Anda di halaman 1dari 5

5.3.

METODE PELEDAKAN DENGAN LISTRIK


5.3.1. Peralatan dan Perlengkapan Peledakan Listrik
5.3.2. Penyalaan Awal dengan Listrik
5.3.3. Rangkaian Peledakan Dengan Listrik
5.3.4. Perhitungan sirkuit
1. Blasting Machine (Exploders)
Adalah alat yang membangkitkan arus listrik searah yang
bertegangan tinggi. Kapasitas alat ini biasanya dinyatakan dalam
jumlah detonator listrik. Ada dua tipe yang diperdagangkan, yaitu :
a. Generator type, bekerja dengan menggunakan sebuah “reckabar”
atau “twist spindle” yang memutar jangkar magnet sebuah DC-
generator.
b. Kondensor Discharge, bekerja dengan menggunakan suatu sumber
tenaga dari batteri untuk memberi tenaga pada satu atau lebih “
condensor” sehingga diperoleh arus listrik berpoltase besar untuk
diteruskan ke firing circuit.
2. Multimeter
Adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur arus dan
tegangan listrik.

3. Blasting Galvanometer
Current leakage, dapat terjadi bila kerusakan pada insulasi leg
wire atau connecting wire sehingga kabel terkelupas dan bersentuhan
dengan tanah (batuan). Sehingga untuk keperluan ini dibutuhkan dan
dipakai blasting galvanometer dan blasting meter.

3.1. Perlengkapan Peledakan Metode Listrik


Bentuk utama perlengkapan peledakan metode listrik ini adalah detonator
listrik (electric blasting cap)
a. Detonator Listrik
Detonator pada dasarnya, sebuah detonator terdiri dari sebuah
“metal shell” yang di dalamnya terdapat “powder change” dan sebuah
“electric ignition element” yang dihubungkan dengan “leg wire”.
Fungsi dari detonator atau “ignitiating device” pada umumnya adalah :
1. Menyalakan isian bahan peledak.
2. Menyalurkan atau memindahkan tenaga untuk memulai peledakan.
3. Membawa gelombang detonasi dari satu titik ke titik lain atau dari isian
bahan peledak ke bahan peledak yang lain.
Pada garis besarnya, detonator listrik dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. “Instantaneous Detonator”
b. “Delay Detonator”
Perbedaan antara kadua jenis detonator ini adalah “delay
detonator” memiliki bagian yang disebut “delay element” yang
dapat memberikan “delay interval” antara pemberian aliran listrik
dan detonasi dari detonator. Sedangkan pada instanteonus
detonator “tidak memiliki :delay element”.
Kelebihan memakai “delay detonator: adalah :
a. Hasil fragmentasi lebih baik.
b. Mengurangi terjadinya tonjolan, goncangan dan getaran.
c. Mengurangi jumlah bahan peledak dan biaya.
d. Lemparan “broken rock” lebih terarah.
b. Leg wire
Leg Wire” adalah kabel yang integral dengan detonator listrik.
Dalam hal ini, setiap ujung dari sepasang kabel tersebut sebelumnya
(untuk pengaman) dihubungkan satu sama lain sehingga terjadi
hubungan pendek (short circuit) sampai siap dihubungkan dengan
rangkainan kabel yang lain sesaat sebelum penyalaan dilakukan.
Makin panjang “leg wire” tahanan listrik makin besar, dan ini
dinyatakan dalam tahanan nominal dari detonator.
c. Connecting wire
Connecting wire” adalah kabel yang biasa menghubungkan
setiap “leg wire” denga kabel tetap (leading wire) yang berasal dari
sumber tenaga. Connecting wire terbuat dari tembaga atau
aluminium yang terbungkus bahan vinylinsulator. Connecting wire
biasanya akan rusak untuk satu kali penyalaan, dan harus cukup
panjang untuk mencegah rusaknya “leading wire”.
3.2. Peralatan Peledakan Metode Listrik
Peralatan untuk operasi peledakan dengan menggunkana metode
listrik terdiri dari :
1. Blasting Machine
Blasting machine mempunyai dua type yang diperdagangkan, yaitu :
a. Generator type, bekerja dengan menggunakan “rockbar” atau “twist
spidle” yang memutar jangkar magnet sebuah DC generator. Pada saat
generator berputar “fullspeed” maka dihasilkan generator mengalir dan
menyalakan detonator.
b. Condensor discharge (DC) type, bekerja dengan menggunkana sumber
tenaga dari baterai untuk memberikan satu atau lebih condensor, sehingga
diperoleh arus listrik bervoltage besar untuk diteruskan ke firing switch.
Kedua alat ini menghasilkan arus searah bertegangan tinggi.
Kapasitasnya dinyatakan dalam jumlah detonator listrik yang panjang
“leg wire”30 ft bila disambung seri.
2. Blasting Machine Tester
Alat ini berguna untuk mengetest kapasitas penyalaan. Efektifitas”
blasting machine” type generator (dinyatakan dalam detonator listrik
yang dapat dinyalakan secara seri) biasanya ditest dengan
menggunakan “rheostat” dihubungkan dengan detonator sampai empat
buah. Sedangkan untuk menguji :blasting machine” tipe “condensator
discharge” menggunakan “blasting VOM meter”.
3. Circuit Tester
Alat ini berguna untuk mengetest “circuit yang telah dipasang sehingga
peledakan dapat berjalan lancar. Keadaan yang perlu ditest dan
dilokalisir penyebabnya adalah :
a. Putus sambungan, baik dalam cap circuit maupun pada “blasting circuit”
seluruhnya atau sebagian. Untuk keperluan ini dipakai galvanometer atau
multimeter.
b. Current leakage, dapat terjadi bila ada kerusakan pada insuli leg wire atau
connecting wire: hingga kabel terkupas dan bersentuhan dengan tanah.
Untuk keperluan ini dipakai blasting galvanometer atau blastingmeter
4. Leading Wire

Leg Wire
Kabel yang integral dengan detonator. Dalam hal ini setiap ujung
dari sepasang kabel tersebut sebelumnya (untuk pengaman)
dihubungkan dengan satu sama lain sehinga terjadi hubungan
pendek (short circuited) sampai siap dihubungkan dengan rangkaian
kabel yang lain, sesaat sebelum penyalaan dilakukan. Makin panjang
leg wire maka tahanan listriknya makin besar, dan ini dinyatakan
dalm tahanan nominal dari detonator.
Connecting wire, yaitu kabel yang biasa menghubungkan setiap
leg wire dengan kabel tetap (permanet firing line/leading wire)
yang berasal dari sumber tenaga. Connecting wire ini terbuat dari
tembaga atau alumunium yang terbungkus bahan Vinyl-insulator.
Connecting wire biasanya akan rusak untuk satu kali penyalaan, dan
harus cukup panjang untuk mencegah ikut rusaknya kabel permanen
dari sumber tenaga.
Leading wire, yaitu kabel yang dari sumber tenaga dan
berhubungan dengan connecting wire. Terbuat dari tembaga atau
aluminium, memiliki tahanan rendah yaitu 2,6 ohm/1000 ft. Kabel
ini tidak akan rusak dalam sekali peledakan

Leading Wire adalah kabel dari seluruh tenaga dan berhubungan dengan
“Connecting Wire”. Terbuat dari tembaga ataupun aluminium ataupun
memiliki tekanan yang rendah yaitu 2,6 ohm/100 ft.
Selain peralatan peledakan diatas, ada peralatan yang lainnya
yaitu “tampe” (batang kayu untuk “Stemming”) dan “Crimper”
(penjepit atau pemotong)
3.3. Rangkaian (Peledakan Metode Listrik)
Ada tiga sirkuit dasar yang umum digunakan untuk “multipie blasting”’
yaitu :
1. Sirkuit Seri
Sirkuit ini terdiri dari lintasan tunggal dari aliran yang melewati setiap
detonator dalam sirkuit. Variasinya dapat bermacam-macam.
Keuntungan sistem ini ialah mudah ditest dengan Galvanometer untuk
mengetahui adanya sambungan yang putus.

2. Sirkuit Paralel
Pada sirkuit ini, satu kabel pada setiap detonator dihubungkan pada
satu sisi dari “blasting circuit dan satu kabel yang lain dihubungkan
pada sisi sirkuit yang lain. Kerugian dari cara hubungan ini adalah sulit
untuk menditeksi secara cepat jika terjadi putus hubungan disalah satu
titik sehingga waktu mengetest harus lebih hati-hati yaitu dilakukan
terhadap detonator per detonator.
3. Sirkuit Seri Paralel
Sirkuit ini merupakan kombinasi antara hubungan seri dengan hubungan
paralel.
3.4. Memilih Salah Satu Rangkaian Peledakan Metode Listrik
Untuk memilih salah satu rangkaian yang akan dipakai, perlu
memperhatikan karakteristik tiap-tiap cara tersebut, yaitu :
1. Hubunganm paraelel memperkecil kemungkinann terjadinya “misfire” yang
disebabkan oleh aliran yang kurang mencukupi.
2. Pada hubungan paralel test pada sambungan harus dilakukan dengan hati-
hati pada setiap Sambungan, sehingga diperlukan waktu yang lebih lama.
Marginal dapat mengakibatkan terbakarnya “Fusehead” dan merusak
sirkuit sebelum seluruh “fusedead” menerima cukup tenaga untuk
terjadinya “initiation”
Pada kondisi yang sama, pada hubungan paralel dapat mengakibatkan
“Fusdehead” pertama terbakar. Akan tetapi “fusehed “ yang lain akan
tetap berhubungan.
3. Hubungan seri paralel digunakan untuk jumlah lubang tembak yang relatif
banyak untuk sekali peledakan.
Jadi pada dasarnya, cara hubungan mana yang akan dipilih adalah
sangat tergantung pada kondisi lapangan, suplai tenaga listrik yang
tersedia dan peralatannya.
3.5. Peledakan Serentak dan Beruntun
Pada peledakan dengan tenaga listrik, perbedaan antara peledakan
serentak dan beruntun hanya terletak pada jenis Detonator yang dipakai.
Pada peledakan serentak digunakan “instantaneous detonator”
sedangkan pada peledakan beruntun digunakan “delay Dertonator”.
Masalahnya terletak pada pengaturan “Delay time” yang digunakan. Hal ini
sangat berkaitan dengan kondisi lapangan dan maksud operasi peledakan
tersebut.
3.6. Perhitungan Rangkaian Peledakan Metode Listrik
1. Unsur-unsur dalam rangkaian
Pada rangkaian peledakan dengan metode listrik, ada tiga unsur dasar
(di samping isiannya sendiri), yaitu :
a. Sumber tenaga listrik
b. Detonator listrik (“electrik blasting cfap”)
c. Rangkaian kabel yang menghubungkan sember tenaga dengan detonator
listrik.
Jika operasi peledakan sudah beroperasi rutin, kapasitas seluruh
rangkaian biasanya ditetapkan secara mantap dan kebutuhan tenaga
listrik terpelihara secara baik. Tetapi untuk peledakan tertentu,
diperlukan perhitungan tertentu, diperlukan perhitungan permulaan
untuk menentukan tahapan rangkaian dan karakteristik tenaga
(kapabilitas exploder), sehingga operasi peledakan dapat terlaksana
dengan baik.
Tahapan total pada rangkaian meliputi: Tahapan detonator
listrik, tahapan “Connecting wire” dan tahanan “Leading wire”.
Besarnya tahanan tersebut juga tergantung pada jenis rangkain, yaitu
apakah seri, paralel atau seri-paralel. Berdasarkan pengalaman, arus
minimum adalah 1,5 A paralel adalah 1,0 A (Acdan DC) Semua exploder
manghasilkan arus searah (DC) dan untuk hubungan seri, exploder
adalah paling baik.
2. Pedoman perhitungan
Yang perlu dirangkaikan pada rangkaian peledakan dengan metode
listrik adalah :
a. Tahanan (R) , satuan ohm
b. Arus yang diperlukan (I), satuan Ampee (A).
c. Tegangan yang diperlukan (V), satuan (V) > Rumus perhitungan : V =
I R bolt

Tahanan detonator
- seri R = r1 + r2 + ………………. + rn
- seri 1/R= 1/r1 + 1/r2 + ……………+ 1/rn
Dimana n = jumlah detonator
Untuk hubungan seri-parelel, besar tahanan seluruh detonator sama
dengan tahanan pada hubungan seri dibagi jumlah hubungan seri
tersebut.
3.7. Cara Kerja Percobaan
Dalam praktikum kali ini, yang dicoba adalah peledakan dengan
metode listrik adalah rangkaian peledakan dengan hubungan seri dan seri-
paralel. Adapun urutan cara kerja percobaan adalah sebagai berikut :
1. Tentukan lebih dahulu bidang bebasnya (“Free Face”)
2. Membuat lubang tembak sesuai dengan design peledakan yang
diinginkan.
3. Lakukan pengecekan pada lubang tembak yang telah di buat
secara keseluruhan, apakah ada aliran listrik.
4. Merangkai dodol dan detonator, lalu masukkan primer kedalam
lubang tembak (termasuk rangkaian tadi), lalu masukkan isian
dan stemming.
5. Membuat rangkaian listrik :
 “Leg Wire” dihubungkan dengan “Connecting Wire”
 “Connecting Wire” dihubungkan dengan “Leading Wire”
 “Leading Wire” dihubungkan dengan “Balsting Machine”
6. Lakukan pengecekan ulang terhadap rangkaian sebelum “Leading
Wire” dihubungkan dengan “Blasting machine” dan Siap
dilakukan peledakan.

Anda mungkin juga menyukai