NIM : 2005031001
Kelas : EL – 6 A
Matkul : Pengaman Sistem Tenaga Listrik 2
Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memenuhi aspek
andal, aman dan akrab dengan lingkungan. Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh
sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenihi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengaman (protection system) yang
baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan kebutuhan sistem yang ada. Proteksi sistem tenaga
listrik merupakan perlindungan atau pengaman pemabangkitan (pembangkit tenaga listrik),
penyalur (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
B. Proteksi
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada
bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi
adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi
dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir
bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian listrik dengan
mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal dengan kondisi
abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu sistem proteksi
dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu :
1. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam gangguan
dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya. Sensitifitas
suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran penggerak saat
peralatan proteksi mulai beroperasi. Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan
dengan nilai minimum arus gangguan dalam daerah yang dilindunginya.
2. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang
harus diisolir apabila rele proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari
sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja. Diskriminatif berarti
suatu sistem proteksi harus mampu membedakan antara kondisi normal dan kondisi
abnormal. Ataupun membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam
atau di luar daerah proteksinya.
3. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan stabilitas
operasi.
4. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi sebagaimana
yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal bekerja pada saat
dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja.
5. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari pertimbangan
nilai ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis mungkin
dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya.
C. Tipe Proteksi
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main protection) dan
proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama dalah pertahanan utama dan akan
membebaskan gangguan pada bagian yang akan diproteksi secepat mungkin. Mengingat
keandalan 100 % tidak hanya dari perlindungan tetapi juga dari trafo arus, trafo tegangan dan
pemutus rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan pembantu
(auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi pembantu bekerja bila rele utama
gagal dan tidak hanya melindungi daerah berikutnya dengan perlambatan waktu yang lebih
lama dari pada relay utamanya.
D. Pertimbangan Pemilihan
Perencanaan sistem pengaman transformator harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut ini :
1. Jenis transformator yang diamankan
Jenis transformator sangat menentukan sistem pengaman yang harus
diterapkan. Jenis yang dimaksud disini adalah transformator daya untuk transmisi atau
saluran distribusi. Transformator saluran distribusi sekunder tidak memerlukan sistem
pengaman yang serumit atau selengkap seperti pada transformator distribusi primer.
Biasanya pada transformator distribusi sekunder cukup diamankan dengan sekring
cutout dan arrester atau surge diverter saja. Namun untuk transformator distribusi
primer dan saluran transmisi harus dilengkapi dengan relai-relai pengaman.
2. Ukuran transformator
Rating atau kemampuan transformator merupakan dasar pertimbangan yang
penting dalam perencanaan sistem pengaman. Ukuran transformator biasanya
diberikan dalam besaran rating tegangan dan daya, misalnya 15KV/150KV dengan
daya 100 MVA. Pertimbangan dari segi teknis, misalnya panas dan arus gangguan
hubung singkat yang timbul pada transformator. Gangguan itu bisa merupakan
hubung singkat antara kumparan maupun kumparan dengan tangki atau penghantar
dengan bodi. Hubung singkat tersebut tergantung juga pada rating transformator, baik
tegangan, daya maupun reaktansi-reaktansinya. Dilihat dari segi ekonomis, biaya
relai-relai pengaman tidaklah murah. Oleh karena itu, biaya pengaman harus
sebanding dengan kapasitas transformator yang diamankan.
3. Jenis pendinginan
Ada beberapa jenis pendinginan yang digunakan pada transformator tenaga,
antara lain pendingin dengan kipas untuk minyak bersirkulasi secara alamiah atau
secara paksa, pendinginan dengan air dan sejenisnya. Sistem pendinginan berfungsi
untuk menjaga agar suhu transformator, baik minyak transformator maupun kumparan
dapat dikendalikan pada suatu nilai tertentu. Panas yang berlebihan pada
transformator akan merusak isolasi kumparan dan bisa mengakibatkan hubung
singkat. Sistem pendingin yang digunakan pada transformator erat kaitannya dengan
pemakaian relai-relai suhu.
4. Lokasi pemakaian
Sistem jaringan tenaga listrik dimana transformator dipasang merupakan
faktor yang juga dipertimbangkan. Hal ini terutama berkaitan dengan kemungkinan
gangguan yang terjadi pada transformator. Pada daerah-daerah tertentu dimana sering
turun hujan yang disertai dengan sambaran petir perlu dilengkapi dengan piranti
pengaman pengalih surja/penangkal petir (arrester). Disamping itu pemakaian
pengaman transformator di daerah pedesaan tidak selengkap pemakaian transformator
di perkotaan, karena di perkotaan jaringan listriknya sudah demikian luas dan
kompleks sehinggan memerlukan selektivitas yang lebih tinggi.
5. Prioritas pelayanan
Untuk transformator yang melayani lokasi-lokasi strategis dan vital, misalnya
rumah sakit, gedung-gedung negara dan sebagainya, diperlukan sistem pengaman
yang sangat andal sehingga kemungkinan pemadamannya sangat kecil.
2. Relai Suhu
6. Relai Diferensial
9. Arrester
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah.
Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan
system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja
arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh
kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan.
Selain melindungi perlatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga
merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system tenagan listrik. Bila
surja dating ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.