Keterangan
Dalam mengambil pendistribusian kita hanya mengambil beberapa sampel saja yaitu
5 tiang, sebelah selatan gardu distribusi 3 tiang, sebelah barat 2 tiang.
Dari gardu distribusi ke selatan hanya ada 3 tiang, dikarenakan memang
hanya ada sedikit konsumen yang ada di area tersebut. Dan 2 tiang ke barat.
TABEL HASIL SURVEI
1. Sambungan SUTM
Besar arus sambungan SUTM menuju ke saluran distribusi sisi primer
dihitung berdasrkan daya trafo yang terpasang. Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada
1
daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen, ciri utama
jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator
pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus
diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak
aman minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar
Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia.
penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half
insulated single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap
tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan
temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.
Seperti pada gambar 1 terdapat 3 buah isolator jenis isolator pasak. Isolator
pasak merupakan isolator yang pertama kali dirancang sebagai penopang penghantar
saluran. Isolator ini banyak digunakan pada jaringan distribusi tegangan menengah
sebagai penyangga konduktor. Isolator pa`sak terdiri dari satu atau beberapa lapisan
petticoats (rain sheed) yang di semen, dipasang pada poros crossarm.
2
Pada gambar 1.1 terdapat juga 3 buah laightning arrester (LA). LA ini
digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap gangguan tegangan lebih/terkena petir.
LA dipasang setelah CO. Lightning Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik
terhadap tegangan lebih, yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching
surge). Alat ini bersifat sebagai by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan dan
mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan
tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. By-pass ini
harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem frequensi 50
Hz. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan
surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah, sehingga
dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dapat
dengan cepat kembali menjadi isolasi. By-pass ini harus sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu aliran daya sistem frequensi 50 Hz.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan surja alat
ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah, sehingga dapat
mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dapat
dengan cepat kembali menjadi isolasi.
3
Arrester melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih
yang disebabkan petir atau surja hubung, maka pada umumnya arrester dipasang pada
ujung SUTT yang memasuki Gardu Induk. Di Gardu Induk besar adakalanya pada
trafo dipasang arrester untuk menjamin terlindungnya trafo dan peralatan lainnya dari
tegangan lebih tersebut.
3. Cut Out
Cut Out berfungsi sebagai operasi dan sebagai unit trafo, cara kerjanya sebagai
berikut:
4
yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau beban lebih (over load).
Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan
pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-station). Akan
tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang sama dengan pemutus beban
tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam
satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut
out sebanyak tiga buah
Prinsip Kerja
Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip kerja
melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya
Fuse Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi feeder dari
gangguan hubung singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang dilindunginya,
Fuse Cut Out juga sering ditemukan pada setiap transformator. Penggunaan fuse cut
out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan distribusi. Karena fuse
cut out boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki penampang
disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir di
dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini
didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar
(conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan
tersebut. Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat
perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahan –
bahan tersebut. Pada umumnya diantara kawat diatas, yang sering digunakan adalah
kawat logam perak, hal ini karena logam perak memiliki Resistansi Spesifik
(µΩ/cm) yang paling rendah dan Titik Lebur (oC) yang rendah. Kawat ini
dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai
pemadam busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga
arus mengalir melaluinya.
Oleh karena itu, pemasangan fuse cut out pada jaringan distribusi hendaknya
yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang
tiga sampai lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya
5
ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi, dan pengaman pada
cabang–cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder
4. Transformator
Fungsi transformator adalah untuk menurunkan tegangan umumnya 20kv
menjadi 220v dan disalurkan ke konsumen. Tranformator merupakan bagian paling
penting dalam jaringan distribusi. Transformator/ Transformer / Trafo adalah suatu
peralatan listrik yang termasuk dalam klasifikasi mesin listrik statis dan berfungsi
untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya, dengan frekuensi sama.
Dasar dari teori transformator adalah sebagai berikut :“Apabila ada arus listrik
bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan
berubah menjadi magnit dan apabila magnit tersebut dikelilingi oleh suatu belitan
maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan mengelilingi
magnit, sehingga akan timbul gaya gerak listrik (GGL)”.
6
Gambar 4. tranformator pada jaringan distribusi
5. Isolator
Pada gambar 5 ada 3 buah isolator ,yaitu isolator pasak. Isolator ini berfungsi
untuk menompang kawat penghantar jaringan pada tiang-tiang listrik yang digunakan
untuk memisahkan secara elektris dua buah kawat atau lebih agar tidak terjadi
kebocoran arus (leakage current) atau loncatan bunga api (flash over) sehingga
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sistem jaringan tenaga listrik.
Isolator Jenis Pasak (pin type insulator). Isolator jenis pasak (pin type
insulator), digunakan pada tiang-tiang lurus (tangent pole) dan tiang sudut (angle
pole) untuk sudut 5° sampai 30°. Banyak terbuat dari bahan porselin maupun bahan
gelas yang dibentuk dalam bentuk kepingan dan bagian bawahnya diberi suatu pasak
(pin) yang terbuat dari bahan besi atau baja tempaan.
7
Gambar 5. Isolator
Tiap kepingan diikatkan oleh suatu bahan semen yang berkualitas baik. Bentuk
kepingan dibuat mengembang ke bawah seperti payung, untuk menghindarkan air
hujan yang menimpa permukaan kepingan secara mudah. Banyaknya kepingan
tergantung pada kekuatan elektris bahan kepingan. Biasanya jumlah kepingan ini
maksimum lima buah. Isolator pasak yang mempunyai satu keping, biasanya
digunakan untuk jaringan distribusi sekunder pada tegangan 6 kV ke bawah yang
terbuat dari bahan gelas atau porselin. Untuk jaringan distribusi primer biasanya
terdiri dari dua keeping yang terbuat dari bahan porselin. Isolator jenis pasak ini
banyak digunakan pada tiang-tiang lurus (tangent pole) dengan kekuatan tarikan
sudut (angle tensile strenght) hingga 10°. Kawat penghantar jaringan diletakkan di
bagian atas untuk posisi jaringan lurus, sedangkan untuk jaringan dengan sudut
dibawah 10° kawat penghantarnya diikatkan pada bagian samping agar dapat
memikul tarikan kawat.
Kekuatan tarik isolator jenis pasak ini lebih rendah bila dibandingkan dengan
isolator jenis gantung, karena kekuatan isolator jenis pasak ini ditentukan oleh
kekuatan pasaknya terhadap gaya tarikan kawat penghantar. Pemasangan isolator
jenis pasak ini direncanakan pada puncak tiang maupun pada palang kayu (cross-arm)
yang disekrupkan pada isolator tersebut. Pemasangan isolator jenis pasak pada tiang
kayu saluran satu fasa yang memiliki sudut : 0° sampai 5°, dan sudut 5° sampai 30°,
8
serta untuk saluran tiga fasa dengan sudut 0° sampai 5°, dan untuk sudut 5° sampai
30°.
Isolator jenis pasak banyak digunakan karena :
1. lebih banyak jaringan dibuat lurus
2. sudut saluran dibuat kurang dari 15°
3. isolator jenis gantung lebih mahal dari isolator jenis pasak
4. konstruksi tiang dibuat dengan cross-arm (travers) lebih
5. menonjolkan ke luar sudut.
6. Unit PHB – TR
Perlengkapan Hubung Bagi jaringan distribusi tegangan rendah, PUIL
mensyaratkan sebagai berikut:
o Satu proteksi arus pada sirkit keluar atau kombinasi proteksi dan
sakelar (MCB atau MCCB).
o Arus minimal sakelar masuk minimal sama besar dengan arus nominal
penghantar masuk atau arus maksimal beban penuh.
o
C.
9
o Pemasangan rel telanjang harus sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan jarak 5 cm + 2/3 kV dari system tegangan nominal.PHB-
TR adalah suatu perlengkapan listrik yang berfungsi sebagai
pengendali, penghubung dan melindungi, serta membagi tenaga dari
sumber tenaga listrik ke suatu beban atau pemakai.
7. Tiang Beton
Tiang ini lebih mahal dari tiang kayu , tapi lebih murah dari tiang baja, dan
berumur lebih lama, maka dari itu PLN memakai tiang beton ini, untuk jaringan
distribusi di pelosok pelosok indonesia. Tiang beton atau tiang listrik yang terbuat
dari beton (concret/semen), tiang listrik beton dapat dikategorikan sebagai barang
elektrikal karena memang fungsinya untuk tiang listrik penyangga untuk peralatan
listrik tegangan menengah, seperti misalnya cross arm (palang), pin post insulator,
conductor (A3C), strain insulator atau sering disebut sebagai penyangga kabel GSW
10
(Ground Steel Wire), karena memang fungsinya demikian untuk penyangga
conductor GSW. Disamping kuat dan kokoh serta harga yang sangat murah sehingga
menjadikan tiang beton sangat favorite di kalangan pemain kontraktor listrik,
terutama adalah bahannya yang tahan terhadap korosi dan tidak mudah keropos
dimakan usia.
11
7. Tiang Listrik Beton – Concrete Pole – 11 Meter – 350 daN
8. Tiang Listrik Beton – Concrete Pole – 11 Meter – 350 daN + E
9. Tiang Listrik Beton – Concrete Pole – 12 Meter – 200 daN
10. Tiang Listrik Beton – Concrete Pole – 12 Meter – 200 daN + E
11. Tiang Listrik Beton – Concrete Pole – 12 Meter – 350 daN
12. Tiang Listrik Beton – Concrete Pole – 12 Meter – 350 daN + E
13. Tiang Listrik Beton – Concrete Pole – 13 Meter – 350
8. Tempat pemeliharaan
Tempat ini digunakan apabila ada suatu kerusakan pada jaringan distribusi
terutama tranformator ataupun yang lain, tempat ini menjadi pijakan para maintanine
untuk memeperbaikinya. Pemeliharaan jaringan distribusi pada hakekatnya
merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa
suatu sistem / peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat
dan aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat umum. Keberhasilan
pemeliharaan sangat tergantung dari perencanaan, pelaksanaan dan ketersediaan dana
dan material.
Kinerja peralatan jaringan distribusi yang telah beroperasi dalam kurun waktu
tertentu pada umumnya akan menurun. Penurunan kinerja ini dapat disebabkan oleh
faktor eksternal seperti cuaca, polusi , pengaruh lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan
faktor internal antara lain adalah faktor penuaan serta penurunan kualitas komponen
akibat beban lebih atau arus hubung singkat .
9. Grounding
Pada tiap gardu trafo tiang terdiri 2 jenis grounding diantaranya :
Grounding Arrester : untuk menyalurkan arus ke tanah disebabkan oleh
tegangan lebih karena sambaran petir dan switcing.
Grounding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang
sehat bila terjadi gangguan satu phasa ketanah maupun yang disebutkan beban
tidak seimbang.
12
Gambar 8. Grounding
Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 kV harus selalu diketanahkan
karena untuk menjaga kemungkinan terjadinya kegagalan yang sangat besar oleh
tegangan transient yang lebih tinggi yang disebabkan oleh busur tanah. Kriteria
pentanahan adalah sebagai berikut :
Pentanahan ini bersifat langsung tanpa impedansi khusus untuk sistem 3 phase
4 kawat dengan menggabungkan antara kawat netral dengan grounding. Begitu pula
dengan trafo distribusi 20 kV yang terpasang pada jaringan, titik netral dari trafo
tersebut dihubungkan langsung secara elektris ke tanah dengan tahanan tanah harus
rendah (antara 0.5 – 5 Ohm). Sistem pentanahan ini mengandalkan nilai besarnya
tahanan pengetahanan (makin kecil tahanan pentanahan makin baik) yang
dipengaruhi oleh bahan dari elektroda pentanahannya. Sistem ini banyak dipakai PLN
wilayah Jawa Tengah.
Tahanan Rendah
13
Pentahanan dengan tahanan rendah yaitu antara 12 Ohm sampai 40 Ohm yang
dipakai pada saluran kabel udara tegangan menengah atau kabel tanah untuk sistem 3
phase dan 3 kawat dengan arus gangguan maksimum 1000 A. Sistem pentanahan ini
banyak dipakai PLN wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Tahanan Tinggi
Pentanahan dengan tahanan tinggi yaitu sebesar 500 Ohm dan arus gangguan
maksimal 25 A yang dipakai pada saluran tegangan menengah 20 KV untuk sistem 3
phase dan 3 kawat. Sistem pentanahan ini dipakai PLN wilayah Jawa Timur.
Pentanahan peralatan adalah pentanahan bagian dari peralatan yang pada kerja
normal tidak dialiri arus. Bila terjadi hubung singkat suatu penghantar dengan suatu
peralatan akan terjadi beda potensial. Yang dimaksud peralatan disini adalah bagian-
bagian yang bersifat konduktif seperti body trafo.
14