Anda di halaman 1dari 31

PROTEKSI GARDU SISTEM

DISTRIBUSI

Gardu Sistem Distribusi

Secara garis besar pengusahaan Sistem Tenaga Listrik


dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu Sistem
Pembangkitan, Sistem Penyaluran (Transmisi & Gardu
Induk), dan Sistem Distribusi. Dengan demikian Sistem
Distribusi merupakan bagian akhir dari rangkaian
komponen pada sistem tenaga listrik.
Sistem Distribusi merupakan rangkaian komponen listrik
mulai dari sisi sekunder trafo gardu induk (sisi tegangan
Menengah) hingga sisi tegangan rendah di pelanggan/
konsumen.

Gardu Induk

Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Sekering T.M.
Trafo Distribusi

Rel T.R.
Sekering T.R.
Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Gardu Distribusi

Tiang
Sambungan Rumah

Pelanggan

Gambar 2-2 : Sistem Distribusi

Sesuai dengan gambar diatas maka bagian-bagian


utama sistem distribusi adalah :

Jaringan Tegangan Menengah (JTM 20 KV)


Gardu Hubung
Gardu Distribusi (Trafo)
Jaringan Tegangan Rendah (JTR 220/380 V)

2. Pengaman sistem distribusi


2.1. Pentanahan Sistem Distribusi

Ada empat pola pengaman sistem distribusi yang telah diterapkan di


lingkungan PLN. Perbedaan pola-pola tersebut didasarkan atas jenis
pentanahan sistem (pentanahan titik netral trafonya). Pada dasarnya
ada 4 macam macam pentanahan titik netral trafo yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Pentanahan dengan Tahanan Tinggi (High Resistance),


mengutamakan keselamatan umum, sehingga meskipun dengan
saluran udara masih layak memasuki daerah perkotaan.

Pentanahan Langsung (Solid Grounding) yaitu sistem distribusi


dengan pentanahan secara langsung, mengutamakan faktor ekonomi,
sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat dilaksanakan di luar
kota sampai ke daerah yang terpencil.

Pentanahan dengan Tahanan Rendah (Low Resistance),


dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dari kombinasi
antara faktor ekonomi dan keselamatan umum, dan jaringan
dapat mempergunakan saluran udara bagi daerah luar kota
maupun kabel bagi daerah padat dalam kota.

Pentanahan Mengambang / tidak ditanahkan /Floating, untuk saat


ini sudah tidak digunakan di PLN karena ketika terjadi gangguan
tanah arus gangguan terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh
relai proteksi.

Pola Pengaman Sistem Distribusi


Pola I , untuk sistem distribusi dengan pentanahan tahanan
tinggi :

Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan


pentanahan Netral melalui tahanan tinggi 500 ohm.
Karena tahanannya tinggi, maka arus gangguannya
rendah.
Diperlukan rele yang sensitif untuk dapat
mendeteksi arus gangguan yang kecil.
Pola ini diterapkan di Jawa Timur.

Proteksi terpasang:

PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :

- OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.


- Directional Ground Fault Relay (DGFR) untuk
membebaskan gangguan fasa-tanah.

PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL)


jenis Fuse Cut Out (FCO).

Pengaman Sistem Distribusi Pola I

Pola II , untuk sistem distribusi dengan


Pentanahan Langsung :

Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 4 kawat dengan


pentanahan Netral secara langsung.
Kawat Netral ditanahkan di setiap tiang sepanjang
JTM dan JTR, dipergunakan sebagai netral
bersama TM & TR (Common Neutral).
Karena tahanannya sangat kecil, maka arus
gangguannya besar, sehingga diperlukan rele yang
dapat bekerja dengan cepat.
Pola ini diterapkan di Jawa Tengah dan DIY.

S
N

Pentanahan Langsung pada Sistem Distribusi

Proteksi terpasang :

PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :

OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.


GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.

PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL)


jenis FCO

Pola 1 menggunakan DGFR, Pola 2 dengan GFR

Solid Grounding

Pengaman Sistem Distribusi Pola II

Pola III, untuk sistem distribusi dengan


Pentanahan Tahanan Rendah

Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan


pentanahan Netral melalui tahanan rendah 40 ohm
untuk SUTM atau 12 Ohm untuk SKTM.
Pola ini diterapkan di Jawa Barat, DKI dan Luar
Jawa.
Karena tahanannya relatif rendah, maka arus
gangguannya relatif tinggi, sehingga diperlukan rele
yang dapat bekerja dengan cepat.

Proteksi terpasang:

PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder)


dilengkapi dengan :
OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.
PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman
Lebur (PL) jenis Fuse Cut Out (FCO).
Pada sistem Spindle dengan saluran kabel,
pengamannya dengan rele arus lebih tanpa penutup
balik (atau di blok) dan atau pelebur.

Pola IV , untuk sistem distribusi dengan


Pentanahan Mengambang
Sistem distribusi 6 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
pentanahan mengambang atau netral tidak
ditanahkan (Floating).
Pola ini pernah ada dan terakhir diterapkan di
Sulawesi dan Sumatera Selatan/ Jambi. Karena
sistem 6 KV telah diganti menjadi 20 KV, maka pola
IV ini sudah tidak dikembangkan lagi.

Fuse / pengaman lebur.


Fuse atau Pengaman Lebur (PL) berfungsi sebagai
pengaman pada sistem distribusi terhadap arus
gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi atau
trafo distribusi.
Letak pemasangan Fuse / Pengaman Lebur :
Percabangan JTM / Branch Line
Sisi primer trafo pada Gardu Distribusi Tiang /
Tembok.
Prinsip Kerja Pengaman Lebur
Jika arus yang melewati Pengaman Lebur melebihi
nilai arus rating nominal dari Pengaman Lebur maka
elemen lebur akan panas dan terus meningkat jika
telah mencapai titik leburnya maka elemen akan
melebur.

Konstruksi Pengaman Lebur


Pengaman Lebur yang banyak digunakan
pada jaringan distribusi adalah jenis letupan
dengan konstruksi type Fuse Cut Out (FCO)
Fuse tersebut tidak dilengkapi dengan alat
peredam busur api, sehingga bila digunakan
untuk daya yang besar maka fuse tidak
mampu meredam busur api yang timbul pada
saat terjadi gangguan akibatnya timbul
ledakan. Karena itu fuse ini dikategorikan
sebagai pengaman jenis letupan.

Gambar 2-10 : Konstruksi Fuse Cut Out

Karakteristik Fuse / Pengaman Lebur


Ada dua tipe Karakteristik fuse yang banyak
digunakan yaitu :
Fuse Link tipe pemutusan cepat ( K )
Fuse Link tipe pemutusan lambat ( T ).
Perbedaan antara kedua tipe ini terletak pada
kecepatan pemutusannya.

a : Karakteristik Fuse Link Tipe K.

b : Karakteristik Fuse Link Tipe T.

PBO dan SSO


Penutup balik otomatis (PBO)
PBO (Recloser) adalah PMT yang dilengkapi dengan peralatan
kontrol dan relai penutup balik. Relai penutup balik adalah relai
yang dapat mendeteksi arus gangguan dan memerintahkan PMT
membuka (trip) dan menutup kembali. PBO dipasang pada
SUTM yang sering mengalami gangguan hubung singkat fasa ke
tanah yang bersifat temporer. Fungsi PBO adalah :
Menormalkan kembali SUTM yang trip akibat gangguan
temporer.
Pengaman seksi pada SUTM agar dapat melokalisir daerah
yang terganggu.

Jenis-jenis Reclosing relay.


Berdasarkan tipe perintahnya, reclosing relay
dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
1. Single-shot Reclosing Relay
Relai hanya dapat memberikan perintah reclosing
ke PMT satu kali dan baru dapat melakukan
reclosing setelah blocking time terakhir.
Bila terjadi gangguan pada periode blocking time,
PMT trip dan tidak bisa reclose lagi (lock out).
CloseTrip-Dead Time-Bloking Time-Waktu Relai
Lock Out

Waktu Relai

Close

Look Out
Bloking Time
Trip

Dead Time

Single shot reclosing relay

2. Multi Shot Reclosing Relay.


Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke
PMT lebih dari satu kali. Dead time antar reclosing
dapat diatur sama atau berbeda..
Bila terjadi gangguan , relai OCR/GFR memberikan
perintah trip ke PMT. Pada saat yang sama juga
mengerjakan (mengenergizing) Reclosing relay.
Setelah dead time t1 yang sangat pendek ( kurang
dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose ke
PMT.

Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali


dan reclosing relai akan melakukan reclose yang
kedua setelah dead time t2 yang cukup lama
(antara 15- 60 detik).
Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip
kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose
yang ke tiga setelah dead time t3 .
Bila gangguannya juga masih ada dalam periode
blocking tR, maka PMT akan trip dan lock out.
Penggunaan multi shot reclosing harus disesuaikan
dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT.

Gambar 2-16 : Diagram waktu kerja Multi Shot Reclosing Relai

Keterangan gambar : t1 = dead time dari reclosing pertama


t2
= dead time dari reclosing kedua
t3
= dead time dari reclosing ketiga
tR 1 = blocking time dari reclosing pertama
tR 2 = blocking time dari reclosing kedua
tR 3 = blocking time dari reclosing ketiga

Sifat-sifat PBO
PBO mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Operasi cepat (fast tripping): untuk antisipasi
gangguan temporer.
Operasi lambat (delayed tripping) : untuk koordinasi
dengan pengaman di hilir.
Bila gangguan telah hilang pada operasi cepat
maka PBO akan reset kembali ke status awal. Bila
muncul gangguan setelah waktu reset, PBO mulai
menghitung dari awal.
Repetitive : reset otomatis setelah recloser success.

Non repetitive : memerlukan reset manual


(bila terjadi gangguan permanen dan bila
gangguan sudah dibebaskan).
PBO atau Recloser adalah relai arus lebih
sehingga karakteristik PBO dan OCR adalah
sama (lihat karakteristik OCR).

Anda mungkin juga menyukai