LAPORAN RESMI
KELOMPOK : 8 / KAMIS
LAPORAN RESMI
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Kelompok : 8 / Kamis
ii
RINGKASAN
iii
SUMMARY
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Operasi Teknik
Kimia dengan materi “ Wetted Wall Column”.
Dalam penulisan laporan resmi ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan laporan resmi ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan resmi ini,
khususnya kepada :
1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat
kami.
2. Ir. Hantoro Satriadi, M.T. selaku Dosen pembimbing Laboratorium Operasi
Teknik Kimia.
3. Asisten-asisten laboratorium Operasi Teknik Kimia yang telah membimbing
kami.
4. Teman-teman Teknik Kimia yang dapat bekerjasama dengan baik.
5. Laboran yang telah membantu dalam menyiapkan peralatan praktikum.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dengan menambah ilmu pengetahuan yang baru bagi pembaca.
v
Penulis
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN......................................................................................................... iii
SUMMARY ............................................................................................................ iv
PRAKATA ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. x
vii
3.1.2 Penetapan Variabel .....................................................................................................15
4.1. Hubungan Laju Alir Udara dan Air terhadap Kgl ........................................................21
4.2. Pengaruh Hubungan Laju Alir terhadap Bilangan Reynold (NRe) .............................. 23
LAMPIRAN ........................................................................................................... 1
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
WETTED WALL COLUMN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perpindahan massa antar fase hampir dijumpai disetiap proses dalam
teknik kimia, sebagai contoh : ekstraksi cair-cair, leaching, distilasi, absorbsi,
pengeringan, dan pendinginan.
Kontak antar fase gas dan cairan dapat terjadi dalam berbagai cara,
misalnya : peristiwa dimana cairan dilewatkan ke dalam bentuk lapisan film
yang bergerak melalui cairan gas dilewatkan melalui tray tower.
Dengan adanya kontak antar gas dan cairan, maka akan terjadi
perpindahan massa antara gas dan cairan. Oleh karena itu, diperlukan
koefisien perpindahan massa dari fase gas ke cairan (kgg) atau sebaliknya
(kgl).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses perpindahan atau penguapan air dari fase
cair ke dalam campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya
kontak antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya.
Dalam proses humidifikasi, tergantung pada beberapa parameter, diantaranya:
Temperature Dry Bulb
Temperature dry bulb adalah temperatur yang terbaca pada termometer
terkena udara bebas namun terlindung dari radiasi dan kelembapan.
Temperatur dry bulb sering disebut sebagai temperatur udara, sehingga
tidak menujukkan adanya jumlah uap air di udara.
Temperature Wet Bulb
Temperature wet bulb adalah temperatur kesetimbangan yang dicapai
apabila sejumlah kecil cairan diuapkan ke dalam jumlah besar campuran
uap gas yang tidak jenuh.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur temperature wet bulb
adalah dengan menggunakan termometer yang diselubungi kapas atau kain
basah kemudian dialirkan gas yang mempunyai properties T dry dan humidity
H. Pada keadaan steady state, air akan menguap ke dalam aliran gas. Kapas
atau kain basah akan mengalami pendinginan hingga suhu konstan. Suhu
inilah yang disebut T wet bulb. Dalam penerapannya, T wet bulb digunakan
untuk menentukan humidity dari campuran air-udara.
Dew point
Dew point adalah temperatur udara saat saturasi atau temperatur dimana
uap air mulai mengembun ketika campuran udara dan uap air didinginkan.
Enthalpi
Enthalpi adalah banyaknya kalor (energi) yang ada dalam udara setiap satu
satuan massa.
Relative humidity
Relative humidity adalah perbandingan antara fraksi mol uap dengan
fraksi mol udara basah pada suhu dan tekanan yang sama (%).
Persen humidity
Persen humidity adalah besarnya kandungan uap air dalam udara kering.
% Humidity =
Dimana:
vs = kecepatan fluida,
L = panjang karakteristik,
v = viskositas kinematik fluida: v = μ / ρ,
ρ = kerapatan (densitas) fluida.
Bilangan Schimdt
Bilangan Schmidt merupakan rasio dari momentum dan difusivitas
massa. Bilangan ini digunakan untuk menentukan sifat aliran-aliran
fluida dimana pada aliran tersebut proses konveksi-difusi momentum
dan massa berlangsung secara simultan. Dengan perumusan sebagai
berikut.
Dimana:
V = viskositas kinematis ( ) dalam satuan unit (m2/s)
dimana
L = panjang kolom perpindahan massa (m)
D = difusivitas massa (m2.s-1)
K = Koefisien transfer massa (m.s-1)
2.4. Pengertian tentang Koefisien Perpindahan Massa
Koefisien perpindahan massa merupakan besaran empiris yang
diciptakan untuk memudahkan persoalan-persoalan perpindahan massa
antar fase, yang akan dibahas disini adalah koefisien perpindahan massa
dari fase gas ke fase cair, atau sebaliknya dari suatu zat. Untuk menelaah
hal ini dapat diperhatikan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Pengaruh koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase
cair atau dari fase cair ke fase gas
Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Kondisi Operasi
Kondisi operasi dapat berupa laju alir, temperatur dan tekanan.
2. Kondisi Alat
Kondisi alat meliputi diameter dan tinggi/panjang alat.
3. Sifat Bahan
Sifat bahan dapat berupa densitas, viskositas, diffusivitas.
Bila terjadi perpindahan massa dari fase cair ke fase gas pada
bidang selang film cair – gas dalam hal ini adalah penguapan air dari
permukaan cairan ke permukaan atau aliran udara, maka kecepatan
perpindahan massa persatuan luas permukaan perpindahan massa dalam
arah y dinyatakan oleh hukum Fich ke 2 sebagai berikut :
NAy = JAY + XA ( NAy + NBy) . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . (1)
dimana :
NAy = fluks massa komponen A (dalam hal ini air) dalam arah y karena
terbawa aliran fluida (gr mole / cm2 det)
NBy = fluks massa komponen B (dalam hal ini udara) dalam arah y
karena dimana aliran fluida (gr mole / cm 2 det)
XA = fraksi mol uap air difase gas yang merupakan fungsi dari y dan z
JAY = fluks massa komponen A dalam arah y karena difusi molekuler (gr
mol / cm2 det)
Maka persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai berikut :
NAy – XA ( NAy + NBy ) = JAy . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . (2)
Menurut Hukum Fich pertama, maka
JAy = – C DAB XA / y . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . (3)
Pemecahan persamaan (3) untuk menentukan besarnya JAy
memerlukan persyaratan bahwa XA/y diketahui lebih dulu. Guna
memecahkan persoalan – persoalan yang rumit pada alirannya, maka
penggunaan persamaan (3) akan sangat menyulitkan. Oleh karena itu,
didefinisikan koefisien perpindahan massa sebagai berikut :
JAy∝ = kg. LoC ( XAo – XA ) . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . (4)
Dimana ( XAo – XA) adalah beda konsentrasi dan dinyatakan
dengan fraksi mol dalam arah perpindahan massa y. Pendefinisian ( XAo –
XA) ini menentukan definisi yang tepat dari kg.LoC (tanda LoC dari fase
gas diganti huruf g). Pernyataan lokal disini dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kg dapat berbeda-beda dari satu posisi lain pada
permukaan bidang selang dimana perpindahan massa terjadi.
Agar lebih memudahkan pemakaian, maka didefinisikan kg rata-
rata yang dinyatakan dengan kgl sebagai berikut :
∫ ∫
.............................
. . .(5)
Menurut definisi diatas maka kgl = harga rata-rata kg.LoC untuk
seluruh permukaan perpindahan massa s. Tentang ( XAo – XA) pada
umumnya dilakukan pendefinisian sebagai berikut :
XAO = fraksi mol komponen A pada fase gas tepat dipergunakan
bidang selang XA = fraksi mol rata-rata komponen A di fase gas atau
dengan rumus :
.................................
. (6)
A = luas penampang aliran gas yang tegak lurus terhadap
permukaan perpindahan massa
XA = seperti didefinisikan diatas juga sebagai “Cup-mixing average”
dari XA.LoC.
2.5. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Column
Guna menelaah perpindahan massa dalam wetted wall column,
perhatikan gambar 2.3.
Gambar 2.3 Penampang membujur dari wetted wall column untuk bagian
dimana perpindahan massa fasa diukur/ditelaah.
......................
. . . . . . .(7)
dimana, W = laju alir massa gas dalam arah z (gr mole/det)
Dengan menggunakan kenyataan bahwa penambahan laju alir
massa dalam arah z hanyalah karena adanya fluks massa JAy maka dapat
dituliskan hubungan sebagai berikut:
........................
. . . . . . (8)
Persamaan (7) dan (8) akan menghasilkan hubungan :
W ..............
. . . . . . .(9)
Dengan menggunakan (4) maka persamaan (9) dapat diubah menjadi :
dz . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .(10)
Dalam menyelesaikan persamaan (10) maka perlu penganggapan bahwa
XA ratarata (lihat persamaan (6)), maka anggapan tersebut dapat
digunakan. Selanjutnya dengan mengabaikan perubahan
total dari W sepanjang kolom, maka integrasi persamaan (10) untuk Z=0
sampai Z=L menghasilkan :
∫ ∫
dz.. . . . . .
. . . . . .(11)
Ruas kiri adalah definisi kgl sedang ekspansi parsiil, ruas kanan dapat
dengan mudah diintegrasikan.
dz.. . .
. . . . . .(12)
Dengan persamaan ini maka kgl dapat ditentukan dari data percobaan.
Korelasi empiris dimensi dapat diketahui bahwa kgl dipengaruhi
oleh NRe, NSc, dan faktor geometris kolom (L/D). Pengaruh faktor-
faktor tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut
...................
. . . . . . . (13)
Nre = bilangan Reynold untuk aliran gas
Nsc = bilangan Schmidt untuk fasa gas
L/D = perbandingan panjang kolom terhadap diameter kolom
Suatu proses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok
dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan
perpindahan massa. Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur
yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri
aliran liquid, seperti pada kasus heat transfer, mekanisme perpindahan
massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah campuran gas yang terdiri dari
dua jenis molekul atau lebih, dimana konsentrasi masing-masing
berbeda, maka masing-masing molekul ini cenderung menuju ke
komposisi yang sama seragam. Proses ini terjadi secara alami.
Perpindahan massa makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi
dalam sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara
flux dari substan yang terdifusi dengan gradient konsentrasi.
........................
. . . . . (14)
Dimana JA,Z merupakan molar flux pada Z, merupakan perubahan
konsentrasi serta DAB adalah diffusivitas massa atau koefisien
diffusivitas komponen A yang terdifusi melalui komponen B. Karena
perpindahan masssa atau diffusi hanya terjadi dalam campuran, maka
pengaruh dari tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya, untuk
mengetahui laju diffusi dari setiap komponen relative terhadap kecepatan
campuran. Kecepatan campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata
tiap komponen.
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Hukum Frek’s dimana D AB
adalah koefisien diffusivitas. Koefisien diffusivitas tergantung pada:
1. Tekanan
2. Temperatur
3. Komposisi Sistem
Koefisien diffusivitas masing-masing fase berbeda-beda. Koefisien
diffusivitas untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5.10 -6 – 10-5 m2/s ,
untuk liquid 10-10– 10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 -10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida
yang bergerak atau dua fluida yang bergerak yang tidak tercampur.
Model ini tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakteristik
gerakan fluida. Persamaan laju perpindahan massa konvektif sebagai
berikut:
NA . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
. . . . . (15)
dimana, NA = perpindahan massa molar zat
= perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan
konsentrasi ratarata fluida
= koefisien perpindahan massa konvektif
Mekanisme perpindahan massa antar permukaan dan fluida
termasuk perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan
dan aliran laminar.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu
komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah
absorbsi dan humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk
menggambarkan koefisien perpindahan massa konvektif adalah:
NA,Z = ...................
. . . . . . (16)
dimana:NAZ = laju perpindahan molar
DAB = diffuisivitas
P = tekanan
R = konstanta gas
T = temperature
Z = jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, dimana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model
dimana tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas
diasumsikan terjadi dalam suatu stagnan film atau laminar film tebal.
Dengan kata lain, menunjukkan tebal lapisan liquid.
1. Transfer massa dari gas ke film falling liquid
2. Transfer massa dalam wetted wall column
Kebanyakan data dari transfer massa antara permukaan pipa dan
aliran fluida telah ditentukan dengan menggunakan wetted wall columns.
Alasan mendasar untuk menggunakan kolom-kolom ini untuk
. . . .. . . . . . . . .
. . . . . .(17)
dimana :
Z = panjang
DAB = diffusivitas massa antara komponen A dan B
= densitas liquid B
= viskositas liquid B
g = percepatan gravitasi
Sc = schimdt number (dievaluasikan pada temperatur film liquid)
Re = reynold number
2.6. Teori Penetrasi
Teori penetrasi yang dinyatakan oleh Trey Ball menyatakan kontak
2 fluida. Pada gambar (a) gelembung gas membesar melalui liquid yang
mengabsorbsi gas. Partikel liquid mula-mula berada di puncak gelembung
dimana partikel liquid siap sepanjang permukaan gelembung. Pada gambar
(b) terlihat dimana liquid dengan gerakan turbulen memperlihatkan arus
eddy constant.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Keterangan :
1. Blower
2. Rotameter udara
3. Rotameter air
Quk =
Qum =
Vm = x (1+Ym) 22,4
Vk = x (1+Yk) 22,4
NRe =
V=
, D = Diameter Kolom
→ plot Tw in ; = Ym
→ plot Tw out ; = Yk
Dimana:
Dimana:
Kgl = koefisien transfer massa udara (mol/m2.s)
Pm = tekanan parsiil rata-rata udara (N/m2)
Pt = tekanan total = 1,0132 x 105 N/m2
R = konstanta gas ideal = 8,314 Nm/kmol.K
T = temperature absolut = 303 K
DAB = diffusivitas air udara, interpolasi dari data yang didapat pada
Treyball table 2-1, yaitu 2,6384 x 105 m2/s
Pm =
( )
PA1 =
PA2 =
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
0,0006
0,0005
0,0004
Kgl
0,0003
0,0002
0,0001
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002
Q udara (m3/s)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Laju Alir Udara terhadap Kgl Udara
Dari gambar 4.1 hubungan antara laju alir terhadap Kgl pada air dan udara terlihat
bahwa semakin besar laju alir air maka nilai Kgl air semakin besar pula karena
bertambahnya debit air. Kgl merupakan koefisien perpindahan massa cair gas.
Semakin besar laju alir maka semakin banyak massa yang terkandung, oleh
karena itu perpindahan massa cair gas semakin besar.
Pada variabel udara, semakin besar laju alir udara maka nilai Kgl udara
juga semakin besar karena bertambahnya debit udara. Kgl merupakan koefisien
perpindahan massa cair gas. Semakin besar laju alir maka semakin banyak massa
yang terkandung sehingga perpindahan massa cair gas semakin besar. Hal ini
dapat ditunjukkan pada persamaan:
Dimana W =
Keterangan :
D : diameter kolom (m)
L : panjang kolom (m)
Quk : laju alir udara (m3/s)
BM : berat molekul udara
Y’ : Td in saturasi (100% humidity)
0,0006
0,0005
0,0004
Kgl
0,0003
0,0002
0,0001
0
0 0,000005 0,00001 0,000015 0,00002 0,000025
Q air (m3/s)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Laju Alir Air terhadap Kgl Air
Dari gambar 4.2 hubungan antara laju alir terhadap Kgl pada air dan udara
terlihat bahwa semakin besar laju alir air maka nilai Kgl air semakin besar pula
karena bertambahnya debit air. Kgl merupakan koefisien perpindahan massa cair
gas. Semakin besar laju alir maka semakin banyak massa yang terkandung, oleh
karena itu perpindahan massa cair gas semakin besar.
Pada variabel udara, semakin besar laju alir udara maka nilai Kgl udara
juga semakin besar karena bertambahnya debit udara. Kgl merupakan koefisien
perpindahan massa cair gas. Semakin besar laju alir maka semakin banyak massa
yang terkandung sehingga perpindahan massa cair gas semakin besar. Hal ini
dapat ditunjukkan pada persamaan:
Dimana W =
Keterangan :
D : diameter kolom (m)
L : panjang kolom (m)
Quk : laju alir udara (m3/s)
BM : berat molekul udara
Y’ : Td in saturasi (100% humidity)
700
600
500
N Reynold
400
300
200
100
0
0 0,000005 0,00001 0,000015 0,00002 0,000025
Q air (m3/s)
250
200
N Reynold
150
100
50
0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012 0,0014 0,0016 0,0018
Q udara (m3/s)
-8,9
2,5 2,55 2,6 2,65 2,7 2,75 2,8
-9
-9,1
-9,2
Log Nsh
-9,3
-9,4
-9,5
y = -2,319x - 3,1309
-9,6
-9,7
Log Nre (air)
-8
2 2,05 2,1 2,15 2,2 2,25 2,3 2,35
-8,2
-8,4
Log Nsh
-8,6
-8,8
-9
y = -1,7566x - 5,0321
-9,2
-9,4
Log Nre (udara)
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar laju alir air dan udara maka Kgl air dan udara semakin
besar.
2. Semakin besar laju alir air dan udara didapat harga N Re semakin besar.
3. Semakin besar NRe air didapat NSh air semakin kecil. Semakin besar
NRe udara didapat NSh udara semakin besar.
4. Hubungan antara NSh dengan NRe dapat dinyatakan dengan persamaan :
NSh = a NRe b.
5.2. Saran
1. Pengukuran suhu Td dan Tw pada input maupun output dilakukan
dengan cermat dan tidak bersentuhan.
2. Kapas yang digunakan untuk pengukuran Tw dibasahi secara merata.
3. Termometer tidak bersentuhan dengan dinding pipa input maupun
output.
DAFTAR PUSTAKA
Bird ,RB. Stewart, Wt and Light Foote, E.N. “Transport Phenomena” John
Willey and Jason. 1968.
Brown, GG. “Unit Operations”. John Willey and Sons, Inc. New York. 1950. Mc
Cabe, WL and J Smith. “Unit Operations”. Mc Graw Hill. 1956
Treybal, RE. .Mass Transfer Operation. 3rd ec. Mc Graw Hill Book Co. Book of
Japan. 1980
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Materi :
WETTED WALL COLUMN
KELOMPOK : 8 / KAMIS
ANGGOTA : DWI SULISTIYANTO
IZMI NUR SAFITRI
RATNA JUWITA SARI
SATRIO PRIAMBODO
A-1
A. Kalibrasi Rotameter Udara (skala rotameter air = 60)
Skala I (s) II (s) III (s)
1000 13 13 13
1100 11 11 11
1200 9 9 9
1300 7.5 7.5 7.5
1400 6.5 6.5 6.5
A-2
D. Variabel Air (skala rotameter udara tetap) Comment [m1]: Dispasiin aja kebawah
o
Td awal : 29.4 C
Tw awal : 25.6 oC
A-3
LEMBAR PERHITUNGAN
Quk =
B-1
Qum = x Quk
Vm =
Vk =
NRe = ;v=
F. Perhitungan Kgl
B-2
Kgl =
Dimana, W =
NSh =
B-3
70 32.3 31 24.1 26.1 0.024 0.0315
80 32.1 30.8 23.2 26 0.022 0.0309
40 2,519816 -8,9337392
B-4
50 2,552001 -9,1484523
60 2,661145 -9,1944435
70 2,728092 -9,4591532
80 2,767601 -9,5958916
Perhitungan % kesalahan
∑
% kesalahan = x 100 %
B-5
1100 30,4 29,5 0,00091 122,493 0,00029
1200 31,6 29,2 0,00111 149,713 0,00029
1300 32 30 0,00133 179,656 0,00029
1400 32,1 30 0,00154 207,295 0,00029
Skala
Q udara NRe udara Y’ W X*A1 X*A2
Udara
1000 0,00077 103,648 0,04989 2,8611E-05 0,03138 0,0346
B-6
1300 2,254442 -9,2529942
1400 2,31659 -9,1280212
m = b = -1,7566
c = log a = -5,0321 ,
Didapat NSh = 10-5,0321(NRe)-1,7566
Perhitungan % kesalahan
∑
% kesalahan = x 100 %
B-7
C-1
C-2
C-3
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO. TANGGAL
1. 16/11/2017 - Judul bab belum bold
- Format nama anggota
kelompok belum benar
- Kurang spasi
- Gambar masih salah
2. 17/11/2017 - Footer masih salah
- Subbab bab 3 masih kurang
- Salah format pada bab 4
- Salah nama asisten
3. 19/11/2017 - Logo Undip masih salah
- Garis header terlalu tinggi
- Format bab 3
- Margin belum sesuai format
4. 19/11/2017 - Format tulisan header
- Jarak tulisan bab belum dekat
- Margin
- Header from top belum 1,25
- Panjang garis header dan
5. 19/11/2017 footer
- Letak nomor halaman
D-1