Anda di halaman 1dari 5

BAB VII

DESAIN POLA PELEDAKAN PADA PELEDAKAN JENJANG

Peledakan jenjang merupakan pekerjaan yang umum dilaksanakan dalam


kegiatan penambangan. Peledakan jenjang adalah peledakan yang memakai
lubang bor vertical atau hampir vertical. Lubang bor diatur dalam satu deretan
atau beberapa deretan/baris (row), sejajar atau tegak lurus dengan garis bidang
bebas (free face).

Batuan adalah material yang sifatnya bervariasi. Kekuatan tarik, tekan dan gesek
berbeda-beda untuk bermacam-macam jenis batuan. Batuan akan pecah apabila
kekuatannya dilampaui. Sifat-sifat geologi batuan akan mempengaruhi
blastability batuan.

Jadi yang perlu diamati di daerah yang akan diledakan adalah:


- Jenis batuan (beku, sedimen, metamorf)
- Kondisi geologi (celah, rekahan, perlapisan dan lain sebagainya)
- Kondisi lapangan kerja
Kebutuhan specific charge (kg/m3) memberikan keterangan tentang blastability
suatu batuan.

Dalam peledakan jenjang banyak cara perhitungan yang digunakan, tetapi dalam
tulisan ini hanya akan dipakai satu cara, yaitu : cara Richard L. Ash.

7.1. CARA RICHARD L. ASH

Dalam perhitungannya Richard L. Ash menentukan terlebih dahulu burden ratio


yang nantinya akan digunakan didalam penentuan geometri peledakan jenjang
antara lain : burden, spacing, sub-drilling, stemming dan kedalaman lubang bor.

7.1.1. Burden Ratio

Burden adalah dimensi yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu


pekerjaan peledakan. Untuk menentukan besarnya burden perlu diketahui harga
dari burden ratio (Kb).

Harga Kb dipengaruhi oleh jenis batuan yang akan diledakkan dan bahan peledak
yang digunakan. R.L. Ash telah mengadakan percobaan dalam menentukan Kb
yaitu memakai cara perbandingan relatif energi yang dihasilkan bahan peledak
dan mempertimbangkan sifat batuan terutama berat batuan yang akan
diledakkan.

Caranya adalah sebagai berikut:


Percobaan peledakan dilakukan pada batuan standard memakai bahan peledak
standard. Batuan standard menurut RL. Ash adalah batuan yang mempunyai
densitas 160 pound/cufeet (average rock). Bahan peledak standard adalah bahan
peledak yang mempunyai Specific gravity (SG)= 1.2 dan kecepatan detonasi
(Ve)= 12.000 feet/detik (fps).

Kb yang dihasilkan dari percobaan disebut Kb standard ,Kb std= 30. Apabila
peledakan dilakukan pada batuan yang bukan standard dengan menggunakan
bahan peledak yang bukan standard pula, maka perlu dilakukan pengaturan
kembali harga Kb, rumus yang dipakai adalah:
Kb= Kbstd x AF1 x AF2
1
 Energi potensial bahan peledak yang dipakai  3
AF1   
 Energi potensial bahan peledak s tan dard 
1
 Density batuan s tan dard 3
AF2   
 Density batuan yang diledakkan 
Kb= burden ratio yang telah dikoreksi

Dari Kb akan dapat ditentukan harga burden, spacing, stemming, dan sub-
drilling.

7.1.2. Geometri Peledakan Jenjang

Geometri peledakan terdiri dari burden, spacing, stemming, dan sub-drilling


(lihat gambar 7.1). Hubungan antara variable-veriable tersebut, yang merupakan
fungsi dari diameter bahan peledak, adalah sebagai berikut:

1. Burden (B)
12 B
Kb 
De
2. Kedalaman lubang bor (H)
H
KH 
B
3. Sub-drilling (J)
J
KJ 
B
4. Stemming (T)
T
KT 
B
5. Spacing (S)
S
KS 
B

Keterangan:
Kb = Burden ratio
De = Diamter bahan peledak (inchi)
B = Burden (feet)
KH = Nisbah kedalaman lubang bor
H = Kedalaman lubang bor (feet)
KJ = Nisbah sub-drilling
J = Sub-drilling
KT = Nisbah stemming
T = Stemming (feet)
KS = Nisbah spacing
S = Spacing (feet)

7.1.2.1. Burden
Burden merupakan dimensi yang terpenting dalam peledakan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penentuan burden adalah adalah:
- Burden harus merupakan jarak dari muatan (charges) tegak lurus terhadap
free face terdekat dan dimana perpindahan akan terjadi.
- Besarnya burden tergantung dari karakteristik batuan, karakteristik bahan
peledak dan lain sebagainya.

Dalam memperkirakan burden harus diingat bahwa densitas bahan peledak


jarang sekali bernilai 1,6 atau kurang dari 0.8 gram/cc, dan densitas batuan
yang diledakkan jarang sekali melebihi 3.2 atau kurang dari 2.2 gram/cc.

Dalam penentuan Kb ada pendekatan yang biasa digunakan di lapangan


berdasarkan pengalaman yaitu:
a. Bahan peledak ringan pada batuan berat Kb= 20
b. Bahan peledak berat pada batuan ringan Kb= 40
c. Bahan peledak ringan pada rata-rata batuan Kb= 25
d. Bahan peledak berat pada rata-rata batuan Kb= 35

7.1.2.2. Kedalaman lubang bor

Kedalaman lubang bor tidak boleh lebih kecil daripada burden. Hal ini untuk
menghindari terjadinya overbreaks atau cratering. Disamping itu letak primer
Ve
dan KV  menentukan juga kedalaman lubang bor. Dalam prakteknya harga
Vr
KH= 1.5 – 4.0.

7.1.2.3. Sub-drilling

Tujuan sub-drilling adalah supaya batuan bisa meledak secara full-face


sebagaimana seperti yang diharapkan. Tonjolan-tonjolan pada lantai (floor) yang
terjadi setelah dilakukan peledakan akan menyulitkan peledakan selanjutnya,
atau pada waktu pemuatan dan pengangkutan. Pada kebanyakan batuan KJ tidak
boleh kecil daripada 0.2, biasanya dipakai KJ= 0.3 untuk batuan massif. Besarnya
KJ tergantung dari struktur dan jenis batuan serta arah dari lubang bor.

Pada lubang bor yang miring KJ yang dibutuhkan lebih kecil. Kadang-kadang
pada lubang bor yang vertical juga sering tidak diperlukan adanya sub-drilling,
misalnya pada coal stripping atau pada quarry tertentu.

7.1.2.4. Stemming
Stemming juga disebut collar. Stemming ini sangat menentukan stress balance
dalam lubang bor. Fungsi lainnya adalah untuk mengurung gas-gas yang timbul.
Untuk mendapatkan stress balance maka T=B. Pada batuan kompak, jika KT
kurang dari satu akan terjadi cratering atau back breaks, terutama pada collar
priming. Biasanya KT standard yang diapakai adalah 0.7 dan ini sudah cukup
untuk mengontrol air blast dan stress balance.

7.1.2.5. Spacing
Spacing adalah jarak antar lubang bor yang dirangkai dalam satu baris (row) dan
diukur sejajar terhadap pit wall. Biasanya spacing tergantung kepada burden,
kedalaman lubang bor, letak primer, waktu tunda, dan arah struktur bidang
batuan.

Yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan spacing adalah: apakah ada


interaksi antara charges yang berdekatan. Bila masing-masing lubang bor
diledakkan sendiri-sendiri dengan interval waktu yang cukup lama, untuk
memungkinkan setiap lubang bor meledak dengan sempurna , tidak akan terjadi
interaksi antar gelombang energi masing-masing. Kalau waktu tunda diperpendek
maka akan terjadi interaksi, sehingga akan menyebabkan efek yang kompleks.

Besarnya KS menurut waktu delay yang dipergunakan adalah sebagai berikut:


- Long interval delay = 1
- Short period delay = 1 - 2
- Normal = 1.2 – 1.8

Prinsip dasar penentuan spacing adalah sebagai berikut:


a. Jika lubang-lubang tembak dalam satu baris diledakkan secara berurutan
(sequence delay) maka KS=1 maka S=B
b. Jika lubang-lubang tembak dalam satu baris diledakkan secara serentak
maka KS= 2 maka S=2B
c. Jika dalam multiple row (lebih dari 2 baris), lubang-lubang dalam satu
baris diledakkan secara berurutan dan lubang-lubang bor dalam arah
lateral dari baris yang berlainan diledakkan secara serentak maka pola
pemborannya harus dibuat square arrangement (persegi empat).
d. Jika dalam multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan
secara serentak, tetapi baris satu dengan yang lainnya beruntun, maka
harus digunakan pola pemboran staggered (zig-zag).

Pola pemboran untuk peledakakan lihat gambar 7.2.

7.1.3. Powder Factor

Powder factor (Pf) adalah suatu bilangan untuk menyatakan jumlah material
yang diledakkan atau dibongkar oleh sejumlah tertentu bahan peledak yang
dapat dinyatakan dalam ton/pound atau pound/ton. Pf dipengaruhi pola
peledakkan dan free face:
Untuk menghitung Pf harus diketahui luas daerah yang diledakkan (A), tinggi
jenjang (L), panjang muatan dari sebuah lubang tembak (PC), loading density
(de) dan material density ratio (dr).

SG (62.4)
dr   0.0312( SG ) …… (ton/cuft)
2000
W= AL (dr) (ton)
E= (de)(PC)N (pound)
Pf=W/E (ton/pound)
W= adalah batuan atau material yang diledakkan (ton)
N= jumlah lubang bor

Dalam kenyataan di lapangan harga W didapat dari pengukuran sebelum


peledakkan dan pengukuran setelah hasil peledakan habis terangkut. Hal
tersebut dilakukan berulang kali, sehingga didapat W rata-rata untuk pola peledakan
yang sama.

Harga E didapat dari sejumlah bahan peledak yang dimasukkan ke dalam lubang-
lubang tembak setiap kali peledakkan. Erata-rata adalah harga rata-rata dari E
masing-masing lubang tembak tersebut. Harga Pf merupakan hasil bagi antara
Wrata-rata dan Erata-rata.

7.1.4. Volume Setara

Volume setara (equivalent volume=Eq) adalah suatu angka yang menyatakan


setiap setiap meter atau feet pemboran setara dengan sejumlah volume atau
berat tertentu material/batuan yang diledakkan, dinyatakan dalam m 3 per
meter, cuft per ft, atau ton per meter, atau ton/feet.

Eq sangat berguna untuk menaksir kemampuan dari alat bor yang dipergunakan
untuk pembuatan lubang tembak. Harga Eq sangat tergantung pada pola
peledakan yang dipakai.

Dalam pekerjaan tambang salah satu faktor yang mempengaruhi pola peledakkan
adalah ukuran alat muat dan system pemuatan.

7.2. CONTOH PERHITUNGAN

???????????????????

Anda mungkin juga menyukai