Fefen Suhedi
Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 40393
E-mail : fefen.s@puskim.pu.go.id
Diterima : 17 Juni 2014; Disetujui : 04 September 2014
Abstrak
Data sifat termal bahan bangunan diperlukan dalam perancangan maupun evaluasi kondisi eksisting
bangunan gedung yang terkait dengan kenyamanan termal dan energi bangunan. Resistansi termal,
konduktansi termal, dan konduktivitas termal adalah diantara parameter-parameter untuk menyatakan
sifat termal bahan. Salah satu metode untuk menentukan nilai resistansi termal bahan bangunan adalah
ASTM C1155 yang menggunakan metode aliran kalor (heat flux) dengan pengambilan data secara in situ
untuk mengevaluasi resistansi termal bahan. Kajian ini merupakan studi awal untuk menjajaki
kemungkinan penggunaan instrumen pengukuran insitu dalam skala laboratorium. Pengukuran dilakukan
dengan prinsip aliran kalor tetapi dilakukan di lingkungan yang terkontrol. Sebuah ruang pengukuran yang
terkondisi telah dibuat yang terdiri dari kotak panas, kotak sampel, dan kotak dingin. Dua buah pemanas
elektrik 500W digunakan untuk memanaskan udara di kotak panas, sedangkan udara di kotak dingin
didinginkan menggunakan mesin pengondisi udara berkapasitas 5000 kBtu/jam. Sampel yang akan diukur
diletakkan pada kotak sampel yang memisahkan kotak panas dan kotak dingin. Laju aliran kalor dan
perbedaan temperatur permukaan sampel diukur menggunakan sistem instrumen TRSYS01 pada dua lokasi
ukur. Eksperimen pengukuran resistansi termal dilakukan terhadap sampel fiber semen 6 mm, papan
gypsum tipe standar tebal 9 mm, dinding bata merah tebal 100 mm, dan dinding bata ringan tebal 100 mm.
Perhitungan resistansi termal dilakukan dengan metode penjumlahan sesuai ASTM C1155. Hasil pengukuran
selama 24 jam diperoleh nilai perkiraan resistansi termal fiber semen adalah 0,029 m 2.K/W, papan gypsum
0,068 m2.K/W, bata merah 0,246 m 2.K/W, dan bata ringan 0,583 m2.K/W memenuhi persyaratan
convergence ratio (CR) < 0,10 dan koefisien variansi V(R e) <10%.
Kata kunci : Resistansi termal, transmitansi termal, konduktivitas termal, aliran kalor, bahan bangunan
Abstract
The data thermal properties of building materials needed in the design and evaluation of the existing
condition of the building related to thermal comfort and energy building. Thermal resistance, thermal
conductance, and thermal conductivity are among the parameters to express the thermal properties of
materials. One method for determining the value of the thermal resistance of building materials is ASTM
C1155 that using heat flow (heat flux) with insitu data collection to evaluate the thermal resistance of the
material. This study is preliminary study to explore the possibility of the use of the instrument insitu
measurements in the laboratory scale. Measurements were made with the principle of heat flow but done in a
controlled environment. A measurement of the conditioned space has been created that consists of a hot box,
box of samples, and a cold box. Two 500W electric heater used to heat the air in a hot box, while the air in the
cold box is cooled using air conditioner engine capacity of 5000 KBTU / h. The sample to be measured is
placed on a separate sample box devided box hot and cold. The rate of heat flow and temperature difference
sample surface was measured using an instrument system TRSYS01 at two measuring sites. Thermal
resistance measurements performed experiments on samples of 6 mm fiber cement, gypsum board standard
type 9 mm thick, thick red brick walls of 100 mm, and light brick wall thickness of 100 mm. Calculations
performed by the thermal resistance per ASTM C1155 summation method. The measurement results obtained
during the 24 hours estimated value of thermal resistance of fiber cement is 0.029 m2.K / W, 0.068 gypsum
board m2.K / W, red brick 0.246 m2.K / W, and 0.583 light brick m2.K / W meets the requirements of
convergence ratio (CR) <0.10 and a coefficient of variance V (Re) <10%.
Keywords : Thermal resistance, thermal transmittance, thermal conductivity, heat flow, building materials
169
Pengukuran Resistansi Termal … (Fefen Suhedi)
170
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 3 November 2014 : 169-179
menentukan resistansi termal dari suatu material, pendinginan 5000 kBtu/jam, daya input 1465 W,
baik terdiri dari material tunggal maupun material dan laju aliran udara indoor unit 5,5 CFM (194
komposit, yang sudah terpasang di lapangan. m3/menit). Kotak panas menggunakan dua buah
Standar ini memberikan cara perhitungan pemanas elektrik yang ditempatkan di dalam kotak
resistansi termal berdasarkan hasil pengukuran pengukuran dan kotak penjaga (guarded box)
aliran kalor (heat flux) dan temperatur permukaan masing-masing berkapasitas 500 watt. Distribusi
selubung bangunan dalam keadaan operasional (in udara panas di dalam kotak dibantu oleh kipas
service condition). Pembuatan lingkungan angin berkapasitas 160 m3/jam yang dipasang
pengukuran yang terkondisi ditujukan untuk sebanyak empat buah di kotak penjaga, dan tiga
menciptakan perbedaan temperatur yang cukup buah di kotak pengukuran. Ukuran dinding sampel
besar dan relatif tetap dalam jangka waktu yang di area pengukuran adalah 1 m x 1 m. Perangkat
diperlukan untuk memperoleh data yang cukup. kotak pengukuran dilengkapi dengan temperature
controller tipe ON-OFF yang akan mematikan dan
Peralatan
menghidupkan mesin pemanas ataupun pendingin
Pengondisi lingkungan pengukuran menggunakan
ketika temperatur udara di dalam kotak telah
sebuah kotak yang terdiri dari kotak panas, kotak
mencapai setting point yang ditetapkan. Controller
dingin, dan kotak tempat sampel. Kotak
dihubungkan dengan termokopel yang memonitor
pengukuran yang digunakan secara skematik
temperatur udara di dalam kotak sebagai data
diperlihatkan pada Gambar 1. Kotak dingin (cold
masukan untuk controller. Kotak panas dan kotak
box) dilengkapi mesin pengondisi udara (air
dingin masing-masing dilengkapi dengan dua buah
conditioner (AC)) untuk menciptakan udara dingin.
controller.
Mesin AC yang digunakan berkapasitas
Gambar 1 Skema Perangkat Kotak Pengukuran Resistansi Termal Pusat Litbang Permukiman
Instrumen utama yang digunakan untuk pabrik. Susunan peralatan pada pengukuran
pengambilan data laju aliran kalor dan temperatur menggunakan TRSYS01 diperlihatkan pada
permukaan adalah TRSYS01 buatan Hukseflux®. Gambar 2. Penempatan sensor HFP01 dan
TRSYS01 adalah sistem pengukuran untuk thermocouple pada sampel yang diuji dapat dilihat
menganalisis resistansi termal dan transmitansi pada Gambar 3.
termal komponen bangunan dengan metode in-
Data aliran kalor (W/m2), beda temperatur (oC),
situ. TRSYS01 sesuai untuk penggunaan
dan temperatur salah satu permukaan (oC)
pengukuran dengan metode ISO 9869 dan ASTM
direkam setiap 10 menit ke dalam data logger.
C1155/ C1046. TRSYS01 yang digunakan terdiri
Data logger yang digunakan adalah Campbell
dari dua buah sensor aliran kalor (heat flux sensor)
Scientific® tipe CR100. Data dapat dibaca dan
tipe HFP01 dan dua pasang matched thermocouples
diunduh dengan menyambungkan MCU ke Personal
untuk pengukuran temperatur permukaan. Sensor-
Computer (PC) yang sudah diinstal perangkat lunak
sensor yang digunakan telah dikalibrasi oleh
LoggerNet versi 4.1.
171
Pengukuran Resistansi Termal … (Fefen Suhedi)
Keterangan:
Measurement Control Unit (MCU), Power adapter, Personal Computer untuk membaca dan mengunduh data pengukuran,
Dua pasang matched thermocouples, Dua buah sensor aliran kalor, heat flux plate type HFP01
Gambar 2 Susunan Peralatan Pada Pengukuran Menggunakan TRSYS01
172
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 3 November 2014 : 169-179
yang diperoleh dievaluasi melalui nilai rasio dimana s(Re) adalah simpangan baku, didasarkan
konvergensi (convergence ratio (CR)). Interval pada perhitungan derajat kebebasan N-1, dan N
pengukuran, n, dipilih untuk menghitung adalah banyaknya nilai Re yang diperoleh (N > 3).
perbedaan nilai Re yang sekarang dengan nilai Re Nilai resistansi termal yang diperoleh dari dua set
pada periode n sebelumnya. Periode n yang sensor yang telah memenuhi syarat dapat
disarankan adalah 12 jam, namun boleh juga dipergunakan dalam analisis selanjutnya untuk
dicoba untuk interval 6 jam dan 48 jam. Data memperoleh satu nilai resistansi termal yang
pengukuran dianggap cukup baik apabila rasio mewakili keduanya. Nilai resistansi termal rata-
konvergensi yang dihitung sesuai rumus (2) rata yang diperoleh dari N set sensor dihitung
bernilai kurang dari 0,10 selama tiga periode n. sesuai persamaan (4).
Selanjutnya, nilai Re dengan rasio konvergensi yang
� = 1 .......................................................................................................... (4)
baik tersebut digunakan sebagai nilai resistansi � �
�
termal komponen bangunan yang sedang diukur.
Hasil perhitungan berlaku untuk kondisi
�� −�� ( − )
�� = ......................................................................................... (2) temperatur permukaan sesuai keadaan pada saat
��
pengukuran. Temperatur permukaan rata-rata, Te,
dimana t adalah waktu dinyatakan dalam jam, dan dihitung berdasarkan rumus (5). Temperatur
n adalah interval uji konvergensi (jam). permukaan rata-rata adalah rata-rata aritmatik
Pengukuran dilanjutkan selama dua atau tiga dari dua temperatur permukaan bidang batas yang
periode n, dimulai sejak kriteria konvergensi dibobotkan untuk memperhitungkan kondisi aliran
dicapai untuk memperoleh dua atau tiga nilai R e kalor non-mantap (non-steady state heat flux).
yang independen. Selanjutnya dihitung koefisien �� = �=1 ∆�� �� � − 1/2 ∆�� �=1 ∆�� ............................... (5)
variansi, V(Re), sesuai rumus (3). Apabila V(Re)
kurang dari 10% maka nilai resistansi termal rata- dengan Tis adalah temperatur permukaan dalam.
rata yang diperoleh dengan perhitungan metode
ini dapat digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN
V(Re) = [s(Re) /rerata (Re)] x 100% ...................................................... (3)
Rangkuman hasil pengukuran resistansi termal
beberapa material yang diuji di perangkat kotak
pengukuran diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Pengukuran Resistansi Termal Dengan Perangkat Kotak Pengukuran
Fiber Semen 6 Gypsum Standar Bata Merah Bata Ringan
Parameter
mm 9 mm 100 mm 100 mm
Set point udara panas (oC) 35 35 35 35
Set point udara dingin (oC) 15 15 15 15
Resistansi termal 1, Re (m2.K/W) 0,031 0,061 0,245 0,619
Resistansi termal 2, Re (m2.K/W) 0,026 0,076 0,246 0,551
Temperatur permukaan rata-rata 1, Te (oC) 24,28 24,20 24,75 24,46
Temperatur permukaan rata-rata 2, Te (oC) 25,82 24,63 25,05 24,57
Bulk density (kg/m3) 1.380 754 1.564 575
Papan Fiber Semen Tebal 6 mm sensor dapat diterima karena CR lebih kecil dari
Pengukuran dilakukan selama periode 130 menit. 0,10 sejak awal data direkam. Data direkam setelah
Resistansi termal bahan yang dihitung berdasarkan sistem kotak pengukuran mencapai kondisi
persamaan (1) diperlihatkan pada Gambar 4. mantap. Nilai koefisien variansi dihitung sesuai
Kelompok sensor pertama menunjukkan perkiraan rumus (3). Kelompok sensor pertama dan kedua
nilai resistansi termal, Re1, sebesar 0,031 m2.K/W dengan masing-masing N=14 menghasilkan
sedangkan kelompok sensor kedua menghasilkan koefisien variansi yang sama yaitu 1%, lebih kecil
perkiraan nilai resistansi termal, Re2, sebesar 0,026 dari 10%. Dengan demikian, nilai estimasi
m2.K/W. Analisis rasio konvergensi, CR, dengan resistansi termal yang diperoleh dapat digunakan.
interval uji konvergensi, n, tiap interval 10 menit Adapun temperatur rata-rata permukaan
diperlihatkan pada Gambar 5. Nilai-nilai CR pada sebagaimana dihitung dengan rumus (5) diperoleh
Gambar 5 menunjukkan bahwa harga estimasi nilai 24,28oC untuk sensor pertama dan 25,42oC
resistansi termal yang diperoleh kedua kelompok untuk sensor kedua.
173
Pengukuran Resistansi Termal … (Fefen Suhedi)
Pengukuran resistansi termal fiber semen dicoba resistansi yang konvergen (CR < 0,10) diperoleh
diulang dengan pengaturan temperatur udara yang setelah pengukuran berlangsung lebih dari satu
berbeda. Eksperimen kedua dilakukan dengan jam. Temperatur permukaan rata-rata diperoleh
mengatur temperatur udara panas pada 50 oC 32,79oC dan 34,27oC.
sedangkan udara dingin pada 15oC. Pengukuran
Hasil pengukuran pertama dan kedua untuk
dilangsungkan selama 5 jam dengan interval
sampel fiber semen tebal 6 mm ditampilkan
pengambilan data tiap 10 menit. Hasil pengukuran
kembali pada Tabel 2. Berdasarkan data pada
kedua untuk sampel fiber semen diperlihatkan
Tabel 1 diperlihatkan bahwa perubahan
pada Gambar 6 dan Gambar 7. Parameter-
temperatur udara panas dari 35oC menjadi 50oC
parameter yang terukur berdasarkan metode
tidak mengubah hasil pengukuran. Dengan
penjumlahan ASTM C1155 adalah sebagai berikut
demikian, pengukuran resistansi termal pada
(nilai-nilai disampaikan secara berurutan untuk
perangkat kotak pengukuran dapat menggunakan
sensor pertama dan kedua): estimasi nilai
pengaturan temperatur udara panas pada 35oC dan
resistansi termal, Re, diperoleh 0,032 m2.K/W dan
pengaturan udara dingin 15oC untuk mendapatkan
0,026 m2.K/W dengan koefisien variansi, V(Re),
data yang memadai.
masing-masing 3% untuk N=23 dan N=24. Nilai
174
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 3 November 2014 : 169-179
175
Pengukuran Resistansi Termal … (Fefen Suhedi)
176
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 3 November 2014 : 169-179
Estimasi nilai resistansi termal sesuai rumus (4) N=114 dan N=120. Adapun temperatur permukaan
untuk sampel bata merah menuju konvergen pada rata-rata yang dicapai adalah 24,75oC dan 25,05oC.
nilai 0,245 m2.K/W dan 0,246 m2.K/W
Bata Ringan (Aerated Concrete)
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10. Nilai
Pengukuran terhadap sampel dinding bata ringan
rasio konvergensi dibawah 0,10 dicapai oleh
dilaksanakan selama 24 jam. Kelompok sensor
kelompok sensor pertama setelah pengukuran
pertama menunjukkan perbedaan temperatur
dilangsungkan selama 5 jam sedangkan kelompok
permukaan panas dan dingin mencapai rata-rata
sensor kedua mencapainya setelah 4 jam
13,96oC dengan aliran kalor rata-rata 22,534
pengukuran (lihat Gambar 11), nilai koefisien
W/m2. Kelompok sensor kedua menunjukkan
variansi V(Re) masing-masing adalah 3% dengan
perbedaan temperatur permukaan rata-rata 12,99
oC dengan aliran kalor rata-rata 23,5 W/m2.
Estimasi nilai resistansi termal sesuai rumus (4) Adapun temperatur permukaan rata-rata yang
untuk sampel bata merah menuju konvergen pada dicapai adalah 24,46oC dan 25,57oC.
nilai 0,619 m2.K/W dan 0,551 m2.K/W
Pembahasan
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12. Nilai
Pengukuran resistansi termal telah dilakukan
rasio konvergensi dibawah 0,10 dicapai oleh
dengan metode aliran kalor menggunakan kotak
kelompok sensor pertama dan kedua setelah
pengukuran sebagai lingkungan pengukuran dan
pengukuran dilangsungkan selama 8,5 jam (lihat
TRSYS01 sebagai pengumpul data. Data yang
Gambar 13). Nilai koefisien variansi V(Re) masing-
direkam adalah data aliran kalor (heat flux),
masing adalah 3% untuk masing-masing N=94.
temperatur salah satu permukaan, dan perbedaan
177
Pengukuran Resistansi Termal … (Fefen Suhedi)
0,166 0,0106 3)
0,21 2)
Papan gypsum 0,131
Bata merah 0,407 0,150 – 0,380 4)
Bata ringan 0,172 0,132 5)
0,11 – 0,21 6)
0,16 7)
Keterangan:
1) Dokumen spesifikasi produk Somex Group.
2) Diolah dari data spesifikasi Gyproc® Fibre Cement Board, www.gyproc.in
3) Metode uji ASTM C177. Nilai untuk density rata-rata 763 kg/m3, diolah dari Dokumen No. GA-235-10. Gypsum Board Typical
Mechanical And Physical Properties. Gypsum Association, MD-USA. 2010.
4) Halauddin (2006) [10]
5) Ungkoon (2010). Nilai untuk density 577 kg/m3 [11]
5) Narayanan (2000). Nilai untuk density 600 kg/m3 – 700 kg/m3 [12]
6) Website resmi Hebel Indonesia, www.hebel.co.id/spesifikasi/blok/blok-hebel/
178
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 3 November 2014 : 169-179
Estimasi nilai resistansi termal yang lebih baik anggaran 2013 melalui Satuan Kerja Pusat Litbang
diperoleh apabila dilakukan seleksi data. Hasil Permukiman, Badan Litbang Kementerian
pengukuran menunjukkan bahwa pada permulaan Pekerjaan Umum.
pengujian, ketika perbedaan temperatur antara
dua sisi permukaan masih rendah, nilai perkiraan REFERENSI
resistansi termal akan tampak tidak logis. Estimasi Halauddin. 2006. Pengukuran Konduktivitas
nilai resistansi termal Re dihitung sebagai dT/Q, Termal Bata Merah Pejal . Jurnal Gradien Vol.
dengan Q adalah laju aliran kalor dan dT adalah 2 No. 2 Juli 2006 : 152-155. ISSN 0216-2393.
beda temperatur. Maka, ketika beda temperatur Universitas Bengkulu. Bengkulu.
mendekati nol, akan diperoleh nilai Re yang sangat Ian Cox-Smith. . )n-situ measurement of
rendah, atau dengan kata lain dinding bersifat thermal resistance for suspended timber
sangat konduktif. Hal ini terjadi pada periode awal floor . BRANZ Study Report SR .
pengukuran. Maka, apabila data yang digunakan Building Research Levy. ISSN: 1178-4938
adalah data dengan dT yang cukup tinggi, akan J.B. Fang, R.A. Grot, dan (.S. Park. . The
diperoleh kumpulan data yang menghasilkan Assessment of Accuracy of the In-situ
estimasi nilai Re dengan tingkat presisi yang baik Methods for measuring building envelopr
(lihat Gambar 4.2 sampai Gambar 4.5). thermal resistance .
K.M. Fowler, E.M. Rauch. 2006. Sustainable
KESIMPULAN Building Rating Systems Summary . Pacific
Northwest National Laboratory.
Sistem instrumentasi untuk pengukuran resistansi
Narayanan, N. dan K. Ramamurthy. 2000.
termal bahan bangunan telah dibuat dan diuji coba.
Structure And Properties Of Aerated
Sistem yang dikembangkan menggunakan prinsip
Concrete: A Review . Cement & Concrete
pengukuran aliran kalor (heat flux) dengan metode
Composite 22. halaman 321-329. Elsevier.
pengambilan data insitu yang mengadopsi ASTM
P. Baker. 201 . U‐values and traditional buildings:
C1155. Lingkungan kotak pengukuran yang terdiri
In situ measurements and their comparisons
dari kotak panas dan kotak dingin memberikan
to calculated values . Historic Scotland
beda temperatur yang cukup besar dan stabil
Technical Paper . Diunduh dari:
selama pengukuran. Hasil eksperimen
www.historic‐scotland.gov.uk/technicalpaper
menunjukkan bahwa metode pengukuran
s. [22 April 2014]
memberikan hasil yang baik dengan waktu
Rajendra S. Adhikari., Elena Lucchi, dan Valeria
pengukuran yang jauh lebih cepat dibandingkan
Pracchi. . Experimental Measurements
pengukuran secara insitu.
on Thermal Transmittance of the Opaque
Evaluasi diperlukan untuk membangun sistem Vertical Walls in the (istorical Buildings .
kalibrasi yang diperlukan dalam rangka menjamin Dibawakan pada PLEA2012 - 28th
hasil pengukuran. Hasil pengukuran resistansi Conference, Opportunities, Limits & Needs
termal dalam lingkungan yang terkondisi ini perlu Towards an Environmentally Responsible
dibandingkan dengan pengukuran insitu dengan Architecture Lima, Perú 7-9 November 2012.
metode yang sama, yaitu metode aliran kalor atau Richard Reed, Anita Bilos, Sara Wilkinson, dan
dengan metode pengukuran laboratorium lain Karl-Werner Schulte. . )nternational
yang relevan misalnya metode hotbox. Comparison of Sustainable Rating Tools .
The Journal of Sustainable Real Estate, Vol. 1
UCAPAN TERIMA KASIH No. 1.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua Sean Doran. . Field investigations of the
pihak yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan thermal performance of construction
kegiatan. Kegiatan ini dibiaya oleh APBN tahun elements as built . BRE Client Report No.
179
Pengukuran Resistansi Termal … (Fefen Suhedi)
78132. Building Research Establishment Ltd. Traditional Brick Walls . Research Report.
Glasgow. English Heritage.
SNI 6389:2011. Konservasi selubung bangunan Ungkoon, Y. . Study of Thermal Properties of
pada bangunan gedung. Badan Standardisasi Aerated Concrete Walls . The Journal of
Nasional. Applied Science. Vol. 9 No. 1. ISSN 1513-7805.
Soki Rhee-Duverne dan Paul Baker. 2013. Thailand.
Research Into The Thermal Performance Of
180