Anda di halaman 1dari 17

Nama : Muhammad Rafiq

NIM : 2005031001
Kelas : EL – 6 A
Matkul : Pengaman Sistem Tenaga Listrik 2

Rabu , 22 Februari 2023

SISTEM PROTEKSI PADA SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK 20 kV

A. Pengaman Sistem Proteksi


Keberhasilan sistem proteksi dari segi teknis sangat ditentukan oleh konfigurasi dan
peralatan yang tersedia di sepanjang jalur jaringan. Peralatan proteksi tersebut adalah
peralatan switching atau penghubung yang berada pada jalur jaringan, berfungsi untuk
mengamankan jaringan yang terkena ganguan atau dapat membatasi jaringan yang
seharusnya padam dengan tidak padam. Peralatan proteksi terdiri dari beberapa macam,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. PMT ( Circuit Breaker )

Gambar 2.7 PMT ( Circuit Breaker )


Pada gambar 2.7 PMT (Circuit Breaker) dapat dijelaskan bahwa PMT
merupakan komponen penting dalam sistem distribusi tenaga listrik yaitu
alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan
memutuskan hubungan listrik, baik dalam kondisi normal (sesuai rencana
dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau dalam keadaan
manuver sistem.
Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga listrik atau Circuit
Breaker (CB) adalah :
1. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
2. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
3. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
4. Celah (Grap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak terbuka.
5. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
6. Mampu memutuskan arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
7. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan
(Charging Current).
8. Mampu menahan efek dari charging kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi
thermal yang tinggi akibat hubung singkat. PMT tegangan menengah ini biasanya
dipasang pada Gardu Induk (GI) pada kabel masuk ke Busbar tegangan menengah
(Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang
menuju penyulang keluar dari gardu induk (yang menjadi kewenangan operator
tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media
pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
1. PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
2. PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
3. PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker) Konstruksi PMT sistem 20 kV
pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan mekanisme penggeraknya dapat
ditarik keluar/drawabale (supaya dapat di test posisi apabila ada pemadaman kerane
pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
2. OCR ( Over Current Breaker )
Relay OCR merupakan pengaman yang bekerja terhadap arus lebih dan akan
bekerja apabila ada arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (Iset)[5]. Ada beberapa
macam karakteristik relay arus lebih diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)
Grafik moment diatas menunjukkan bahwa (instantaneous relay) merupakan
relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) namun masih bekerja dengan waktu
cepat yaitu sebesar 40 – 80 mili detik. Relay ini bekerja berdasarkan pada besarnya
arus gangguan hubung singkat yang dipilih.
2. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
Jika ada gangguan hubung singkat di ujung jaringan atau di tengah jaringan
akan membutuhkan waktu bebrapa saat untuk men trip kan PMT. Definite time relay
menggunakan karakteristik secara bertingkat dan setelan proteksi yang menggunakan
karakteristik relay ini adalah hanya berdasarkan pada waktu kerjanya tidak melihat
besarnya arus gangguan.
3. Invers Time Relay
Relay ini akan bekerja berdasarkan waktu tunda yang tergantung dari besarnya
arus secara terbalik (inverse time), semakin besar arus maka waktu tundanya akan
semakin kecil. Nilai setting relay arus lebih yang sesuai dengan British standard
yaitu:
1. Relay inverse biasa di setting sebesar 1.05 s/d 1.3 x I (beban).
2. Relay definite biasa di setting sebesar 1.2 s/d 1.3 x I (beban).

3. GFR ( Ground Fault Relay )


Koordinasi arus lebih saat gangguan tanah, pada prinsipnya sama dengan
koordinasi OCR, tetapi perlu dipahami proses mendeteksi arus gangguan tanah,
dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Arus gangguan tanah selalu masuk ke relay gangguan tanah (GFR), yang diperoleh
dari resultante ke tiga fasa maupun dari current tranformer (CT) netral.
2. Nilai arus gangguan tanah besarnya tergantung dari tahanan pentanahan netral.
3. Apabila tahanan pentanahan memiliki nilai besar, kurva arus pada karakteristik
invers akan landai dan tidak memberikan waktu yang lebih cepat. Jika terdapat hal
seperti ini setting relay dipilih karakteristik invers yang sesuai dengan kurva arus
tersebut.
4. Pentanahan langsung membuat kurva arus arus gangguan menjadi lebih curam,
setting relay menggunakan karakteristik invers dapat menekan komulasi waktu dan
relay dapat mengamankan untuk gangguan tanah.
4. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser pada dasarnya adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan
peralatan kontrol. Peralatan ini dapat merasakan arus gangguan dan memerintahkan
operasi buka tutup kepada pemutus tegangan. Untuk jaringan yang panjang (> 20 km)
perlu dipasang 2 atau lebih PBO, pada jarak tertentu dengan koordinasi yang baik,
agar gangguan yang terjadi bisa segera dibebaskan.
Gambar 2.11 Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Pada gambar 2.11 Recloser berfungsi untuk memutus tegangan apabila merasakan
arus gangguan sehingga mencegah terjadi padam pada area yang tidak perlu, dalam
hal ini mencegah PMT mengalami trip. Recloser digunakan untuk melindungi
jaringan listrik SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) apabila terjadi gangguan
hubung singkat temporer atau permanen. Peralatan jenis ini dapat di setting cepat
untuk mengamankan gangguan yang temporer dan lambat untuk gangguan yang
permanen. Dalam setelan lambat diperlukan koordinasi dengan pengaman lain seperti
OCR, GFR atau Fuse.

Gambar 2.12 Setting Recloser


Dari gambar 2.12 setting recloser diatas dapat dijelaskan bahwa recloser bekerja
apabila terdeteksi arus gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik maka akan
terjadi proses buka tutup untuk beberapa kali tergantung dari setting yang diterapkan
dan pada akhirnya recloser melakukan penguncian secara permanen. Pada setting
recloser dibutuhkan :
1. Setting cepat dengan karakteristik definite setting waktu 40 mili detik s/d 100 mili
detik, dikoordinasikan dengan setting relay moment (instant) sisi hulu untuk arus dan
waktunya.
2. Setting lambat dengan karakteristik invers, untuk setting lambat ini dapat
dikoordinasikan dengan relay sisi hulu untuk arus dan TMS.
SISTEM PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR
A. Latar Belakang
Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk memindahkan
daya dari sisi rangkaian primer ke sisi sekunder dengan frekuensi yang sama. Dengan
mengatur tegangan dan arus pada transformator, akan diperoleh suatu tegangan dan arus
sistem sesuai yang direncanakan.
Pada umumnya transformator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu transformator ukur
dan transformator daya. Transformator ukur masih dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu
transformator arus dan transformator tegangan.
Transformator ukur terutama berfungsi untuk menurunkan arus atau tegangan, yang mana
besaran arus atau tegangan tersebut digunakan sebagai besaran masukan, misalnya untuk
masukan relai-relai pengaman atau untuk pengukuran besaran yang mempunyai kapasitas
tinggi (KV,KA).
Transformator daya merupakan transformator dengan kapasitas pemindahan daya
yang besar, misalnya transformator daya pada saluran distribusi dengan rating 150KV/20KV,
20MVA. Pada sistem tenaga listrik, transformator daya bisa diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu transformator daya untuk sistem transmisi dan transformator daya untuk saluran
distribusi.
Transformator adalah unsur utama dan merupakan mata rantai terpenting dalam
penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan
energi listik maka keperluan akan transformator dengan sendirinya meningkat mengikuti
bertambah besarnya daya listrik yang dibangkitkan. Oleh karena transformator merupakan
unsur utama dari sistem penyaluran dan distribusi energi listrik dan merupakan peralatan
yang paling mahal harganya, maka sistem proteksi atau pengamanan terhadap sebuah
transformator baik terhadap gangguan-gangguan yang terjadi dari dalam transformator itu
sendiri maupun dari luar transformator tersebut sangat perlu diperhatikan.

Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memenuhi aspek
andal, aman dan akrab dengan lingkungan. Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh
sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenihi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengaman (protection system) yang
baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan kebutuhan sistem yang ada. Proteksi sistem tenaga
listrik merupakan perlindungan atau pengaman pemabangkitan (pembangkit tenaga listrik),
penyalur (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
B. Proteksi
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada
bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi
adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi
dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir
bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian listrik dengan
mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal dengan kondisi
abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu sistem proteksi
dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu :
1. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam gangguan
dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya. Sensitifitas
suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran penggerak saat
peralatan proteksi mulai beroperasi. Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan
dengan nilai minimum arus gangguan dalam daerah yang dilindunginya.
2. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang
harus diisolir apabila rele proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari
sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja. Diskriminatif berarti
suatu sistem proteksi harus mampu membedakan antara kondisi normal dan kondisi
abnormal. Ataupun membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam
atau di luar daerah proteksinya.

3. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan stabilitas
operasi.
4. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi sebagaimana
yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal bekerja pada saat
dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja.
5. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari pertimbangan
nilai ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis mungkin
dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya.

C. Tipe Proteksi
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main protection) dan
proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama dalah pertahanan utama dan akan
membebaskan gangguan pada bagian yang akan diproteksi secepat mungkin. Mengingat
keandalan 100 % tidak hanya dari perlindungan tetapi juga dari trafo arus, trafo tegangan dan
pemutus rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan pembantu
(auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi pembantu bekerja bila rele utama
gagal dan tidak hanya melindungi daerah berikutnya dengan perlambatan waktu yang lebih
lama dari pada relay utamanya.

D. Pertimbangan Pemilihan
Perencanaan sistem pengaman transformator harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut ini :
1. Jenis transformator yang diamankan
Jenis transformator sangat menentukan sistem pengaman yang harus
diterapkan. Jenis yang dimaksud disini adalah transformator daya untuk transmisi atau
saluran distribusi. Transformator saluran distribusi sekunder tidak memerlukan sistem
pengaman yang serumit atau selengkap seperti pada transformator distribusi primer.
Biasanya pada transformator distribusi sekunder cukup diamankan dengan sekring
cutout dan arrester atau surge diverter saja. Namun untuk transformator distribusi
primer dan saluran transmisi harus dilengkapi dengan relai-relai pengaman.

2. Ukuran transformator
Rating atau kemampuan transformator merupakan dasar pertimbangan yang
penting dalam perencanaan sistem pengaman. Ukuran transformator biasanya
diberikan dalam besaran rating tegangan dan daya, misalnya 15KV/150KV dengan
daya 100 MVA. Pertimbangan dari segi teknis, misalnya panas dan arus gangguan
hubung singkat yang timbul pada transformator. Gangguan itu bisa merupakan
hubung singkat antara kumparan maupun kumparan dengan tangki atau penghantar
dengan bodi. Hubung singkat tersebut tergantung juga pada rating transformator, baik
tegangan, daya maupun reaktansi-reaktansinya. Dilihat dari segi ekonomis, biaya
relai-relai pengaman tidaklah murah. Oleh karena itu, biaya pengaman harus
sebanding dengan kapasitas transformator yang diamankan.
3. Jenis pendinginan
Ada beberapa jenis pendinginan yang digunakan pada transformator tenaga,
antara lain pendingin dengan kipas untuk minyak bersirkulasi secara alamiah atau
secara paksa, pendinginan dengan air dan sejenisnya. Sistem pendinginan berfungsi
untuk menjaga agar suhu transformator, baik minyak transformator maupun kumparan
dapat dikendalikan pada suatu nilai tertentu. Panas yang berlebihan pada
transformator akan merusak isolasi kumparan dan bisa mengakibatkan hubung
singkat. Sistem pendingin yang digunakan pada transformator erat kaitannya dengan
pemakaian relai-relai suhu.
4. Lokasi pemakaian
Sistem jaringan tenaga listrik dimana transformator dipasang merupakan
faktor yang juga dipertimbangkan. Hal ini terutama berkaitan dengan kemungkinan
gangguan yang terjadi pada transformator. Pada daerah-daerah tertentu dimana sering
turun hujan yang disertai dengan sambaran petir perlu dilengkapi dengan piranti
pengaman pengalih surja/penangkal petir (arrester). Disamping itu pemakaian
pengaman transformator di daerah pedesaan tidak selengkap pemakaian transformator
di perkotaan, karena di perkotaan jaringan listriknya sudah demikian luas dan
kompleks sehinggan memerlukan selektivitas yang lebih tinggi.

5. Prioritas pelayanan
Untuk transformator yang melayani lokasi-lokasi strategis dan vital, misalnya
rumah sakit, gedung-gedung negara dan sebagainya, diperlukan sistem pengaman
yang sangat andal sehingga kemungkinan pemadamannya sangat kecil.

E. Gangguan pada Transformator


1. Gangguan Dalam
Gangguan dalam (internal faults) adalah gangguan yang disebabkan karena
adanya gangguan yang terjadi di dalam transformator, gangguan itu antara lain:
a) Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal yang dapat disebabkan oleh:
 Cara penyambungan konduktor yang tidak baik
 Kontak-kontak listrik yang tidak baik
 Kerusakan isolasi antara inti baut
b) Gangguan pada sistem pendingin Sebagaimana diketahui, banyak
transformator daya mempergunakan minyak transformator sebagai isolasi yang
sekaligus merupakan bahan pendingin. Suatu kenyataan adalah bahwa
terjadinya suatu gangguan atau kerusakan di dalam transformator, maka dalam
minyak itu akan terbentuk sejumlah gas.
c) Gangguan hubung singkat
Pada umumnya gangguan ini dapat dideteksi karena akan selalu timbul arus
maupun tegangan yang tidak normal/tidak seimbang. Jenis gangguan ini antara
lain, hubung singkat antar belitan, yaitu:
 Hubung singkat antara kumparan dengan tanah
 Hubung singkat dua fasa
 Kerusakan pada isolator transformator
2. Gangguan Luar
Jenis gangguan luar (external faults) ini dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :
a) Hubung singkat luar
Hubung singkat jenis ini terjadi di luar transformator daya, misalnya: hubung
singkat di bus, hubung singkat di feeder dan gangguan hubung singkat di
sistem yang merupakan sumber bagi transformator daya tersebut. Gangguan
ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang sangat besar, mencapai
beberapa ratus kali arus nominalnya.

b) Beban lebih (overload)


Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada beban
nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar 100 %, transformator
daya akan mendapat pemanasan lebih. Kondisi ini memungkinkan tidak segera
menimbulkan kerusakan pada transformator daya, tetapi apabila berlangsung
secara terus-menerus akan mengakibatkan umur isolasi bertambah pendek.
c) Keadaan beban lebih berbeda dengan keadaan arus lebih.
Pada beban lebih, besar arushanya kira-kira 10 % di atas nominal dan dapat
diputuskan setelah berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan pada arus
lebih, besar arus mencapai beberapa kali arus nominal dan harus secepat
mungkin diputuskan.

F. Piranti Pengaman pada Transformator


Sebagaimana diuraikan diawal bahwa sistem pengaman transformator akan berbeda
dari transformator yang satu dengan lainnya. Saat ini penulis akan membahas relai-relai
pengaman transformator tersebut, dapat kita pelajari sebagai berikut ini :
1. Relai Bucholz

Relai bucholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun


dari OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah dikedua pipa
tersebut dipasang relai bucholz. Relai bucholz berfungsi untuk mendeteksi
dan mengamankan gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas.
Selama transformator beroperasi normal, relai akan terisi penuh dengan
minyak. Pelampung akan berada pada posisi awal.
Bila terjadi gangguan yang kecil didalam tangki transformator,
misalnya hubung singkat dalam kumparan, maka akan menimbulkan gas. Gas
yang terbentuk akan berkumpul dalam relai pada saat perjalanan menuju tangki
konservator, sehingga level minyak dalam relai turun dan akan mengerjakan
kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level minyak transformator turun
secara perlahan-lahan akibat dari suatu kebocoran, maka pelampung atas akan
memberikan sinyal alarm dan bila penurunan minyak tersebut terus berlanjut,
maka pelampung bawah akan memberikan sinyal trip. Bila terjadi busur api
yang besar, kerusakan minyak akan terjadi dengan cepat dan timbul surja
tekanan pada minyak yang bergerak melalui pipa menuju ke relai Bucholz.
Pada dasarnya relai bucholz termasuk dalam kategori relai termis. Relai
ini digunakan untuk mendeteksi dan mengamankan transformator terhadap
gangguan didalam transformator yang menimbulkan gas. Gas yang timbul ini
diakibatkan oleh :
a) Hubung singkat pada kumparan
b) Busur listrik antar laminasi
c) Busur listrik akibat kontak yang kurang baik

2. Relai Suhu

a. Relay HV/LV Winding Temperature bekerja apabila suhu kumparan trafo


melebihi setting dari pada relai HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu
adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo. Urutan
kerja relai suhu kumparan/ winding ini dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alarm (winding temperature alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (winding temperature trip)
b. Relai HV/LV Oil temperature bekerja apabila suhu minyak trafo melebihi
setting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding
dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo. Urutan kerja relai suhu
minyak/ oil ini dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alarm (oil temperatur alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)

3. Relai Hubung Tanah


Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF) untuk
mengamankan transformator bila ada gangguan satu fasa ketanah didekat titik
netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele diferensial.
4. Relay Jansen
Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang
berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban
maupun variasi tegangan pada sistem masukannya (input). Tap changer
umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat
kumparan, dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan
minyak tangki utama. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila
terjadi gangguan pada sistem tap changer, digunakan pengaman yang biasa
disebut rele jansen (buchholtnya tap changer). Rele jansen dipasang antara
tangki tap changer dengan konservator minyak tap changer.

Prinsip kerja rele jansen, yaitu :


a. Rele buchholz tap changer (jansen) untuk mengamankan ruangan beserta
isinya dari diverter switch.
b. Rele jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi akibat
flash over antar bagian bertegangan atau bagian bertegangan dengan body
atau ada desakan aliran minyak karena gangguan eksternal.
c. Prinsipnya ada aliran minyak yang deras, ada tekanan minyak sehingga
ada minyak mengalir ke konservator, goncangan minyak yang cukup besar,
dan semua itu menyebabkan katup akan berayun dan megerjakan kontak
triping, akhirnya melepas gangguan.

5. Relai Relai Arus Lebih


Arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi
suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan. Relai arus lebih akan pick up jika besar arus melebihi
nilai setting. Pada proteksi transformator daya, relai arus lebih digunakan
sebagai tambahan bagi relai differensial untuk memberikan tanggapan
terhadap gangguan luar. Relai ini digunakan untuk mengamankan peralatan
terhadap gangguan hubung singkat antar fasa, hubung singkat satu fasa ke
tanah dan beberapa hal dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih.

6. Relai Diferensial

Relai diferensial berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap


gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam daerah pengaman
transformator. Relai ini merupakan pengaman utama (main protection)
yang sangat selektif dan cepat sehingga tidak perlu dikoordinir dengan relai
lain dan tidak memerlukan time delay. Prinsip dari relai ini yaitu
membandingkan arus yang masuk keperalatan dengan arus yang keluar dari
peralatan tersebut.
a. Relai deferensial dalam keadaan normal
Diferensial sebagai pengaman trafo
 Dalam keadaan normal arah Ip dan Is seperti pada gambar
 Disisi sekunder masing-masing CT, arus keluar dari terminal DOT
 Ip sama besar Is tapi arah berlawanan maka diferensial relai tidak
dialiri arus.

b. Gambar relai deferensial dalam keadaan gangguan


 Dalam keadaan gangguan arah Ip seperti pada dan hanya Ip.
 Disisi sekunder CTp, arus Ip keluar dari terminal DOT, dan
mengerjakan DIFF RY (Differensial Relai).
 Perhatikan terminal sekunder CTp dan Cts terhubung ke DIFF. RY
difasa yang berlawanan atau beda sudut 1800.

7. Relai Tekanan Lebih


Relai tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relai buchollz yaitu
mengamankan transformator dari gangguan internal. Bedanya relai ini
hanya bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang
disebabkan oleh hubung singkat.
 Tipe Membran
Plat tipis yag didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima
tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga
bila pecah harus diganti baru.
 Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain sedemikian
rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam transformator melebihi
tekanan pegas maka akan membuka dan membuang tekanan keluar
bersama-sama sebagian minyak. Katup akan menutup kembali apabila
tekanan didalam transformator turun atau lebih kecil dari tekanan pegas.

8. Pengaman Tangki Tanah


Berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat antara
fasa dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan.
Relai 51G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo
ketanah, kalu terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke tangki, arus yang
mengalir ketanah akan dideteksi relai arus lebih melalui CT. Relai akan
mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan kembali
kesistem melalui pembumian trafo.

9. Arrester

Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah.
Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan
system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja
arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh
kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan.
Selain melindungi perlatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga
merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system tenagan listrik. Bila
surja dating ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.

Anda mungkin juga menyukai