Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI

REVIEW LABORATORIUM PENGUJIAN


BALAI SAINS BANGUNAN

NAMA : MYRNA NATHANIA WINARTO


NIP : 199003162019032010
JABATAN : TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2019
PENGUJIAN I
TINGKAT KETAHANAN API KOMPONEN BANGUNAN

1. Maksud dan Tujuan


Pengujian tingkat ketahanan api dilakukan untuk pencegahan bahaya kebakaran api ini
dilakukan untuk mencegah bahaya kebakaran bada bangunan. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat ketahanan api dari komponen struktur bangunan dan non
struktur bangunan yang dinyatakan dalam aspek-aspek stabilitas, integritas dan insulasi
terukur sebagai durasi dalam satuan waktu (menit).

2. Standar dan Metode


a. Pengujian ini mengacu pada pedoman yang berlaku antara lain:
 SNI 1741 tahun 2008 tentang cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung;
 ISO 834-1:1999 tentang fire resistence test – elements of building constructions;
 JIS A 1304-1994 tentang methods of fire test for structural parts of buildings
b. Metode yang digunakan dalam pengujian tingkat ketahanan api adalah:
 Tungku vertikal, digunakan untuk semua jenis komponen struktur bangunan seperti
dinding, pintu, pintu geser, jendela, kolom, pintu, katup pembuangan asap api.
Tungku ini berkapasitas 1200º C
 Tungku horizontal, digunakan untuk pengujian elemen bangunan seperti balok,
pelat, langit-langit, dll.
 Tungku kecil, digunakan untukpengujian elemen bangunan yang berukuran kecil.

Gambar 1 Pengujian ketahanan api pada tungku vertikal


3. Output Pengujian
Setelah dilakukan pengujian ketahanan api didapatkan hasil berupa dasar jangka waktu
dimana kinerja unsur-unsur yang diuji di bawah kondisi ini sesuai dengan kriteria. Outputn
pelaporan uji ketahanan api. Isi laporan uji ini menjelaskan tentang kondisi pengujian dan
hasil yang diperoleh setelah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam SNI, yaitu:
a. Tingkat ketahanan api
b. Krteria kinerja, meliputi:
 Kriteria stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan dari suatu komponen pemikul beban untuk mendukung
beban ujinya seperti persyaratan yang telah dilakukan, tanpa melebihi kriteria yang
ditetapkan berkenaan dengan tingkat dan laju deformasi
 Kriteria Integritas
Integritas dan kemampuan material mempertahankan integritas strukturnya dalam
paparan panas
 Kriteria Insulasi
Kemampuan elemen pemisah konstruksi bangunan ketika diekspos api pada satu
sisi, untuk membatasi kenaikan temperatur pada sisi tak terekspos dalam level
tertentu
c. Alasan penghentian kinerja

Berikut adalah contoh dari laporan hasil uji ketahanan api.

Gambar 2 Contoh-contoh laporan hasil uji ketahanan api

4. Peruntukan Output
Pengujian tingkat ketahanan api dirancang untuk mengukur stabilitas suatu konstruksi
pemikul beban dan efektivitas sebagai pembatas suatu konstruksi pemisah/partisi. Tingkat
ketahanan api harus dinyatakan sebagai lamanya waktu benda uji memenuhi kriteria
kinerja yang relevan dalam satuan menit.

5. Kekurangan dan Kelebihan Fasilitas Pengujian


a. Kelebihan
 Prosesnya dapat didokumentasikan
 Dapat menginpeksi benda yang tipis
 Alat uji tidak perlu kalibrasi untuk memastikan alat uji dalam kondisi stabil
 Mudah memperoleh validitas data karena hanya memfokuskan pada pengujian yang
dimaksud
b. Kekurangan
 Saat pengujian berbahaya bagi operator dan orang disekitarnya
 Membutuhkan biaya yang mahal dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mendapatkan hasilnya
PENGUJIAN II
RESISTENSI TERMAL BANGUNAN

1. Maksud dan Tujuan


Pengujian resistensi termal bangunan dilakukan untuk mengukur kenyamanan termal dan
energy bangunan. Resistensi termal bangunan adalah alat ukur untuk menyatakan sifat
termal pada suatu bahan atau material. Uji coba sistem dilakukan dengan mengukur
resistensi termal bahan atau material yang terdiri dari satu jenis bahan homogeny

2. Standar dan Metode


a. Pengujian ini mengacu pada pedoman yang berlaku yaitu ASTM C1155 Standard
practise for determining thermal resistance of building envelope from the insitu data
b. Metode yang digunakan dalam pengujian tingkat ketahanan api adalah dengan
prosedur sebagai berikut:
 Ruangan pengukuran diisolasi dari lingkungan sekitarnya
 Spesimen uji diletakkan di bukaan benda uji di hotbox, misal ukuran ditentukan 1 x
1 m.
 Sisi di ruang panas (35ºC) dipasang sensor thermocouple T12 dan T22.
 Sisi di ruang dingin (18ºC) dipasang thermocouple T11 dan T21 serta sensor
heatflux HF10 dan HF20.
Penentuan resistensi termal adalah dengan metode aliran kalor yaitu dengan
mengukur jumlah kalor yang mengalir pada bahan atau material tersebut. Aliran kalor
yang ada pada selubung bangunan tersebut terjadi jika terdapat beda temperature
antara permukaan luar dan permukaan dalam. Semakin besar temperatur yang terjadi
maka semakin besar kalor yang terjadi. Pada pengukuran tersebut akan dideteksi dari
perbedaan perubahan temperature permukaan luar yang akan berubah-ubah mengikuti
temperature udara luar.

3. Output Pengujian
Setelah dilakukan pengujian resistensi termal bangunan didapatkan hasil berupa
pelaporan uji resistensi termal. Isi laporan uji ini menjelaskan tentang kondisi pengujian
dan hasil yang diperoleh setelah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dengan output
pengujian yaitu:
a. Set point udara panas, pengaturan temperatur untuk ruang panas, sebesar 35-40ºC.
b. Set point udara dingin, pengaturan temperatur untuk ruang dingin, sebesar 18ºC.
c. Estimasi Nilai Resistansi Termal
d. Temperatur permukaan rata-rata (ºC)
e. Kelebihan dan kekurangan pengujian dan laboratorium
Berikut contoh pengujian sampel dan hasil laporan uji resistensi termal bangunan:
Gambar 4 Alat uji resitensi termal bangunan

Gambar 3 Contoh-contoh laporan hasil uji resistensi termal

4. Peruntukan Output
Pengujian ini dilakukan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan
gedung dan untuk menentukan resestensi termal yang terjadi pada bangunan.

5. Kekurangan dan Kelebihan Fasilitas Pengujian


a. Kelebihan
 Tidak berbahaya bagi operator dan orang disekitarnya
 Hanya membutuhkan satu permukaan yang dapat di akses
 Memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga bias mendeteksi defect yang sangat kecil
 Memberikan hasil uji yang lebih baik dengan waktu pengumpulan data yang lebih
cepat
b. Kekurangan
 Hanya bias dilakukan untuk jenis bahan dan material yang sama
 Prosesnya tidak dapat didokumentasikan
 Sulit menginspeksi benda yang tipis
 Alat uji harus dikalibrasi untuk memastikan alat uji dalam kondisi stabil
 Ketepatan dan bias prosedur perhitungan dalam praktek ini tergantung dari
instrumentasi yang digunakan
 Skill dan training yang dibutuhkan lebih tinggi dari metode pengujian yang lain
PENGUJIAN III
CONE CALORIMETER
1. Maksud dan Tujuan
Cone Calorimeter adalah alat uji untuk produk-produk yang mudah terbakar. Cone
Calorimeter merupakan instrumen yang paling signifikan di bidang pengujian api
dengan karakterisasi sifat api dari sampel material yang kecil (sekitar 100 * 100 mm *
mm). Tujuannya adalah bahwa dengan menggunakan alat pengujian ini maka
semakin mudah untuk melihat material apa saja yang mudah bereaksi dengan api
dan dinyatakan dalam aspek-aspek stabilitas, integritas, dan insulasi terukur
sebagai durasi dalam satuan waktu (menit). Sehingga penelitian ini digunakan untuk
pengujian keamanan produk, lingkungan dan layanan kesehatan.

2. Standar dan Metode


a. Pengujian ini mengacu pada pedoman yang berlaku yaitu:
 ISO 5660 tentang Cone Calorimeter alat uji tahan api untuk produk-produk mudah
terbakar
 ASTM E1354 tentang metode uji standar untuk rilis panas dan terlihat tingkat asap untuk
bahan dan produk menggunakan calorimeter konsumsi oksigen
b. Metode yang digunakan dalam pengujian cone calorimeter adalah:
Kalorimeter api digunakan dengan membungkus sampel kecil dalam aluminium foil, wol,
dan rangka penahan yang dinyalakan di bawah tudung buang. Pemanas kerucut
ditempatkan di antara agar bahan untuk terbakar. Elemen pemanas berbentuk kerucut
yang berbentuk kerucut memberikan fluks radiasi yang dapat dikendalikan ke sampel,
mengubah listrik menjadi panas tidak seperti pemanggang roti atau oven
listrik. Kemudahan terbakar suatu sampel dapat dicirikan sebagai fungsi dari fluks panas
pada sampel. Pemanas berbentuk kerucut terbuka di tengahnya, memungkinkan produk
pembakaran mengalir ke atas ke saluran pembuangan. Ventilasi juga merupakan bagian
yang sangat penting dari perangkat, serta daya listrik untuk menjalankan pemanas
kerucut. Pasokan air kecil diperlukan untuk mendinginkan dan mengatur panas dalam
sistem perangkat. Karena suhu dan tekanan sedang dievaluasi, dua alat pengukuran yang
berbeda diperlukan dalam tabung gas buang. Sampel gas, pengukuran asap, dan
pengumpulan jelaga juga diperoleh dengan menggunakan perangkat ini.

3. Output Pengujian
Setelah dilakukan pengujian cone calorimeter didapatkan hasil berupa pelaporan uji
ketahanan api. Isi laporan uji ini menjelaskan tentang kondisi pengujian dan hasil yang
diperoleh setelah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam SNI, dengan output
adalah:
a. Bahan bangunan dikatakan tidak terbakar, bilamana selama pengujian kenaikan
temperature di dalam tungku kurang atau sama dengan 50°C dan tidak terjadi nyala
lanjutan selama 10 detik atau lebih
b. Bahan bangunan dikatakan mudah terbakar bilamana selama pengujian kenaikan
temperature di dalam tungku lebih dari 50°C dan terjadi nyala lanjutan selama 10 detik
atau lebih
Berikut adalah contoh hasil laporan uji dengan cone calorimeter beserta contoh sampel
yang diuji:

Gambar 5 Contoh pengujian cone calorimeter dengan sampel yang diuji

Gambar 6 Contoh hasil laporan pengujian cone calorimeter

4. Peruntukan Output
Pengujian ini diperuntukan untuk menangani masalah keselamatan. Penggunaan
perangkat ini untuk melihat berapa banyak bahan atau material berbeda yang cepat
bereaksi dengan api, sehingga peraturan keselamatan dapat mudah dibuat untuk
melindungi manusia yang sering melakukan atau kontak dengan bahan atau material
tersebut. Selain itu pengujian cone calorimeter adalah sebagai alat yang digunakan untuk
mempermudah memahami sifat bahan yang mudah terbakar, panas dari pembakaran,
penyalaan, pelepasan panas dan produksi asap dari banyak bahan untuk mejaga
lingkungan yang aman yang semuanya dapat diukur dengan pengujian ini,
5. Kekurangan dan Kelebihan Fasilitas Pengujian
a. Kelebihan
 Tidak berbahaya bagi operator dan orang disekitarnya
 Tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk mendapatkan hasilnya
 Hanya membutuhkan satu permukaan yang dapat di akses
 Memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga bias mendeteksi defect yang sangat kecil
b. Kekurangan
 Alat uji harus dikalibrasi untuk memastikan alat uji dalam kondisi stabil
 Skill dan training yang dibutuhkan lebih tinggi dari metode pengujian yang lain
PENGUJIAN IV
SOUND TRANSMISSION CLASS

1. Maksud dan Tujuan


Pengujian STC dilakukan untuk mengukur kemampuan rata-rata material dalam
menyerap atau memantulkan bunyi. Dalam proses pengujian ini dibutuhkan sebuah panel
akustik yang dapat bekerja optimal pada bidang yang dibutuhkan pada bidang yang
dibutuhkan (sebagai reflector atau absorber). Tujuan dari pengujian ini adalah
 Memberikan suatu angka tunggal yang dapat digunakan untuk membandingkan
karakteristik insulasi bunyi elemen-elemen partisi bangunan. Seakin tinggi nilai STC
semakin baik kemampuan insulasi bunyi partisi tersebut.
 Mengukur kerugian transmisi (transmission loss) suara melalui dinding, dapat
digunakan oleh arsitek, desainer, produsen, kontraktor dan distributor bahan peredam
suara;
 Menunjukkan kinerja insulasi akustik dari material penyusun ruangan;
 Mengetahui seberapa bagus suatu partisi bangunan mengatenuasi penyebaran suara
atau bunti di udara. Dipergunakan untuk merating susunan partisi interior, langit-
langit/lantai, pintu, jendela, dan dinding luar.

2. Standar dan Metode


a. Pengujian ini mengacu pada pedoman yang berlaku, yaitu ISO 354 tahun 2003
tentang pengukuran penyerapan suara pada ruang dengung

Gambar 7 contoh laboratorium pengujian STC

b. Metode yang digunakan dalam STC ini mengacu pada ISO 354 tahun 2003, yaitu
pengukuran ini dilakukan dengan memberikan penghalang pada suatu bunyi, kemudian
diberikan mikrofon. Masing-masing mikrofon dilakukan kalibrasi menggunakan
kalibrator. Sampel uji pertama diletakkan pada sekat antara dua ruang. Sumber suara
dinyalakan dan dilakukan pengukuran dengan menggunakan notebook yang tersedia,
kemudian diukur tekanannya pada bagian sebelum mengenai bahan dan setelah
mengenai bahan. Percobaan tersebut kemudian dilakukan variasi untuk sampel uji
yang lain. Data yang telah didapatkan pada pengukuran ini yaitu SPL dalam satuan
desibel tiap frekuensi dan variasi. Data tersebut kemudian dapat digunakan untuk
menentukan TL.
Gambar 8 skema pengujian STC pada komponen partisi bangunan gedung

3. Output Pengujian
Setelah dilakukan pengujian STC didapatkan hasil berupa pelaporan uji STC. Selanjutnya
untuk hasil pengukurannya sendiri didapatkan nilai TL yang disusun dalam laporan uji ini
menjelaskan tentang kondisi pengujian dan hasil yang diperoleh setelah mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan dalam SNI. Output dari pengujian akustik adalah:
 Transmission Los (TL) dalam satuan dB
 Frekuensi (f) dalam satuan Hz
 L1 : Tingkat Tekanan Bunyi i Ruang Sumber
 L2 : Tingkat Tekanan Bunyi di Ruang Penerima
 B2 : Bising Latar Belakang di Ruang Penerima
 T2 : Waktu dengung di ruang penerima.

4. Peruntukan Output
Peruntukan ini dimaksudkan untuk melihat kualitas suatu material dalam mereduksi bunyi
hingga 60 dB, sehingga apabila ada suara tidak dapat didengar karena telah dihambat
oleh kemampuan bahan tersebut. Fenomena transmisi bunyi pada suatu bahan akan
dibedakan menjadi tiga keadaan yaitu reflektansi, transmisi, dan absorbsi. Selain itu
dengan pengujian ini memberikan informasi tentang kapasitas insulasi suara berbagai
material partisi bangunan untuk berbagai kebutuhan desain konstruksi.

5. Kekurangan dan Kelebihan Fasilitas Pengujian


a. Kelebihan
 Tidak berbahaya bagi operator dan orang disekitarnya
 Tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk mendapatkan hasilnya
 Hanya membutuhkan satu permukaan yang dapat di akses
 Memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga bias mendeteksi defect yang sangat kecil
b. Kekurangan
 Prosesnya tidak dapat didokumentasikan
 Sulit menginspeksi benda yang tipis
 Alat uji harus dikalibrasi untuk memastikan alat uji dalam kondisi stabil
 Skill dan training yang dibutuhkan lebih tinggi dari metode pengujian yang lain

Anda mungkin juga menyukai