Anda di halaman 1dari 13

Nama : Giusna Dipankara Kusnandar

NIM : 1705541067
Kelas : B
Mata Kuliah Sistem Proteksi Tenaga Listrik

Rele dan Alat Pengaman pada Saluran Udara Tegangan Tinggi dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi

Proteksi pada Busbar Gardu Induk


Kriteria gardu induk yang diprioritaskan dipasang busbar protection adalah:
 Gardu induk yang merupakan outlet dari pembangkit atau
 Gardu induk yang merupakan outlet IBT (500/150kV, 150/70 kV, 275/150kV),
 Gardu induk yang memiliki minimal 8 bay penghantar, atau
 Gardu induk yang merupakan jalur tie line.

Sistem proteksi busbar dan diameter merupakan suatu sistem kolektif yang meliputi: trafo arus
(CT)/trafo tegangan (PT), rele proteksi, pemutus tenaga (PMT), catu daya dan rangkaian
pengawatannya. Bagian-bagian dari sistem proteksi ini seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Komponen Utama Rele Proteksi

Daerah kerja proteksi busbar adalah daerah di antara semua trafo arus (CT) bay yang tersambung
di busbar tersebut. Sistem proteksi busbar harus bekerja tanpa tunda waktu (instantaneous) apabila
terjadi gangguan di dalam zona proteksiannya (area warna hijau) seperti diperlihatkan pada
Gambar 2. Namun, untuk gangguan yang terjadi di luar zona proteksiannya (di luar area warna
hijau), proteksi busbar tidak boleh bekerja (rele harus stabil).

Gambar 2 Daerah Proteksi Busbar

Berikut merupakan komponen-komponen utama proteksi busbar dan diameter


1. Differential Busbar
Prinsip kerja proteksi diferensial busbar menggunakan metode Merz-Price Circulating
Current. Semua arus yang masuk dan keluar dari busbar dibandingkan satu sama lain. Pada kondisi
sistem normal atau terjadi gangguan di luar zona proteksi busbar, tidak ada resultan arus yang
mengalir ke rele diferensial busbar sehingga rele tidak bekerja. Namun sebaliknya apabila terjadi
gangguan di dalam zona busbar, maka akan timbul resultan arus yang besar dan mengalir ke rele
diferensial busbar sehingga rele bekerja.

Gambar 3 Prinsip Kerja Differential Busbar

Berdasarkan jenisnya, rele proteksi busbar dibagi menjadi


a. Rele Busbar Jenis High Impedance
Rele busbar jenis high impedance dipasang dengan skema semua CT pada bay yang
terhubung pada busbar yang sama dihubungkan secara paralel satu sama lain. Metode ini
mempunyai keunggulan yaitu lebih mudah diterapkan dan lebih mudah dikembangkan apabila ada
penambahan bay pada gardu induk, sangat sensitif terhadap gangguan fasa-tanah dan fasa-fasa
serta sangat stabil terhadap gangguan eksternal. Namun, rele jenis ini juga memiliki kelemahan
yakni: semua CT dalam satu zona busbar harus mempunyai rasio dan kelas CT yang sama (class
X) serta membutuhkan stabilizing resistor dan tahanan non linier (digunakan jika tegangan
rangkaian sekunder melebihi nilai ketahanan isolasi dari sisi rangkaian sekunder pada saat terjadi
gangguan internal, ketahanan isolasi berdasarkan IEC 60255-5:1977/ANSI C37.90-1989 adalah
lebih dari 2kV).
b. Rele Busbar Jenis Low Impedance
Rele busbar jenis low impedance menggunakan skema dimana masing-masing CT pada
bay yang tersambung ke busbar dihubungkan ke rele secara langsung. Hal ini memungkinkan
digunakannya CT dengan rasio yang berbeda. Rele jenis ini harus memiliki modul cadangan
(modul analog input, modul binary input, modul binary output) untuk keperluan
pengembangan/penambahan bay pada busbar nantinya.

2. Circulating Current Protection

Gambar 4 Prinsip Kerja Rele Circulating Current Protection

Circulating Current Protection (CCP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk
mengamankan diameter. CCP umumnya diterapkan pada sistem Gardu Induk satu setengah
breaker yang menggunakan CT line. Sistem proteksi CCP digunakan untuk mengamankan daerah
di antara CT pada bay T/L dengan CT pada PMT pengapit diameter tersebut. Apabila terjadi
gangguan di daerah kerja rele CCP, maka rele ini akan men-trip-kan 2 buah PMT diameter dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip (DTT) ke GI lawan/depan.

3. Breaker Failure Protection

Gambar 5 Prinsip Kerja Rele Circuit Breaker Failure

Rele Circuit Breaker Failure (CBF) merupakan proteksi yang bekerja apabila terjadi
kegagalan pemutusan PMT saat terjadi gangguan. Pada sistem gardu induk 1 breaker, rele CBF
akan men-trip-kan semua PMT yang terhubung ke busbar yang sama serta mengirimkan sinyal
direct transfer trip ke gardu induk lawan. Kegagalan PMT trip dapat disebabkan oleh kesalahan
wiring dari salah satu rele ke tripping coil PMT atau oleh kegagalan PMT itu sendiri, sehingga
untuk mengatasi kegagalan karena wiring biasanya pada tahap awal CBF memerintahkan trip ke
PMT yang gagal tersebut, baru kemudian ke PMT lainnya. Pada sistem gardu induk satu setengah
PMT rele CBF akan men-trip-kan PMT berdasarkan PMT yang gagal trip yaitu:
a. Apabila PMT A yang gagal trip, maka rele CBF akan men-trip-kan kembali PMT A dan
apabila masih gagal trip maka akan men-trip-kan PMT AB dalam satu diameter, seluruh
PMT yang terhubung pada busbar A dan mengirimkan sinyal direct transfer trip.
b. Apabila PMT B yang gagal trip, maka rele CBF akan men-trip-kan kembali PMT B, dan
apabila masih gagal trip maka akan men-trip-kan PMT AB dalam satu diameter, seluruh
PMT yang terhubung pada busbar B dan mengirimkan sinyal direct transfer trip.
c. Apabila PMT AB yang gagal trip, maka rele CBF akan men-trip-kan kembali PMT AB
dan apabila masih gagal maka akan men-trip-kan PMT pengapitnya (PMT A dan PMT B)
serta mengirimkan sinyal direct transfer trip.
Rele CBF merupakan proteksi cadangan karena kerjanya menunggu proteksi utama/proteksi
cadangan bekerja terlebih dahulu. Rangkaian tripping rele CBF menggunakan rangkaian tripping
yang sama dengan rele busbar proteksi. Kerusakan hardware rele CBF tidak mempengaruhi fungsi
proteksi busbar atau sebaliknya karena secara hardware kedua rele tersebut terpisah.
Rele CBF akan bekerja apabila beberapa persyaratannya terpenuhi di antaranya:
a. Arus gangguan melebihi setting arus rele CBF.
b. Ada initiate dari proteksi utama atau proteksi cadangan atau dari rele lock out.
c. Pada batas waktu tertentu PMT masih dalam kondisi menutup (close).

4. Short Zone Protection

(a)

(b)
(c)
Gambar 6 Prinsip Kerja Rele SZP untuk lokasi CT (a) sebelum PMT; (b) setelah PMT; (c) diantara PMT Tengah
dan PMT Bus

Rele Short Zone Protection (SZP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk
mengamankan daerah antara CT dan PMT pada diameter saat PMT tersebut dalam kondisi terbuka
(open). Apabila PMT dalam kondisi tertutup (close), daerah tersebut diamankan oleh rele CCP.
Adapun prinsip kerja rele SZP adalah sebagai berikut:
a. Apabila rele SZP mendeteksi gangguan pada daerah antara CT dan PMT 7B2 seperti yang
terlihat pada Gambar 6(a), maka rele SZP akan men-trip-kan semua PMT bay yang
tersambung pada busbar B dan mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk
lawan. (Untuk lokasi CT sebelum PMT dari sisi Busbar). Apabila pada lokasi CT setelah
PMT, rele SZP mendeteksi gangguan pada daerah antara CT dan PMT 7B2 seperti Gambar
6(b), maka rele SZP akan men-trip-kan PMT pengapit dan mengirimkan sinyal direct
transfer trip ke gardu induk lawan.
b. Jika gangguan terjadi pada daerah antara CT dan 7AB1, rele SZP akan men-trip-kan PMT
7B1 (untuk lokasi CT diantara 7AB1 dan 7B1) atau PMT 7A1 (untuk lokasi CT diantara
7AB1 dan 7A1) dan mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan.
Rele SZP akan bekerja apabila beberapa persyaratannya terpenuhi yakni:
a. Rele SZP mendeteksi adanya arus gangguan.
b. PMT dalam kondisi terbuka.
5. Stub Protection

Gambar 7 Proteksi Stub

Rele stub digunakan pada sistem GI/GITET satu setengah breaker yang tidak menggunakan
CT line dan membutuhkan status Pemisah Line kondisi open sebagai persyaratan untuk bekerja.
Sistem proteksi stub digunakan untuk mengamankan daerah antara dua CT pada diameter hingga
pemisah line. Apabila terjadi gangguan di daerah kerja rele stub, maka rele ini akan men-trip-kan
2 buah PMT diameter.

6. Rele Arus Lebih dan Rele Gangguan Tanah Bay Kopel (OCR/GFR Kopel)
Rele arus lebih dan rele gangguan tanah yang terpasang pada kopel lebih berfungsi sebagai
pembatasarus pada bay kopel. Proteksi ini bekerja dengan cara mendeteksi besaran arus pada
daerah yang diamankan. Apabila besaran arus tersebut melampaui setting rele, rele akan bekerja
membuka PMT setelah waktu tundanya tercapai.
a. Rele Arus Lebih (OCR)
Rele arus lebih merupakan proteksi cadangan busbar untuk jenis gangguan fasa-fasa.
b. Rele Gangguan Tanah (GFR)
Rele gangguan tanah merupakan proteksi cadangan busbar untuk gangguan fasa-tanah.

7. Rele Tegangan Nol


Rele Tegangan Nol merupakan peralatan kontrol yang bekerja apabila terjadi hilang tegangan
(blackout) pada suatu gardu induk. Peralatan ini berfungsi untuk membuka PMT jika tegangan
busbar turun hingga 20% dari tegangan nominal (Vn) dengan tujuan memudahkan proses
pemulihan pasca blackout.
8. Rele Frekuensi Kurang
Rele frekuensi kurang merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi penurunan
frekuensi di sistem. Rele ini mendapat masukan dari tegangan sekunder PT untuk mendeteksi
adanya perubahan frekuensi di sistem. Namun rele ini akan blok apabila tegangan masukan dari
sekunder PT turun melebihi nilai tertentu.

9. Discrepancy Control Switch

Gambar 8 Discrepancy Control Switch

Discrepancy control switch adalah peralatan/saklar yang berfungsi untuk merubah status PMT
dan PMS dari posisi masuk (close) menjadi buka (open) ataupun dari posisi buka menjadi masuk.
Pengoperasian switch ini dilakukan dengan cara memutar, menekan dan memutar ataupun
memutar dan menekan. Switch ini dilengkapi dengan lampu indikator ketidaksesuaian yang
menerangkan status peralatan terkait.

10. Annunciator dan Alarm


Annunciator adalah peralatan bantu yang berfungsi memberikan tanda peringatan kepada
operator GI mengenai fungsi proteksi mana yang bekerja. Annunciator mengambil input dari
masing-masing rele proteksi. Annunciator dapat direset setelah operator mencatat dan menekan
tombol “acknowledge” dan “reset”. Annunciator dilengkapi dengan alarm. Alarm berupa
peringatan sirene suara yang bekerja bersamaan dengan terjadinya gangguan. Alarm dapat
dihentikan setelah operator menekan tombol “acknowledge”.
11. Selector Switch
Selector switch adalah saklar pilih untuk fungsi-fungsi tertentu seperti: selector switch
ON/OFF, Local/Remote/Supervisory, dan lain sebagainya.

12. Meter
Meter merupakan alat yang dapat memonitoring pembebanan busbar dan tegangan yang
terjadi. Beban busbar diukur dengan Amperemeter, sedangkan tegangan busbar diukur dengan
Voltmeter.

13. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


Sistem proteksi busbar dan diameter yang sedang beroperasi memiliki potensi mengalami
kegagalan, gangguan dan kerusakan. Banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebab kerusakan
dan kegagalan sistem proteksi ini disebabkan oleh karena sistem proteksi busbar dan diameter
terdiri dari beberapa komponen yang terpadu menjadi satu kesatuan. Setiap komponen tersebut
memiliki potensi kerusakan/kegagalan fungsi yang akan mengarah kepada kerusakan/kegagalan
dari seluruh sistem tersebut. Pola kerusakan pun memiliki banyak kemungkinan. Untuk
mengetahui peluang kerusakan dari setiap komponen dan seperti apa jalur kerusakannya,
digunakanlah metoda Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA ini disusun dengan cara
mengelompokan setiap komponen sistem proteksi busbar dan diameter berdasarkan fungsinya.
Tiap kelompok ini selanjutnya disebut sebagai Sub-Sistem. Adapun sub-sistem yang menyusun
sistem proteksi bay busbar dan diameter di antaranya adalah:
a. Fungsi Differential Busbar
b. Fungsi Circulating Current
c. Fungsi Breaker Failure
d. Fungsi Short Zone
e. Fungsi OCR/GFR Kopel
f. Fungsi Tegangan Nol
g. Fungsi Frekuensi Kurang
h. Fungsi Control
Proteksi pada Penghantar SUTET dan SUTT

(a)

(b)
Gambar 9 Typical Compounent Sistem Proteksi (a) SUTET;(b) SUTT

Sistem proteksi bay penghantar adalah suatu sistem yang yang berfungsi untuk
mengamankan/mengisolir penghantar (saluran udara/saluran kabel) tegangan tinggi atau tegangan
ekstra tinggi dari gangguan temporer dan gangguan permanen yang terjadi pada penghantar
tersebut. Secara umum, bagian dari sistem proteksi penghantar dapat digambarkan pada Gambar
9(a) dan Gambar 9(b).

Komponen sistem proteksi terdiri dari transformator arus (CT), transformator tegangan (PT/CVT),
relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catu daya rangkaian pengawatannya (wiring) dan
teleproteksi.

Proteksi penghantar yang umum digunakan adalah skema proteksi menggunakan relai jarak
(distance relay) dan relai diferensial saluran (line current differential). Pola proteksi untuk bay
penghantar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Pola Proteksi Penghantar 150 kV dan 70 kV
Tabel 1 Pola Proteksi Penghantar 150 kV dan 70 kV (TT) SPLN T5.002-1:2010
Proteksi Saluran
Saluran yang Diproteksi Proteksi Utama
Cadangan Telekomunikasi
Cad 1: Z + DEF
Saluran Pendek (DEF Optional)
Teleproteksi CD FO
(SIR > 4) Cad 2: OCR +
GFR
SUTT 150 kV
Saluran Sedang
Teleproteksi Z +
(0.5  SIR  4)
DEF (DEF PLC/FO
dan Panjang
Optional)
(SIR < 0.5)
Saluran Pendek Pilot Wire CD FO
SKTT 150 kV Saluran Sedang
Teleproteksi CD Pilot Wire/FO
dan Panjang
Fasa-Fasa: Rele
Jarak (Reactance
Relay)

Fasa-Tanah: 64 OCR + GFR


V + 50 SG
(Selective
Pentahanan
Ground Relay)
SUTT 70 kV Netral dengan PLC/FO
Atau
Tahanan Tinggi
67 G + 50 G
(Directional
Selective
Ground Relay)

Fasa-Fasa:
Teleproteksi Z
Fasa-Netral:
Teleproteksi
DEF
Pentahanan Teleproteksi Z +
Netral dengan DEF (DEF PLC/FO
Tahanan Rendah Optional)
Pentahanan
Fasa-Fasa dan
Netral dengan Rele Jarak
Fasa-Tanah: Pilot Wire/FO
Tahanan Tinggi OCR + GFR
Teleproteksi CD
dan Rendah
Saluran transmisi yang terdiri dari saluran kabel dan saluran udara (campuran), bila saluran
kabel lebih dominan maka digunakan proteksi saluran kabel sebaliknya jika saluran udara
yang lebih dominan maka digunakan proteksi saluran udara. Penerapan autoreclose untuk
saluran transmisi campuran sama seperti pada saluran kabel yaitu tidak diaktifkan reclose.

2. Pola Proteksi Penghantar 500 kV dan 275 kV


Tabel 2 Pola Proteksi Penghantar 500 kV dan 275 kV (TET) SPLN T5.002-2:2010
Saluran yang Diproteksi Skema Proteksi A Skema Proteksi B
Saluran Pendek Utama:
Teleproteksi CD dengan FO
Cadangan:
Teleproteksi Z + DEF dengan PLC
Saluran Sedang dan Panjang Utama: Utama:
Teleproteksi Z + DEF dengan Teleproteksi CD dengan FO
PLC
Cadangan: Cadangan:
Z Teleproteksi Z + DEF
Utama: Utama:
Teleproteksi Z + DEF dengan Teleproteksi Z + DEF dengan
FO PLC
Cadangan: Z

Anda mungkin juga menyukai