungsi mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan bunga api
dan pemanasan setempat dalam minyak trafo.
~ Relay Tekanan Lebih :

Berfungsi mengamankan Transformator Daya dari tekanan lebih.

Bagi Trafo tanpa konservator, dipasang relay tekanan mendadak dipasang pada
tangki dan bekerja dengan pertolongan.
b. Proteksi pada penghantar SUTT/SKTT

~ Relay Jarak :

Berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan antar phasa maupun gangguan


hubungan tanah.

~ Relay Differential Pilot Kabel :

Berfungsi mengamankan SKTT dan juga SUTT yang pendek dari gangguan
antar phasa maupun gangguan hubung singkat (short circuit).
~ Relay Arus Lebih Berarah :

Berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan antar phasa dan hanya bekerja
pada satu arah. Relay ini dapat membedakan arah arus gangguan.
~ Relay Arus Lebih :

Berfungsi mengamankan SUTT dan gangguan antara phasa maupun gangguan


hubungan tanah.
~ Relay Tegangan Lebih :

Berfungsi mengamankan SUTT atau SKTT terhadap tegangan lebih.


~ Relay Gangguan Tanah :

Berfungsi mengamankan SUTT terhadap gangguan hubung tanah.

~ Relay Penutup Balik :

Berfungsi mengamankan kembali SUTT akibat gangguan hubung singkat


temporer.
Jenis-jenis panel kontrol dalam GI adalah panel kontrol utama, panel
rele dan panel pemakaian sendiri. Panel kontrol utama kadang-kadang dibagi
lebih lanjut kedalam panel instrumen dan panel operasi.
Pada panel instrumen terpasang dan penunjuk gangguan dari sini
keadaan operasi dapat diawasi. Pada panel operasi terpasang saklar operasi
pemutus beban dan pemisah serta lampu penunjuk posisi, saklar, ril tiruan
(mimic bus), saklar dan lampu diatur letak dan hubungannya sesuai dengan
keadaan rangkaian yang sesungguhnya sehingga keadaannya dapat dengan
mudah dilihat. Pada gardu induk kecil, panel kontrol utamanya dari jenis tegak
dan instrumen serta saklar-saklarnya bersama-sama terpasang dimuka. Pada
gardu induk besar, panel yang tegak harus dipakai sebagai panel instrumen.
Panel operasinya adalah dari jenis meja (bench type) dan ada didepannya.

Pada panel rele terpasang rele pengaman saluran transmisi, rele


pengaman differensial trafo dan sebagainya. Bekerjanya rele dapat diketahui
dari penunjukpada rele itu sendiri dan pada penunjukan gangguan dipanel
kontrol utama. Pada GI kecil, sisi depan dari panel tegak dipakai sebagai panel
utama dengan instrumen dan saklar, dan sisi belakangnya dipakai sebagai panel
rele. Pada GI besar, jika rangkaiannya sudah rumit, panel terpasang dalam
ruangan tersendiri.
Pada GI yang besar dan modern dengan susunan rel yang sudah sangat
rumit, mulai banyak dipakai panel dengan gambar-gambar yang bercahaya.
Bagian sistem yang bekerja dibuat bercahaya dan berkedip-kedip pada waktu
ada gangguan. Jika suatu PMT akan ditutup, bagian dari rel yang akan menjadi
bertegangan oleh menutupnya PMT itu dibuat berkedip-kedip sehingga luasnya
bagian sistem yang akan terkena akibatnya dapat diperiksa lebih dahulu
sebelum PMT itu benar-benar menutup. Dengan jalan ini kesalahan operasi
dapat dicegah.
Tata susunan (arrangement) panel kontrol dan panel rele harus sesuai
dengan tata peralatan yang ada diluar, kelas tegangan dan saluran transmisi
yang masuk. Dengan demikian maka pengawasan operasi dan pelaksanaan
pemeliharaan dipermudah. Sesuai dengan keadaan diluar maka urutan panel
adalah untuk saluran masuk trafo alat pengubah fasa dan panel saluran keluar.
Untuk memudahkan pengawasan operasi, panel kontrol utama dimana
perhatian operator harus dipusatkan, dipasang didepan dan panel tambahan
(auxilary board) dan panel pemakaian sendiri dipasang disatu sisi atau kedua
sisinya tegak lurus padanya.
Untuk pengawasan belakang (back wiring) harus dipakai kabel dengan
isolasi yang tidak dapat terbakar, pada umumnya dipakai kabel PVC. Terminal
pengujian dipasang pada rangkaian dari trafo arus dan trafo tegangan. Terminal
pengujian untuk trafo arus ada yang dari jenis terminal, ada yang dari jenis
pasak (plug type). Konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga pada waktu
pengujian dapat dihindari kemungkinan terbukanya rangkaian skunder.

Panel kontrol merupakan pusat syaraf bagi suatu gardu induk. Pada
panel inilah operator dapat mengamati keadaan peralatan melakukan operasi
peralatan serta pengukuran-pengukuran tegangan, arus, daya, dan sebagainya
setiap waktu bila dipandang perlu.
Bila terjadi gangguan panel itu membuka pemutus beban (secara
otomatis) melalui rele pengaman dan memisahkan bagian yang terganggu.
Karena tegangan dan arus tidak dapat langsung diukur pada sisi tegangan tinggi,
maka transformator ukur (instrument) mengubahnya menjadi tegangan dan arus
yang rendah dan sekaligus memisahkan alat ukur tadi dari tegangan tinggi. Ada
tiga jenis transformator ukur, yaitu trafo tegangan, trafo arus dan tegangan arus.
1.2.5 Lemari Hubung

Lemari hubung (cubicle) terbuat untuk kelas 3-30 kV dan dipakai untuk pusat
beban atau pusat daya (power centre). Karakteristiknya adalah bahwa :
- Bagian yang bertegangan tidak boleh terbuka (exposed)

- Ganggguan tidak akan meluas sebab rangkaiannya terbagi dalam satuan-


satuan
- Luas instalasi kecil dalam pemasangan,perluasan dan pemindahan instalasi
mudah
- Kehandalannya tinggi karena pemasangannya sempurna dipabrik

Lemari hubung diklasifikasikan oleh perbedaan-perbedaan sistem rilnya


kedalam jenis-jenis ril tunggal, ril rangkap dan ril penyimpang (bypass).
Untuk rangkaian pemakaian gardu induk sendiri jenis yang sering dipakai
adalah yang paling sederhana yakni jenis ril tunggal.

1.2.6 Saklar Pentanahan

Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang
berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada
saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan
ini dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS
dan PMT sudah membuka).
1.2.7 Peralatan SCADA dan Telekomunikasi
Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition)
interface dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay, dan lain lain) baik berupa data
digital dan data analog dan dirubah dalam bentuk data frekwensi tinggi (50 kHz sampai
dengan 500 kHz) yang kemudian ditransmisikan bersama tenaga listrik tegangan
tinggi. Data frekwensi tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu tetapi secara
paket per satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai sarana komunikasi suara
dan komunikasi data serta tele proteksi dengan memanfaatkan penghantarnya dan
bukan tegangan yang terdapat pada penghantar tersebut. Oleh sebab itu bila penghantar
tak bertegangan maka Power Line Carrier (PLC) akan tetap berfungsi asalkan
penghantar tersebut tidak terputus. Dengan demikian diperlukan peralatan yang
berfungsi memasukkan dan mengeluarkan sinyal informasi dari energi listrik di ujung-
ujung penghantar. Materi ini akan dibahas lebih lanjut pada artikel selanjutnya.

1.2.8 Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)


Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu
peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya
kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang terganggu sekecil
mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan pelayanan penyaluran tenaga
listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi. Sedangkan papan alarm atau
announciator adalah sederetan nama-nama jenis gangguan yang dilengkapi dengan
lampu dan suara sirine pada saat terjadi gangguan, sehingga memudahkan petugas
untuk mengetahui rele proteksi yang bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.

1.2.9 Kompensator

Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat


pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi
atau transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk
menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yang
berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan
kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau
kapasitor shunt dan reaktor shunt.
1.3 Power Tranformator (Trafo Daya)

Transformator Daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya. Berfungsi mentranformasikan daya listrik, dengan merubah besaran
tegangannya, sedangkan frequensinya tetap. Transformator daya dilengkapi dengan
trafo pentanahan yang berfungsi untuk mendapatkan titik neutral dari trafo daya.
Peralatan ini disebut Neutral Current Transformer (NCT). Perlengkapan lainnya adalah
pentanahan trafo, yang disebut Neutral Grounding Resistance (NGR).

Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan jantung


dari transmisi dan distribusi.Dalam kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat
beroperasi secara maksimal (kalau bias secara terus menerus tanpa
berhenri).Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti itu, maka cara
pemeliharaan juga dituntut sebaik mungkin.Oleh karena itu tranformator harus
dipelihara dengan menggunakan sistem dan peralatan yang benar,baik dan tepat.
Untuk itu regu pemeliharaan harus mengetahui bagian-bagian tranformator dan bagian-
bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian lainnya.

Berdasarkan tegangan operasinya dapat dibedakan menjadi tranformator


500/150 kV dan 150/70 kV biasa disebut Interbus Transformator (IBT).Transformator
150/20 kV dan 70/20 kV disebut juga trafo distribusi.Titik netral transformator
ditanahkan sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan / proteksi, sebagai
contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV dan
transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan rendah atau tahanan tinggi atau
langsung disisi netral 20 kV nya.
Transformator dapat dibagi menurut fungsi / pemakaian seperti :

- Transformator Mesin (Pembangkit)


- Transformator Gardu Induk
- Transformator Distribusi
Transformator dpat juga dibagi menurut Kapasitas dan Tegangan seperti :

- Transforamator besar
- Transforamtor sedang
- Transforamtor kecil

1.3.1 Konstruksi Bagian-Bagian Transformator


Secara umum sebuah transformator tiga fasa mempunyai konstruksi hampir
sama, yang membedakannya adalah alat bantu dan sistem pengamannya, tergantung
pada letak pemasangan, sistem pendinginan, pengoperasian, fungsi dan pemakaiannya.
Bagian utama, alat bantu, dan sistem pengaman yang ada pada sebuah transformator
daya

a. Bagian Dalam Transformator b. Bagian Luar Transformator

Gambar 1.3 : Konstruksi Transformator Tiga Fasa

1.3.1.1 Bagian Utama


1 Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks, yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang
berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus
pusar atau arus eddy (eddy current).

2. Kumparan transformator
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu ku

Gambar 1.4 Kumparan Transformator


Kumparan, dan kumparan tersebut diisolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap
kumparan lain dengan menggunakan isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain.
Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika kumparan
primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut
timbul fluks yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian sekunder
ditutup (rangkaian beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut, sehingga
kumparan ini berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
Gambar 1.5 : Kumparan Primer dan Sekunder Hubungan Bintang

Gambar 1.6: Kumparan Primer dan Sekunder Hubungan Segitiga

3. Kumparan tertier
Fungsi kumparan tertier diperlukan adalah untuk memperoleh tegangan tertier
atau untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier selalu
dihubungkan delta atau segitiga. Kumparan tertier sering digunakan juga untuk
penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone, kapasitor shunt dan
reactor shunt, namun demikian tidak semua transformator daya mempunyai kumparan
tertier.

4. Minyak transformator
Sebagian besar dari transformator tenaga memiliki kumparan-kumparan yang
intinya direndam dalam minyak transformator, terutama pada transformator-
transformator tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak transformator
mempunyai sifat
sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan juga berfungsi pula sebagai isolasi
(memiliki daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin
dan isolasi.
Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu:
- Kekuatan isolasi tinggi
- Penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel
dalam minyak dapat mengendap dengan cepat
- Viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan memiliki
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik
- Titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap yang dapat menimbulkan
baha
- Tidak merusak bahan isolasi padat
- Sifat kimia yang stabil

Minyak transformator baru harus memiliki spesifikasi seperti tampak pada Tabel 1 di
bawah ini.

Tabel 1. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru.

Untuk minyak isolasi pakai berlaku untuk transformator berkapasitas > 1 MVA atau
bertegangan > 30 kV sifatnya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Minyak Isolasi Pakai.


5. Bushing
Hubungan antara kumparan transformator ke jaringan luar melalui sebuah
bushing, yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus
berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki transformator.

Gambar 1.7 Bushing

6. Tangki dan konservator


Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendam minyak
transformator berada atau (ditempatkan) di dalam tangki. Untuk menampung pemuaian
pada minyak transformator, pada tangki dilengkapi dengan sebuah konservator.

Terdapat beberapa jenis tangki, diantaranya adalah:


- Jenis sirip (tank corrugated) Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai dingin
yang menjalani penekukan, pemotongan dan proses pengelasan otomatis, untuk
membentuk badan tangki bersirip dengan siripnya berfungsi sebagai radiator
pendingin dan alat bernapas pada saat yang sama. Tutup dan dasar tangki
terbuat dari plat baja bercanai panas yang kemudian dilas sambung kepada
badan tangki bersirip membentuk tangki corrugated ini. Umumnya
transformator di bawah 4000 kVA dibuat dengan bentuk tangki corrugated.
- Jenis tangki Conventional Beradiator, Jenis tangki terdiri dar badan tangki dan
tutup yang terbuat dari mild steel plate (plat baja bercanai panas) ditekuk dan
dilas untuk dibangun sesuai dimensi yang diinginkan, sedang radiator jenis
panel terbuat dari pelat baja bercanai dingin (cold rolled steel sheets).
Transformator ini umumnya dilengkapi dengan konservator dan digunakan
untuk 25.000,00 kVA, yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 1.8 Transformator Tipe Conventional Beradiator (Sumber Trafindo, 2005)

- Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined, Tipe tangki ini sama dengan
jenis conventional tetapi di atas permukaan minyak terdapat gas nitrogen untuk
mencegah kontak antara minyak dengan udara luar

1.3.1.2 Perlatan Bantu


1. Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi
dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang
berlebihan, akan merusak isolasi transformator, maka untuk mengurangi adanya
kenaikan suhu yang berlebihan tersebut pada transformator perlu juga dilengkapi
dengan sistem pendingin yang bergungsi untuk menyalurkan panas keluar
transformator. Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa
udara, gas, minyak dan air.

Sistem pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara:


- Alamiah (natural)
- Tekanan/paksaan (forced).

Tabel 3. Tipe Pendinginan Transformator


keterangan: A = air (udara), O = Oil (minyak), N = Natural (alamiah), F = Forced
(Paksaan / tekanan)

2. Tap Changer (perubah tap)


Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan jaringan/primer yang
berubah-ubah. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load)
atau dalam keadaan tak berbeban (off load), dan tergantung jenisnya.

3. Alat pernapasan
Karena adanya pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara
luar, maka suhu minyak akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu
minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak
keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka
udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut pernapasan
transformator. Permukaan minyak transformator akan selalu bersinggungan dengan
udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus pada minyak transformator, maka
untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi
tabung berisi kristal zat hygroscopis.

Gambar 1.9 Alat Pernapasan

4. Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya indicator yang
dipasang pada transformator. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
- Indikator suhu minyak
- Indikator permukaan minyak
- Indikator sistem pendingin
- Indikator kedudukan tap, dan sebagainya.

1.3.1.3 Peralatan Proteksi


1. Relay Bucholz
Relay Bucholz adalah relai yang berfungsi mendeteksi dan mengamankan
terhadap gangguan transformator yang menimbulkan gas. Timbulnya gas dapat
diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
- Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam phasa
- Hubung singkat antar phasa
- Hubung singkat antar phasa ke tanah
- Busur api listrik antar laminasi
- Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.
2. Relai Tekanan Lebih
Relai ini berfungsi hampir sama seperti Relay Bucholz. Fungsinya adalah
mengamankan terhadap gangguan di dalam transformator. Bedanya relai ini hanya
bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan pemutus
tenaga (PMT). Alat pengaman tekanan lebih ini berupa membran yang terbuat dari
kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas, sebagai pengaman tangki transformator
terhadap kenaikan tekan gas yang timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan
tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator

3. Relai Diferensial
Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan di dalam
transformator, antara lain adalah kejadian flash over antara kumparan dengan
kumparan atau kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan
ataupun beda kumparan.
4. Relai Arus lebih
Berfungsi mengamankan transformator jika arus yang mengalir melebihi dari
nilai yang diperkenankan lewat pada transformator tersebut dan arus lebih ini dapat
terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan hubung singkat. Arus lebih ini dideteksi
oleh transformator arus atau current transformator (CT).

5. Relai Tangki Tanah


Alat ini berfungsi untuk mengamankan transformator bila ada hubung singkat
antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada
transformator.

6. Relai Hubung Tanah


Fungsi alat ini adalah untuk mengamankan transformator jika terjadi gangguan
hubung singkat satu phasa ke tanah.

7. Relai Thermis
Alat ini berfungsi untuk mencegah/mengamankan transformator dari kerusakan
isolasi pada kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih.
Besaran yang diukur di dalam relai ini adalah kenaikan suhu.

1.3.1.4 Peralatan tambahan untuk Pengaman Transformator


1. Pemadam kebakaran (transformator – transformator besar )
2. Rele Differensial
3. Rele arus lebih
4. Rele hubung tanah
5. Rele thermis
6. Arrester

1.3.2 Jenis-jenis Transformator (Trafo)


Ada beberapa jenis Trafo yang digunakan dalam sistem kelistrikan untuk
keperluan yang berbeda-beda. Keperluan-keperluan tersebut diantaranya seperti trafo
yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan untuk keperluan distribusi dan
transmisi tenaga listrik. Perangkat yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan Transformer ini dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa jenis, diantaranya
seperti pengklasifikasian berdasarkan level tegangan, berdasarkan media atau bahan
inti (core) trafo yang digunakan, berdasarkan pengaturan lilitan, berdasarkan
penggunaannya dan juga berdasarkan tempat penggunaannya.

Berikut ini adalah beberapa jenis Trafo berdasarkan masing-masing


pengklasifikasiannya.Jenis-jenis Transformator berdasarkan Level TeganganTrafo
yang diklasifikasikan berdasarkan level tegangan ini merupakan trafo yang paling
umum dan sering kita gunakan. Pengklasfikasian ini pada dasarnya tergantung pada
rasio jumlah gulungan di kumparan Primer dengan jumlah kumparan Sekundernya.
Jenis Trafo berdasarkan Level tegangan ini diantaranya adalah Trafo Step Up dan Trafo
Step Down.
a. Trafo Step Up
Seperti namanya, Trafo Step Up adalah Trafo yang berfungsi untuk
menaikan taraf atau level tegangan AC dari rendah ke taraf yang lebih tinggi.
Tegangan Sekunder sebagai tegangan Output yang lebih tinggi dapat
ditingkatkan dengan cara memperbanyak jumlah lilitan di kumparan
sekundernya daripada jumlah lilitan di kumparan primernya. Pada pembangkit
listrik, Trafo jenis ini digunakan sebagai penghubung trafo generator ke grid.
b. Trafo Step Down
Trafo Step Down adalah Trafo yang digunakan untuk menurunkan taraf
level tegangan AC dari taraf yang tinggi ke taraf yang lebih rendah. Pada Trafo
Step Down ini, Rasio jumlah lilitan pada kumparan primer lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah lilitan pada kumparan sekundernya. Di jaringan
Distribusi, transformator atau trafo step down ini biasanya digunakan untuk
mengubah tegangan grid yang tinggi menjadi tegangan rendah yang bisa
digunakan untuk peralatan rumah tangga. Sedangkan di rumah tangga, kita
sering menggunakannya untuk menurunkan taraf tegangan listrik yang berasal
dari PLN (220V) menjadi taraf tegangan yang sesuai dengan peralatan
elektronik kita.

Gambar 1.10 Jenis – Jenis Trafo

1.3.3 Jenis-jenis Transformator berdasarkan Tempat Penggunaanya

Penggolongan Trafo berdasarkan tempat penggunaannya ini biasanya terdiri


dari trafo indoor (dalam ruangan) trafo outdoor (luar ruangan). Trafo Indoor adalah
trafo yang harus diletakan di dalam ruangan yang ditutupi dengan atap seperti trafo-
trafo yang digunakan pada industri-industri sedangkan trafo outdoor adalah trafo yang
dapat ditempatkan diluar ruangan seperti trafo distribusi yang ditempatkan di gardu
induk dan lain-lainnya

1.4.8 Transformator Instrument atau Transformator Ukur


Untuk proses pengukuran digardu induk diperlukan tranformator instrumen.
Tranformator instrument ini dibagi atas dua kelompok yaitu:
- Transformator Tegangan, adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan
tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang
berguna untuk indikator, relai dan alat sinkronisasi
- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan
amper lebih yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang
mengalir pada tegangan rendah dan besarnya dibawah 5 amper, maka
pengukuran dapat dilakukan secara langsung sedangkan untuk arus yang
mengalir besar, maka harus dilakukan pengukuran secara tidak langsung
dengan menggunakan trafo arus (sebutan untuk trafo pengukuran arus yang
besar). Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk pengukuran daya dan
energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.
- Transformator Bantu (Auxilliary Transformator), trafo yang digunakan
untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut. Dan
merupakan pasokan utama untuk alat-alat bantu seperti motor-motor listrik 3
fasa yang digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak trafo beserta motor
motor kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai pemasok utama
sumber tenaga cadangan seperti sumber DC, dimana sumber DC ini merupakan
sumber utama jika terjadi gangguan dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi
sehingga proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus AC.
Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab
selain fungsi utama diatas, juga digunakan untuk penerangan, sumber untuk
sistim sirkulasi pada ruang baterai, sumber pengggerak mesin pendingin (Air
Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan elektronika/digital
diperlukan temperatur ruangan dengan temperatur antara 20ºC -28ºC. Untuk
mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu adalah
pembagian beban yang masing-masing mempunyai proteksi sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Juga diperlukan pembagi sumber DC untuk
kesetiap fungsi dan bay yang menggunakan sumber DC sebagai penggerak
utamanya. Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.

1.3.4 Alat Indikator

Alat Indikator digunakan untuk memonitor kondisi komponen utama atau


media bantu yang ada didalam transformator saat transformator beroperasi, seperti :

1. Suhu minyak ;
2. Permukaan minyak ;
3. Sistem pendinginan ;
4. posisi tap.

Gambar 1.11: Indikator Level Minyak


Gambar 1.12.: Indikator Temperatur

1.3.5 Plat Nama atau Name Plate

Plat nama yang terdapat pada bagian luar transformator sebagai pedoman saat
pemasangan maupun perbaikan. Data-data yang dicantumkan seperti Phasa dan
frekuensi, daya nominal, tegangan primer/ sekunder,kelompok hubungan, arus
nominal, % arus hubung singkat, sistem pendinginan, volume minyak, dan lainlain.

Gambar 1.13: Name Plate Transformator Tiga Fasa


1.3.6 Gangguan Pada Transformator Daya

Gangguan yang berpengaruh terhadap kerusakan transformator tidak hanya


karena adanya gangguan didalam transformator atau didalam daerah pengaman
transformator, tetapi juga adanya diluar daerah pengaman.

1. Gangguan di luar daerah pengamananya


Gangguan di luar daerah pengamanan transformator daya ini sering terjadi dan
dapat merupakan beban lebih, hubung singkat satu fasa ke tanah maupun gangguan
antar fasa. Gangguan ini pada daerah ini mempunyai pengaruh terhadap transformator
ini, sehingga transformator harus dilepaskan/dipisahkan bila gangguan tersebut terjadi
setelah waktu tertentu untuk memberi kesempatan pengamanan daerah yang terganggu
bekerja. Kondisi beban lebih yang berlanjut dapat dideteksi dengan relay thermal atau
thermometer yang memberi sinyal sehingga dapat mengatur ataupun mengadakan
manipulasi jaringan sehingga beban berkurang tetapi bila perlu diputuskan suplainya.
Untuk kondisi gangguan diluar daerahnya misalnya gangguan hubung singkat
pada rel atau gangguan hubung singkat di saluran keluaranya, maka relay arus lebih
dengan perlambatan waktu atau sekring digunakan sebagai pengamannya. Koordinasi
yang baik untuk pengaman cadangan transformator ini perlu diciptakan terhadap
pengaman daerah berikutnya yang terkait. Pengaman utama dari transformator ini
dibuat semedikian rupa sehingga tidak boleh bekerja terhadap gangguan tersebut di
atas.
2. Gangguan di daerah pengamannya
Pengaman utama transformator daya ditunjukan sebagai pengaman didalam
daerah pengamanannya. gangguan di dalam sangat serius dan selalu ada resiko
terjadinya kebakaran, gangguan dalam dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu:
Kelompok (a)
1. Gangguan listrik akan dengan segera menyebabkan kerusakan yang serius
tetapi pada umumnya dapat dideteksi oleh adanya arus atau tegangan yang
tidak seimbang, diantaranya :
2. Gangguan satu fasa atau antar fasa pada sisi tegangan tinggi atau tegangan
rendah di terminal luar.
3. Gangguan satu fasa atau antar fasa pada lilitan sisi tegangan tinggi atau
tegangan rendah. Hubung singkat antar lilitan di sisi tegangan tinggi atau
tegangan rendah.
4. Ganguan tanah pada lilitan tersier, atau hubung singkat antar belitan di
lilitan tersier.

Kelompok (b)

Apa yang dinamakan gangguan ialah suatu gangguan yang dimulai gangguan
yang kecil atau tidak berarti, namun secara lambat akan menimbulkan kerusakan.
gangguan ini tidak dapat dideteksi adanya tegangan atau bertambah besarnya arus pada
ujung lilitan. yang termasuk gangguan lilitan ini ialah :

1. Sambungan secara elektris dari konduktor jelek dan gangguan inti misalnya
tembusnya lapisan isolasi inti serta baut atau ring klem kurang kencang, yang
akan menimbulkan busur yang terbatas pada minyak.
2. Gangguan sistem pendingin, yang akan menyebabkan pemanasan lebih
walaupun bebannya belum mencapai nominal. Sehubungan butir 2 adalah
kemungkinan kurang minyak atau tersumbatnya aliran minyak sehingga
menimbulkan pemanasan setempat pada lilitan.
3. Gangguan dari pengatur tegangan dan pembagian beban yang tidak baik antara
transformator yang bekerja pararel, yang akan menyebabkan pemanasan lebih
karena adanya arus sirkulasi.

Secara umum untuk gangguan pada kelompok (a) sangat penting bahwa
peralatan yang terganggu harus secepat mungkin dipisahkan setelah terjad gangguan,
tidak hanya untuk membatasi kerusakan trasformator daya tersebut tetapi juga
membatasi lama waktu tegangan sistem turun. Bila tegangan turun terlalu lama dapat
menimbulkan hilangnya sinkronisasi antar mesin, bila hal ini terjadi arus lebih yang
besar akan muncul karena adanya lepas sinkron dari unit pembangkit sehingga akan
ada relay yang salah kerja menyebabkan gangguan yang beruntun. Gangguan pada
kelompok (b) tidak merupakan hal yang serius pada masa gangguan incipient, tetapi
dapat menjadi gangguan yang parah tergantung dari waktu, maka juga harus
dihilangkan secepat mungkin. Dalam hal bila pengaman untuk kelompok (a) tidak
mampu mengamankan gangguan pada kelompok (b), maka untuk pengamanan untuk
kelompok (b) tidak perlu mendeteksi gangguan pada terminal dan untuk
menghilangkan gangguan tidak perlu secepat seperti gangguan pada kelompok (a).
Inilah merupakan filosofi dasar pengamanan transformator daya, dan ini artinya bahwa
pengaman kelompok (a).

1.3.7 Trafo Arus/Current Transformer (CT)

Transformator arus digunakan untuk mengukur arus beban suatu rangkaian.


Dengan menggunakan transformator arus, maka arus beban yang besar dapat diukur
hanya dengan menggunakan alat ukur (amperemeter) yang tidak terlalu besar.

Gambar 1.14 Rangkaian Trafo Arus

Dengan mengetahui perbandingan transformasi N1/N2 dan pembacaan


ammeter (I2), arus beban I1 dapat dihitung. Bila transformator dianggap ideal maka
arus beban:

I1 = N2/N1 x I2

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah, maka perlu diperhatikan agar
rangkaian sekunder selalu tertutup. Dalam keadaan rangkaian sekunder terbuka, ggm
N2I2 akan sama dengan nol (karena h = 0) sedangkan ggm N1/I1 tetap ada sehingga
fluks normal akan terganggu.
1.3.8 Trafo Tegangan/Potensial Transformer (PT)

Transformator tegangan digunakan, untuk mengukur tegangan. Dengan,


mengetahui N1 dan N2, membaca tegangan V2 serta menganggap transformator ideal
maka tegangan V1 adalah:

V1 = N2/N1 x I2
Pentanahan rangkaian sekunder diperiukan untuk tnenceg,ah adanya beda
potensial yang besar antara kumparan primer dan sekunder (antara titik a dan b) pada
saat isolasi kumparan primer rusak.

Gambar 1.15 Rangkaian Trafo Tegangan

1.3.9 Pemutus Daya

Pemutus daya diperlukan guna memutus arus-arus kerja ataupun arus – arus
hubung singkat. Pemutus daya dapat dioperasikan, yaitu ditutup atu dibuka ditempat
atau secara jarak jauh menggunakan sistem proteksi. Dengan demikian sebuah pemutus
daya dapat secara otomatis membuka suatu rangkaian bilamana misalnya arus saluran,
tegangan saluran , atau frekuensi sistem melampaui batas – batas tertentu. Jenis – jenis
pemutus daya yang tepenting adalah :

1. Pemutus daya minyak (oil circuit breakers)


2. Pemutus daya udara tiup (airblast circuit breakers)
3. Pemutus daya SF6 (SF6 circuit breakers)
4. Pemutus daya Pakem (Vacum circuit Breakers)
Pelat nama sebuah pemutus daya umumnya memberikan indikasi mengenai

1. Arus konstan maksimum yang dipakai


2. Besar arus interupsi maksimum
3. Maksimum tegangan saluran
4. Waktu interupsi yang dinyatakan dalam siklus

Waktu interupsi dapat berkisar hingga 3 atau 8 siklus pada sistem 50HZ. Untuk
menginterupsi arus – arus listrik besar dalam waktu yang demikian singkat, perlu diatur
terjadinya de-ionisasi busur yang cepat, disertai pendinginan yang cepat pula. Interupsi
kecepatan tinggi membatasi kerusakan – kerusakan yang dapat terjadi pada instalasi
transmisi dan peralatan lainya, serta mempertahankan stabilitas sistem bilamana terjadi
suatu keadaan darurat. Sebuah pemutus daya akan bekerja karena misalnya digerakan
oleh suatu alat pengaman berupa rele arus lebih. Kemampuan sebuah saklar daya
dinyatakan dalam sebuah arus yang dapat diputuskanya, atau dalam daya hubung
singkat MVA.

1. Pemutus daya minyak (oil circuit breakers)


Terdiri atas sebuah tangki atau bejana terbuat dari baja yang diisi dengan
minyak isolasi. Pada salah satu versi, isolator tembus (bushing) memasukan tegangan
fasa dan dihubungkan dengan suatu kontak tetap yang tidak bergerak. Kontak yang
bergerak, dikendalikan oleh rele, dapat menutup atau membuka rangkaian. Pada
gambar 1.16 rangkaian berada dalam keadaan tertutup dan kontak tetap dan kontak
bergerak berada dalam keadaan tersambung, Dan arus listri mengalir.
(a) kontak tertutup (b) kontak terbuka

Gambar 1.16 Skema Prinsip Kerja Pemutus Daya Minyak

Bilamana terjadi beban lebih sehingga rele arus lebih bekerja , kontak bergerak
akan ditarik keluar dari kontak tetap agar hubungan jaringan menjadi terbuka. Pada
saat kedua kontak melepas, terjadi suatu busur api yang sangat kuat, dan juga gas – gas
panas. Tekanan dari gas panas itu menyebabkan terjadinya turbelensi dari minyak –
minyak sekitar busur api. Hal itu mengakibatkan minyak yang dingin mengitari busur
api. Hal itu mengakibatkan minyak yang dingin mengitari busur api dan
memadamkanya. Pada pemutus daya minyak modern busur api dilokasikan dalam
suatu ruang pemadam (explosion chamber), sehinga tekanan gas panas menghasilkan
suatu semburan minyak melintasi busur api. Terdapat pula desain dimana dengan
bantuan medan magnit yang terjadi, busur api diperpanjang dan ditiup terhadap suatu
seri pelat isolasi yang mematahkan dan mendinginkan busur api. Masalah pada
pemutus daya minyak adalah bahwa minyak itu sendiri mudah terbakar. Bilamana
kondisi pemutus daya kurang baik, dan daya yang terjadi pada suatu hubung singkat
sangat besar, pemutus daya dapat meledak, dan minyak yang membakar akan disembur
kesemua arah, menyebabkan terjadinya kebakaran.

2. Pemutus daya udara bertekanan (Air blast circuit breakers)


Tidak memakai minyak. Pada pemutus jenis ini udara bertekanan tinggi ditiup
dengan kecepatan supersonik melintasi busur api. Udara bertekanan itu disimpan dalam
sebuah tangki dan diisi oleh suatu kompresor. Pemutus daya udara bertekanan dengan
daya besar dapat membuka arus –arus hubung singkat sebesar 40Kva pada tegangan
saluran 500KV. Kebisingan yang terjadi pada pelepasan udara itu adalah sedemikian
nyaring, sehingga lebih menyerupai ledakan dasyat. Bilamana GI terletak daerah
perumahan, perlu diatur agar kebisingan itu dikurangi.
3. Pemutus daya SF6 (SF6 circuit breakers)
Merupakan sistem yang sepenuhnya tetutup, dan diisolasi dengan gas sulfur
hexafourida (SF6). Jenis pemutus daya ini sangat baik, namun mahal. Karena
bentuknya kompak, peralatan yang berisolasi gas (SF6) dipakai. Ditempat yang harga
tanahnya tinggi, seperti ditengah – tengah kota besar. kini terdapat pula gardu induk
yang berisolasi gas SF6 (gas insulated subtations, GIS). Perlu dikemukakan bahwa
pemutus daya SF6 tidak terlalu berisik sebagaimana dengan halnya pemutus daya udara
bertekanan. Gas SF6 merupakan suatu terobosan sebagai bahan isolasi dan pemadam
bagi pemutus daya. Ia memiliki stabilitas termal tinggi, tidak beracun dan tidak
menganggu kelestarian lingkungan. Pada tekanan yang sama gas SF6 memiliki
kekuatan dielektrik 2,5 sampai 3 kali dari udara. Dan juga tekanan yang lebih rendah,
dadal isolasi (insulation breakdown) masih tinggi, dan menyamai yang dari minyak
atau isolasi bahan padat. Kemampuan isolasi gas SF6 untuk sebagian diperoleh dari
sifatnya yang elektronegatif, sehingga menarik elektron – elektron bebas kemolekul.
4. Pemutus daya pakem (Vacuum circuit Breakers)
Bekerja atas dasar prinsip lain, karena tidak terdapat gas yang dapat berionisasi
bilamana kontak – kontak terbuka. Pemutus daya jenis ini tertutup secara rapi, dan tidak
boleh bocor. Karenanya tidak terdapat kebisingan atau polusi. Kemampuanya terbatas
hingga kira – kira 30Kv. Pemutus daya pakem banyak dipakai pada sistem bawah
tanah.

1.3.10 Auxiliary Current Transformer (ACT)

Transformator arus bantu atau auxiliary current transformer (ACT) merupakan


pelaratan yang berfungsi :

1. Untuk menyesuaikan arus sekunder CT sisi primer dan sisi sekunder.


2. Untuk menyesuaikan pergeseran sudut fase.

Pemasangan ACT

3. Jika berfungsi untuk menyesuaikan pergeseran fasa selalu dipasang pada sisi Y
transformator dayanya, dan disisi lainnya dapat dipasang atau tidak.
4. Jika berfungsi hanya penyesuaian arus dapat dipasang disisi primer maupun
sekunder, atau kedua – duanya.
5. Bila CT disisi primer mempunyai sekunder 1 A dan disisi sekunder 5 A,
umumnya ACT dipasang dikedua sisi. Perbandingan tranformasi untuk
penyesuai sudut fase:
6. Hubungan yy sisi sekundernya 5 A atau 1 A
7. Hubungan yd sisi sekundernya 5/V3 atau 1/V3

Berikut ini merupakan contoh skema sederhana pemasangan rele diferensial


menggunakan ACT

Gambar 1.17 Wiring Relay Diferensial Untuk Vector Grup Trafo Ynyn0 (d)
1.4 Busbar atau Rel
Busbar adalah batangan berbahan metal yang digunakan di dalam panel listrik
(atau biasa disebut switchboard atau switchgear) untuk distribusi tenaga listrik. Busbar
menghantarkan listrik dari incoming feeder ke seluruh cabang sirkuit perlindungan
dalam instalasi listrik anda. Di dalam panel lsitrik terdapat berbagai macam circuit
breaker, motor starteryang berbeda merek, ukuran, dan letak pemasangan. Oleh karena
itu busbar perlu dibuat custom agar seluruh komponen tersebut muat dalam panel listrik
dan mampu berfungsi dengan baik tanpa menganggu satu sama lain.

Material busbar yang berfungsi sebagai konduktor listrik memiliki peranan


penting agar biaya yang dikeluarkan sebanding dengan umur hidup panel listrik.
Busbar ada yang berbahan tembaga dan juga ada yang berbahan aluminum. Tembaga
lebih baik dibandingkan aluminum dari segi konduktivitas dan kekuatan. Namun
tembaga memiliki berat lebih besar dibandingkan aluminum. Tembaga memiliki
tingkat kekerasan yang lebih tinggi sehingga memberikan resistensi yang lebih besar
daripada aluminum sehingga busbar yang terbuat dari tembaga lebih tahan terhadap
kerusakan.

Simetri menggunakan busbar tembaga berkadar 99.9% yang berkualitas baik


yang mampu menurunkan jumlah energi listrik yang terbuang percuma karena adanya
heat loss. Dengan begitu panel listrik dapat bekerja dengan optimal dan biaya
operasional mampu diminimalisir. Selain itu bsuibar yang kami gunakan memenuhi
standar yang ditetapkan organisasi atau badan standarisasi.

Apabila panel dan busbar berada di kondisi lingkungan yang keras maupun di
lokasi yang memiliki suhu lingkungan yang tinggi seperti di atas laut, pinggir pantai,
dalam pabrik kimia, dan sebagainya, maka busbar dapat diberi perlindungan lebih
berupa insulation.
Gambar 1.18 Busbar

Sistem bus bar terdiri dari isolator dan pemutus sirkuit. Pada saat terjadi
kerusakan, pemutus sirkuit terputus dan bagian busbar yang rusak mudah terputus dari
sirkuit.

Bar bus listrik tersedia dalam bentuk persegi panjang, cross-sectional, bulat dan
banyak lainnya. Bar bus persegi panjang sebagian besar digunakan dalam sistem daya.
Tembaga dan aluminium digunakan untuk pembuatan bar bus listrik.. Ada beberapa
jenis konfigurasi busbar yang digunakan saat ini, antara lain :

1.4.1 Sistem Busabar Tunggal


Gambar 1.19 Busbar Pengaturan Utama

Keuntungan Pengaturan Utama dan Transfer Bus

Kelangsungan pasokan tetap sama bahkan dalam kesalahan. Ketika kesalahan


terjadi pada salah satu bus, seluruh beban dialihkan ke bus lain. Perbaikan dan
perawatan dapat dengan mudah dilakukan di busbar tanpa mengganggu kontinuitasnya.
Biaya pemeliharaan pengaturan lebih murah. Potensi bus digunakan untuk
pengoperasian relai. Beban dapat dengan mudah dipindahkan di salah satu bus.
Kerugian Pengaturan Bus Utama dan Transfer Dalam jenis pengaturan semacam itu,
dua batang bus digunakan yang meningkatkan biaya sistem. Kesalahan pada salah satu
bus akan menyebabkan penutupan total di seluruh gardu

1.4.2 Sistem Cincin atau Ring


Semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk seperti
ring/cicin. Keuntungan Pengaturan Utama Cincin Jenis pengaturan semacam itu akan
menyediakan dua jalur untuk pasokan. Dengan demikian kesalahan tidak akan
mempengaruhi kerja mereka. Kesalahan dilokalkan untuk bagian tertentu. Karenanya
sirkuit lengkap tidak terpengaruh oleh kesalahan. Dalam pengaturan ini, pemutus
sirkuit dapat dipertahankan tanpa mengganggu pasokan. Kekurangan dari Pengaturan
Utama Ring Kesulitan terjadi pada penambahan sirkuit baru. Kelebihan beban terjadi
pada sistem jika salah satu pemutus sirkuit dibuka. Pengaturan Mesh Dalam jenis
pengaturan seperti itu, pemutus sirkuit dipasang di jala yang dibentuk oleh bus.
Rangkaian disadap dari titik simpul mesh. Jenis pengaturan bus semacam itu
dikendalikan oleh empat pemutus arus

Gambar 1.20 Sistem Cincin atau ring

1.4.3 Busbar Tunggal atau Single Busbar


Semua perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada satu / single
busbar pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir
dari suatu transmisi.
Gambar 1.21 Sistem busbar tunggal atau single busbar

Pengaturan Bus-Bar Tunggal


Susunan jenis sistem seperti ini sangat sederhana dan mudah. Sistem hanya memiliki
satu bus bar bersama dengan sakelar. Semua peralatan gardu induk seperti
transformator, generator, pengumpan hanya terhubung ke bar bus ini. Keuntungan
pengaturan bar bus tunggal adalah

- Ini memiliki biaya awal yang rendah.


- Itu membutuhkan lebih sedikit perawatan
- Sederhana dalam pengoperasian

Kerugian dari Pengaturan Bus-Bar Tunggal

Satu-satunya kelemahan dari pengaturan semacam itu adalah bahwa persediaan


lengkap terganggu pada terjadinya kesalahan.
Pengaturan ini memberikan fleksibilitas yang lebih sedikit dan karenanya digunakan di
gardu kecil di mana kontinuitas pasokan tidak penting.
Pengaturan Bus-Bar Tunggal Dengan Bus Dibagi-Bagi
Dalam pengaturan busbar jenis ini, pemutus sirkuit dan sakelar isolasi digunakan.
Isolator memutus bagian busbar yang rusak, karenanya melindungi sistem dari
pematian total. Jenis pengaturan ini menggunakan satu pemutus sirkuit tambahan yang
tidak banyak meningkatkan biaya sistem.
Keuntungan dari Pengaturan Bus-bar tunggal dengan Subalisasi Bus

Berikut ini adalah keuntungan dari bus bar yang sudah dipisah-pisahkan.

- Bagian yang rusak dihapus tanpa mempengaruhi kontinuitas pasokan


- Pemeliharaan bagian individual dapat dilakukan tanpa mengganggu pasokan
sistem.
- Sistem memiliki reaktor pembatas arus yang mengurangi terjadinya kesalahan.
Kerugian Pengaturan Bus-Bar Tunggal dengan Sectionalization
- Sistem menggunakan pemutus sirkuit tambahan dan isolator yang
meningkatkan biaya sistem

Pengaturan Bus Utama dan Transfer Jenis pengaturan seperti itu menggunakan dua
jenis busbar yaitu, busbar utama dan bar bus tambahan. Pengaturan busbar
menggunakan bus coupler yang menghubungkan sakelar isolasi dan pemutus sirkuit ke
busbar. Coupler bus juga digunakan untuk mentransfer beban dari satu bus ke bus
lainnya jika terjadi kelebihan muatan. Berikut ini adalah langkah-langkah pemindahan
muatan dari satu bus ke bus lainnya.

- Potensi kedua bar bus tetap sama dengan menutup coupler bus.
- Bilah bus tempat muatan dipindahkan disimpan dekat.
- Buka bilah bus utama. Dengan demikian, muatan dipindahkan dari bus utama
ke bus cadangan

1.4.4 Busbar Ganda atau double busbar,


Busbar ganda dalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar . Sistem
ini sangat umum, hamper semua gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat
efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.
Gambar 1.22 Sistem Busbar Ganda atau double Busbar.
Keuntungan dari Double Bus Double Breaker Jenis pengaturan ini memberikan
keandalan dan fleksibilitas maksimum dalam pasokan. Karena kesalahan dan
perawatan tidak akan mengganggu kelangsungan mereka. Kontinuitas pasokan tetap
sama karena beban dapat ditransfer dari satu bus ke bus lainnya pada saat terjadi
kesalahan. Kekurangan dari double bus Double breaker Dalam jenis pengaturan seperti
itu dua bus dan dua pemutus sirkuit digunakan yang meningkatkan biaya sistem. Biaya
perawatan mereka sangat tinggi. Karena biayanya yang lebih tinggi, jenis bus-bar
seperti itu jarang digunakan di gardu induk. Pengaturan Double Bus Bar yang telah
diregisterisasi

Dalam jenis pengaturan bus ini, bar bus utama yang dipisah-pisah digunakan
bersama dengan bar bus tambahan. Bagian mana pun dari busbar yang dilepas dari
sirkuit untuk pemeliharaan dan terhubung ke salah satu bar bus tambahan. Tetapi jenis
pengaturan semacam itu meningkatkan biaya sistem. Tidak diperlukan subrasionalisasi
bus tambahan karena akan meningkatkan biaya sistem

1.4.5 Busbar Satu Setengah atau One Half Busbar

Gardu induk dengan konfigurasi seperti ini mempunyai dua busbar juga sama
seperti pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada Gardu induk
Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif dalam segi
operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan
sistem. Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang
secara seri. Keuntungan dari Pengaturan Satu dan Setengah Breaker Ini melindungi
pengaturan terhadap kehilangan pasokan. Potensi bus bar digunakan untuk
mengoperasikan relai. Dalam jenis pengaturan seperti itu, sirkuit tambahan mudah
ditambahkan ke sistem. Kekurangan dari Pengaturan Satu dan Setengah Breaker
Rangkaian menjadi rumit karena sistem relay. Biaya perawatan mereka sangat tinggi.
Pengaturan Utama Dering Dalam jenis pengaturan seperti itu, ujung bar bus
dihubungkan kembali ke titik awal bus untuk membentuk cincin

Gambar 1.23 Sistem Busbar satu setengah atau one half busbar.
1.4.6 Busbar Pengaturan Mesh

Gambar 1.24 Busbar Pengaturan Mesh

Ketika terjadi kesalahan pada bagian mana pun, dua pemutus sirkuit harus
terbuka, yang mengakibatkan terbukanya jala. Jenis pengaturan semacam itu
memberikan keamanan terhadap kesalahan bus-bar tetapi tidak memiliki fasilitas
switching. Lebih disukai untuk gardu induk yang memiliki sejumlah besar sirkuit.

Anda mungkin juga menyukai