Anda di halaman 1dari 6

4.

1 Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum, praktikan diharapkan mampu :
1. Mengetahui dan memahami gambar konstruksi dan standar persyaratan pemasangan
Fuse Cut Out (FCO)
2. Mengetahui alat dan dan bahan sesui standar yang digunakan saat pemasangan Fuse Cut
Out).
3. Memahami spesifikasi dari komponen Fuse Cut Out (FCO).
Melakukan pemasangan Fuse Cut Out (FCO) sesuai dengan persyaratan yang ada.

4.2 Dasar Teori

A. Jenis Gangguan Pada Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga lsitrik yang paling
dekat dengan pelanggan/ konsumen. Ditinjau dari volume fisiknya jaringan dis-
tribusi pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan jaringan transmisi dan
jumlah gangguannya (sekian kali per 100 km pertahun) juga paling tinggi
dibandingkan jumlah gangguan pada saluran- saluran transmisi. Jaringan distribusi
seperti diketahui terdiri dari jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) dan
jaringan distribusi tegangan rendah (JTR). Jaringan distribusi tegangan menengah
mempunyai tegangan antara 3 kV sampai 20 kV. Pada saat ini PLN hanya
mengembangkan jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. Jaringan distribusi
tegangan menengah sebagian besar berupa saluran udara tegangan menengah dan
kabel tanah. Pada saat ini gangguan pada saluran udara tegangan menengah ada
yang mencapai angka 100 kali per 100 km per tahun. Sebagian besar gangguan
pada saluran udara tegangan menengah tidak disebabkan oleh petir melainkan oleh
sentuhan pohon, apalagi saluran udara tegangan menengah banyak berada di dalam
kota yang memiliki bangunan-bangunan tinggi dan pohon-pohon yang lebih tinggi
dari tiang saluran udara tegangan menengah. Hal ini menyebabkan saluran udara
tegangan menengah yang ada di dalam kota banyak terlindung terhadap sambaran
petir tetapi banyak diganggu oleh sentuhan pohon. Hanya untuk daerah di luar kota
selain gangguan sentuhan pohon juga sering terjadi gangguan karena petir.
Gangguan karena petir maupun karena sentuhan pohon ini sifatnya temporer
(sementara), oleh karena itu penggunaan penutup balik otomatis (recloser) akan
mengurangi waktu pemutusan penyediaan daya (supply interupting time).
Perlindungan sistem distribusi meliputi :
1. Gangguan hubung singkat
a. Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2 fase)
atau 1 fase ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
b. Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo,
generator, (tembusnya isolasi).
c. Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover
dengan pohon, tertiup angin
2. Gangguan beban lebih
Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang
melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan
gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat
merusak peralatan.
3. Gangguan tegangan lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada
saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan
lebih ini dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu:
a. Tegangan lebih power frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan
pada AVR atau pengatur tap pada trafo distribusi.
b. Tegangan lebih surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir.

Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan
berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat.
Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada gangguan
hubung singkat dan peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi
gangguan hubung singkat ini.

B. Fuse Cut Out (FCO)


Fuse merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari komponennya
yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu, membuka rangkaian
dimana pelebur tersebut terpasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu
nilai tertentu dalam waktu yang cukup. Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman
yang melindungi jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir
melebihi dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau
beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-
station).

Gambar 1. Pengaman Fuse Cut Out


Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang sama dengan pemutus beban
tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu
alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak
tiga buah.

Prinsip Kerja

Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip kerja melebur,
apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya Fuse Cut Out
dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan hubung
singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang dilindunginya, Fuse Cut Out juga sering
ditemukan pada setiap transformator. Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang
terlemah di dalam jaringan distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa
sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum
yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan
pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya
hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan
tersebut. Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat perak,
kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahan – bahan tersebut.
Pada umumnya diantara kawat diatas, yang sering digunakan adalah kawat logam perak,
hal ini karena logam perak memiliki Resistansi Spesifik (μΩ/cm) yang paling rendah dan
Titik Lebur (°C) yang rendah. Kawat ini dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi
dengan pasir putih sebagai pemadam busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada
kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya.

Tabel 1. Titik Lebur Fuse Link


Titik Lebur Resistransi Spesifik
No Jenis Logam
(°C) (µΩ/cm)

1 Tembaga 1090 1,7

2 Alumunium 665 2,8

3 Perak 980 1,6

4 Timah 240 11,2

5 Seng 419 6,0

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak di dalam
tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat dihentikan. Pada waktu
kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh pasir yang berada di dalam
tabung porselin. Karena udara yang berada di dalam porselin itu kecil maka kemungkinan
timbulnya ledakan akan berkurang karena diredam oleh pasir putih. Panas yang
ditimbulkan sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak
menjadi lumer karena tenaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan
hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar dari
kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai saklar pemisah,
maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban lebih atau arus
hubung singkat. Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus
yang melalui fuse cut out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out lebih
pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada jaringan distribusi hendaknya yang
memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai
lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai
pengaman tansformator distribusi, dan pengaman pada cabang – cabang saluran feeder
yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.

4.3 Daftar Alat dan Bahan


4.4 Gambar Kontruksi

Gambar . Kontruksi Fuse Cut Out


Keterangan :

1. Isolator Porselin
2. Kontak Tembaga
3. Alat Pemadam/Pemutus
Busur
4. Tutup Yang Dapat dilepas
5. Mata kait
6. Tabung pelebur
7. Penggantung
8. Klem pemegang
9. Klem terminal

Gambar . Kontruksi Fuse Cut Out

4.5 Prosedur Kerja


1. Pelajari petunjuk praktikum
2. Pahami gambar konstruksi secara detail
3. Laksanakan praktikum pemasangan FCO
4. Periksa hasil kerja
5. Laporan praktikum

4.6 Langkah Kerja


1. Berdoa sebelum memulai praktikum
2. Pelajari gambar konstruksi secara seksama, serta spesifikasi teknis serta syarat - syarat
pemasangan.
3. Order alat dan bahan di store sesuai dengan yang dibutuhkan.
4. Gunakan APD seperti sarung tangan, helm dan sabuk pengaman sebagai jaminan K3.
5. Pastikan bekerja dalam kondisi yang baik untuk menghindari kecelakaan kerja.
6. Periksa kondisi dan letak kedudukan masing – masing komponen.
7. Lepas schoen kabel pada terminal Fuse Cut Out (FCO)
8. Lepas dan ganti penghantar AAAC 70 mm2 sebagai berikut:
 Potong kabel AAAC 70 mm2 sesuai ukuran untuk konektor antara FCO dan Arrester
 Pasang schoen kabel pada bagian yang diperlukan dengan menggunakan tang press
hidrolik.
9. Lepas dan turunkan Fuse tabung pada FCO untuk diperiksa kelayakannya.
10. Periksa keadaan fuse tabung dan fuse link.
11. Pasang fuse tabung pada FCO.
12. Pasang schoen kabel pada terminal FCO.
13. Pasang jumper pada terminal antara FCO dan Arrester.
14. Pastikan FCO dapat terbuka dan terpasang kembali.
15. Lakukan pengecekkan jarak antara masing – masing FCO dan penghantarnya agar
dalam keadaan rapi dan keadaan kuat.
16. Pastikan semua sambungan telah tersambung dengan baik dan terpasang rapi.
17. Mintalah instruktur untuk mengecek rangkaian.
18. Kembalikan alat dan bahan yang sudah dijelaskan
19. Bersihkan lokasi kerja.
20. Berdoa bersama setelah selesai praktikum.

Anda mungkin juga menyukai