DISUSUN OLEH :
2005
1
I. PENDAHULUAN
Alat pelindung yang paling umum digunakan adalah : penangkap petir (arrester). Alat ini
dihubungkan antara kawat phasa dengan tanah pada gardu, dengan tujuan menyalurkan
tegangan lebih tinggi ke tanah sampai pada batas aman untuk peralatan.
Jika sebuah gelombang mencapai arrester akan terjadi tembus pada tegangan tertentu (UA)
dan arus akan melalui impedansi rendah ke tanah. Jika arus terpa telah lalu dan tegangan
kembali normal, maka impedansi ini harus menjadi besar.
UA
U
R L
t
F
U
i R (i)
t
F = sela berlapis
R(i) = tahanan tergantung arus
UA = tegangan tembus dari sela
= tegangan kerja arrester
* Untuk mencegah gelombang petir tembus melalui permukaan isolator, maka tegangan tembus
dari sela batang harus diset 20% lebih rendah dari tegangan tembus impuls (Impuls spark over)
dari isolator.
* Jarak antara sela dengan isolator tidak boleh kurang dari 1/3 jarak sela untuk mencegah bunga
api bergerak ke arah isolator.
Sela batang tergantung pada tegangan operasi dari sistem.
TEGANGAN SELA
d
SISTEM (kV) (cm)
s
33 23
66 35
132 65
275 123
Walaupun sela batang sangat murah dan sederhana, tetapi sela ini mempunyai batasan-
batasan dalam penggunaannya, sebagai berikut :
1. Sela batang tidak berfungsi jika gelombang datang mempunyai muka yang curam.
2. Sela batang tidak bisa memotong arus ikutan (follow current).
Bunga api terjadi karena terionisirnya udara diantara elektroda batang akibat adanya beda
tegangan yang tinggi. Oleh karena itu kekuatan isolasi (insulation strength) pada sela
udara menjadi turun.
Sela yang tadinya dapat menahan tegangan dari frekuensi jala-jala hingga misalnya 30 kV
maka setelah terjadinya bunga api turun menjadi 50 V. Sehingga arus sistem akan ikut
mengalir ke tanah. Akibatnya pemutus daya (circuit breaker) akan bekerja untuk
menghilangkan gangguan. Untuk menutup CB kembali diperlukan waktu yang cukup untuk
proses de-ionisasi diantara sela setelah matinya bunga api.
3
3. Sela batang dapat meleleh akibat energi panas dengan temperatur tinggi yang dilepas
melalui bunga api. Karena tingginya muatan listrik (Q) dari terpa maka pada sistem
tegangan tinggi diperlukan material-material dengan kekuatan isolasi yang tinggi.
4. Karakteristik tembus dari sela batang sangat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti ;
kelembaban, temperatur, tekanan, dan lain-lain.
5. Sela batang sedikit banyak juga dipengaruhi oleh polaritas dari terpa. Sela batang
merupakan jenis pemotong petir yang paling sederhana karena itu tidak dapat diandalkan
sebagai pelindung utama terhadap terpa petir pada sistem tenaga listrik dimana prioritas
pelayanan daya dan perlindungan peralatan sangat diutamakan.
Namun demikian sela batang tetap digunakan sebagai pelindung tambahan karena harganya
murah.
Modifikasi daripada sela batang adalah :
- Sela Sikring (Fused Gap); adalah sela batang yang dilengkapi sikring yang terhubung seri
untuk memutus follow current sehingga CB tidak perlu membuka.
Tetapi tetap mempunyai karakteristik tembus yang sama dengan sela btang, dan
memerlukan perawatan dan penggantian dari sikring.
- Sela Control (Control Gap) terdiri dari susunan dua buah sela untuk mendekati karakteristik
dari sela bola, yang mempunyai karakteristik V - T yang lebih baik. Dapat digunakan dengan
atau tanpa sikring. Jenis ini tetap dimasukkan ke dalam kelas sela batang.
Setiap kawat phasa mempunyai tabung pelindung. Pada waktu tegangan terpa melalui sela
batang dan sela bunga api maka impedansi tabung akan menjadi rendah sehingga arus terpa
dan arus sistem dapat mengalir ke tanah.
Tegangan diantara terminal hantaran dengan tanah turun setelah tembus terjadi. Karena tabung
melalukan arus maka terdapat tegangan bunga api pada tabung yang sedikit menghalangi
mengalirnya arus.
Bagaimanapun arus yang mengalir akan membakar fiber dan menghasilkan gas yang bergerak
cepat kearah lubang pembuangan di bagian bawah arrester. Tekanan gas ini akan mematikan
bunga api pada saat arus melalui titik nol pertamanya. Waktu pemadaman busur api ini hanya
1/2 atau satu cyle sehingga R.R.V (rate of Recoreving Voltage) lebih lambat dari rate of rise
kekuatan dielektrik dari isolasi.
4
HANTARAN
SELA
BATANG
TABUNG
BUNGA API
LUBANG KELUAR
GAS
Beda waktu ini cukup pendek untuk dapat dibaca oleh rele pelindung sehingga Cb tetap bekerja
(tertutup) dan pelayanan daya tidak terganggu. Segera setelah gas ditekan keluar dan api
menjadi padam sistem dapat bekerja kembali dengan normal.
Namun Expulsion diambil dari cara kerja arrester ini yang membuang gas keluar melalui lubang.
Jenis ini lebih baik dari tegangan normal sistem.
Kerugiannya :
- Terbatas pada sistem yang mempunyai besar arus sistem kurang 1/3 dari besarnya arus
terpa.
Karena arus yang sangat besar akan menyebabkan fiber habis terbakar dan arus
yangterlalu kecil tidak mampu menghasilkan cukup gas pada tabung untuk mematikan
busur api.
- Karena setiap arrester bekerja, permukaan tabung akan rusak karena terbakar maka
arrester ini mempunyai batasan pada jumlah operasinya dimana arrester ini masih dapat
berfungsi dengan baik.
- Walaupun termasuk pemotong terpa yang murah karena kemampuannya memotong arus
ikutan, namun sama sekali tidak cocok untuk perlindungan peralatan-peralatan gardu yang
mahal, karena V - T karakteistiknya yang buruk.
Pemakaian :
- Umumnya tabung pelindung dipakai untuk melindungi isolator transmisi. V - T karakteristik
dari arrester ini lebih datar daripada isolator, sehingga a dapat dengan mudah
dikoordinasikan untuk melindungi isolator dari tembus permukaan.
- Dipakai pada tiang transmisi sebelum memasuki gardu untuk memotong besar arus terpa
yang datang, sehingga berfungsi mengurangi kerja dari arrester di gardu.
- Pada trafo-trafo kecil di pedesaan, dimana pemotong petir jenis katup (valve type arrester)
sangat mahal dan pemakaian sela batang dapat memberikan perlindungan yang cukup.
- Pada tiang transmisi tertentu yang sangat tinggi (misalnya penyebrangan sungai) dimana
kemungkinan disambar petir cukup tinggi.
Jenisnya :
- Jenis transmisi (Transmission Line Type) digunakan pada jaringan transmisi untuk
melindungi isolator.
- Jenis distribusi (Distribution Type) digunakan untuk melindungi trafo pada jaringan-jaringan
distribusi dan peralatan-peralatan distribusi.
5
Suatu study dari AIEE menyatakan bahwa arrester ini sangat baik digunakan untuk sistem
dibawah 33 kV.
Tegangan sisa
karakteristik
statis
Karakteristik
dinamis
UR
Sebelum terpa mencapai trafo, terpa akan melalukan petir, setelah 0.25 s tegangan terpa
akan mencapai harga tegangan tembus sela, sehingga penangkap petir akan bekerja.
Tegangan terpa yang naik dengan cepat ini akan menyebabkan elemen non linier mempunyai
harga tahanan yang rendah sehingga memungkinkan energi dari terpa dilepas ke tanah,
dengan demikian terpa yang masuk ke peralatan yang dilindungi sudah tidak membahayakan
peralatana sistem.
Seluruh proses ini hanya memerlukan waktu beberapa puluh mikro second (20 - 30 s).
Tegangan maksimum yang terjadi di terminal penangkal petir disebut tegangan kerja atau
tegangan pelepasan (UA) dari penangkal petir.
Walaupun penangkal petir mempunyai karakteristik yang baik, namun terdapat beberapa
kekurangan sebagai berikut :
1. Keandalan dari penangkap petir sangat dipengaruhi oleh uap air yang masuk ke bagian
dalam penangkap petir. Masalah ini dapat diatasi dengan menutup rapat-rapat penangkap
petir tersebut. Bagian dalam dari beberapa jenis penangkap petir tertentu diisi oleh gas dan
mempunyai peralatan pencegah untuk menghindarkan terjadinya kelembaban
Ada juga penangkap petir yang mengijinkan arus bocor mengalir terus menerus pada batas-
batas tertentu, sehingga dapat mengurangi kelembaban pada bagian dalam penangkap
petir.
7
Terjadi loncatan
Gelombang pada sela
datang
2. Ada kemungkinan jenis penangkap petir ini tidak bereaksi cukup cepat dalam mendeteksi
gelombang datang dengan muka yang sangat curam yang menuju ke gardu.
Suatu keuntungan bahwa selama dalam perjalanannya ke gardu gelombang tersebut akan
mengalami peredaman.
b. karakteristik pelindungnya
V. CONTOH
Untuk tegangan sistem 13.8 kV
I. Pemilihan arrester
1. Tegangan kerja arrester :
UA = Tegangan rms phasa ke phasa x 1.1 x koefisien pentanahan
UA = 13.8 x 1.1 x 0.8 = 12.14 utk sistem yang ditanahkan langsung
UA = 13.8 x 1.1 x 1.0 = 15.18 utk sistem yang ditanahkan tidak langsung
Lihat tabel 2 : Characteristics of LA, ambil tegangan kerja arrester 15 kV
2. Arus nominal : tegangan sistem 13.8 kV < 70 kV, maka In = 5 kA, kelas heavy atau light
duty
3. Tegangan percikan frekuensi jala-jala, UPFOV
Menurut standar Inggris (BS) : tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum = 1.6 x 15 =
24 kV
Menurut standar IEC : tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum = 1.5 x 15 = 22.5 kV
(masih lebih kecil dari existing LA 25 kV Cooper)
4. Tegangan kerja impuls arrester
Lihat tabel 3 : Maximum Impulse Sparkover Test Voltage, untuk kelas 5 kA, ULA = 80 kV
(existing LA 39 kV, lebih baik)
5. Tegangan sisa arrester
Lihat tabel 4 : Maximum Residual Voltage, untuk kelas 5 kA, UR = 64 kV
6. Arus pelepasan maksimum arrester
Lihat tabel point III.6 (hal 10), untuk kelas 5 kA, Imax = 65 kA
II. Jarak lindung arrester
BIL trafo < 500 kVA UT = 110 kV
di/dt = 30 kA/s (lokal) 20 s/d 40 kA/s
Z = 300 ohm (rata-rata untuk kawat)
12
maka :
U T U LA 110 80
L= V= 300 [m] = 0.5 m
dU 2 . 300 .30
2
dt
Berikut Ini Contoh Variasi Pemilihan Dan Jarak Lindung Arrester Untuk Berbagai Tegangan
Sistem :
Tegangan Sistem [kV] 13.8 44 115 230
Kelas LA [kA] 5 5 10 10 10
UA [kV] 15 60 60 138 198
In [kA] 5 5 10 10 10
UPFOV [kV] 22.5 90 90 185 477
ULA [kV] 80 216 216 460 649
UR [kV] 64 216 216 460 649
Imaks [kA] 65 65 100 100 100
Jarak Lindung = LLA [m] 0.5 0.6 0.6 1.5 6.7
L1
HU = 200 500 LA
L2
FUSE
kabel = 30 80
HU = 200 500
L1
LA
FUSE
L2
Note :
1 v
1. Kecepatan propagasi gelombang v = v o = untuk kawat dan v = o , dimana r =
LC r
10 3 2h
C= [F/m] atau Z = 60 ln , dimana h = tinggi kawat diatas permukaan
2h r
18 ln
r
tanah, r = jari-jari kawat, L = induktansi per unit panjang kawat, C = kapasitansi per unit
panjang kawat.
60 r
3. Impedansi Surja Kabel : Z = ln 2 [ohm], dimana r2 = jari-jari dari inti kabel sampai
r r1
LAMPIRAN
Table 2. Characteristics of Lightning Arrester
Table 3. Maximum Impulse Sparkover Test Voltage
Table 4. Maximum Residual Voltage
15
16
17