Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN RESMI

MATERI : WETTED WALL COLUMN


KELOMPOK : 6 SELASA
ANGGOTA : 1. HAIDAR MARIS (21030116140079)
2. M.FAIQ YUMNA (21030116120001)
3. ROSALIA P. (21030116120006)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Materi :Wetted Wall Column


Kelompok : 6 / Selasa
Anggota : 1. Haidar Maris 21030116140079
2. M. Faiq Yumna 21030116120001
3. Rosalia Puspita Sari 21030116120006

Semarang, 19 November 2018


Mengesahkan
Dosen Pembimbing

Ir. Hantoro Satriadi, M.T.


NIP. 19600115 198810 1 001

2
RINGKASAN

Wall Column (WWC) merupakan suatu alat kolom dinding terbasahi


dimana di dalamnya terjadi perpindahan massa dari fase cair ke fase gas.
Praktikum ini dilakukan untuk menentukan besarnya Kgl dalam berbagai kondisi
operasi serta hubungan antara bilangan tak berdimensi NRe dan NSh.
Pada dasarnya susunan WWC terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kolom
perpindahan massa, sistem aliran dan pengukuran fase gas serta sistem aliran dan
pengukuran fase cair. Humidifikasi adalah proses perpindahan air dari fase cair
ke dalam campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya kontak
antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Beberapa
faktor bilangan yang mempengaruhi Kgl meliputi Laju alir, bilangan reynold
(NRe),bilangan sherwood (NSh) dan faktor bentuk alat (L/D).
Percobaan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan
tahap operasi. Tahap persiapan meliputi kalibrasi laju alir air dan udara
menggunakan skala rotameter air dan udara. Alat wet test meter diisi 10 liter air
kemudian dipasang pada pipa keluar kolom, atur skala rotameter udara lalu catat
waktu untuk sekali putaran jarum, ulangi untuk skala lain. Untuk kalibrasi
rotameter air dilakukan dengan mengalirkan air kran kemudian atur skala
rotameter air, ukur volume air yang keluar selama 10 detik, ulangi untuk skala
lain. Pada tahap operasi dilakukan dengan mengukur temperatur wet bulb dan dry
bulb udara masuk dan udara keluar pada variabel laju alir air maupun udara.
Termometer untuk wet bulb dibungkus kapas basah terlebih dahulu. Kemudian
kedua termometer dimasukkan pada pipa udara masuk dan keluar. Pengukuran
suhu dilakukan setiap 10 menit untuk setiap variabel skala.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa semakin besar laju alir air dan
udara maka nilai Kgl semakin besar. Semakin besar laju alir air dan udara, nilai
NRe yang diperoleh semakin besar. Hal ini menandakan aliran air dan udara
semakin turbulen. Hubungan antara NSh dengan NRe adalah jika nilai NRe
semakin besar maka nilai NSh juga semakin besar, dapat dinyatakan dengan
persamaan NSh = 2.341 x 10-18 (NRe)5.4623 untuk air dan NSh = 5.007 x 108
(NRe)1.6876 untuk udara.
Saran untuk praktikum ini yaitu pengukuran Td dan Tw dilakukan dengan cermat
dan kedua termometer tidak saling bersentuhan. Termometer yang digunakan untuk
mengukur Tw ditutupi dengan kapas yang dibasahi dengan air secara merata. Termometer
tidak saling bersentuhan dengan dinding pipa saat tahap pengoperasian.

3
SUMMARY
Wetted Wall Column (WWC) is a wetted column where inside of this
column occurs mass transfer from liquid phase to gas phase. The purpose of this
experiment is to determine mass transfer coefficient (Kgl) in some variety of
operating conditions and to assign relationship between dimensionless number,
NRe and NSh.
Basically, WWC arrangement consists of three main parts that is mass
transfer, flow measurement system of gas phase and flow measurement system of
liquid phase. Humidification is a process of transfer water from the liquid phase
into the gas mixture consisting of air and water vapor due to the contact between
the liquid temperature is higher with the mixture. Some of the factors that influence
the number of Kgl are Flow rate, Reynolds number (NRe), Sherwood number
(NSh) and appliance form factor (L/D).
This experiment conducts in two steps: preparation step dan operation
step. The preparation step includes water rotameter calibration air and air
calibration with rotameter. Wet test meter is filled with 10 liters water then
mounted on output pipe of the column, set the air rotameter scale and note the time
for all round needle, repeat for the other scales. For water rotameter calibration
performed by flowing water from the valve, set rotameter scale, measuring the
volume of water that comes out for 10 seconds and repeat for the other scales. At
the operation step performed by measuring the temperature of the wet bulb and dry
bulb air in and air out at some variables flow rate of water and air. To the wet bulb
thermometer wrapped in damp cotton wool first. Then the second thermometer
inserted in output and input pipe. Temperature measurement is performed every 10
minutes for each variable scale.
From the experimental results obtained that greater of flow rate water and
air, the value of Kgl obtained greater. Greater of flow rate water and air, the value
of NRe obtained greater. This indicates the flow of water and air get turbulent. The
relationship between NRe with NSh is greater value of NRe, the value of NSh
obtained greater too. It can be expressed by the equation NSh = 2.341 x 10-18
(NRe)5.4623 for water and NSh = 5.007 x 108 (NRe)1.6876 for air.
Suggestions for this experiment is the measurement of Td and Tw is done carefully
and the second thermometer not touch each other. Thermometer are used to measures Tw
covered with cotton soaked with water evenly. Thermometer is not touching the pipe wall
when the operation step.

4
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
Praktikum Operasi Teknik Kimia dengan judul Wetted Wall Column dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penyusunan laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan,
kerjasama dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan ini ucapan
terimakasih juga diberikan kepada :
1. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng selaku penanggungjawab Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
2. Ir. Hantoro Satriadi, M.T selaku Dosen pengampu materi wetted wall column.
3. Fahmi Rifaldi sebagai koordinator asisten Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro sekaligus asisten
pengampu materi wetted wall column.
Penyusun menyakini bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Mohon
maaf apabila terdapat kekurangan bahkan kesalahan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak berkaitan dengan
laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan dapat berguna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.

Semarang, 17 November 2018

Penyusun

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
RINGKASAN........................................................................................................iii
SUMMARY............................................................................................................iv
PRAKATA.............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3. Tujuan Intruksional Khusus.......................................................................2
1.4. Manfaat Percobaan....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Humidifikasi..............................................................................................3
2.2.Wetted Wall Column....................................................................................4
2.3. Bilangan Tak Berdimensi...........................................................................7
2.4.Pengertian tentang Koefisien Perpindahan Massa......................................9
2.5. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Column..........................................9
2.6. Teori Penetrasi...........................................................................................9
2.7. Teori Film..................................................................................................9
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Rancangan Percobaan................................................................................10
3.1.1. Alat dan Bahan yang digunakan......................................................10
3.1.2. Skema Rancangan Percobaan..........................................................10
3.2. Variabel Percobaan....................................................................................10
3.3. Gambar Alat Utama...................................................................................11
3.4. Respon.......................................................................................................11
3.5. Data yang dibutuhkan................................................................................11

6
3.5. Prosedur Percobaan...................................................................................11
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Laju Alir dan Udara terhadap Nilai Kgl.....................................13
4.2 Hubungan Laju Alir Udara dan Air terhadap Bilangan Reynold................14
4.3 Hubungan Bilangan Reynold dengan Bilangan Sherwood........................15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................18
5.2 Saran….......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
LAMPIRAN
Laporan Sementara................................................................................................A-1
Lembar Perhitungan..............................................................................................B-1
Referensi

7
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Nilai Laju Alir Udara dan Nilai Kgl Udara........................................ 14
Tabel 4.2. Nilai Laju Alir Air dan Nilai Kgl Air................................................. 15
Tabel 4.3. Nilai Bilangan Reynold Air................................................................ 16
Tabel 4.4. Nilai Bilangan Reynold Udara........................................................... 17
Tabel 4.5. Bilangan Reynold dan Bilangan Sherwood Air................................. 17
Tabel 4.6. Bilangan Reynold dan Bilangan Sherwood Udara............................. 17

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Wetted Wall Column....................................................................... 4


Gambar 2.2. Pengaruh koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase
cair atau dari fase cair ke fase gas.................................................. 11
Gambar2.3. Penampang membujur dari wetted wall column untuk bagian
dimanaperpindahan massa fasa diukur/ditelaah.......................... 14
Gambar 2.4. Teori Penetrasi................................................................................ 15
Gambar 2.5. Teori Film....................................................................................... 16
Gambar 3.1. Skema Rancangan Percobaan......................................................... 17
Gambar 3.2. Alat Praktikum Wetted Wall Column...............................................17
Gambar 4.1. Grafik Hubungan antara Laju Alir Udara terhadap Nilai Kgl
Udara...........................................................................................17
Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Laju Alir Air terhadap Nilai Kgl
Air................................................................................................17
Gambar 4.3. Grafik Hubungan antara Laju Alir Air terhadap
Bilangan Reynold Air..................................................................17
Gambar 4.4. Grafik Hubungan antara Laju Alir Udara terhadap
Bilangan Reynold Udara.............................................................17
Gambar 4.5. Grafik Hubungan antara Bilangan Reynold Air dengan
Bilangan Sherwood Air...............................................................17
Gambar 4.6. Grafik Hubungan antara Bilangan Reynold Udara dengan
Bilangan Sherwood Udara...........................................................17

DAFTAR LAMPIRAN

Laporan Sementara..............................................................................................A-1
Lembar Perhitungan............................................................................................B-1
Referensi

9
10
Wetted Wall Column

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpindahan massa antar fase hampir dijumpai disetiap proses dalam teknik
kimia, sebagai contoh : ekstraksi cair-cair, leaching, distilasi, absorbsi,
pengeringan, dan pendinginan.
Kontak antar fase gas dan cairan dapat terjadi dalam berbagai cara, misalnya :
peristiwa dimana cairan dilewatkan ke dalam bentuk lapisan film yang bergerak
melalui cairan gas dilewatkan melalui tray tower.
Dengan adanya kontak antar gas dan cairan, maka akan terjadi perpindahan
massa antara gas dan cairan. Oleh karena itu, diperlukan koefisien perpindahan
massa dari fase gas ke cairan (kgg) atau sebaliknya (kgl).

1.2 Rumusan Masalah


Praktikum WWC (Wetted Wall Coloumn) merupakan praktikum yang
membahas tentang perpindahan massa antar fasa, yaitu gas dan cairan. Pada
praktikum ini akan didapatkan besarnya koefisien perpindahan massa (kgl),
kondisi operasi (temperatur, tekanan, laju alir udara dan laju alir air) yang
mempengaruhi besarnya kgl dan nilai bilangan tak berdimensi yaitu pengaruh
bilangan Reynold terhadap bilangan Sheerwood.

1.3 Tujuan Intruksional Khusus


1. Menentukan besarnya kgl pada berbagai variabel operasi.
2. Menentukan pengaruh bilangan tak berdimensi bilangan Reynold terhadap
bilangan Sheerwood.

1.4 Manfaat Percobaan


1. Mengetahui kondisi operasi yang mempengaruhi kgl
2. Mengetahui fenomena yang terjadi pada saat praktikum Wetted Wall Column

BAB II
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
1
Wetted Wall Column

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses perpindahan atau penguapan air dari fase cair ke
dalam campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya kontak
antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Dalam
proses humidifikasi, tergantung pada beberapa parameter, diantaranya:
 Temperature Dry Bulb
Temperature dry bulb adalah temperatur yang terbaca pada termometer
terkena udara bebas namun terlindung dari radiasi dan kelembapan.
Temperatur dry bulb sering disebut sebagai temperatur udara, sehingga tidak
menujukkan adanya jumlah uap air di udara.
 Temperature Wet Bulb
Temperature wet bulb adalah temperatur kesetimbangan yang dicapai apabila
sejumlah kecil cairan diuapkan ke dalam jumlah besar campuran uap gas
yang tidak jenuh.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur temperature wet bulb adalah
dengan menggunakan termometer yang diselubungi kapas atau kain basah
kemudian dialirkan gas yang mempunyai properties T dry dan humidity H.
Pada keadaan steady state, air akan menguap ke dalam aliran gas. Kapas atau
kain basah akan mengalami pendinginan hingga suhu konstan. Suhu inilah
yang disebut T wet bulb. Dalam penerapannya, T wet bulb digunakan untuk
menentukan humidity dari campuran air-udara.
 Dew point
Dew point adalah temperatur udara saat saturasi atau temperatur dimana uap
air mulai mengembun ketika campuran udara dan uap air didinginkan.
 Enthalpy
Enthalpy adalah banyaknya kalor (energi) yang ada dalam udara setiap satu
satuan massa.
 Relative humidity
Relative humidity adalah perbandingan antara fraksi mol uap dengan fraksi
mol udara basah pada suhu dan tekanan yang sama (%).
 Persen humidity
Persen humidity adalah besarnya kandungan uap air dalam udara kering.
Berat uap air (basis kering)
Humidity = ×100
Berat campuran udara dan uap air

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


2
Wetted Wall Column

Humidity dinyatakan dengan y. Nilai y dapat dicari dengan menggunakan


diagram psikrometrik, dengan mengetahui nilai temperature dry bulb dan
temperature wet bulb.
2.2 Wetted Wall Column

Gambar 2.1. Wetted wall column


Ketika dinding kolom dibasahi dan terisolasi dari lingkungannya sehingga
sistem operasi merupakan sistem adiabatik dan cairan diresirkulasi dari bagian
dasar kolom melalui reservoir ke puncak kolom, sistem operasi digambarkan
sebagai humidifikasi adiabatik. Dalam keadaan ini, hubungan antara komposisi
gas dan suhu gas dan cairan dapat dihitung dari termodinamika properti dan
neraca massa dan energi. Berdasarkan pertimbangan, dinding kolom yang
dibasahi sebagai humidifier adiabatik dengan ketentuan untuk kontrol suhu
cairan di reservoir dan penambahan "make up" cairan ke reservoir pada suhu
terkontrol. Asumsikan bahwa gas dan cairan seluruh sistem pada awalnya pada
suhu yang sama. Massa dari cairan ditransfer sebagai proses penguapan,
penurunan suhu yang diperlukan sebagai panas laten penguapan. Suhu cairan
yang jatuh di bawah suhu gas, panas ditransfer dari gas ke cairan. Dengan cara
ini gas didinginkan dan dilembabkan.
Jika cairan masuk ke puncak kolom, harus dipertahankan pada suhu cairan
keluar, tingkat suhu menurun cair, dan gradien suhu cairan melalui kolom
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
3
Wetted Wall Column

menurun sedangkan suhu dan kelembaban gas yang masuk tetap konstan . Suhu
gas yang keluar akan menurun karena suhu cairan berkurang karena kecepatan
transfer panas yang lebih besar diperoleh dengan perbedaan besar dalam suhu
antara gas dan cairan. Suhu gas buang akan selalu lebih tinggi dari cairan masuk.
Proses pendinginan ini akan berlanjut sampai laju transfer panas dari gas ke
cairan hanya setara dengan panas laten yang dibutuhkan untuk menguapkan
cairan.

2.3 Bilangan Tak Berdimensi


Terdapat beberapa faktor bilangan yang mempengaruhi koefisien perpindahan
massa (kgl) diantaranya meliputi:
 Bilangan Reynold (NRe)
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia
(vρy) viskos (μ/Lyf) gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.
Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda,
misalnya laminar dan turbulen. Dengan perumusan nilai bilangan sebagai
berikut:
ρ vs L v s L gayainersia
ℜ= = =
μ v gayaviskos
Dimana:
vs = kecepatan fluida,
L = panjang karakteristik,
μ = viskositas absolute fluida dinamis
v = viskositas kinematis fluida :
μ
v= ρ
ρ = kerapatan ( densitas) fluida
 Bilangan Schmidt
Bilangan Schmidt merupakan rasio dari momentum dan difusivitas massa.
Bilangan ini digunakan untuk menentukan sifat aliran-aliran fluida dimana
pada aliran tersebut proses konveksi-difusi momentum dan massa
berlangsung secara simultan. Dengan perumusan sebagai berikut:
V μ
Sc= =
D ρD
Dimana:
μ
V = viskositas kinematis ( ) dalam satuan unit (m2/s)
ρ
D = difusivitas massa (m2/s)
μ = viskositas dinamis dari aliran fluida (N.s/m3)
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
4
Wetted Wall Column

ρ = densitas dari fluida (kg/m3)


 Bilangan Sheerwood
Bilangan Sheerwood (Nusselt) merupakan bilangan tak berdimensi yang
digunakan untuk mengetahui besarnya koefisien transfer massa (kgl) dimana
merupakan rasio dari koefisien konveksi transfer massa dengan difusivitas
transfer massa.
K .L
S h=
D
dimana
L = panjang kolom perpindahan massa (m)
D = difusivitas massa (m2/s)
K = Koefisien transfer massa (m/s)

2.4 Pengertian tentang Koefisien Perpindahan Massa


Koefisien perpindahan massa merupakan besaran empiris yang diciptakan
untuk memudahkan persoalan-persoalan perpindahan massa antar fase, yang
akan dibahas disini adalah koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase
cair, atau sebaliknya dari suatu zat. Untuk menelaah hal ini dapat diperhatikan
pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Pengaruh koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase cair
atau dari fase cair ke fase gas
Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya:
1. Kondisi Operasi
Kondisi operasi dapat berupa laju alir, temperatur dan tekanan.

2. Kondisi Alat
Kondisi alat meliputi diameter dan tinggi/panjang alat.
3. Sifat Bahan
Sifat bahan dapat berupa densitas, viskositas, diffusivitas.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


5
Wetted Wall Column

Bila terjadi perpindahan massa dari fase cair ke fase gas pada bidang selang
film cair – gas dalam hal ini adalah penguapan air dari permukaan cairan ke
permukaan atau aliran udara, maka kecepatan perpindahan massa persatuan luas
permukaan perpindahan massa dalam arah y dinyatakan oleh Hukum Fich ke 2
sebagai berikut :
N AY = J AY + XA ( N AY + N BY ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(1)
dimana :
N AY = fluks massa komponen A (dalam hal ini air) dalam arah y karena
terbawa aliran fluida (gr.mol/cm2.det)
N BY = fluks massa komponen B (dalam hal ini udara) dalam arah y karena
dimana aliran fluida (gr.mol/cm2.det)
XA = fraksi mol uap air difase gas yang merupakan fungsi dari y dan
z
J AY =fluks massa komponen A dalam arah y karena difusi molekuler
(gr.mol/cm2.det)
Maka persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai berikut :
N AY – N A ( N AY + N BY ) = J AY . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2)
Menurut Hukum Fich pertama, maka
J AY =–C D AB X Y / y . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . (3)
Pemecahan persamaan (3) untuk menentukan besarnya J AY memerlukan
persyaratan bahwa X A /y diketahui lebih dulu. Guna memecahkan persoalan –
persoalan yang rumit pada alirannya, maka penggunaan persamaan (3) akan
sangat menyulitkan. Oleh karena itu, didefinisikan koefisien perpindahan massa
sebagai berikut :
J AY ∝ = kg. LoC ( X Ao – XA ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
Dimana ( X Ao – X A ) adalah beda konsentrasi dan dinyatakan dengan

fraksi mol dalam arah perpindahan massa y. Pendefinisian ( X Ao – X A ) ini


menentukan definisi yang tepat dari kg.LoC (tanda LoC dari fase gas diganti
huruf g). Pernyataan lokal disini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kg
dapat berbeda-beda dari satu posisi lain pada permukaan bidang selang dimana
perpindahan massa terjadi.
Agar lebih memudahkan pemakaian, maka didefinisikan kg rata-rata yang
dinyatakan dengan kgl sebagai berikut :

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


6
Wetted Wall Column

s
kg LoC ds
Kgl=∫ s
so . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
∫ ds
so

Menurut definisi diatas maka kgl = harga rata-rata kg.LoC untuk seluruh
permukaan perpindahan massa s. Tentang ( X Ao – X A ) pada umumnya
dilakukan pendefinisian sebagai berikut :
X Ao = fraksi mol komponen A pada fase gas tepat dipergunakan
bidang selang
XA = fraksi mol rata-rata komponen A di fase gas atau dengan rumus :
X A LoC dA
X A= . . .. . . .. . . .. .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .(6)
dA
A = luas penampang aliran gas yang tegak lurus terhadap permukaan
perpindahan massa
XA = seperti didefinisikan di atas juga sebagai “Cup-Mixing average” dari
X A .LoC

2.5. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Column


Guna menelaah perpindahan massa dalam wetted wall column, perhatikan
gambar 2.3.

Gambar 2.3. Penampang membujur dari wetted wall column untuk bagian
dimana perpindahan massa fasa diukur/ditelaah.
Kita tinjau sistem setinggi dz. Neraca material komponen A yang dilakukan
terhadap segmen tersebut menghasilkan persamaan differensial sebagai berikut

d (W . X A )
J AY π . D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
dz
dimana, W = laju alir massa gas dalam arah z (gr mol/det)

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


7
Wetted Wall Column

Dengan menggunakan kenyataan bahwa penambahan laju alir massa dalam arah
z hanyalah karena adanya fluks massa JAy maka dapat dituliskan hubungan
sebagai berikut:
d (W )
J AY π . D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(8)
dz
Persamaan (7) dan (8) akan menghasilkan hubungan :
d XA
W =(1−X A )J AY π . D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9)
dz
Dengan menggunakan (4) maka persamaan (9) dapat diubah menjadi :
d XA kg . LoC . π . D
= dz . . . . . . . . . . . . . . . (10)
( 1−X A ) ( X A 0−X A ) W

Dalam menyelesaikan persamaan (10) maka perlu penganggapan bahwa


XA rata-rata (lihat persamaan (6)), maka anggapan tersebut dapat digunakan.
Selanjutnya dengan mengabaikan perubahan total dari W sepanjang kolom,
maka integrasi persamaan (10) untuk Z=0 sampai Z=L menghasilkan :
Z=L Z= L

∫ kg . LoC . π . D . dz ∫ d XA . . . . . . . . . (11)
Z=0 W Z=0
=
π . D.L D . L ( X AO−X A ) (1− X A )

Ruas kiri adalah definisi kgl sedang ekspansi parsiil, ruas kanan dapat dengan
mudah diintegrasikan.
W ( X AO−Z A )0 (1−X A ) L
kgl= =ln . . . . . . . . . (12)
π . D . L(1−X A ) ( X AO−X A ) L (1− X A )o
Dengan persamaan ini maka kgl dapat ditentukan dari data percobaan.
Korelasi empiris dimensi dapat diketahui bahwa kgl dipengaruhi oleh NRe, NSc,
dan faktor geometris kolom (L/D). Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut :
kgl. Dx L
NSh= =f (NRe . NSc , ) . . . . . . . . . . . . . . . . (13)
C . D AB D
NRe = bilangan Reynold untuk aliran gas
NSc = bilangan Schmidt untuk fasa gas
L/D = perbandingan panjang kolom terhadap diameter kolom
Suatu proses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari
daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan
massa. Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang berkonsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran liquid, seperti pada
kasus heat transfer, mekanisme perpindahan massa terjadi dengan cepat. Jika
sejumlah campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, dimana
konsentrasi masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
8
Wetted Wall Column

cenderung menuju ke komposisi yang sama seragam. Proses ini terjadi secara
alami. Perpindahan massa makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi
dalam sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara fluks dari
substan yang terdifusi dengan gradient konsentrasi.
dτA
J A , Z =−D AB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(14)
dZ
Dimana J A , Z merupakan molar flux pada Z, merupakan perubahan
konsentrasi serta DAB adalah diffusivitas massa atau koefisien diffusivitas
komponen A yang terdifusi melalui komponen B. Karena perpindahan masssa
atau diffusi hanya terjadi dalam campuran, maka pengaruh dari tiap komponen
harus diperhitungkan. Misalnya, untuk mengetahui laju diffusi dari setiap
komponen relative terhadap kecepatan campuran. Kecepatan campuran harus
dihitung dari kecepatan rata-rata tiap komponen.
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Hukum Frek’s, dimana DA, B
adalah koefisien diffusivitas. Koefisien diffusivitas tergantung pada:
1. Tekanan
2. Temperatur
3. Komposisi Sistem
Koefisien diffusivitas masing-masing fase berbeda-beda. Koefisien
diffusivitas untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5 ×10−6 – 10−5 m2/s , untuk
liquid 10−10 – 10−9 m2/s dan untuk solid 10-14 -10-10 m2/s. Perpindahan massa
konvektif termasukperpindahan antara fluida yang bergerak atau dua fluida yang
bergerak yang tidaktercampur. Model ini tergantung pada mekanisme
perpindahan dan karakteristikgerakan fluida. Persamaan laju perpindahan massa
konvektif sebagai berikut:
N A =k τ ∆ τ A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (15)
dimana,
N A = perpindahan massa molar zat
∆ τ A = perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata
fluida
k τ = koefisien perpindahan massa konvektif
Mekanisme perpindahan massa antar permukaan dan fluida termasuk
perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan dan aliran
laminar.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu komponen
gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorbsi dan
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
9
Wetted Wall Column

humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien


perpindahan massa konvektif adalah:
D AB . P . P A 1 . P A 2
N A , Z= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (16)
RT ( Z 2−Z 1 ) ln P B
dimana:
N A, Z = laju perpindahan molar
D A , B = diffuisivitas
P = tekanan
R = konstanta gas
T = temperatur
Z = jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, dimana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana
tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi
dalam suatu stagnan film atau laminar film tebal. Dengan kata lain,
menunjukkan tebal lapisan liquid.
1. Transfer massa dari gas ke film falling liquid
2. Transfer massa dalam wetted wall column
Kebanyakan data dari transfer massa antara permukaan pipa dan aliran fluida
telah ditentukan dengan menggunakan wetted wall columns. Alasan mendasar
untuk menggunakan kolom-kolom ini untuk penyelidikan transfer massa adalah
untuk mengontakkan luas area antara 2 fase sehingga dapat dihitung dengan
tepat.
Koefisien transfer massa konvektif untuk jatuhnya liquid film dikorelasikan
oleh Vivian dan Pecamenet dengan korelasi:
1 1
KLZ
D AB
=0.433 Sc 2
ρ2 gZ 3 6
μ
2 [ ] 0.4
( ℜ) . . . . . . . . . . . (17)

dimana :
Z = panjang
D AB = diffusivitas massa antara komponen A dan B
ρ = densitas liquid B
μ = viskositas liquid B
g = percepatan gravitasi
Sc = schimdt number (dievaluasikan pada temperatur film liquid)
Re = reynold number

2.6. Teori Penetrasi

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


10
Wetted Wall Column

Teori penetrasi yang dinyatakan oleh Trey Ball menyatakan kontak 2 fluida.
Pada gambar (a) gelembung gas membesar melalui liquid yang mengabsorbsi
gas. Partikel liquid mula-mula berada di puncak gelembung dimana partikel
liquid siap sepanjang permukaan gelembung. Pada gambar (b) terlihat dimana
liquid dengan gerakan turbulen memperlihatkan arus eddy constant.

Gambar 2.4. Teori Penetrasi


Mula-mula partikel gas terlarut tidak seragam dan mula-mula arus eddy
dianggap diam, jika arus eddy dibiarkan berkontak dengan gas pada
permukaannya, konsentrasi liquid permukaan gas CA yang berada pada
kelarutan keseimbangan gas dari liquid selama partikel liquid menjadi penentu
difusi unsteady state atau penetrasi solute pada arah Z.
Untuk waktu yang pendek dan difusinya berlangsung pelan di dalam molekul
solute yang larut tidak pernah mencapai kedalaman Zp sesuai dengan ketebalan
arus eddy. Keadaan puncak yang ada pada fenomena transfer massa dalam
dinding kolom yang dibasahi adalah :
CA0 pada 9 = 0 , untuk semua Z
CA pada Z = 0 , 9 > 0
CA0 pada Z = ∞ , untuk semua 9

2.7. Teori Film


Gambar di berikut ini memperlihatkan cairan yang sedang jatuh pada
lapisan (film) dengan aliran laminer ke dasar pada permukaan rotameter yang
vertikal berkontak dengan gas A yang larut ke dalam cairan dengan konsentrasi
A yang seragam CA0 dari pada A pada puncaknya.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


11
Wetted Wall Column

Gambar 2.5. Teori Film


Pada permukaan cairan, konsentrasi gas terlarut CA , yang berada dalam
keseimbangan dengan tekanan A pada fase gas karena CA > CA0 gas terlarut ke
dalam cairan. Koefisien perpindahan massa Kgl dengan sejumlah gas terlarut
setelah liquid terjenuh sejauh L dan dihitung.
Masalah ini dapat dipecahkan dengan penyelesaian simultan persamaan
kontinuitas. Untuk komponen A dengan persamaan yang menggambarkan liquid
yaitu persamaan laminer.
Persamaan simultan dan jumlah persamaan diferensial partikel menjadi
lebih mudah dengan beberapa asumsi :
1. Tidak ada reaksi kimia
2. Pada arah A kondisinya tidak berubah
3. Kondisinya steady state
4. Kecepatan adsorbsi gas sangat kecil
5. Difusi A pada arah yang diabaikan dibandingkan dengan gerakan ke
dasar
6. Sifat-sifat fisiknya konstan

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


12
Wetted Wall Column

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Rancangan Percobaan


3.1.1. Alat dan Bahan
Bahan :
1. Udara
2. Air

Alat :

1. Stopwatch
2. Thermometer

3.1.2. Skema Rancangan Percobaan

Tahap persiapan : Tahap operasi :


1. Kalibrasi 1. Mengalirkan air
rotameter udara dan udara dengan
2. Kalibrasi
laju alir sesuai
rotameter air
variabel

3. Membaca dan 2. Mengukur suhu


mencatat suhu pada puncak dan
pada thermometer dasar kolom
setelah 10 menit

Gambar 3.1 Skema Rancangan Percobaan

3.2 Variabel Percobaan

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


13
Wetted Wall Column

Variabel Tetap : Waktu Kalibrasi Air = 10 detik


Volume Wet Gas Meter = 10 L
Laju Alir Udara Tetap = 1000
Laju Alir Air Tetap = 55
Variabel Berubah : Laju Alir Rotameter Udara = 800, 900, 1000, 1100,
1200
Laju Alir Rotameter Air =35, 45, 55, 65, 75

3.2 Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.2. Alat Praktikum WWC


Keterangan :
1. Blower
2. Rotameter udara
3. Rotameter air
4. Kolom perpindahan massa

3.4. Respon
1. Kalibrasi Rotameter Udara
Waktu yang dibutuhkan (detik) untuk 1 kali putaran dengan volume wet gas
meter 10 L.
2. Kalibrasi Rotameter Air

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


14
Wetted Wall Column

Volume air yang ditampung (ml) dalam waktu 10 detik pada setiap laju alir.
3. Tahap Operasi
Suhu (℃) Wet Bulb dan Dry Bulb di dasar dan puncak kolom pada
variabel laju alir air dan variabel laju alir udara pada waktu 10 menit.
4. Analisa Data Hasil Percobaan
Mahasiswa diharapakan dapat :
a. Membuat kurva hubungan koefisien transfer massa (kgl) dengan laju alir
dan dapat menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi.
b. Mengetahui pengaruh NRe terhadap NSh
c. Mencari konstanta a dan b dari persamaan bilangan tak berdimensi yang
telah disusun

3.5 Data yang dibutuhkan


1. Waktu untuk 1 kali putaran jarum wet gas meter (sekon)
2. Volume air selama 10 detik (ml)
3. Td dan Tw input
4. Td dan Tw output

3.6 Prosedur Percobaan


Pelaksanaan pekerjaan dapat dibagi dalam dua tahap yaitu tahap persiapan
dan tahap operasi.
A. Tahap Persiapan
1. Kalibrasi Rotameter Udara
a. Menjalankan rotameter udara
b. Mengisi wet gas meter dengan air sampai level tertentu sehingga
putaran jarum konstan
c. Menghubungkan wet gas meter dengan pipa keluaran udara
d. Mengatur skala rotameter udara
e. Menghitung waktu yang diperlukan untuk jarum pada wet gas meter
melakukan satu putaran
f. Mengulangi sampai 3x
g. Mengulangi langkah di atas untuk skala rotameter udara yang lain
2. Kalibrasi Rotameter Air
a. Mengalirkan air dengan membuka kran pada jarak tertentu
b. Mengatur skala rotameter air
c. Mengalirkan air selama 10 detik dan menampung airnya untuk
mengetahui volumenya.
d. Mengukur volume air

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


15
Wetted Wall Column

e. Mengulangi sampai 3x
f. Mengulangi langkah diatas untuk skala rotameter air yang lain.
B. Tahap Operasi
1. Mengalirkan air dari kran pada penunjukan skala rotameter tertentu
2. Mengalirkan udara pada penunjukan skala rotameter tertentu
3. Mengukur suhu wet bulb (ujung termometer diselubungi kapas basah) dan
dry bulb pada puncak dan dasar kolom
4. Membaca dan mencatat suhu pada termometer setelah 10 menit.Ulangi
langkah 1-4 sebanyak 4 skala lainnya

3.7 Analisa Hasil Percobaan


Dari percobaan didapatkan data waktu untuk 1 kali putaran jarum wet gas
meter (sekon), volume air selama 10 detik (ml), Td dan Tw pada input, serta Td
dan Tw pada output.
1. Dengan menggunakan persamaan berikut :

vol
Qum=
t
vm
Q um= Q
v k uk
Td ¿ 1
V m= × × ( 1+Y m ) 22,4
273 Pm
Td out 1
V k= × × ( 1+ Y k ) 22,4
273 Pk
Dalam persamaan ini:
Quk = debit air keluar (m3/s)
Qum = debit air masuk (m3/s)
V m = volume udara masuk (m3/s)
V k = volume udara keluar (m3)
Td ¿ = suhu dry bulb masuk (K)
Td out = suhu dry bulb keluar (K)
Pm = tekanan udara masuk (N/ m2)
Pk = tekanan udara keluar (N/ m2)
Y m = molal humidity udara masuk (mol air/mol udara kering)
Yk = molal humidity udara keluar (mol air/mol udara kering)
Karena pada percobaan ini Pm = Pk = 1 atm, maka persamaan menjadi:

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


16
Wetted Wall Column

V m Td ¿ (1+Y m )
=
V k Td out (1+Y k )
Ym, Yk dapat di cari pada diagram Psikometrik:
 Tw diplotkan pada garis 100% humidity, kemudian ditarik sejajar garis
saturai adiabatis ke Td, maka diperoleh Y.

 Tw in, Td in → Y m
 Tw out, Td out → Y k

2. Perhitungan Bilangan Reynold

ρ.D.v
NRe=
μ
Q
v=
A
4. ρa Qa
NReair= , D = Diameter Kolom
Dπ μa

3. Perhitungan Tebal Lapisan film

1 /3

δ=
[
3 μaQ a
ρa gπD ] , g=konstantagravitasi=9,8 m/ s

4. Perhitungan Bilangan Reynold Udara


4 ρu Qum
NReUdara=
( D−2 δ )π μu

5. Perhitungan Koefisien Perpindahan Massa (Kgl)


W ( X ¿ −X A 1)
Kgl= ln ¿ A 1
πDL ( X A 2−X A 2)

X ¿ A 1 →plot Tw in ; X A1 = Y m

X ¿ A 2 →plot Tw out ; XA2 = Yk


Dimana:
Q uk ρu
W= '
BM u (1+ Y )

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


17
Wetted Wall Column

BM udara = 28,97 kg/mol


Y’=Tdin 100% relative humidity
6. Perhitungan Bilangan Sherwood
KgL . Pm . R . T . D
NSh= 2
Pt . D AB
Dimana:
Kgl = koefisien transfer massa udara (mol/m2.s)
Pm = tekanan parsiil rata-rata udara (N/m2)
Pt = tekanan total = 1,0132 x 105 (N/ m2)
R = konstanta gas ideal = 8,314 Nm/kmol.K
T = temperature absolut = 303 K
DAB = diffusivitas air udara, interpolasi dari data yang didapat pada
Treyball table 2-1, yaitu 2,6384 x 105 m2.s
¿
Y A 1= X A1
¿
Y A2 = X A2

1−P2
Pm = P
ln ⁡( 2 )
P1
¿
X A1
PA1 = × Pt
(1+Y A 1 )
¿
X A2
PA2 = Pt
(1+Y A 2 )
P1 = Pt – PA1
P2 = Pt – PA2
7. Perhitungan BilanganSherwood (Persamaan)
b
NSh=a(NRe) ; a dan b dicari dengan persamaan Least Square
8. Perhitungan Persentase Kesalahan
( NSh ) p−( NSh) h
% kesalahan (%error)= ( NSh ) p x 100%
ndata

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


18
Wetted Wall Column

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Laju Alir Air dan Udara terhadap Nilai Kgl
Tabel 4.1 Nilai Laju Alir dan Kgl Udara
Skala Quk Kgl
0,01140610
800 0,000204012
4
0,25346986
900 0,000384615
1
0,27805651
1000 0,000550459
6
0,26864880
1100 0,000758534
7
0,71931960
1200 0,000949968
6

Tabel 4.2 Nilai Laju Alir Air dan Kgl Air


Skala Quk Kgl
0,01722109
35 7,33× 10−6 5
0,06296488
45 1,18 ×10−5 3
55 1,86 ×10−5 0,02356605
0,02911011
65 2,02× 10−5 4
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
19
Wetted Wall Column

0,00374121
−5
75 2,22× 10 2

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
Kgl

0.3
0.2
0.1
0
204.01 384.62 550.46 758.53 949.97
Q uk x10-6 (m3/s)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Laju Alir Udara terhadap Nilai Kgl
Udara

0.07
0.06
0.05
0.04
Kgl

0.03
0.02
0.01
0
0.73 1.18 1.86 2.02 2.22
Qa x 10-5(m3/s)

Gambar 4.2. Hubungan antara Laju Alir Air dengan Nilai Kgl Air

Pada gambar 4.1 menunjukkan hubungan antara laju alir udara dengan nilai
koefisien perpindahan massa udara. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar laju alir udara, maka nilai koefisien perpindahan massanya juga
semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya laju alir udara atau air
menyebabkan kontak fase antara gas dan cairan bertambah sehingga jumah gas
yang dapat berpindah dari fase gas ke fase cairan juga semakin besar (Kumoro

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


20
Wetted Wall Column

dan Hadiyanto, 2000). Oleh karena itu semakin besar laju alir maka nilai kgl juga
semakin besar.
Pada variabel laju alir udara, pengaruh laju alir terhadap nilai kgl dapat
diketahui menggunakan persamaan :

Keterangan :
Kgl = koefisien transfer massa udara (mol/m3.s)
W = laju alir gas (mol/s)
D = diameter kolom (m)
L = panjang kolom (m)
Quk = laju alir volumetrik (m3.s)
ρ = densitas udara (kg/ m3)
BMu = 28.97 kg/mol
Y’ = Tdin saturasi (100% humidity)
Berdasarkan kedua persamaan diatas, semakin besar laju alir volumetrik
udara (Quk) maka laju alir gas (w) semakin besar. Nilai laju alir udara (W)
berbanding lurus dengan kgl sehingga apabila nilai W semakin besar maka nilai
koefisien perpindahan massa (kgl) juga semakin besar.
Pada gambar 4.2 menunjukkan hubungan antara laju alir air dengan nilai
koefisien perpindahan massa air. Pada grafik tersebut, menunjukkan bahwa pada
laju alir 1,18 ×10−5 , koefisien perpindahan massa mengalami kenaikan, akan
tetapi selanjutnya mengalami penurunan. Nilai koefisien massa mengalami
penurunan dikarenakan aliran pada wetted wall column belum mencapai keadaan
steady. Karena jika aliran pada wetted wall column sudah steady, maka nilai kGa
akan semakin besar (grafik naik) seiring meningkatnya laju alir. Hal ini
disebabkan karena kenaikan laju alir NaOH akan meningkatkan koefisien
perpindahan massa antar fase gas-cair. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar
laju alir cairan maka kontak antara gas dengan cairan semakin baik. Dengan
demikian, jumlah gas yang didapat berpindah dari fase gas menuju fase cairan
juga semakin besar. (Kumorodan Hadiyanto, 2010).

4.2. Hubungan Laju Alir Udara dan Air terhadap Bilangan Reynold
Tabel 4.3. Nilai Bilangan Reynold

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


21
Wetted Wall Column

Skala Bilangan Reynold Air


35 200,317
45 326,671
55 521,620 Tabel 4.4. Nilai Bilangan Reynold Udara
65 559,217 Skala Bilangan Reynold Air
75 620,151
800 296,3002556
900 387,2485933
1000 708,4438716
1100 1062,107858
1200 1172,144715

700

600

500

400
NRe

300

200

100
0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4
Qa x 10-5 (m3/s)

Gambar 4.3. Grafik Hubungan Laju Alir Air dengan Bilangan Reynold Air
1400
1200
1000
800
NRe

600
400
200
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Quk x 10-5 (m3/s)

Grafik 4.4. Grafik Hubungan Laju Alir Udara dengan Bilangan Reynold
Udara
Dari Grafik 4.3 dapat dilihat hubungan antara laju alir air dengan bilangan
Reynold air. Tipe aliran fluida dibagi menjadi dua, yaitu aliran laminer dan aliran
turbulen. Dengan debit 7,3 ×10−6 menunjukkan bilangan Reynold pada
angka 200,317. Lalu pada debit 1,18 ×10−5 menunjukkan bilangan reynold
pada angka 326,671. Terjadi peningkatan secara kontinyu antara debit dengan
bilangan Reynold. Semakin besar debit, maka semakin besar bilangan
Reynoldnya.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


22
Wetted Wall Column

Dari gambar 4.4 dapat dilihat hubungan antara laju alir udara dengan
bilangan Reynold udara. Pada laju alir 1,57 ×10−4 didapat bilangan Reynold
sebesar 296,300 lalu pada 2,89 ×10−4 didapat bilangan Reynold 387,248.
Terjadi kenaikan bilangan Reynold, seiring bertambah besarnya laju alir udara.
Pada teori yang ada, bilangan Reynold dipengaruhi oleh kecepatan aliran
fluida (v), diameter dalam pipa (D), dan viskositas kinematis fluida. Semakin
bertambahnya kecepatan fluida, maka bilangan Reynold juga akan bertambah
( Dharma dan Galih, 2012). Karena semakin besar laju alir fluida, maka akan
terjadi perolakan yang semakin besar juga didalam pipa. Maka dari itu, bilangan
Reynold otomatis akan bertambah juga, dari arah laminar, transisi, menuju ke
turbulen. Berdasarkan data hasil percobaan, maka sudah sesuai dengan teori
yang ada.

4.3. Hubungan Bilangan Reynold dengan Bilangan Sherwood


Tabel 4.5 Bilangan Reynold dan Bilangan Sherwood Air
Skala Bilangan Reynold Bilangan Sherwood
35 200,317 2,799 ×10
−15

45 326,671 3,0842× 10−15


55 521,620 3,83916 ×10
−15

65 559,217 4,44617 ×10−15


75 620,151 4,60793 ×10
−15

Tabel 4.6 Nilai Bilangan Reynold dan Bilangan Sherwood Udara


Skala Bilangan Reynold Bilangan Sherwood
800 296,300 5,387 ×10−15
900 387,248 6,432× 10
−15

1000 708,443 7,621× 10−15


1100 1062,107 7,816 ×10
−15

1200 1172,144 8,114 × 10


−15

-13.8
-142.47 2.59 2.85 3.03 3.07
-14.2
-14.4
-14.6
Log NSh

-14.8 f(x) = - 0.17x - 14.47


Bilangan
-15 Sherwood vs
-15.2 Bilangan
-15.4 reynold Air
-15.6
-15.8
Log NRe

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


23
Wetted Wall Column

Gambar 4.5 Grafik Hubungan antara Bilangan Reynold dengan Bilangan


Sherwood Air
-12
2.3 2.51 2.72 2.75 2.79
-12.5
-13

Log NSh
-13.5 f(x) = 0.36x - 15.1 Bilangan Sherwood vs
Bilangan Reynold Udara
-14
Linear (Bilangan
-14.5 Sherwood vs Bilangan
Reynold Udara)
-15
-15.5
Log NRe

Gambar 4.6 Grafik Hubungan antara Bilangan Reynold dengan Bilangan


Sherwood Udara
Berdasarkan grafik 4.5 dan 4.6, dapat dilihat hubungan antara bilangan
Reynolddan bilangan Sherwood pada skala udara 800-1200 dan skala air pada
35-75. Padagrafik 4.5, hubungan antara bilangan Reynold dengan bilangan
Sherwood mengalamifluktuasi, sedangkan pada grafik 4.6, bilangan Reynold
akan meningkat seiring denganbertambahnya bilangan Sherwood. Berdasarkan
teori, semakin besar bilangan Reynoldnya, maka semakin besar pulabilangan
Sherwoodnya. Hal ini menunjukkan bahwa bilangan Sherwood dipengaruhioleh
bilangan Reynold. Nilai Bilangan Sherwood meningkat dikarenakan kgl
(koefisienperpindahan massa) yang semakin besar (Melda Julianti, 2012).
Kemudian, pada grafk 4.5 skala 35-75 mengalami fluktuasi yang berarti
tidak sesuai dengan teori, dikarenakan aliran pada coloumn belum mencapai
steady state, sehingga akan mempengaruhi nilai kgl (koefisien perpindahan
massa). Beda halnya ketika aliran sudah mencapai steady state, yang
ditunjukkan pada grafik 4.6 yaitu grafik akan semakin meningkat dan nilai kgl
yang semakin besar (Putri, 2013). Sehingga, hubungan bilangan Reynold dengan
bilangan Sherwood akan terus meningkat. Sehingga, grafik 4.6 sudah sesuai
dengan teori yang ada.
Untuk menentukan nilai a dan b untuk mencari bilangan Sherwood, dapat
Digunakan metode Least Square. Nilai a dan b yang didapat kemudian
dimasukkan ke dalam persamaan:
NRe
¿
¿
Ns h=a¿

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


24
Wetted Wall Column

NRe
¿
a(¿¿ b)
¿
log Ns h=log¿
b
log Ns h=log a+log NRe
log Ns h=log a+b log NRe
Sesuai dengan bentuk persamaan :
y=mx +c , maka nilai c = log a dan b =m
Dalam perhitungan kali ini, nilai a dan b didapat dari intercept grafik antara
bilangan Reynold dan bilangan Sherwood baik dari udara maupun air. Pada
grafik 4.5 didapat persamaan y=−0,166 x−14,46 , maka :
Nilai c = log a = −14,46 , sehingga a = 3,5563× 10−16
Nilai b = 0,0605
Pada grafik 4.6 diatas, didapatkan persamaan y=0,362 x−15,10 , maka :
Nilai c = log a = −15,103 , sehingga a = 7,886 ×10−16

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


25
Wetted Wall Column

BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar laju alir air maupun udara, maka nilai koefisien
perpindahanmassa(kgl) akan semakin besar pula. Adapun nilai Kgl pada air
adalah fluktuatif karena
keadaan aliran dalam kolom belum mencapai keseimbangan.
2. Semakin besar laju alir, maka akan semakin besar pula bilangan Reynoldnya.
Hal ini disebabkan karena pada laju alir yang besar, maka akan terjadi olakan
yang semakin besar pula didalam pipa.
3. Hubungan antara bilangan Reynold dan bilangan Sherwood adalah apabila
semakin besar bilanga Reynold, maka bilangan Sherwood juga akan
bertambah besar. Pada bilangan Sherwood air, kenaikan terjadi secara
fluktuatif dikarenakan aliran pada kolom belum mencapai keadaan steady
state
.
5.2. Saran
1. Temperatur didalam pipa diusahakan tidak saling bersentuhan saat mengukur
Td maupun Tw.
2. Kapas yang digunakan pada temperature wet bulb harus selalu basah.
3. Termometer diusahakan tidak menyentuh dinding pipa.
4. Skala rotameter air dan udara harus selalu konstan pada saat operasi
berlangsung.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


26
Wetted Wall Column

DAFTAR PUSTAKA

Bird, RB. Stewart, wt and Light Foote, E.N. “Transport Phenomena”. John Willey
and Jason 1968.
Brown. GG. “Unit Operations”. John Willey & Sons, Inc.New York. 1950.
Dharma dan Galih.2000. “Pengaruh Perubahan Laju Aliran terhadap Tekanan dan
Jenis Aliran yang Terjadi pada Alat Uji Praktikum Mekanika Fluida”.
Teknik Mesin UMM.
Julianti, Meilda. 2012. “Hubungan Koefisien Perpindahan Massa dengan Bilangan
Reynold pada Absorbsi Logam Cu Menggunakan Adsorben Abu Sekam
Padi”. Universitas Riau.
Kumoro dan Hadiyanto. 2000. “Adsorbsi Gas Karbondioksida dengan Larutan Soda
Api Dalam Kolom Unggun Tetap. “Forum Teknik Jilid 24 No.2”.
Mc Cabe, WL and J Smith. “Unit Operation”. Mc Graw Hill. New York. 1956.
Prima, Putri. 2013.”Hubungan Koefisien Perpindahan Massa dengan Bilangan
Reynold pada Absorbsi Logam Cu Menggunakan Adsorben Abu Sekam
Padi”. Universitas Riau.
Treybal, RE. Mass Transfer Operation. 3rd ec. Mc Graw Hill Book of Japan. 1980.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018


27
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MATERI : Wetted Wall Coloumn


KELOMPOK : 6/SENIN
PENYUSUN : 1. HAIDAR MARIS (21030116140079)
2. M. FAIQ YUMNA (21030116120001)
3. ROSALIA P (21030116120006)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

Data Hasil Percobaan


A. Kalibrasi Air dan Udara, Suhu Input dan Output ( Td dan Tw)
Kalibrasi air, laju alir udara = 1000 L/s t = 10 s
Skala Volume Air (ml) Rata-Rata T input ( ℃ ¿ T output ( ℃ ¿
V1 V2 V3 (ml) Tw Td Tw Td
35 75 80 65 73,83 22 31 23 30
45 130 135 90 118,33 21 32,2 24 28
55 178 190 190 186 23 33 24 28
65 205 200 200 201,6 22 32,3 26 29,5

A-1
75 230 235 235 221,66 23,6 32,8 26,5 30

Kalibrasi Udara, Laju alir air = 55 L/s


Skala Waktu (s) Rata-Rata T input ( ℃ ¿ T output (
(s) ℃¿
t1 t2 t3 Td Tw Td Tw
800 59,5 57,42 30,13 49,01 34 23 30 28,5
900 26,01 26,49 25,41 26 34,5 23,5 29,5 26,3
1000 18,55 18,35 17,60 18,16 34 25 29,2 26
1100 14,01 13,01 12,,53 13,18 33,8 25,5 30 25,5
1200 11,30 10,20 10,08 10,52 36 25 29,5 26,5

Semarang, 7 September 2018


Mengetahui,
Praktikan Asisten

Haidar Faiq Rosa Fahmi Rifaldi


NIM. 21030115120050

A-2
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Menghitung Debit
a. Debit Udara
Volume = 10 L
Laju alir 1 = 800 , t = 49,01 s
Volume 0,01 m3
Debit= = =0,000204 m3 /s
waktu 49,01 s
Tabel Debit Udara
t(detik) t rata-rata
Skala Debit(m3/detik)
t1 t2 t3 (detik)
49,0166666
800 59,5 57,42 30,13 7 0,000204012
900 26,1 26,49 25,41 26 0,000384615
18,1666666
1000 18,55 18,35 17,6 7 0,000550459
13,1833333
1100 14,01 13,01 12,53 3 0,000758534
10,5266666
1200 11,3 10,2 10,08 7 0,000949968

Tabel T input dan Output pada Udara


Tinput(℃) Toutput(℃)
Skala
Tw td Tw Td
800 25 34 28,5 30
900 23,5 34,5 26,3 29,6
1000 25 34 26 29,2
1100 25,5 33,8 25,5 30
1200 25 36 26,5 29,5
b. Debit Air
Waktu = 10 s
Volume 7,33 ×10−5 m3
Debit= = =7,33× 10−6 m3 /s
waktu 10 s

Tabel Debit Air


Volume (m3) Volume rata-
Skala Debit (m3/detik)
V1 V2 V3 3
rata (m )

B-1
35 7,50E-05 8,00E-05 6,50E-05 7,33E-05 7,33E-06
45 1,30E-04 1,35E-04 9,00E-05 1,18E-04 1,18E-05
55 1,78E-04 1,90E-04 1,90E-04 1,86E-04 1,86E-05
65 2,05E-04 2,00E-04 2,00E-04 2,02E-04 2,02E-05
75 2,30E-04 2,35E-04 2,00E-04 2,22E-04 2,22E-05
Tabel T input dan Output pada Air
Tinput(℃) Toutput(℃)
Skala
Tw Td Tw Td
35 22 31 23 30
45 21 32,3 24 28
55 23 33 24 28
65 22,8 32,3 26 29,5
75 23,6 32,8 26,5 30

2. Humidity
Humidity Udara
28,97
Skala 800 Ym=16,39× =26,39
18
28,97
Yk=24,49 × =39,43
18
Vm Td¿ 1+Ym
=
Vk Td out
×
1+ Yk( )
Vm 34 1+ 26,39
= ×
Vk 30 1+ 39,43( =0,7677 )
Vm
Qm= ×Quk
Vk
Qm=0,7677× 0,000204=1,57 ×10
−4
m2/s

a. Humidity Udara
Skala Ym Yk Vm/Vk Debit (Quk)
0,767796 0,00020401
800 26,39 39,43
2 2
0,751651 0,00038461
900 20,92 32,99
9 5
0,961195 0,00055045
1000 26,39 32,18
5 9
1,040220 0,00075853
1100 28 30,41
7 4
0,00094996
1200 24,94 33,47 0,918352
8
b. Humidity Air
Skala Ym Yk Vm/Vk Debit (Quk)

B-2
20,7618 23,9807 0,900183
35 3 2 3 7,33E-06
17,7038 27,6824 0,752246
45 9 4 6 1,18E-05
21,8884 27,6824
55 4 4 0,940494 1,86E-05
21,4056 32,0279 0,742772
65 1 4 4 2,02E-05
23,8197 32,9936 0,798276
75 8 1 2 2,22E-05
3. Bilangan Reynold
a. Bilangan Reynold Air
D kolom = 0,06 m
π =3,14
4 ρa ×Qa
Bilangan Reynold ¿
πDμa
4994,98 ×7,33 ×10−6
Skala 35 Bilangan Reynold ¿
0,06× 3,14 ×7,73 ×10−4
Bilangan Reynold Air
Debit T dry densitas
Skala (Quk) in (kg/m3) viskositas Bil Reynolds
35 7,33E-06 31 994,98 7,73E-04 200,3170541
45 1,18E-05 32,3 994,89 7,63E-04 326,6717867
55 1,86E-05 33 994,62 7,53E-04 521,6200167
65 2,02E-05 32,3 994,89 7,63E-04 559,2178043
75 2,22E-05 32,8 994,69 7,56E-04 620,1518215

b. Bilangan Reynold Udara


4 ρu× Qum
Bilangan Reynold Udara ¿
( D−2 δ ) πμu

41,632×1,574 × 10−4
Bilangan Reynold Udara ¿
( 0,06−2 ( 0,0007074 ) ) 3,14 × 0,00001876
Bilangan Reynold Udara ¿ 296,30025
Tebal Lapisan Film
1
δ= [
3 μa ×Qa 3
ρa× 9 π × D ]
1

δ= [
3 ×3,77 ×10−6 ×7.73 ×10−4 3
994,98 × 9(3,14) ×0,06 ]
=0,0007074

Tebal Lapisan Film


Debit densitas
skala (Quk) viskositas (kg/m3) tebal lapisan
0,00070740
35 7,33E-06 7,73E-04 994,98 7
45 1,18E-05 7,63E-04 994,89 0,00081286

B-3
4
0,00092816
55 1,86E-05 7,53E-04 994,62 2
0,00095512
65 2,02E-05 7,63E-04 994,89 2
0,00097990
75 2,22E-05 7,56E-04 994,69 6

Bilangan Reynold Udara


densitas
Skala Qum (kg/m3) viskositas T dry in Bil Reynolds
800 1,57E-04 1,632 0,00001876 31 296,3002556
900 2,89E-04 1,1552 0,00001882 32,3 387,2485933
1000 5,29E-04 1,152 0,00001885 33 708,4438716
1100 7,89E-04 1,1552 0,00001882 32,3 1062,107858
1200 8,72E-04 1,1533 0,00001884 32,8 1172,144715

4. Perhitungan Kgl
Quk × Pu
w= '
BMu(1+Y )

Skala 800,

0,000204 ×101,325
w= =23,5471
28,97(1+32)
X∗¿ A 1
= 30,5794
¿
X A = Ym = 26,39
X∗¿ A 2
= 43,455
¿
X A 2 = Yk = 39,43
D = 0,06 m
π =3,14
L = 0,65 m
BMu = 28,97 kg/mol
X∗¿ A 2− X A 2
X∗¿ A 1− X A 1
¿
23,5471 30,579−26,39
¿=¿ kgl=
3,14 ×0,06 × 0,65
ln (
43,455−39,43 )
=0,011406
¿
w
kgl= ln ¿
πDL
Tabel kgl Udara
Skal X∗¿ A 1 X∗¿ A 2 100%R
Ym Pu W ln kgl
a ¿ ¿ H
800 30,5794 43,455 26,3 10132 32 1661,6 0,03 0,5401

B-4
900 32,1888 40,236 20,9 10132 33,4 2129,70 0,44 6,4766
1000 38,6266 41,0408 26,3 10132 35 2162,55 0,32 6,3673
1100 39,4313 39,4313 28 10132 33,4 1910,22 0,23 4,1785
0,49 9,5928
1200 38,6266 41,8455 24,9 10132 34,5 2300,74
1 8

Tabel Kgl Air


100%
X∗¿ A 1 X∗¿ A 2
Skala ¿ ¿ Ym Pu RH W ln Kgl
35 28,97 30,5794 20,76 10132 36 1578,75 1,46 0,017
45 25,751 31,3841 17,70 10132 37 1734,68 3,22 0,069
55 30,579 31,3841 21,88 10132 36 1622,28 0,78 0,023
65 27,360 35,4077 21,40 10132 35,8 1665,49 0,90 0,029
75 33,798 42,0065 23,82 10132 40 2443,75 0,09 0,003

5. Bilangan Sherwood
a. Bilangan Sherwood Praktis

Kgl × Pm × R × T × D
Ns h= 2
P ×t × Dab
Pm = 1
T = 303 K
P total = 1,0132 x 105 N/m2
Dab = 2,6384 x 105 m2/s
R = 8,314
Bilangan Sherwood skala 800
0.0114061 ×1 ×8,314 × 300× 0,06
Ns h= 5 2 5
=6,36517 × 10−16
( 1,0132 ×10 ) ×2,6384 × 10
b. Bilangan Sherwood Teoritis

NS h=a( NRe)b
Bilangan Sherwood Udara
Bilangan Sherwood Bilangan Sherwood
Skala Kgl Praktis Teoritis
0,011406
800 1 6,36517E-16 5,38732E-15
0,253469
900 9 1,41449E-14 6,43229E-15
0,278056
1000 5 1,55169E-14 7,62151E-15
0,268648
1100 8 1,49919E-14 7,81624E-15
1200 0,719319 4,01416E-14 8,11485E-15

B-5
6

Bilangan Sherwood Air


Bilangan Sherwood
Skala Kgl Bilangan Sherwood Teoritis
0,017221
35 1 9,61023E-16 5,01811E-16
0,062964
45 9 3,51375E-15 3,08423E-15
0,023566
55 1 1,3151E-15 3,83916E-15
0,029110
65 1 1,62449E-15 4,44617E-15
0,003741
75 2 2,08778E-16 4,60793E-15

6. Menghitung persen error


( NSh ) p−( NSh ) h
( NSh ) p
Error= × 100
n data

Skala 800,

6,315 × 10−16−5,387 ×10−15


error = ×100 =4,409
6,315× 10−16
5
Tabel % Error pada Udara
Bilangan Sherwood Bilangan
Skala Kgl Praktis Sherwood Teoritis % Error
0,011406
800 1 6,36517E-16 5,38732E-15 4,409244884
0,253469
900 9 1,41449E-14 6,43229E-15 5,995215955
0,278056
1000 5 1,55169E-14 7,62151E-15 5,179701979
0,268648
1100 8 1,49919E-14 7,81624E-15 4,590245191
0,719319
1200 6 4,01416E-14 8,11485E-15 19,73342538

Tabel % Error pada air


Skala Kgl Bilangan Sherwood Bilangan % Error

B-6
Praktis Sherwood Teoritis
0,017221
35 1 9,61023E-16 5,01811E-16 4,575553482
0,062964
45 9 3,51375E-15 3,08423E-15 0,696327912
0,023566
55 1 1,3151E-15 3,83916E-15 3,28725001
0,029110
65 1 1,62449E-15 4,44617E-15 3,173159274
0,003741
75 2 2,08778E-16 4,60793E-15 4,773457556

B-7
LAMPIRAN

Untuk mendapatkan nilai Ym dan Yk dicari pada psikometrik chart.


1. Untuk Ym :
a. memplotkan antara Twin dan garis Tdinnya setelah diplotkan akan ditemukan
titik potong kedua garis tersebut
b. titik perpotongan tersebut ditarik ke arah kanan, untuk membaca humiditinya.
c. Setelah mendapatkan nilainya, lalu dikali BM udara/BM air, dengan BM udara
= 28,97.
2. Untuk Yk sama saja caranya. Namun, yang diplotkan untuk mendapatkan nilai Yk
adalag Tw out dan Td out.
X∗¿ A 1 X∗¿ A 2
3. Untuk mencari dan , dengan plotting titik Tw pada
¿ ¿
X∗¿ A 1
psikometrik chart. Untuk :
¿
X∗¿ A 2
a. plot Twin dan plot Tw out, caranya, dilihat pada titik berapa
¿
Twin/Tw outnya.
b. Setelah itu, ditarik garis lurus ke atas, sampai bertemu dengan garis
melengkung di sebelah kiri psikometrik chartnya sampai ada perpotongan
garis antara keduanya.
c. Perpotongan/ titik temu tersebut ditarik ke arah kanan, untuk mendapatkan
nilai Humidity, lalu dikali BM udara/BM air.
REFERENSI
LEMBAR ASSISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL

Anda mungkin juga menyukai