1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
2
RINGKASAN
3
SUMMARY
Wetted Wall Column (WWC) is a wetted column where inside of this
column occurs mass transfer from liquid phase to gas phase. The purpose of this
experiment is to determine mass transfer coefficient (Kgl) in some variety of
operating conditions and to assign relationship between dimensionless number,
NRe and NSh.
Basically, WWC arrangement consists of three main parts that is mass
transfer, flow measurement system of gas phase and flow measurement system of
liquid phase. Humidification is a process of transfer water from the liquid phase
into the gas mixture consisting of air and water vapor due to the contact between
the liquid temperature is higher with the mixture. Some of the factors that influence
the number of Kgl are Flow rate, Reynolds number (NRe), Sherwood number
(NSh) and appliance form factor (L/D).
This experiment conducts in two steps: preparation step dan operation
step. The preparation step includes water rotameter calibration air and air
calibration with rotameter. Wet test meter is filled with 10 liters water then
mounted on output pipe of the column, set the air rotameter scale and note the time
for all round needle, repeat for the other scales. For water rotameter calibration
performed by flowing water from the valve, set rotameter scale, measuring the
volume of water that comes out for 10 seconds and repeat for the other scales. At
the operation step performed by measuring the temperature of the wet bulb and dry
bulb air in and air out at some variables flow rate of water and air. To the wet bulb
thermometer wrapped in damp cotton wool first. Then the second thermometer
inserted in output and input pipe. Temperature measurement is performed every 10
minutes for each variable scale.
From the experimental results obtained that greater of flow rate water and
air, the value of Kgl obtained greater. Greater of flow rate water and air, the value
of NRe obtained greater. This indicates the flow of water and air get turbulent. The
relationship between NRe with NSh is greater value of NRe, the value of NSh
obtained greater too. It can be expressed by the equation NSh = 2.341 x 10-18
(NRe)5.4623 for water and NSh = 5.007 x 108 (NRe)1.6876 for air.
Suggestions for this experiment is the measurement of Td and Tw is done carefully
and the second thermometer not touch each other. Thermometer are used to measures Tw
covered with cotton soaked with water evenly. Thermometer is not touching the pipe wall
when the operation step.
4
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
Praktikum Operasi Teknik Kimia dengan judul Wetted Wall Column dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penyusunan laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan,
kerjasama dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan ini ucapan
terimakasih juga diberikan kepada :
1. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng selaku penanggungjawab Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
2. Ir. Hantoro Satriadi, M.T selaku Dosen pengampu materi wetted wall column.
3. Fahmi Rifaldi sebagai koordinator asisten Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro sekaligus asisten
pengampu materi wetted wall column.
Penyusun menyakini bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Mohon
maaf apabila terdapat kekurangan bahkan kesalahan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak berkaitan dengan
laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan dapat berguna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.
Penyusun
5
DAFTAR ISI
6
3.5. Prosedur Percobaan...................................................................................11
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Laju Alir dan Udara terhadap Nilai Kgl.....................................13
4.2 Hubungan Laju Alir Udara dan Air terhadap Bilangan Reynold................14
4.3 Hubungan Bilangan Reynold dengan Bilangan Sherwood........................15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................18
5.2 Saran….......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
LAMPIRAN
Laporan Sementara................................................................................................A-1
Lembar Perhitungan..............................................................................................B-1
Referensi
7
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Nilai Laju Alir Udara dan Nilai Kgl Udara........................................ 14
Tabel 4.2. Nilai Laju Alir Air dan Nilai Kgl Air................................................. 15
Tabel 4.3. Nilai Bilangan Reynold Air................................................................ 16
Tabel 4.4. Nilai Bilangan Reynold Udara........................................................... 17
Tabel 4.5. Bilangan Reynold dan Bilangan Sherwood Air................................. 17
Tabel 4.6. Bilangan Reynold dan Bilangan Sherwood Udara............................. 17
8
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Sementara..............................................................................................A-1
Lembar Perhitungan............................................................................................B-1
Referensi
9
10
Wetted Wall Column
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
1
Wetted Wall Column
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses perpindahan atau penguapan air dari fase cair ke
dalam campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya kontak
antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Dalam
proses humidifikasi, tergantung pada beberapa parameter, diantaranya:
Temperature Dry Bulb
Temperature dry bulb adalah temperatur yang terbaca pada termometer
terkena udara bebas namun terlindung dari radiasi dan kelembapan.
Temperatur dry bulb sering disebut sebagai temperatur udara, sehingga tidak
menujukkan adanya jumlah uap air di udara.
Temperature Wet Bulb
Temperature wet bulb adalah temperatur kesetimbangan yang dicapai apabila
sejumlah kecil cairan diuapkan ke dalam jumlah besar campuran uap gas
yang tidak jenuh.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur temperature wet bulb adalah
dengan menggunakan termometer yang diselubungi kapas atau kain basah
kemudian dialirkan gas yang mempunyai properties T dry dan humidity H.
Pada keadaan steady state, air akan menguap ke dalam aliran gas. Kapas atau
kain basah akan mengalami pendinginan hingga suhu konstan. Suhu inilah
yang disebut T wet bulb. Dalam penerapannya, T wet bulb digunakan untuk
menentukan humidity dari campuran air-udara.
Dew point
Dew point adalah temperatur udara saat saturasi atau temperatur dimana uap
air mulai mengembun ketika campuran udara dan uap air didinginkan.
Enthalpy
Enthalpy adalah banyaknya kalor (energi) yang ada dalam udara setiap satu
satuan massa.
Relative humidity
Relative humidity adalah perbandingan antara fraksi mol uap dengan fraksi
mol udara basah pada suhu dan tekanan yang sama (%).
Persen humidity
Persen humidity adalah besarnya kandungan uap air dalam udara kering.
Berat uap air (basis kering)
Humidity = ×100
Berat campuran udara dan uap air
menurun sedangkan suhu dan kelembaban gas yang masuk tetap konstan . Suhu
gas yang keluar akan menurun karena suhu cairan berkurang karena kecepatan
transfer panas yang lebih besar diperoleh dengan perbedaan besar dalam suhu
antara gas dan cairan. Suhu gas buang akan selalu lebih tinggi dari cairan masuk.
Proses pendinginan ini akan berlanjut sampai laju transfer panas dari gas ke
cairan hanya setara dengan panas laten yang dibutuhkan untuk menguapkan
cairan.
Gambar 2.2. Pengaruh koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase cair
atau dari fase cair ke fase gas
Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya:
1. Kondisi Operasi
Kondisi operasi dapat berupa laju alir, temperatur dan tekanan.
2. Kondisi Alat
Kondisi alat meliputi diameter dan tinggi/panjang alat.
3. Sifat Bahan
Sifat bahan dapat berupa densitas, viskositas, diffusivitas.
Bila terjadi perpindahan massa dari fase cair ke fase gas pada bidang selang
film cair – gas dalam hal ini adalah penguapan air dari permukaan cairan ke
permukaan atau aliran udara, maka kecepatan perpindahan massa persatuan luas
permukaan perpindahan massa dalam arah y dinyatakan oleh Hukum Fich ke 2
sebagai berikut :
N AY = J AY + XA ( N AY + N BY ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(1)
dimana :
N AY = fluks massa komponen A (dalam hal ini air) dalam arah y karena
terbawa aliran fluida (gr.mol/cm2.det)
N BY = fluks massa komponen B (dalam hal ini udara) dalam arah y karena
dimana aliran fluida (gr.mol/cm2.det)
XA = fraksi mol uap air difase gas yang merupakan fungsi dari y dan
z
J AY =fluks massa komponen A dalam arah y karena difusi molekuler
(gr.mol/cm2.det)
Maka persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai berikut :
N AY – N A ( N AY + N BY ) = J AY . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2)
Menurut Hukum Fich pertama, maka
J AY =–C D AB X Y / y . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . (3)
Pemecahan persamaan (3) untuk menentukan besarnya J AY memerlukan
persyaratan bahwa X A /y diketahui lebih dulu. Guna memecahkan persoalan –
persoalan yang rumit pada alirannya, maka penggunaan persamaan (3) akan
sangat menyulitkan. Oleh karena itu, didefinisikan koefisien perpindahan massa
sebagai berikut :
J AY ∝ = kg. LoC ( X Ao – XA ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
Dimana ( X Ao – X A ) adalah beda konsentrasi dan dinyatakan dengan
s
kg LoC ds
Kgl=∫ s
so . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
∫ ds
so
Menurut definisi diatas maka kgl = harga rata-rata kg.LoC untuk seluruh
permukaan perpindahan massa s. Tentang ( X Ao – X A ) pada umumnya
dilakukan pendefinisian sebagai berikut :
X Ao = fraksi mol komponen A pada fase gas tepat dipergunakan
bidang selang
XA = fraksi mol rata-rata komponen A di fase gas atau dengan rumus :
X A LoC dA
X A= . . .. . . .. . . .. .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .(6)
dA
A = luas penampang aliran gas yang tegak lurus terhadap permukaan
perpindahan massa
XA = seperti didefinisikan di atas juga sebagai “Cup-Mixing average” dari
X A .LoC
Gambar 2.3. Penampang membujur dari wetted wall column untuk bagian
dimana perpindahan massa fasa diukur/ditelaah.
Kita tinjau sistem setinggi dz. Neraca material komponen A yang dilakukan
terhadap segmen tersebut menghasilkan persamaan differensial sebagai berikut
d (W . X A )
J AY π . D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
dz
dimana, W = laju alir massa gas dalam arah z (gr mol/det)
Dengan menggunakan kenyataan bahwa penambahan laju alir massa dalam arah
z hanyalah karena adanya fluks massa JAy maka dapat dituliskan hubungan
sebagai berikut:
d (W )
J AY π . D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(8)
dz
Persamaan (7) dan (8) akan menghasilkan hubungan :
d XA
W =(1−X A )J AY π . D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9)
dz
Dengan menggunakan (4) maka persamaan (9) dapat diubah menjadi :
d XA kg . LoC . π . D
= dz . . . . . . . . . . . . . . . (10)
( 1−X A ) ( X A 0−X A ) W
∫ kg . LoC . π . D . dz ∫ d XA . . . . . . . . . (11)
Z=0 W Z=0
=
π . D.L D . L ( X AO−X A ) (1− X A )
Ruas kiri adalah definisi kgl sedang ekspansi parsiil, ruas kanan dapat dengan
mudah diintegrasikan.
W ( X AO−Z A )0 (1−X A ) L
kgl= =ln . . . . . . . . . (12)
π . D . L(1−X A ) ( X AO−X A ) L (1− X A )o
Dengan persamaan ini maka kgl dapat ditentukan dari data percobaan.
Korelasi empiris dimensi dapat diketahui bahwa kgl dipengaruhi oleh NRe, NSc,
dan faktor geometris kolom (L/D). Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut :
kgl. Dx L
NSh= =f (NRe . NSc , ) . . . . . . . . . . . . . . . . (13)
C . D AB D
NRe = bilangan Reynold untuk aliran gas
NSc = bilangan Schmidt untuk fasa gas
L/D = perbandingan panjang kolom terhadap diameter kolom
Suatu proses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari
daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan
massa. Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang berkonsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran liquid, seperti pada
kasus heat transfer, mekanisme perpindahan massa terjadi dengan cepat. Jika
sejumlah campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, dimana
konsentrasi masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
8
Wetted Wall Column
cenderung menuju ke komposisi yang sama seragam. Proses ini terjadi secara
alami. Perpindahan massa makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi
dalam sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara fluks dari
substan yang terdifusi dengan gradient konsentrasi.
dτA
J A , Z =−D AB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(14)
dZ
Dimana J A , Z merupakan molar flux pada Z, merupakan perubahan
konsentrasi serta DAB adalah diffusivitas massa atau koefisien diffusivitas
komponen A yang terdifusi melalui komponen B. Karena perpindahan masssa
atau diffusi hanya terjadi dalam campuran, maka pengaruh dari tiap komponen
harus diperhitungkan. Misalnya, untuk mengetahui laju diffusi dari setiap
komponen relative terhadap kecepatan campuran. Kecepatan campuran harus
dihitung dari kecepatan rata-rata tiap komponen.
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Hukum Frek’s, dimana DA, B
adalah koefisien diffusivitas. Koefisien diffusivitas tergantung pada:
1. Tekanan
2. Temperatur
3. Komposisi Sistem
Koefisien diffusivitas masing-masing fase berbeda-beda. Koefisien
diffusivitas untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5 ×10−6 – 10−5 m2/s , untuk
liquid 10−10 – 10−9 m2/s dan untuk solid 10-14 -10-10 m2/s. Perpindahan massa
konvektif termasukperpindahan antara fluida yang bergerak atau dua fluida yang
bergerak yang tidaktercampur. Model ini tergantung pada mekanisme
perpindahan dan karakteristikgerakan fluida. Persamaan laju perpindahan massa
konvektif sebagai berikut:
N A =k τ ∆ τ A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (15)
dimana,
N A = perpindahan massa molar zat
∆ τ A = perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata
fluida
k τ = koefisien perpindahan massa konvektif
Mekanisme perpindahan massa antar permukaan dan fluida termasuk
perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan dan aliran
laminar.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu komponen
gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorbsi dan
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2018
9
Wetted Wall Column
dimana :
Z = panjang
D AB = diffusivitas massa antara komponen A dan B
ρ = densitas liquid B
μ = viskositas liquid B
g = percepatan gravitasi
Sc = schimdt number (dievaluasikan pada temperatur film liquid)
Re = reynold number
Teori penetrasi yang dinyatakan oleh Trey Ball menyatakan kontak 2 fluida.
Pada gambar (a) gelembung gas membesar melalui liquid yang mengabsorbsi
gas. Partikel liquid mula-mula berada di puncak gelembung dimana partikel
liquid siap sepanjang permukaan gelembung. Pada gambar (b) terlihat dimana
liquid dengan gerakan turbulen memperlihatkan arus eddy constant.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Alat :
1. Stopwatch
2. Thermometer
3.4. Respon
1. Kalibrasi Rotameter Udara
Waktu yang dibutuhkan (detik) untuk 1 kali putaran dengan volume wet gas
meter 10 L.
2. Kalibrasi Rotameter Air
Volume air yang ditampung (ml) dalam waktu 10 detik pada setiap laju alir.
3. Tahap Operasi
Suhu (℃) Wet Bulb dan Dry Bulb di dasar dan puncak kolom pada
variabel laju alir air dan variabel laju alir udara pada waktu 10 menit.
4. Analisa Data Hasil Percobaan
Mahasiswa diharapakan dapat :
a. Membuat kurva hubungan koefisien transfer massa (kgl) dengan laju alir
dan dapat menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi.
b. Mengetahui pengaruh NRe terhadap NSh
c. Mencari konstanta a dan b dari persamaan bilangan tak berdimensi yang
telah disusun
e. Mengulangi sampai 3x
f. Mengulangi langkah diatas untuk skala rotameter air yang lain.
B. Tahap Operasi
1. Mengalirkan air dari kran pada penunjukan skala rotameter tertentu
2. Mengalirkan udara pada penunjukan skala rotameter tertentu
3. Mengukur suhu wet bulb (ujung termometer diselubungi kapas basah) dan
dry bulb pada puncak dan dasar kolom
4. Membaca dan mencatat suhu pada termometer setelah 10 menit.Ulangi
langkah 1-4 sebanyak 4 skala lainnya
vol
Qum=
t
vm
Q um= Q
v k uk
Td ¿ 1
V m= × × ( 1+Y m ) 22,4
273 Pm
Td out 1
V k= × × ( 1+ Y k ) 22,4
273 Pk
Dalam persamaan ini:
Quk = debit air keluar (m3/s)
Qum = debit air masuk (m3/s)
V m = volume udara masuk (m3/s)
V k = volume udara keluar (m3)
Td ¿ = suhu dry bulb masuk (K)
Td out = suhu dry bulb keluar (K)
Pm = tekanan udara masuk (N/ m2)
Pk = tekanan udara keluar (N/ m2)
Y m = molal humidity udara masuk (mol air/mol udara kering)
Yk = molal humidity udara keluar (mol air/mol udara kering)
Karena pada percobaan ini Pm = Pk = 1 atm, maka persamaan menjadi:
V m Td ¿ (1+Y m )
=
V k Td out (1+Y k )
Ym, Yk dapat di cari pada diagram Psikometrik:
Tw diplotkan pada garis 100% humidity, kemudian ditarik sejajar garis
saturai adiabatis ke Td, maka diperoleh Y.
Tw in, Td in → Y m
Tw out, Td out → Y k
ρ.D.v
NRe=
μ
Q
v=
A
4. ρa Qa
NReair= , D = Diameter Kolom
Dπ μa
1 /3
δ=
[
3 μaQ a
ρa gπD ] , g=konstantagravitasi=9,8 m/ s
X ¿ A 1 →plot Tw in ; X A1 = Y m
1−P2
Pm = P
ln ( 2 )
P1
¿
X A1
PA1 = × Pt
(1+Y A 1 )
¿
X A2
PA2 = Pt
(1+Y A 2 )
P1 = Pt – PA1
P2 = Pt – PA2
7. Perhitungan BilanganSherwood (Persamaan)
b
NSh=a(NRe) ; a dan b dicari dengan persamaan Least Square
8. Perhitungan Persentase Kesalahan
( NSh ) p−( NSh) h
% kesalahan (%error)= ( NSh ) p x 100%
ndata
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Laju Alir Air dan Udara terhadap Nilai Kgl
Tabel 4.1 Nilai Laju Alir dan Kgl Udara
Skala Quk Kgl
0,01140610
800 0,000204012
4
0,25346986
900 0,000384615
1
0,27805651
1000 0,000550459
6
0,26864880
1100 0,000758534
7
0,71931960
1200 0,000949968
6
0,00374121
−5
75 2,22× 10 2
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
Kgl
0.3
0.2
0.1
0
204.01 384.62 550.46 758.53 949.97
Q uk x10-6 (m3/s)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Laju Alir Udara terhadap Nilai Kgl
Udara
0.07
0.06
0.05
0.04
Kgl
0.03
0.02
0.01
0
0.73 1.18 1.86 2.02 2.22
Qa x 10-5(m3/s)
Gambar 4.2. Hubungan antara Laju Alir Air dengan Nilai Kgl Air
Pada gambar 4.1 menunjukkan hubungan antara laju alir udara dengan nilai
koefisien perpindahan massa udara. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar laju alir udara, maka nilai koefisien perpindahan massanya juga
semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya laju alir udara atau air
menyebabkan kontak fase antara gas dan cairan bertambah sehingga jumah gas
yang dapat berpindah dari fase gas ke fase cairan juga semakin besar (Kumoro
dan Hadiyanto, 2000). Oleh karena itu semakin besar laju alir maka nilai kgl juga
semakin besar.
Pada variabel laju alir udara, pengaruh laju alir terhadap nilai kgl dapat
diketahui menggunakan persamaan :
Keterangan :
Kgl = koefisien transfer massa udara (mol/m3.s)
W = laju alir gas (mol/s)
D = diameter kolom (m)
L = panjang kolom (m)
Quk = laju alir volumetrik (m3.s)
ρ = densitas udara (kg/ m3)
BMu = 28.97 kg/mol
Y’ = Tdin saturasi (100% humidity)
Berdasarkan kedua persamaan diatas, semakin besar laju alir volumetrik
udara (Quk) maka laju alir gas (w) semakin besar. Nilai laju alir udara (W)
berbanding lurus dengan kgl sehingga apabila nilai W semakin besar maka nilai
koefisien perpindahan massa (kgl) juga semakin besar.
Pada gambar 4.2 menunjukkan hubungan antara laju alir air dengan nilai
koefisien perpindahan massa air. Pada grafik tersebut, menunjukkan bahwa pada
laju alir 1,18 ×10−5 , koefisien perpindahan massa mengalami kenaikan, akan
tetapi selanjutnya mengalami penurunan. Nilai koefisien massa mengalami
penurunan dikarenakan aliran pada wetted wall column belum mencapai keadaan
steady. Karena jika aliran pada wetted wall column sudah steady, maka nilai kGa
akan semakin besar (grafik naik) seiring meningkatnya laju alir. Hal ini
disebabkan karena kenaikan laju alir NaOH akan meningkatkan koefisien
perpindahan massa antar fase gas-cair. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar
laju alir cairan maka kontak antara gas dengan cairan semakin baik. Dengan
demikian, jumlah gas yang didapat berpindah dari fase gas menuju fase cairan
juga semakin besar. (Kumorodan Hadiyanto, 2010).
4.2. Hubungan Laju Alir Udara dan Air terhadap Bilangan Reynold
Tabel 4.3. Nilai Bilangan Reynold
700
600
500
400
NRe
300
200
100
0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4
Qa x 10-5 (m3/s)
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Laju Alir Air dengan Bilangan Reynold Air
1400
1200
1000
800
NRe
600
400
200
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Quk x 10-5 (m3/s)
Grafik 4.4. Grafik Hubungan Laju Alir Udara dengan Bilangan Reynold
Udara
Dari Grafik 4.3 dapat dilihat hubungan antara laju alir air dengan bilangan
Reynold air. Tipe aliran fluida dibagi menjadi dua, yaitu aliran laminer dan aliran
turbulen. Dengan debit 7,3 ×10−6 menunjukkan bilangan Reynold pada
angka 200,317. Lalu pada debit 1,18 ×10−5 menunjukkan bilangan reynold
pada angka 326,671. Terjadi peningkatan secara kontinyu antara debit dengan
bilangan Reynold. Semakin besar debit, maka semakin besar bilangan
Reynoldnya.
Dari gambar 4.4 dapat dilihat hubungan antara laju alir udara dengan
bilangan Reynold udara. Pada laju alir 1,57 ×10−4 didapat bilangan Reynold
sebesar 296,300 lalu pada 2,89 ×10−4 didapat bilangan Reynold 387,248.
Terjadi kenaikan bilangan Reynold, seiring bertambah besarnya laju alir udara.
Pada teori yang ada, bilangan Reynold dipengaruhi oleh kecepatan aliran
fluida (v), diameter dalam pipa (D), dan viskositas kinematis fluida. Semakin
bertambahnya kecepatan fluida, maka bilangan Reynold juga akan bertambah
( Dharma dan Galih, 2012). Karena semakin besar laju alir fluida, maka akan
terjadi perolakan yang semakin besar juga didalam pipa. Maka dari itu, bilangan
Reynold otomatis akan bertambah juga, dari arah laminar, transisi, menuju ke
turbulen. Berdasarkan data hasil percobaan, maka sudah sesuai dengan teori
yang ada.
-13.8
-142.47 2.59 2.85 3.03 3.07
-14.2
-14.4
-14.6
Log NSh
Log NSh
-13.5 f(x) = 0.36x - 15.1 Bilangan Sherwood vs
Bilangan Reynold Udara
-14
Linear (Bilangan
-14.5 Sherwood vs Bilangan
Reynold Udara)
-15
-15.5
Log NRe
NRe
¿
a(¿¿ b)
¿
log Ns h=log¿
b
log Ns h=log a+log NRe
log Ns h=log a+b log NRe
Sesuai dengan bentuk persamaan :
y=mx +c , maka nilai c = log a dan b =m
Dalam perhitungan kali ini, nilai a dan b didapat dari intercept grafik antara
bilangan Reynold dan bilangan Sherwood baik dari udara maupun air. Pada
grafik 4.5 didapat persamaan y=−0,166 x−14,46 , maka :
Nilai c = log a = −14,46 , sehingga a = 3,5563× 10−16
Nilai b = 0,0605
Pada grafik 4.6 diatas, didapatkan persamaan y=0,362 x−15,10 , maka :
Nilai c = log a = −15,103 , sehingga a = 7,886 ×10−16
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar laju alir air maupun udara, maka nilai koefisien
perpindahanmassa(kgl) akan semakin besar pula. Adapun nilai Kgl pada air
adalah fluktuatif karena
keadaan aliran dalam kolom belum mencapai keseimbangan.
2. Semakin besar laju alir, maka akan semakin besar pula bilangan Reynoldnya.
Hal ini disebabkan karena pada laju alir yang besar, maka akan terjadi olakan
yang semakin besar pula didalam pipa.
3. Hubungan antara bilangan Reynold dan bilangan Sherwood adalah apabila
semakin besar bilanga Reynold, maka bilangan Sherwood juga akan
bertambah besar. Pada bilangan Sherwood air, kenaikan terjadi secara
fluktuatif dikarenakan aliran pada kolom belum mencapai keadaan steady
state
.
5.2. Saran
1. Temperatur didalam pipa diusahakan tidak saling bersentuhan saat mengukur
Td maupun Tw.
2. Kapas yang digunakan pada temperature wet bulb harus selalu basah.
3. Termometer diusahakan tidak menyentuh dinding pipa.
4. Skala rotameter air dan udara harus selalu konstan pada saat operasi
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, RB. Stewart, wt and Light Foote, E.N. “Transport Phenomena”. John Willey
and Jason 1968.
Brown. GG. “Unit Operations”. John Willey & Sons, Inc.New York. 1950.
Dharma dan Galih.2000. “Pengaruh Perubahan Laju Aliran terhadap Tekanan dan
Jenis Aliran yang Terjadi pada Alat Uji Praktikum Mekanika Fluida”.
Teknik Mesin UMM.
Julianti, Meilda. 2012. “Hubungan Koefisien Perpindahan Massa dengan Bilangan
Reynold pada Absorbsi Logam Cu Menggunakan Adsorben Abu Sekam
Padi”. Universitas Riau.
Kumoro dan Hadiyanto. 2000. “Adsorbsi Gas Karbondioksida dengan Larutan Soda
Api Dalam Kolom Unggun Tetap. “Forum Teknik Jilid 24 No.2”.
Mc Cabe, WL and J Smith. “Unit Operation”. Mc Graw Hill. New York. 1956.
Prima, Putri. 2013.”Hubungan Koefisien Perpindahan Massa dengan Bilangan
Reynold pada Absorbsi Logam Cu Menggunakan Adsorben Abu Sekam
Padi”. Universitas Riau.
Treybal, RE. Mass Transfer Operation. 3rd ec. Mc Graw Hill Book of Japan. 1980.
A-1
75 230 235 235 221,66 23,6 32,8 26,5 30
A-2
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Menghitung Debit
a. Debit Udara
Volume = 10 L
Laju alir 1 = 800 , t = 49,01 s
Volume 0,01 m3
Debit= = =0,000204 m3 /s
waktu 49,01 s
Tabel Debit Udara
t(detik) t rata-rata
Skala Debit(m3/detik)
t1 t2 t3 (detik)
49,0166666
800 59,5 57,42 30,13 7 0,000204012
900 26,1 26,49 25,41 26 0,000384615
18,1666666
1000 18,55 18,35 17,6 7 0,000550459
13,1833333
1100 14,01 13,01 12,53 3 0,000758534
10,5266666
1200 11,3 10,2 10,08 7 0,000949968
B-1
35 7,50E-05 8,00E-05 6,50E-05 7,33E-05 7,33E-06
45 1,30E-04 1,35E-04 9,00E-05 1,18E-04 1,18E-05
55 1,78E-04 1,90E-04 1,90E-04 1,86E-04 1,86E-05
65 2,05E-04 2,00E-04 2,00E-04 2,02E-04 2,02E-05
75 2,30E-04 2,35E-04 2,00E-04 2,22E-04 2,22E-05
Tabel T input dan Output pada Air
Tinput(℃) Toutput(℃)
Skala
Tw Td Tw Td
35 22 31 23 30
45 21 32,3 24 28
55 23 33 24 28
65 22,8 32,3 26 29,5
75 23,6 32,8 26,5 30
2. Humidity
Humidity Udara
28,97
Skala 800 Ym=16,39× =26,39
18
28,97
Yk=24,49 × =39,43
18
Vm Td¿ 1+Ym
=
Vk Td out
×
1+ Yk( )
Vm 34 1+ 26,39
= ×
Vk 30 1+ 39,43( =0,7677 )
Vm
Qm= ×Quk
Vk
Qm=0,7677× 0,000204=1,57 ×10
−4
m2/s
a. Humidity Udara
Skala Ym Yk Vm/Vk Debit (Quk)
0,767796 0,00020401
800 26,39 39,43
2 2
0,751651 0,00038461
900 20,92 32,99
9 5
0,961195 0,00055045
1000 26,39 32,18
5 9
1,040220 0,00075853
1100 28 30,41
7 4
0,00094996
1200 24,94 33,47 0,918352
8
b. Humidity Air
Skala Ym Yk Vm/Vk Debit (Quk)
B-2
20,7618 23,9807 0,900183
35 3 2 3 7,33E-06
17,7038 27,6824 0,752246
45 9 4 6 1,18E-05
21,8884 27,6824
55 4 4 0,940494 1,86E-05
21,4056 32,0279 0,742772
65 1 4 4 2,02E-05
23,8197 32,9936 0,798276
75 8 1 2 2,22E-05
3. Bilangan Reynold
a. Bilangan Reynold Air
D kolom = 0,06 m
π =3,14
4 ρa ×Qa
Bilangan Reynold ¿
πDμa
4994,98 ×7,33 ×10−6
Skala 35 Bilangan Reynold ¿
0,06× 3,14 ×7,73 ×10−4
Bilangan Reynold Air
Debit T dry densitas
Skala (Quk) in (kg/m3) viskositas Bil Reynolds
35 7,33E-06 31 994,98 7,73E-04 200,3170541
45 1,18E-05 32,3 994,89 7,63E-04 326,6717867
55 1,86E-05 33 994,62 7,53E-04 521,6200167
65 2,02E-05 32,3 994,89 7,63E-04 559,2178043
75 2,22E-05 32,8 994,69 7,56E-04 620,1518215
41,632×1,574 × 10−4
Bilangan Reynold Udara ¿
( 0,06−2 ( 0,0007074 ) ) 3,14 × 0,00001876
Bilangan Reynold Udara ¿ 296,30025
Tebal Lapisan Film
1
δ= [
3 μa ×Qa 3
ρa× 9 π × D ]
1
δ= [
3 ×3,77 ×10−6 ×7.73 ×10−4 3
994,98 × 9(3,14) ×0,06 ]
=0,0007074
B-3
4
0,00092816
55 1,86E-05 7,53E-04 994,62 2
0,00095512
65 2,02E-05 7,63E-04 994,89 2
0,00097990
75 2,22E-05 7,56E-04 994,69 6
4. Perhitungan Kgl
Quk × Pu
w= '
BMu(1+Y )
Skala 800,
0,000204 ×101,325
w= =23,5471
28,97(1+32)
X∗¿ A 1
= 30,5794
¿
X A = Ym = 26,39
X∗¿ A 2
= 43,455
¿
X A 2 = Yk = 39,43
D = 0,06 m
π =3,14
L = 0,65 m
BMu = 28,97 kg/mol
X∗¿ A 2− X A 2
X∗¿ A 1− X A 1
¿
23,5471 30,579−26,39
¿=¿ kgl=
3,14 ×0,06 × 0,65
ln (
43,455−39,43 )
=0,011406
¿
w
kgl= ln ¿
πDL
Tabel kgl Udara
Skal X∗¿ A 1 X∗¿ A 2 100%R
Ym Pu W ln kgl
a ¿ ¿ H
800 30,5794 43,455 26,3 10132 32 1661,6 0,03 0,5401
B-4
900 32,1888 40,236 20,9 10132 33,4 2129,70 0,44 6,4766
1000 38,6266 41,0408 26,3 10132 35 2162,55 0,32 6,3673
1100 39,4313 39,4313 28 10132 33,4 1910,22 0,23 4,1785
0,49 9,5928
1200 38,6266 41,8455 24,9 10132 34,5 2300,74
1 8
5. Bilangan Sherwood
a. Bilangan Sherwood Praktis
Kgl × Pm × R × T × D
Ns h= 2
P ×t × Dab
Pm = 1
T = 303 K
P total = 1,0132 x 105 N/m2
Dab = 2,6384 x 105 m2/s
R = 8,314
Bilangan Sherwood skala 800
0.0114061 ×1 ×8,314 × 300× 0,06
Ns h= 5 2 5
=6,36517 × 10−16
( 1,0132 ×10 ) ×2,6384 × 10
b. Bilangan Sherwood Teoritis
NS h=a( NRe)b
Bilangan Sherwood Udara
Bilangan Sherwood Bilangan Sherwood
Skala Kgl Praktis Teoritis
0,011406
800 1 6,36517E-16 5,38732E-15
0,253469
900 9 1,41449E-14 6,43229E-15
0,278056
1000 5 1,55169E-14 7,62151E-15
0,268648
1100 8 1,49919E-14 7,81624E-15
1200 0,719319 4,01416E-14 8,11485E-15
B-5
6
Skala 800,
B-6
Praktis Sherwood Teoritis
0,017221
35 1 9,61023E-16 5,01811E-16 4,575553482
0,062964
45 9 3,51375E-15 3,08423E-15 0,696327912
0,023566
55 1 1,3151E-15 3,83916E-15 3,28725001
0,029110
65 1 1,62449E-15 4,44617E-15 3,173159274
0,003741
75 2 2,08778E-16 4,60793E-15 4,773457556
B-7
LAMPIRAN