Anda di halaman 1dari 53

HALAMAN JUDUL

LAPORAN RESMI

MATERI : WETTED WALL COLUMN

KELOMPOK : 8 / KAMIS

ANGGOTA : 1. DWI SULISTIYANTO (21030115120003)


2. IZMI NUR SAFITRI (21030115120016)
3. RATNA JUWITA SARI (21030115140162)
4. SATRIO PRIAMBODO (21030115140160)

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Materi : Wetted Wall Column

Kelompok : 8 / Kamis

Anggota : 1. Dwi Sulistiyanto (21030115120003)


2. Izmi Nur Savitri (21030115120016)
3. Ratna Juwita Sari (21030115140162)
4. Satrio Priambodo (21030115140160)

Semarang, November 2017


Mengesahkan,
Dosen
Pembimbing

Ir. Hantoro Satriadi, M.T.


NIP.19600115 198810 1 001

ii
RINGKASAN

Wetted Wall Column (WWC) merupakan suatu alat kolom dinding


terbasahi dimana di dalamnya terjadi perpindahan massa dari fase cair ke fase
gas. Praktikum ini dilakukan untuk menentukan besarnya Kgl dalam berbagai
kondisi operasi serta hubungan antara bilangan tak berdimensi N Re dan NSh.
Pada dasarnya susunan WWC terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kolom
perpindahan massa, sistem aliran dan pengukuran fase gas serta sistem aliran
dan pengukuran fase cair. Humidifikasi adalah proses perpindahan air dari fase
cair ke dalam campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya
kontak antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya.
Beberapa faktor bilangan yang mempengaruhi Kgl meliputi bilangan Reynold,
bilangan Sherwood dan faktor bentuk alat (L/D)
Percobaan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan
tahap operasi. Tahap persiapan meliputi kalibrasi rotameter air dengan skala
udara tetap dan kalibrasi rotameter udara dengan skala air tetap. Alat wet test
meter diisi 4 liter air kemudian dipasang pada pipa keluar kolom, atur skala
rotameter udara lalu catat waktu untuk sekali putaran jarum, ulangi untuk skala
lain. Untuk kalibrasi rotameter air dilakukan dengan mengalirkan air kran
kemudian atur skala rotameter air, ukur volume air yang keluar selama 10 detik,
ulangi untuk skala lain. Pada tahap operasi dilakukan dengan mengukur
temperatur wet bulb dan dry bulb udara masuk dan udara keluar pada variabel
laju alir air maupun udara. Termometer untuk wet bulb dibungkus kapas basah
terlebih dahulu. Kemudian kedua termometer dimasukkan pada pipa udara masuk
dan keluar. Pengukuran suhu dilakukan setiap 10 menit untuk setiap variabel
skala.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa semakin besar laju alir air dan
udara maka nilai Kgl semakin besar. Semakin besar laju alir air dan udara, nilai
NRe yang diperoleh semakin besar. Hal ini menandakan aliran air dan udara
semakin turbulen. Hubungan antara NSh dengan NRe adalah jika nilai NRe semakin
besar maka nilai NSh juga semakin besar, dapat dinyatakan dengan persamaan
NSh = 10-5.031NRe -1.756 untuk udara dan NSh = 10-3.1309NRe -2319 untuk air.
Saran untuk praktikum ini yaitu pengukuran Td dan Tw dilakukan dengan
cermat dan kedua termometer tidak saling bersentuhan. Termometer yang
digunakan untuk mengukur Tw ditutupi dengan kapas yang dibasahi dengan air
secara merata. Termometer tidak saling bersentuhan dengan dinding pipa saat
tahap pengoperasian.

iii
SUMMARY

Wetted Wall Column (WWC) is a wetted column where inside of this


column occurs mass transfer from liquid phase to gas phase. The purpose of this
experiment is to determine mass transfer coefficient (Kgl) in some variety of
operating conditions and to assign relationship between dimensionless number,
NRe and NSh.
Basically, WWC arrangement consists of three main parts that is mass
transfer, flow measurement system of gas phase and flow measurement system of
liquid phase. Humidification is a process of transfer water from the liquid phase
into the gas mixture consisting of air and water vapor due to the contact between
the liquid temperature is higher with the mixture. Some of the factors that
influence the number of Kgl are Reynolds number, Sherwood number and
appliance form factor (L/D)
This experiment conducts in two steps: preparation step dan operation
step. The preparation step includes water rotameter calibration with the scale
fixed air and air rotameter calibration with fixed water scale. Wet test meter is
filled with 4 liters water then mounted on ouput pipe of the column, set the air
rotameter scale and note the time for all round needle, repeat for the other scales.
For water rotameter calibration performed by flowing water from the valve, set
rotameter scale, measuring the volume of water that comes out for 10 seconds and
repeat for the other scales. At the operation step performed by measuring the
temperature of the wet bulb and dry bulb air in and air out at some variables flow
rate of water and air. To the wet bulb thermometer wrapped in damp cotton wool
first. Then the second thermometer inserted in output and input pipe. Temperature
measurement is performed every 10 minutes for each variable scale.
From the experimental results obtained that greater of flow rate water and
air, the value of Kgl obtained greater. Greater of flow rate water and air, the
value of NRe obtained greater. This indicates the flow of water and air get
turbulent. The relationship between NRe with NSh is greater value of NRe, the value
of NSh obtained greater too. It can be expressed by the equation NSh = 10-5.031NRe -
1.756
for air and NSh = 10-3.1309NRe -2319 for water.
Suggestions for this experiment is the measurement of Td and Tw is done
carefully and the second thermometer not touch each other. Thermometer are
used to measures Tw covered with cotton soaked with water evenly. Thermometer
is not touching the pipe wall when the operation step.

iv
PRAKATA

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Operasi Teknik
Kimia dengan materi “ Wetted Wall Column”.
Dalam penulisan laporan resmi ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan laporan resmi ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan resmi ini,
khususnya kepada :
1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat
kami.
2. Ir. Hantoro Satriadi, M.T. selaku Dosen pembimbing Laboratorium Operasi
Teknik Kimia.
3. Asisten-asisten laboratorium Operasi Teknik Kimia yang telah membimbing
kami.
4. Teman-teman Teknik Kimia yang dapat bekerjasama dengan baik.
5. Laboran yang telah membantu dalam menyiapkan peralatan praktikum.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dengan menambah ilmu pengetahuan yang baru bagi pembaca.

Semarang, November 2017

v
Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

RINGKASAN......................................................................................................... iii

SUMMARY ............................................................................................................ iv

PRAKATA ............................................................................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................................1

1.3. Tujuan Instruksional Khusus ..........................................................................................1

1.4. Manfaat Percobaan .........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 2

2.1. Humidifikasi ...................................................................................................................2

2.2. Wetted Wall Column ......................................................................................................3

2.3. Bilangan Tak Berdimensi ...............................................................................................4

2.4. Pengertian tentang Koefisien Perpindahan Massa .........................................................5

2.5. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Column .............................................................8

2.6. Teori Penetrasi ..............................................................................................................12

2.7. Teori Film .....................................................................................................................13

BAB III METODE PERCOBAAN .................................................................... 15

3.1. Rancangan Percobaan...................................................................................................15

3.1.1 Rancangan Praktikum.........................................................................................15

vii
3.1.2 Penetapan Variabel .....................................................................................................15

3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan ..................................................................................16

3.3. Gambar Rangkaian Alat ...............................................................................................16

3.4. Prosedur Praktikum ...................................................... Error! Bookmark not defined.

3.5. Prosedur Praktikum ......................................................................................................17

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN .................................. 21

4.1. Hubungan Laju Alir Udara dan Air terhadap Kgl ........................................................21

Tabel 4.1 Hubungan Laju Alir Udara terhadap Kgl .............................................. 21

Tabel 4.2 Hubungan Laju Alir Air terhadap Kgl .................................................. 22

4.2. Pengaruh Hubungan Laju Alir terhadap Bilangan Reynold (NRe) .............................. 23

Tabel 4.3 Hubungan Laju Alir Air terhadap Nre .................................................. 23

Tabel 4.4 Hubungan Laju Alir Udara terhadap Nre .............................................. 24

4.3. Pengaruh Hubungan Bilangan Reynold (N Re) terhadap Bilangan Sherwood


(NSh).............................................................................................................................. 25

Tabel 4.5 Hubungan Nre dan Nsh Air .................................................................. 25

Tabel 4.6 Hubungan Nre dan Nsh Udara .............................................................. 26

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 28

5.1. Kesimpulan ...................................................................................................................28

5.2. Saran .............................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

LAMPIRAN ........................................................................................................... 1

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Wetted Wall Column ..............................................................................................3


Gambar 2.2 Pengaruh koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase cair atau
dari fase cair ke fase gas .......................................................................................6
Gambar 2.3 Penampang membujur dari wetted wall column untuk bagian dimana
perpindahan massa fasa diukur/ditelaah. ..............................................................8
Gambar 2.4 Teori Penetrasi......................................................................................................12
Gambar 2.5 Teori Film .............................................................................................................13
Gambar 3.1 Rancangan Perocbaan ..........................................................................................15
Gambar 3.2 Alat Praktikum WWC ..........................................................................................16
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Laju Alir Udara terhadap Kgl Udara .......................................21
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Laju Alir Air terhadap Kgl Air................................................22
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Laju Alir Air terhadap N Re Air ................................................24
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Laju Alir Udara terhadap N Re Udara .......................................25
Gambar 4.5 Grafik Hubungan NRe Air terhadap NSh Air .........................................................26
Gambar 4.6 Grafik Hubungan NRe Udara terhadap NSh Udara ................................................27

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hubungan Laju Alir Udara terhadap Kgl .................................................................21


Tabel 4.2 Hubungan Laju Alir Air terhadap Kgl .....................................................................22
Tabel 4.3 Hubungan Laju Alir Air terhadap Nre .....................................................................23
Tabel 4.4 Hubungan Laju Alir Udara terhadap Nre .................................................................24
Tabel 4.5 Hubungan Nre dan Nsh Air .....................................................................................25
Tabel 4.6 Hubungan Nre dan Nsh Udara .................................................................................26

x
WETTED WALL COLUMN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perpindahan massa antar fase hampir dijumpai disetiap proses dalam
teknik kimia, sebagai contoh : ekstraksi cair-cair, leaching, distilasi, absorbsi,
pengeringan, dan pendinginan.
Kontak antar fase gas dan cairan dapat terjadi dalam berbagai cara,
misalnya : peristiwa dimana cairan dilewatkan ke dalam bentuk lapisan film
yang bergerak melalui cairan gas dilewatkan melalui tray tower.
Dengan adanya kontak antar gas dan cairan, maka akan terjadi
perpindahan massa antara gas dan cairan. Oleh karena itu, diperlukan
koefisien perpindahan massa dari fase gas ke cairan (kgg) atau sebaliknya
(kgl).

1.2. Rumusan Masalah


Praktikum WWC (Wetted Wall Coloumn) merupakan praktikum yang
membahas tentang perpindahan massa antar fasa, yaitu gas dan cairan. Pada
praktikum ini akan didapatkan besarnya koefisien perpindahan massa (kgl),
kondisi operasi (temperature, tekanan, laju alir udara dan laju alir air) yang
mempengaruhi besarnya kgl dan nilai bilangan tak berdimensi yaitu pengaruh
bilangan Reynold terhadap bilangan Sheerwood.

1.3. Tujuan Instruksional Khusus


1. Menentukan besarnya kgl pada berbagai variabel operasi.
2. Menentukan pengaruh bilangan tak berdimensi bilangan Reynold
terhadap bilangan Sheerwood.

1.4. Manfaat Percobaan


1. Mengetahui kondisi operasi yang mempengaruhi kgl.
2. Mengetahui fenomena yang terjadi pada saat praktikum Wetted Wall
Column

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 1


WETTED WALL COLUMN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses perpindahan atau penguapan air dari fase
cair ke dalam campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya
kontak antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya.
Dalam proses humidifikasi, tergantung pada beberapa parameter, diantaranya:
 Temperature Dry Bulb
Temperature dry bulb adalah temperatur yang terbaca pada termometer
terkena udara bebas namun terlindung dari radiasi dan kelembapan.
Temperatur dry bulb sering disebut sebagai temperatur udara, sehingga
tidak menujukkan adanya jumlah uap air di udara.
 Temperature Wet Bulb
Temperature wet bulb adalah temperatur kesetimbangan yang dicapai
apabila sejumlah kecil cairan diuapkan ke dalam jumlah besar campuran
uap gas yang tidak jenuh.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur temperature wet bulb
adalah dengan menggunakan termometer yang diselubungi kapas atau kain
basah kemudian dialirkan gas yang mempunyai properties T dry dan humidity
H. Pada keadaan steady state, air akan menguap ke dalam aliran gas. Kapas
atau kain basah akan mengalami pendinginan hingga suhu konstan. Suhu
inilah yang disebut T wet bulb. Dalam penerapannya, T wet bulb digunakan
untuk menentukan humidity dari campuran air-udara.
 Dew point
Dew point adalah temperatur udara saat saturasi atau temperatur dimana
uap air mulai mengembun ketika campuran udara dan uap air didinginkan.
 Enthalpi
Enthalpi adalah banyaknya kalor (energi) yang ada dalam udara setiap satu
satuan massa.
 Relative humidity
Relative humidity adalah perbandingan antara fraksi mol uap dengan
fraksi mol udara basah pada suhu dan tekanan yang sama (%).

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 2


WETTED WALL COLUMN

 Persen humidity
Persen humidity adalah besarnya kandungan uap air dalam udara kering.

% Humidity =

Humidity dinyatakan dengan y. Nilai y dapat dicari dengan menggunakan


diagram psikrometrik, dengan mengetahui nilai temperature dry bulb dan
temperature wet bulb.

2.2. Wetted Wall Column

Gambar 2.1 Wetted Wall Column

Ketika dinding kolom dibasahi dan terisolasi dari lingkungannya


sehingga sistem operasi merupakan sistem adiabatik dan cairan
diresirkulasi dari bagian dasar kolom melalui reservoir ke puncak kolom,
sistem operasi digambarkan sebagai humidifikasi adiabatik. Dalam
keadaan ini, hubungan antara komposisi gas dan suhu gas dan cairan
dapat dihitung dari termodinamika properti dan neraca massa dan energi.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 3


WETTED WALL COLUMN

Berdasarkan pertimbangan, dinding kolom yang dibasahi sebagai


humidifier adiabatik dengan ketentuan untuk kontrol suhu cairan di
reservoir dan penambahan "make up" cairan ke reservoir pada suhu
terkontrol. Asumsikan bahwa gas dan cairan seluruh sistem pada awalnya
pada suhu yang sama. Massa dari cairan ditransfer sebagai proses
penguapan, penurunan suhu yang diperlukan sebagai panas laten
penguapan. Suhu cairan yang jatuh di bawah suhu gas, panas ditransfer
dari gas ke cairan. Dengan cara ini gas didinginkan dan dilembabkan.
Jika cairan masuk ke puncak kolom, harus dipertahankan pada
suhu cairan keluar, tingkat suhu menurun cair, dan gradien suhu cairan
melalui kolom menurun sedangkan suhu dan kelembaban gas yang
masuk tetap konstan . Suhu gas yang keluar akan menurun karena suhu
cairan berkurang karena kecepatan transfer panas yang lebih besar
diperoleh dengan perbedaan besar dalam suhu antara gas dan cairan.
Suhu gas buang akan selalu lebih tinggi dari cairan masuk. Proses
pendinginan ini akan berlanjut sampai laju transfer panas dari gas ke
cairan hanya setara dengan panas laten yang dibutuhkan untuk
menguapkan cairan.

2.3. Bilangan Tak Berdimensi


Terdapat beberapa faktor bilangan yang mempengaruhi koefisien
perpindahan massa (kgl) diantaranya meliputi:
 Bilangan Reynold (NRe)
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya
inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang menguantifikasikan
hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.
Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran yang
berbeda, misalnya laminar dan turbulen. Dengan perumusan nilai
bilangan sebagai berikut.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 4


WETTED WALL COLUMN

Dimana:
vs = kecepatan fluida,
L = panjang karakteristik,
v = viskositas kinematik fluida: v = μ / ρ,
ρ = kerapatan (densitas) fluida.
 Bilangan Schimdt
Bilangan Schmidt merupakan rasio dari momentum dan difusivitas
massa. Bilangan ini digunakan untuk menentukan sifat aliran-aliran
fluida dimana pada aliran tersebut proses konveksi-difusi momentum
dan massa berlangsung secara simultan. Dengan perumusan sebagai
berikut.

Dimana:
V = viskositas kinematis ( ) dalam satuan unit (m2/s)

D = difusivitas massa (m2/s)


= viskositas dinamis dari aliran fluida (N.s/m2)
= densitas dari fluida (kg/m3)
 Bilangan Sheerwood
Bilangan Sheerwood (Nusselt) merupakan bilangan tak berdimensi
yang digunakan untuk mengetahui besarnya koefisien transfer massa
(kgl) dimana merupakan rasio dari koefisien konveksi transfer massa
dengan difusivitas transfer massa.

dimana
L = panjang kolom perpindahan massa (m)
D = difusivitas massa (m2.s-1)
K = Koefisien transfer massa (m.s-1)
2.4. Pengertian tentang Koefisien Perpindahan Massa
Koefisien perpindahan massa merupakan besaran empiris yang
diciptakan untuk memudahkan persoalan-persoalan perpindahan massa

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 5


WETTED WALL COLUMN

antar fase, yang akan dibahas disini adalah koefisien perpindahan massa
dari fase gas ke fase cair, atau sebaliknya dari suatu zat. Untuk menelaah
hal ini dapat diperhatikan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pengaruh koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase
cair atau dari fase cair ke fase gas
Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Kondisi Operasi
Kondisi operasi dapat berupa laju alir, temperatur dan tekanan.
2. Kondisi Alat
Kondisi alat meliputi diameter dan tinggi/panjang alat.
3. Sifat Bahan
Sifat bahan dapat berupa densitas, viskositas, diffusivitas.
Bila terjadi perpindahan massa dari fase cair ke fase gas pada
bidang selang film cair – gas dalam hal ini adalah penguapan air dari
permukaan cairan ke permukaan atau aliran udara, maka kecepatan
perpindahan massa persatuan luas permukaan perpindahan massa dalam
arah y dinyatakan oleh hukum Fich ke 2 sebagai berikut :
NAy = JAY + XA ( NAy + NBy) . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . (1)
dimana :
NAy = fluks massa komponen A (dalam hal ini air) dalam arah y karena
terbawa aliran fluida (gr mole / cm2 det)
NBy = fluks massa komponen B (dalam hal ini udara) dalam arah y
karena dimana aliran fluida (gr mole / cm 2 det)
XA = fraksi mol uap air difase gas yang merupakan fungsi dari y dan z

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 6


WETTED WALL COLUMN

JAY = fluks massa komponen A dalam arah y karena difusi molekuler (gr
mol / cm2 det)
Maka persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai berikut :
NAy – XA ( NAy + NBy ) = JAy . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . (2)
Menurut Hukum Fich pertama, maka
JAy = – C DAB XA / y . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . (3)
Pemecahan persamaan (3) untuk menentukan besarnya JAy
memerlukan persyaratan bahwa XA/y diketahui lebih dulu. Guna
memecahkan persoalan – persoalan yang rumit pada alirannya, maka
penggunaan persamaan (3) akan sangat menyulitkan. Oleh karena itu,
didefinisikan koefisien perpindahan massa sebagai berikut :
JAy∝ = kg. LoC ( XAo – XA ) . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . (4)
Dimana ( XAo – XA) adalah beda konsentrasi dan dinyatakan
dengan fraksi mol dalam arah perpindahan massa y. Pendefinisian ( XAo –
XA) ini menentukan definisi yang tepat dari kg.LoC (tanda LoC dari fase
gas diganti huruf g). Pernyataan lokal disini dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kg dapat berbeda-beda dari satu posisi lain pada
permukaan bidang selang dimana perpindahan massa terjadi.
Agar lebih memudahkan pemakaian, maka didefinisikan kg rata-
rata yang dinyatakan dengan kgl sebagai berikut :

∫ ∫
.............................

. . .(5)
Menurut definisi diatas maka kgl = harga rata-rata kg.LoC untuk
seluruh permukaan perpindahan massa s. Tentang ( XAo – XA) pada
umumnya dilakukan pendefinisian sebagai berikut :
XAO = fraksi mol komponen A pada fase gas tepat dipergunakan
bidang selang XA = fraksi mol rata-rata komponen A di fase gas atau
dengan rumus :

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 7


WETTED WALL COLUMN

.................................

. (6)
A = luas penampang aliran gas yang tegak lurus terhadap
permukaan perpindahan massa
XA = seperti didefinisikan diatas juga sebagai “Cup-mixing average”
dari XA.LoC.
2.5. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Column
Guna menelaah perpindahan massa dalam wetted wall column,
perhatikan gambar 2.3.

Gambar 2.3 Penampang membujur dari wetted wall column untuk bagian
dimana perpindahan massa fasa diukur/ditelaah.

Kita tinjau sistem setinggi dz. Neraca material komponen A yang


dilakukan terhadap segmen tersebut menghasilkan persamaan differensial
sebagai berikut :

......................

. . . . . . .(7)
dimana, W = laju alir massa gas dalam arah z (gr mole/det)
Dengan menggunakan kenyataan bahwa penambahan laju alir
massa dalam arah z hanyalah karena adanya fluks massa JAy maka dapat
dituliskan hubungan sebagai berikut:

........................

. . . . . . (8)
Persamaan (7) dan (8) akan menghasilkan hubungan :

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 8


WETTED WALL COLUMN

W ..............

. . . . . . .(9)
Dengan menggunakan (4) maka persamaan (9) dapat diubah menjadi :

dz . . . . . . . . . . . . .

. . . . . .(10)
Dalam menyelesaikan persamaan (10) maka perlu penganggapan bahwa
XA ratarata (lihat persamaan (6)), maka anggapan tersebut dapat
digunakan. Selanjutnya dengan mengabaikan perubahan
total dari W sepanjang kolom, maka integrasi persamaan (10) untuk Z=0
sampai Z=L menghasilkan :
∫ ∫
dz.. . . . . .

. . . . . .(11)
Ruas kiri adalah definisi kgl sedang ekspansi parsiil, ruas kanan dapat
dengan mudah diintegrasikan.

dz.. . .

. . . . . .(12)
Dengan persamaan ini maka kgl dapat ditentukan dari data percobaan.
Korelasi empiris dimensi dapat diketahui bahwa kgl dipengaruhi
oleh NRe, NSc, dan faktor geometris kolom (L/D). Pengaruh faktor-
faktor tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut

...................

. . . . . . . (13)
Nre = bilangan Reynold untuk aliran gas
Nsc = bilangan Schmidt untuk fasa gas
L/D = perbandingan panjang kolom terhadap diameter kolom
Suatu proses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok
dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan
perpindahan massa. Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur
yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri
aliran liquid, seperti pada kasus heat transfer, mekanisme perpindahan

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 9


WETTED WALL COLUMN

massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah campuran gas yang terdiri dari
dua jenis molekul atau lebih, dimana konsentrasi masing-masing
berbeda, maka masing-masing molekul ini cenderung menuju ke
komposisi yang sama seragam. Proses ini terjadi secara alami.
Perpindahan massa makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi
dalam sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara
flux dari substan yang terdifusi dengan gradient konsentrasi.

........................

. . . . . (14)
Dimana JA,Z merupakan molar flux pada Z, merupakan perubahan
konsentrasi serta DAB adalah diffusivitas massa atau koefisien
diffusivitas komponen A yang terdifusi melalui komponen B. Karena
perpindahan masssa atau diffusi hanya terjadi dalam campuran, maka
pengaruh dari tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya, untuk
mengetahui laju diffusi dari setiap komponen relative terhadap kecepatan
campuran. Kecepatan campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata
tiap komponen.
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Hukum Frek’s dimana D AB
adalah koefisien diffusivitas. Koefisien diffusivitas tergantung pada:
1. Tekanan
2. Temperatur
3. Komposisi Sistem
Koefisien diffusivitas masing-masing fase berbeda-beda. Koefisien
diffusivitas untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5.10 -6 – 10-5 m2/s ,
untuk liquid 10-10– 10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 -10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida
yang bergerak atau dua fluida yang bergerak yang tidak tercampur.
Model ini tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakteristik
gerakan fluida. Persamaan laju perpindahan massa konvektif sebagai
berikut:

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 10


WETTED WALL COLUMN

NA . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
. . . . . (15)
dimana, NA = perpindahan massa molar zat
= perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan
konsentrasi ratarata fluida
= koefisien perpindahan massa konvektif
Mekanisme perpindahan massa antar permukaan dan fluida
termasuk perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan
dan aliran laminar.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu
komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah
absorbsi dan humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk
menggambarkan koefisien perpindahan massa konvektif adalah:
NA,Z = ...................

. . . . . . (16)
dimana:NAZ = laju perpindahan molar
DAB = diffuisivitas
P = tekanan
R = konstanta gas
T = temperature
Z = jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, dimana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model
dimana tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas
diasumsikan terjadi dalam suatu stagnan film atau laminar film tebal.
Dengan kata lain, menunjukkan tebal lapisan liquid.
1. Transfer massa dari gas ke film falling liquid
2. Transfer massa dalam wetted wall column
Kebanyakan data dari transfer massa antara permukaan pipa dan
aliran fluida telah ditentukan dengan menggunakan wetted wall columns.
Alasan mendasar untuk menggunakan kolom-kolom ini untuk

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 11


WETTED WALL COLUMN

penyelidikan transfer massa adalah untuk mengontakkan luas area antara


2 fase sehingga dapat dihitung dengan tepat.
Koefisien transfer massa konvektif untuk jatuhnya liquid film
dikorelasikan oleh Vivian dan pecamenet dengan korelasi:

. . . .. . . . . . . . .

. . . . . .(17)
dimana :
Z = panjang
DAB = diffusivitas massa antara komponen A dan B
= densitas liquid B
= viskositas liquid B
g = percepatan gravitasi
Sc = schimdt number (dievaluasikan pada temperatur film liquid)
Re = reynold number
2.6. Teori Penetrasi
Teori penetrasi yang dinyatakan oleh Trey Ball menyatakan kontak
2 fluida. Pada gambar (a) gelembung gas membesar melalui liquid yang
mengabsorbsi gas. Partikel liquid mula-mula berada di puncak gelembung
dimana partikel liquid siap sepanjang permukaan gelembung. Pada gambar
(b) terlihat dimana liquid dengan gerakan turbulen memperlihatkan arus
eddy constant.

Gambar 2.4 Teori Penetrasi


Mula-mula partikel gas terlarut tidak seragam dan mula-mula arus
eddy dianggap diam, jika arus eddy dibiarkan berkontak dengan gas pada
permukaannya, konsentrasi liquid permukaan gas C A yang berada pada

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 12


WETTED WALL COLUMN

kelarutan keseimbangan gas dari liquid selama partikel liquid menjadi


penentu difusi unsteady state atau penetrasi solute pada arah Z.
Untuk waktu yang pendek dan difusinya berlangsung pelan di dalam
molekul solute yang larut tidak pernah mencapai kedalaman Zp sesuai
dengan ketebalan arus eddy. Keadaan puncak yang ada pada fenomena
transfer massa dalam dinding kolom yang dibasahi adalah :
CA0 pada 9 = 0 , untuk semua Z
CA pada Z = 0 , 9 > 0
CA0 pada Z = ∞ , untuk semua 9

2.7. Teori Film


Gambar di berikut ini memperlihatkan cairan yang sedang jatuh pada
lapisan (film) dengan aliran laminer ke dasar pada permukaan rotameter
yang vertikal berkontak dengan gas A yang larut ke dalam cairan dengan
konsentrasi A yang seragam C A0 dari pada A pada puncaknya.

Gambar 2.5 Teori Film


Pada permukaan cairan, konsentrasi gas terlarut C A , yang berada
dalam keseimbangan dengan tekanan A pada fase gas karena C A > CA0 gas
terlarut ke dalam cairan. Koefisien perpindahan massa Kgl dengan
sejumlah gas terlarut setelah liquid terjenuh sejauh L dan dihitung.
Masalah ini dapat dipecahkan dengan penyelesaian simultan
persamaan kontinuitas. Untuk komponen A dengan persamaan yang
menggambarkan liquid yaitu persamaan laminer.
Persamaan simultan dan jumlah persamaan diferensial partikel
menjadi lebih mudah dengan beberapa asumsi :

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 13


WETTED WALL COLUMN

1. Tidak ada reaksi kimia


2. Pada arah A kondisinya tidak berubah
3. Kondisinya steady state
4. Kecepatan adsorbsi gas sangat kecil
5. Difusi A pada arah yang diabaikan dibandingkan dengan gerakan
ke dasar
6. Sifat-sifat fisiknya konstan.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 14


WETTED WALL COLUMN

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Rancangan Percobaan


3.1.1 Rancangan Praktikum

Menyalakan Rotameter udara


dan mengalirkan air

Kalibrasi Rotemeter Kalibrasi Rotemeter air


udara dengan mengatur dengan mengatur skala
skala 1000 60

Operasi variabel laju Operasi variabel laju


alir udara: 1000, 1100, alir air: 40, 50, 60, 70,
1200, 1300, 1400 80
Laju alir air: 40 Laju alir udara: 1200

Gambar 3.1 Rancangan Perocbaan


Pengolahan data:
Mengukur suhu, lalu
Selesai
mengolah data yang
didapat

3.1.2 Penetapan Variabel


Variabel Tetap : Waktu Kalibrasi Air = 10 detik

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 15


WETTED WALL COLUMN

Volume Wet Gas Meter = 10 L


Laju Alir Udara Tetap = 1200
Laju Alir Air Tetap = 60
Variabel Berubah : Laju Alir Rotameter Udara = 1000, 1100, 1200,
1300, 1400
Laju Alir Rotameter Air = 40, 50, 60 ,70, 80

3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan


Alat dan Bahan yang Digunakan
Bahan :
- Udara
- Air
Alat :
- Stopwatch
- Thermometer

3.3. Gambar Rangkaian Alat


Va Aliran Air

Gambar 3.2 Alat Praktikum WWC

Keterangan :
1. Blower
2. Rotameter udara
3. Rotameter air

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 16


WETTED WALL COLUMN

4. Kolom perpindahan massa


3.4. Prosedur Praktikum
Pelaksanaan pekerjaan dapat dibagi dalam dua tahap yaitu tahap
persiapan dan tahap operasi.
A. Tahap Persiapan
1. Kalibrasi Rotameter Udara
 Menjalankan rotameter udara
 Mengisi wet gas meter dengan air sampai level tertentu sehingga
putaran jarum konstan
 Menghubungkan wet gas meter dengan pipa keluaran udara
 Mengatur skala rotameter udara
 Menghitung waktu yang diperlukan untuk jarum pada wet gas meter
melakukan satu putaran
 Mengulangi sampai 3x
 Mengulangi langkah di atas untuk skala rotameter udara yang lain,

2. Kalibrasi Rotameter Air


 Mengalirkan air dengan membuka kran pada jarak tertentu
 Mengatur skala rotameter air
 Mengalirkan air selama 10 detik dan menampung airnya untuk
mengetahui volumenya.
 Mengukur volume air
 Mengulangi sampai 3x
 Mengulangi langkah diatas untuk skala rotameter air yang lain.
B. Tahap Operasi
1. Mengalirkan air dari kran air pada penunjukkan skala rotameter
tertentu
2. Mengalirkan udara pada penunjukkan skala rotameter udara tertentu
3. Mengukur suhu wet bulb (ujung termometer diselubungi kapas
basah) dan dry bulb pada puncak dan dasar kolom
4. Membaca dan mencatat suhu pada termometer setelah 10 menit.
5. Ulangi langkah 1-4 sebanyak 4 skala lainnya.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 17


WETTED WALL COLUMN

C. Analisa Hasil Percobaan


Dari percobaan didapatkan data waktu untuk 1 kali putaran jarum
wet gas meter (sekon), volume air selama 10 detik (ml), Td dan Tw
pada input, serta Td dan Tw pada output.
1. Dengan menggunakan persamaan berikut :

Quk =

Qum =

Vm = x (1+Ym) 22,4

Vk = x (1+Yk) 22,4

Dalam persamaan ini:


Quk = debit air keluar (m3/s)
Qum = debit air masuk (m3/s)
Vm = volume udara masuk (m3)
Vk = volume udara keluar (m3)
Td in = suhu dry bulb masuk (K)
Td out = suhu dry bulb keluar (K)
Pm = tekanan udara masuk (N/m2)
Pk = tekanan udara keluar (N/m2)
Ym = molal humidity udara masuk (mol air/mol udara kering)
Yk = molal humidity udara keluar (mol air/mol udara kering)
Karena pada percobaan ini Pm = Pk = 1 atm, maka persamaan
menjadi:

Ym, Yk dapat di cari pada diagram Psikometrik:


 Tw diplotkan pada garis 100% humidity, kemudian ditarik
sejajar garis saturai adiabatis ke Td, maka diperoleh Y.
 Tw in, Td in → Ym
 Tw out, Td out → Yk
2. Perhitungan Bilangan Reynold

NRe =

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 18


WETTED WALL COLUMN

V=

, D = Diameter Kolom

3. Perhitungan Tebal Lapisan film

; g = konstanta gravitasi = 9,8 m/s

4. Perhitungan Bilangan Reynold Udara


NRe udara =

5. Perhitungan Koefisien Perpindahan Massa (Kgl)X*

→ plot Tw in ; = Ym
→ plot Tw out ; = Yk
Dimana:

BM udara = 28,97 kg/mol


Y’ = Tdin 100% relative humidity
6. Perhitungan Bilangan Sherwood
NSh =

Dimana:
Kgl = koefisien transfer massa udara (mol/m2.s)
Pm = tekanan parsiil rata-rata udara (N/m2)
Pt = tekanan total = 1,0132 x 105 N/m2
R = konstanta gas ideal = 8,314 Nm/kmol.K
T = temperature absolut = 303 K
DAB = diffusivitas air udara, interpolasi dari data yang didapat pada
Treyball table 2-1, yaitu 2,6384 x 105 m2/s

Pm =
( )

PA1 =

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 19


WETTED WALL COLUMN

PA2 =

7. Perhitungan Bilangan Sherwood (Persamaan)


; a dan b dicari dengan persamaan Least Square.
8. Perhitungan Persentase Kesalahan:

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 20


WETTED WALL COLUMN

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hubungan Laju Alir Udara dan Air terhadap Kgl


Tabel 4.1 Hubungan Laju Alir Udara terhadap Kgl
Skala Debit Kgl
1000 0.000769 0,000538
1100 0.000909 0,000201
1200 0.0011 0,00031
1300 0.00133 0,000207
1400 0.001538 0,000297

0,0006

0,0005

0,0004
Kgl

0,0003

0,0002

0,0001

0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002
Q udara (m3/s)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Laju Alir Udara terhadap Kgl Udara
Dari gambar 4.1 hubungan antara laju alir terhadap Kgl pada air dan udara terlihat
bahwa semakin besar laju alir air maka nilai Kgl air semakin besar pula karena
bertambahnya debit air. Kgl merupakan koefisien perpindahan massa cair gas.
Semakin besar laju alir maka semakin banyak massa yang terkandung, oleh
karena itu perpindahan massa cair gas semakin besar.
Pada variabel udara, semakin besar laju alir udara maka nilai Kgl udara
juga semakin besar karena bertambahnya debit udara. Kgl merupakan koefisien
perpindahan massa cair gas. Semakin besar laju alir maka semakin banyak massa
yang terkandung sehingga perpindahan massa cair gas semakin besar. Hal ini
dapat ditunjukkan pada persamaan:

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 21


WETTED WALL COLUMN

Dimana W =

Keterangan :
D : diameter kolom (m)
L : panjang kolom (m)
Quk : laju alir udara (m3/s)
BM : berat molekul udara
Y’ : Td in saturasi (100% humidity)

Tabel 4.2 Hubungan Laju Alir Air terhadap Kgl


Skala Debit Kgl
40 0.000013 0,000498
50 0.000014 0,000283
60 0.000018 0,000401
70 0.000021 0,000238
80 0.000023 0,000232

0,0006

0,0005

0,0004
Kgl

0,0003

0,0002

0,0001

0
0 0,000005 0,00001 0,000015 0,00002 0,000025
Q air (m3/s)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Laju Alir Air terhadap Kgl Air
Dari gambar 4.2 hubungan antara laju alir terhadap Kgl pada air dan udara
terlihat bahwa semakin besar laju alir air maka nilai Kgl air semakin besar pula
karena bertambahnya debit air. Kgl merupakan koefisien perpindahan massa cair
gas. Semakin besar laju alir maka semakin banyak massa yang terkandung, oleh
karena itu perpindahan massa cair gas semakin besar.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 22


WETTED WALL COLUMN

Pada variabel udara, semakin besar laju alir udara maka nilai Kgl udara
juga semakin besar karena bertambahnya debit udara. Kgl merupakan koefisien
perpindahan massa cair gas. Semakin besar laju alir maka semakin banyak massa
yang terkandung sehingga perpindahan massa cair gas semakin besar. Hal ini
dapat ditunjukkan pada persamaan:

Dimana W =

Keterangan :
D : diameter kolom (m)
L : panjang kolom (m)
Quk : laju alir udara (m3/s)
BM : berat molekul udara
Y’ : Td in saturasi (100% humidity)

4.2. Pengaruh Hubungan Laju Alir terhadap Bilangan Reynold (NRe)


Tabel 4.3 Hubungan Laju Alir Air terhadap Nre
Skala Debit
1000 0.000013 330,991
1100 0.000014 356,452
1200 0.000018 458,295
1300 0.000021 534,678
1400 0.000023 585,6

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 23


WETTED WALL COLUMN

700

600

500
N Reynold

400

300

200

100

0
0 0,000005 0,00001 0,000015 0,00002 0,000025
Q air (m3/s)

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Laju Alir Air terhadap N Re Air


Berdasarkan gambar 4.3 hubungan antara laju alir terhadap bilangan
Reynold (NRe) pada air maupun udara mengalami kenaikan. Dari hasil pecobaan
diperoleh bahwa semakin besar laju alir air dan udara diperoleh N Re yang semakin
besar. Harga NRe menunjukkan bahwa semakin besar N Re maka aliran air maupun
udara semakin turbulen. Semakin besar laju alir air dan udara menyebabkan aliran
menjadi turbulen yang ditandai dengan meningkatnya harga N Re.

Tabel 4.4 Hubungan Laju Alir Udara terhadap Nre


Skala Debit Nre
40 0.000769 103,648
50 0.000909 122,493
60 0.0011 149,713
70 0.00133 179,656
80 0.001538 207,295

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 24


WETTED WALL COLUMN

250

200
N Reynold

150

100

50

0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012 0,0014 0,0016 0,0018
Q udara (m3/s)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Laju Alir Udara terhadap N Re Udara


Berdasarkan gambar 4.3 hubungan antara laju alir terhadap bilangan
Reynold (NRe) pada air maupun udara mengalami kenaikan. Dari hasil pecobaan
diperoleh bahwa semakin besar laju alir air dan udara diperoleh N Re yang semakin
besar. Harga NRe menunjukkan bahwa semakin besar N Re maka aliran air maupun
udara semakin turbulen. Semakin besar laju alir air dan udara menyebabkan aliran
menjadi turbulen yang ditandai dengan meningkatnya harga N Re.

4.3. Pengaruh Hubungan Bilangan Reynold (NRe) terhadap Bilangan


Sherwood (NSh)
Tabel 4.5 Hubungan Nre dan Nsh Air
Skala Log Nre Log Nsh
40 2,519816 -8,9337392
50 2,552001 -9,1484523
60 2,661145 -9,1944435
70 2,728092 -9,4591532
80 2,767601 -9,5958916

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 25


WETTED WALL COLUMN

-8,9
2,5 2,55 2,6 2,65 2,7 2,75 2,8
-9
-9,1
-9,2
Log Nsh

-9,3
-9,4
-9,5
y = -2,319x - 3,1309
-9,6
-9,7
Log Nre (air)

Gambar 4.5 Grafik Hubungan NRe Air terhadap NSh Air


Dari gambar 4.5 hubungan antara N Re air terhadap NSh air dapat terlihat
bahwa terjadi penurunan. Pada variabel air penurunan disebabkan karena pada
percobaan laju alir yang dihasilkan berubah-ubah sehingga menyebabkan
koefisien perpindahan massa (Kgl) juga mengalami perubahan yang ditunjukkan
dengan hasil linier yang menurun. Kgl yang menurun, menyebabkan N Sh juga
mengalami penurunan. Sesuai persamaan :
NSh = a NRe b ; NSh berbanding lurus dengan NRe
Dari percobaan diperoleh hubungan antara bilangan Reynold dan bilangan
Sherwood pada variabel laju alir air, yaitu: NSh = 10-5.031 (NRe)-1.756dengan persen
kesalahan 0.13%
Tabel 4.6 Hubungan Nre dan Nsh Udara
Skala Log Nre Log Nsh
1000 2,01556 -9,0252564
1100 2,08811 -8,1506822
1200 2,17526 -8,662504
1300 2,254442 -9,2529942
1400 2,31659 -9,1280212

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 26


WETTED WALL COLUMN

-8
2 2,05 2,1 2,15 2,2 2,25 2,3 2,35
-8,2

-8,4
Log Nsh

-8,6

-8,8

-9
y = -1,7566x - 5,0321
-9,2

-9,4
Log Nre (udara)

Gambar 4.6 Grafik Hubungan NRe Udara terhadap NSh Udara


Dari gambar gambar 4.6 hubungan antara NRe udara terhadap NSh udara
mengalami kenaikan. Pada variabel udara, semakin besar harga N Re maka harga
NSh juga semakin besar. Hal ini dikarenakan N Re yang semakin besar
menunjukkan bahwa alirannya semakin turbulen sehingga nilai Kgl semakin besar
dan pada akhirnya harga N Sh juga semakin besar, sesuai persamaan :
NSh = a NRe b ; NSh berbanding lurus dengan NRe
Dari percobaan diperoleh hubungan antara bilangan Reynold dan bilangan
Sherwood pada variabel laju alir air dan laju alir udara, yaitu: NSh = 10-3.1309 (NRe)-
2.319
dengan persen kesalahan 0.75%

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 27


WETTED WALL COLUMN

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar laju alir air dan udara maka Kgl air dan udara semakin
besar.
2. Semakin besar laju alir air dan udara didapat harga N Re semakin besar.
3. Semakin besar NRe air didapat NSh air semakin kecil. Semakin besar
NRe udara didapat NSh udara semakin besar.
4. Hubungan antara NSh dengan NRe dapat dinyatakan dengan persamaan :
NSh = a NRe b.

5.2. Saran
1. Pengukuran suhu Td dan Tw pada input maupun output dilakukan
dengan cermat dan tidak bersentuhan.
2. Kapas yang digunakan untuk pengukuran Tw dibasahi secara merata.
3. Termometer tidak bersentuhan dengan dinding pipa input maupun
output.

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 28


WETTED WALL COLUMN

DAFTAR PUSTAKA

Bird ,RB. Stewart, Wt and Light Foote, E.N. “Transport Phenomena” John
Willey and Jason. 1968.
Brown, GG. “Unit Operations”. John Willey and Sons, Inc. New York. 1950. Mc
Cabe, WL and J Smith. “Unit Operations”. Mc Graw Hill. 1956
Treybal, RE. .Mass Transfer Operation. 3rd ec. Mc Graw Hill Book Co. Book of
Japan. 1980

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2017 29


LAMPIRAN

LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

Materi :
WETTED WALL COLUMN

KELOMPOK : 8 / KAMIS
ANGGOTA : DWI SULISTIYANTO
IZMI NUR SAFITRI
RATNA JUWITA SARI
SATRIO PRIAMBODO

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

A-1
A. Kalibrasi Rotameter Udara (skala rotameter air = 60)
Skala I (s) II (s) III (s)
1000 13 13 13
1100 11 11 11
1200 9 9 9
1300 7.5 7.5 7.5
1400 6.5 6.5 6.5

B. Kalibrasi Rotameter Air (skala rotameter udara = 1200)


Skala I (ml) II (ml) III (ml)
40 135 130 125
50 140 152 147
60 180 182 183
70 224 215 210
80 233 247 237.6

C. Variabel Udara (skala rotameter air tetap)


Td awal : 29.2 oC
Tw awal : 25.5 oC

Skala Input Output


Td (oC) Tw (oC) Td (oC) Tw (oC)
1000 32 24.5 29 26
1100 30.4 24.8 29.5 25.4
1200 31.6 26 29.2 26.5
1300 32 24.5 30 25.5
1400 32.1 24.4 30 25.5

A-2
D. Variabel Air (skala rotameter udara tetap) Comment [m1]: Dispasiin aja kebawah
o
Td awal : 29.4 C
Tw awal : 25.6 oC

Skala Input Output


Td (oC) Tw (oC) Td (oC) Tw (oC)
40 33 24 29.3 25.5
50 31 24 28.5 25.4
60 33.2 24.2 29.5 26
70 32.3 24.1 31 26.1
80 32.1 23.9 30.8 26

Semarang, 13 November 2017


Praktikan Asisten

Dwi S Izmi N Ratna Satrio Mahmudi

A-3
LEMBAR PERHITUNGAN

Diameter kolom : 0.06 m


Panjang kolom : 0.65 m
Densitas air : 995.341 kg/m3
Densitas udara : 1.1313 kg/m3
Viskositas air : 8.3 x 10-4 kg/m sec
Viskositas udara : 1.8 x 10-5 kg/m sec
Suhu ruangan : 30oC
Tekanan udara : 1.0132 x 10-5 N/m2

A. Kalibrasi Rotameter Air (t = 10 sekon)


Volume air (ml) Rata-rata
Skala Q Air (m3/s)
I II III (ml)
40 135 130 125 130 0.000013
50 140 152 147 146.3 0.000014
60 180 182 183 181.6 0.000018
70 224 215 210 216.3 0.000021
80 233 247 233 237.6 0.000023

B. Kalibrasi Rotameter Udara (volume = 10L)


Waktu / putaran (s) Q Udara
Skala Rata-rata (s)
I II III (m3/s)
1000 13 13 13 13 0.000769
1100 11 11 11 11 0.000909
1200 19 19 19 19 0.0011
1300 7.5 7.5 7.5 7.5 0.00133
1400 6.5 6.5 6.5 6.5 0.001538

Rumus yang digunakan:

Quk =

B-1
Qum = x Quk

Vm =

Vk =

Dari persamaan di atas:


Quk , Qum : debit air keluar , masuk (m3/s)
Vol : volume udara yang mengalir (m3)
Vm , Vk : volume udara masuk , keluar (m3)
Tdi , Tdo : suhu dry bulb masuk , keluar (K)
Pm , Pk : tekanan udara masuk , keluar (N/m2)
Ym , Yk : molal humidity udara masuk , keluar (mol air/mol udara kering)

Dalam percobaan Pm = Pk = 1 atm, maka persamaan menjadi:

Ym dan Yk dapat dicari dari diagram psikometrik.


Tw diplotkan pada garis 100% humidity kemudian tarik garis saturasi adiabatik ke Td, maka
didapat:
 Tw in , Td in  Ym
 Tw out , Td out  Yk

C. Perhitungan Bilangan Reynold Air

NRe = ;v=

NRe air = ; D = diameter kolom

D. Perhitungan Tebal Lapisan Film

δ=* +1/3 ; g = konstanta gravitasi = 9.8 m/s2

E. Perhitungan Bilangan Reynold Udara


NRe udara =

F. Perhitungan Kgl

B-2
Kgl =

X*A1  plot Tw in , XA1 = Ym


X*A2  plot Tw out , XA2 = Yk

Dimana, W =

BM udara = 28.97 kg/mol


Y’ = Td in saturasi (100% humidity)

G. Perhitungan Bilangan Sherwood

NSh =

Kgl : koefisien transfer massa udara (mol/m2 sec)


Pm : tekanan parsiil rata-rata
Pt : tekanan total = 1.0132 x 10-5 N/m2
R : konstanta gas ideal = 8.314 Nm/kmol K
T : temperatur absolute = 303 K
DAB : difusivitas air udara, interpolasi dari data yang didapat dari Treyball 2-1
2.6384 x 105 m2/s
YA1 = X*A1 YA2 = X*A2 P1 = Pt – PA1 Pm = P

PA1 = Pt PA2 = Pt P2 = Pt – PA2

H. Perhitungan Bilangan Sherwood


NSh = a (NRe) b ; a dan b dicari dengan Least Square

I. Perhitungan Prosentase Kesalahan



% kesalahan = x 100 %

J. Variabel Laju Alir Air (skala udara = 1200)


Skala Air Td in (oF) Td out (oF) Tw in (oF) Tw out Ym=XA1 Yk=XA2
o
( F)
40 33 29.3 24 25.5 0.0244 0.0313
50 31 28.5 24 25.4 0.0257 0.0303
60 33.2 29.5 24.2 26 0.0243 0.0321

B-3
70 32.3 31 24.1 26.1 0.024 0.0315
80 32.1 30.8 23.2 26 0.022 0.0309

Skala Air Td in (K) Td out (K) Q air NRe air δ

40 33 29,3 0,000013 330,991 0,00114607


50 31 28,5 0,000014 356,452 0,00114607
60 33,2 29,5 0,000018 458,295 0,00114607
70 32,3 31 0,000021 534,678 0,00114607
80 32,1 30,8 0,000023 585,6 0,00114607

Skala Air NRe udara Y’ W X*A1 X*A2

40 330,991 0,05279 4,56757E-05 0,03058 0,03299


50 356,452 0,04973 4,5543E-05 0,03058 0,03283
60 458,295 0,05311 4,56896E-05 0,0309 0,03444
70 534,678 0,05021 4,5564E-05 0,03074 0,0346
80 585,6 0,04989 4,555E-05 0,02929 0,03444

Skala Air Kgl PA1 PA2 Pm NSh

40 0,0005 3006,38 3236,14 41919445 1,16483E-09


50 0,00028 3006,38 3220,86 44917189 7,10473E-10
60 0,0004 3037,07 3373,48 28565889 6,39082E-10
70 0,00024 3021,73 3388,72 26181320 3,47414E-10
80 0,00023 2883,39 3373,48 19623723 2,53576E-10

 Hubungan antara NSh dan NRe


NSh = a (NRe) b
Log NSh = log a + b log (NRe)
y = c + mx
Skala Air Log NRe (x) Log NSh (y)

40 2,519816 -8,9337392

B-4
50 2,552001 -9,1484523
60 2,661145 -9,1944435
70 2,728092 -9,4591532
80 2,767601 -9,5958916

Dengan metode Least Square didapat, y = -2,319x - 3,1309


m = b = -2,319
c = log a = -3,1309, Didapat NSh = 10-3,1309 (NRe)-2,319

 Perhitungan % kesalahan

% kesalahan = x 100 %

NRe air (NSh)h (NSh)p % kesalahan

2,519816 -8,9337392 1,06083E-09 0,08928


2,552001 -9,1484523 8,93326E-10 0,25737
2,661145 -9,1944435 4,98774E-10 0,21955
2,728092 -9,4591532 3,48862E-10 0,00417
2,767601 -9,5958916 2,8251E-10 0,1141
Rata-rata kesalahan 0,136893%

K. Variabel Laju Alir Udara (skala air = 60)


Skala Td in (oF) Td out Tw in (oF) Tw out Ym=XA1 Yk=XA2
o o
Udara ( F) ( F)
1000 32 29 24,5 26 0,02656 0,03412
1100 30,4 29,5 24,8 25,4 0,02817 0,0309
1200 31,6 29,2 26 26,5 0,03058 0,0338
1300 32 30 24,5 25,5 0,02656 0,03058
1400 32,1 30 24,4 25,5 0,02575 0,03058

Skala Td in (K) Td out Q udara NRe udara Δ


Udara (K)
1000 32 29 0,00077 103,648 0,00029

B-5
1100 30,4 29,5 0,00091 122,493 0,00029
1200 31,6 29,2 0,00111 149,713 0,00029
1300 32 30 0,00133 179,656 0,00029
1400 32,1 30 0,00154 207,295 0,00029

Skala
Q udara NRe udara Y’ W X*A1 X*A2
Udara
1000 0,00077 103,648 0,04989 2,8611E-05 0,03138 0,0346

1100 0,00091 122,493 0,04587 3,3943E-05 0,03315 0,03332

1200 0,00111 149,713 0,04828 4,1391E-05 0,0346 0,03541

1300 0,00133 179,656 0,04989 4,9593E-05 0,03138 0,03348

1400 0,00154 207,295 0,05021 5,7205E-05 0,03122 0,03348

Skala Air Kgl PA1 PA2 Pm NSh

1000 0,00054 3083,08 3388,72 31427388 9,43504E-10


1100 0,0002 3251,42 3266,69 629478553 7,06835E-09
1200 0,00031 3388,72 3464,83 125856580 2,17518E-09
1300 0,00021 3083,08 3281,96 48376163 5,58478E-10
1400 0,0003 3067,75 3281,96 44917219 7,44696E-10

 Hubungan antara NSh dan NRe


NSh = a (NRe) b
Log NSh = log a + b log (NRe)
y = c + mx
Skala Air Log NRe (x) Log NSh (y)

1000 2,01556 -9,0252564


1100 2,08811 -8,1506822
1200 2,17526 -8,662504

B-6
1300 2,254442 -9,2529942
1400 2,31659 -9,1280212

Dengan metode Least Square didapat, y = -1,7566x -5,0321

m = b = -1,7566
c = log a = -5,0321 ,
Didapat NSh = 10-5,0321(NRe)-1,7566

 Perhitungan % kesalahan

 % kesalahan = x 100 %

NRe udara (NSh)h (NSh)p % kesalahan

103,648 -9,0252564 2,67527E-09 1,83547

122,493 -8,1506822 1,99492E-09 0,71777

149,713 -8,662504 1,40229E-09 0,35532

179,656 -9,2529942 1,018E-09 0,82281

207,295 -9,1280212 7,91733E-10 0,06316

Rata-rata kesalahan 0,758906%

B-7
C-1
C-2
C-3
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO. TANGGAL
1. 16/11/2017 - Judul bab belum bold
- Format nama anggota
kelompok belum benar
- Kurang spasi
- Gambar masih salah
2. 17/11/2017 - Footer masih salah
- Subbab bab 3 masih kurang
- Salah format pada bab 4
- Salah nama asisten
3. 19/11/2017 - Logo Undip masih salah
- Garis header terlalu tinggi
- Format bab 3
- Margin belum sesuai format
4. 19/11/2017 - Format tulisan header
- Jarak tulisan bab belum dekat
- Margin
- Header from top belum 1,25
- Panjang garis header dan
5. 19/11/2017 footer
- Letak nomor halaman

D-1

Anda mungkin juga menyukai