Anda di halaman 1dari 7

STUDI EKSPERIMENTAL MENGENAI NYALA API DAN GAS HASIL PEMBAKARAN

PADA MESO SCALE COMBUSTOR DENGAN MATERIAL NON-HOMOGEN


Zendy Randy Pradika, Lilis Yuliati, Mega Nur Sasongko
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT Haryono 167, Malang
Tlp. (0341) 554291, 569103, Fax (0341)554291
E-mail: zendy.randy.pradika@gmail.com

Abstrak :
Penelitian ini mengamati pengaruh konduktivitas termal meso-scale combustor dengan
dinding non-homogen terhadap temperatur api, temperatur dinding, serta temperatur dan
komposisi gas hasil pembakaran secara eksperimental. Dinding combustor terdiri dari quartz
glass tube - quartz glass tube, stainless steel - quartz glass tube dan copper - quartz glass tube.
Combustor memiliki diameter dalam sebesar 3,5 mm. Wire mesh terbuat dari stainless steel
yang diletakkan pada jarak 10 mm dari ujung combustor. Bahan bakar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah liquid petroleum gas (LPG). Api stabil di dalam meso-scale combustor
dekat wire mesh. Temperatur nyala api dan gas hasil pembakaran dalam meso-scale combustor
yang terbuat dari copper quartz glass tube lebih tinggi dari pada temperatur api dan gas hasil
pembakaran pada combustor quartz glass tube - quartz glass tube dan stainless steel- quartz
glass tube. Hal ini menunjukkan penggunaan kombinasi copper dan quartz glass tube
menghasilkan heat loss yang minimum dan heat recirculation yang maksimum, sehingga pada
debit reaktan yang sama temperatur apinya paling tinggi. Untuk komposisi gas hasil
pembakaran copper - quartz glass tube memiliki pembakaran yang lebih sempurna
dikarenakan memiliki nilai penurunan komposisi CO yang lebih tinggi dibanding stainless
steel - quartz glass tube dan quartz glass tube. Dengan semakin tinggi nilai konduktivitas
termal maka heat recirculation yang terjadi di combustor semakin besar dan energi untuk
pemanasan awal reaktan semakin tinggi semakin tinggi. Oleh karena itu komposisi yang
dihasilkan lebih rendah CO.
Kata kunci : temperatur nyala api, temperatur dan komposisi gas hasil pembakaran, meso-
scale combustor, material non-homogen
1. Pendahuluan digunakan untuk memberi suplai energi
untuk alat-alat portable diatas. Dengan
Seiring dengan berkembangnya jaman kemampuan baterai untuk menyimpan
semakin meningkat pula kebutuhan energi dalam waktu yang tidak terlalu lama
manusia akan sumber energi, salah satunya dan membutuhkan waktu lama untuk
energi listrik. Pembangkit energi listrik mengisi ulang kembali energinya
dalam skala kecil (micro power generator) (recharge) menjadi titik lemah pada alat
juga terus berkembang seiring alat portable di atas. Diharapkan micro-
meningkatnya penggunaan peralatan listrik power generator dapat menjadi pengganti
portable seperti notebook computer, baterai dimasa yang akan datang.
kamera digital, pemutar musik, handphone,
dan beberapa gadget lainya. Dimana semua Dalam beberapa tahun terakhir penelitian
peralatan portable ini membutuhkan energi mengenai micro- atau meso-scale
yang dikemas dalam bentuk baterai. combustor sebagai bagian dari micro-power
Sehingga baterai sangat dibutuhkan untuk generator banyak dilakukan (Fernandez-
menyimpan energi yang nantinya Pello, et al, 2002; Maruta, et al, 2010;

1
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univeritas Brawijaya 2014
Chou, et al, 2011). Permasalahan yang dengan wire mesh didalamnya. Digunakan
banyak timbul adalah ketidak stabilan api di tiga variasi dinding combustor non-
dalam combustor. Hal ini dikarenakan homogen yaitu quartz glass tube-quartz
waktu rekatan dalam ruang bakar (fuel glass tube, copper-quartz glass tube,
residence time) yang sempit dan tingginya stainless stell-quartz glass tube dan
laju kehilangan kalor (heat loss) yang perbandingan antara combustor dengan
mengakibatkan pemadaman api. isolasi dan tanpa isolasi. Hasil dari
(Norton, et al, 2003) melakukan penelitian tersebut ialah, variasi copper -
penelitian mengenai pengaruh quartz glass tube memiliki daerah
konduktivitas termal terhadap kestabilan flammability limmit paling luas dibanding
api dalam micro-scale combustor. Hasil dengan dua variasi lainnya dengan isolasi
penelitian ini menunjukkan pengaruh maupun tanpa isolasi. Penggunaan isolasi
konduktivitas termal terhadap kestabilan panas pada setiap jenis combustor
api dan besarnya heat recirculation yang menghasilkan peningkatan flammability
terjadi dari api ke dinding combustor. limit serta kestabilan api pada kecepatan
reaktan yang lebih tinggi.
Hasil penelitian (Miesse, et al, 2004)
menunjukkan walaupun pembakaran dalam Dalam penelitian ini diamati temperatur
ruang bakar mikro (micro-scale combustor) nyala api, temperatur dinding, temperatur
sulit terjadi, tetapi pembakaran dalam dan komposisi gas buang dalam meso-scale
micro-scale combustor dapat terjadi apabila combustor dengan wire mesh yang
komposisi dan struktur material dari dindingnya terbuat dari material non-
dinding combustor dibuat sebaik mungkin. homogen. Dari data temperatur api, gas
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan buang dan dinding combustor dapat
bahwa pembakaran dalam meso-scale diperkirakan besarnya heat recirculation dan
combustor dapat terjadi dengan heat loss pada meso-scale combustor.
memperhatikan desain dan konstruksi dari
combustor dengan syarat-syarat yang telah 2. Metode Penelitian
dipaparkan.
Skema instalasi penelitian yang
(Mikami, et al, 2013) menunjukkan digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan
konduktivitas termal menentukan besarnya oleh Gambar 1. Detail meso-scale
perpindahan panas dari flame ke dinding combustor yang digunakan ditunjukkan
combustor. Perpindahan panas ini pada Gambar 2. Konduktivitas termal
mengakibatkan heat loss dari flame yang dinding combustor, divariasikan dengan
cenderung memadamkan api, sekaligus merubah jenis material dinding combustor,
perpindahan panas konduksi ke reaktan yaitu quartz glass tube, stainless steel dan
(heat recirculation) yang cenderung tembaga. Konduktivitas termal quartz glass
menstabilkan api. Kestabilan pembakaran tube, stainless steel dan tembaga berturut -
dalam meso-scale combustor yang terbuat turut sebesar 1.4, 20 dan 385W/(mK).
dari quartz glass tube, yang memiliki
konduktivitas termal rendah, dapat
diwujudkan dengan menyisipkan mesh
yang terbuat dari material dengan
konduktivitas termal tinggi yaitu copper.
(Ramadhan, et al, 2013) melakukan
penelitian tentang pengaruh konduktivitas
termal dinding combustor terhadap
Gambar 1. Skema instalasi penelitian
visualisasi api, flammability limit dan
stabilitas api pada meso-scale combustor

2
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univeritas Brawijaya 2014
Gambar 1 menunjukkan instalasi dengan cara merubah jenis material dinding
alat penelitian meso-scale combustor, combustor yaitu tembaga, stainless steel
dimana terdapat tabung udara dan tabung dan quartz glass tube. Temperatur nyala api
bahan bakar yang dihubungkan ke flow dan temperatur gas hasil pembakaran dalam
meter udara untuk tabung udara dan flow meso-scale combustor tersebut diambil
meter bahan bakar untuk tabung bahan pada rasio ekuivalen =1 atau pada
bakar. keadaan stoikiometri dengan variasi
kecepatan reaktan sebesar 20, 39, 53 dan 69
cm/detik.

Gambar 3. Hubungan temperatur nyala api


terhadap Vtotal reaktan dalam meso-scale
Gambar 2. Meso-scale combustor dengan combustor pada = 1
variasi konduktivitas termal dinding
combustor Dari Gambar 3 terlihat combustor
copper memiliki nilai temperatur nyala api
yang tertinggi, kemudian berturut-turut
Pengambilan data dilakukan pada combustor stainless steel dan quartz glass
kondisi rasio ekuivalen () = 1 dengan tube. Besarnya temperatur nyala api sangat
kecepatan total reaktan sebesar 20, 39, 53, dipengaruhi oleh kecepatan pembakaran.
69 cm/det dan pada kondisi kecepatan total Untuk mendapatkan kecepatan pembakaran
reaktan tetap, Vtot = 39 cm/det dengan rasio yang tinggi, heat recirculation harus lebih
ekuivalen () = 0.8, 1, 1.2. Dalam besar dari pada heat loss. Tingginya
penelitian yang diamati adalah temperatur temperatur api pada combustor copper
nyala api, temperatur gas hasil pembakaran, menunjukkan bahwa panas nyala api yang
temperatur dinding dan komposisi gas hasil dikonveksikan ke dinding sebagian besar
pembakaran. Untuk mengukur temperatur dikonduksikan ke upstream sebagai
nyala api, gas hasil pembakaran dan pemanas awal reaktan (heat recirculation),
dinding combustor menggunakan sebagian yang lain dikonveksikan oleh
thermocouple yang dihubungkan ke data dinding combustor ke lingkungan (heat
logger dan data hasil pengujian disimpan loss). Sehingga temperatur reaktan menjadi
dalam komputer. Gas hasil pembakaran lebih tinggi, menghasilkan kecepatan dan
pada meso-scale combustor ditampung temperatur pembakaran yang lebih tinggi.
dalam sampling bag, kemudian dianalisis Temperatur nyala api pada
komposisinya dengan star gas. combustor stainless steel lebih kecil dari
combustor copper dikarenakan
3. Hasil dan Pembahasan konduktivitas termal stainless steel lebih
kecil dari pada copper, sehingga
Gambar 3 menunjukkan temperatur
perpindahan kalor dari dinding ke upstream
nyala api dan Gambar 4 menunjukkan
lebih sulit terjadi, sehingga memiliki heat
temperatur gas hasil pembakaran pada
recirculation yang lebih kecil.
meso-scale combustor dengan variasi
konduktivitas termal dinding combustor,

3
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univeritas Brawijaya 2014
Gambar 4 menunjukkan grafik buang kearah downstream relatif tetap
hubungan temperatur gas hasil pembakaran tinggi. Distribusi temperatur dinding untuk
pada jarak 5 mm dan 10 mm dari wire setiap jenis combustor ditunjukkan pada
mesh. Dari grafik tersebut terlihat bahwa Gambar 5.
temperatur gas hasil pembakaran pada
combustor copper masih memiliki nilai
tertinggi. Perbedaan yang paling terlihat
dari Gambar 4 terletak pada combustor
stainless steel dengan combustor quartz
glass tube. dimana nilai temperatur
keduanya berbeda jauh pada tiap variasi
jarak pengukuran. Dibanding perbedaan
antara combustor copper dengan combustor
stainless steel. Gambar 5. Hubungan temperatur dinding
setelah mesh terhadap Vtotal reaktan dalam
meso-scale combustor pada = 1

Temperatur nyala api, gas hasil


pembakaran dan temperatur dinding
combustor untuk kecepatan reaktan yang
semakin besar pada masing-masing
combustor juga memiliki kecenderungan
yang sama. Dengan bertambahnya
Gambar 4. Hubungan temperatur gas buang
kecepatan reaktan maka temperatur nyala
terhadap Vtotal reaktan dalam meso-scale
api, gas hasil pembakaran dan temperatur
combustor pada = 1
dinding combustor dalam meso-scale
Hal tersebut dikarenakan stainless combustor cenderung meningkat. Semakin
steel mempunyai nilai konduktivitas termal tinggi kecepatan reaktan maka jumlah
yang lebih tinggi dibandingkan quartz bahan bakar yang terbakar semakin banyak
glass tube. Dengan konduktivitas termal sehingga kalor yang dihasilkan dari proses
yang lebih tinggi maka perpindahan panas pembakaran semakin besar. Dengan
nyala api ke dinding combustor juga meningkatnya kalor yang dihasilkan pada
semakin besar. Hal tersebut menyebabkan proses pembakaran menyebabkan
temperatur dinding combustor stainless temperatur ruang bakar juga meningkat.
steel setelah wire mesh juga besar. Sehingga Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai
kalor gas hasil pembakaran pada combustor temperatur dinding combustor sebelum
stainless steel lebih sulit dikonveksikan ke mesh pada combustor copper memiliki nilai
dinding karena temperatur dinding tertinggi. Pengambilan data dilakukan pada
combustor tembaga setelah wire mesh juga jarak 3 mm sebelum mesh. Dari grafik
besar. Temperatur gas hasil pembakaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kalor
yang berjarak 5 mm dan 10 mm dari wire nyala api pada combustor copper yang
mesh tidak hanya dipengaruhi oleh nilai dikonveksikan ke dinding combustor
temperatur nyala api pada quartz glass tube sebagian besar dikonduksikan ke upstream
yang lebih tinggi tetapi juga dipengaruhi sebagai pemanas awal reaktan, sehingga
temperatur dinding combustor. Bila meningkatkan kecepatan pembakaran.
temperatur dinding combustor tinggi, Dengan meningkatnya kecepatan
perbedaan temperatur antara gas buang pembakaran maka didapatkan nilai
dengan dinding combustor menjadi lebih temperatur nyala api dan temperatur gas
kecil sehingga perpindahan panas yang hasil pembakaran yang tinggi karena
terjadi juga lebih kecil dan temperatur gas pembakaran yang terjadi lebih stabil.

4
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univeritas Brawijaya 2014
hasil pembakaran dan temperatur dinding
terlihat lebih kecil dibanding pada rasio
ekuivalen =1. Karena pada keadaan rasio
ekuivalen =1.2 merupakan campuran
kaya akan bahan bakar sehingga tidak
semua bahan bakar dapat terbakar
sempurna akibat kurangnya udara sebagai
oksidator. Hal tersebut mengakibatkan
Gambar 6. Hubungan temperatur dinding temperaturnya menurun.
sebelum mesh terhadap Vtotal reaktan dalam Pada campuran miskin atau pada
meso-scale combustor pada = 1 rasio ekuivalen =0.8 memiliki temperatur
nyala api, gas hasil pembakaran dan
Pengambilan data Gambar 7-9 temperatur dinding paling rendah.
dilakukan pada rasio ekuivalen =0.8, =1 Meskipun pada =0.8 bahan bakar terbakar
dan =1.2 dengan kecepatan reaktan Vtotal seluruhnya akan tetapi pada rasio ekuivalen
= 39 cm/det. Dari ke-empat grafik tersebut =0.8 jumlah energi bahan bakar yang
terlihat bahwa temperatur nyala api, gas dihasilkan lebih kecil, mengakibatkan
hasil pembakaran dan temperatur dinding temperatur nyala api, gas hasil pembakaran
combustor copper memiliki temperatur dan temperatur dindingnya paling rendah.
yang lebih tinggi dibandingkan combustor
stainless steel dan quartz glass tube pada
rasio ekuivalen =0.8, =1 maupun
=1.2.

Gambar 8. Hubungan temperatur gas buang


terhadap rasio ekuivalen () dalam meso-
scale combustor pada Vtotal = 39 cm/det

Gambar 7. Hubungan temperatur nyala api


terhadap rasio ekuivalen () dalam meso-
scale combustor pada Vtotal = 39 cm/det

Dari Gambar 7-9 terlihat temperatur


nyala api, gas hasil pembakaran dan
temperatur dinding untuk rasio ekuivalen
=1 lebih tinggi dibanding rasio ekuivalen Gambar 9. Hubungan temperatur dinding
=0.8 dan =1.2. Karena pada rasio combustor terhadap rasio ekuivalen ()
ekuivalen =1 bahan bakar dapat terbakar dalam meso-scale combustor pada VTotal =
sempurna. Apabila semua bahan bakar 39 cm/det
dapat terbakar sempurna maka akan
meningkatkan temperatur nyala api. Gambar 10 dan 11 menunjukkan
Dengan semakin meningkatnya temperatur komposisi gas hasil pembakaran pada
nyala api maka besarnya heat recircualiton pembakaran dalam meso-scale combustor
juga akan meningkat. dengan konduktivitas termal dinding
Pada debit udara yang sama dan combustor yang berbeda dengan variasi
campuran kaya bahan bakar pada rasio kecepatan reaktan sebesar 20, 39, 53 dan 69
ekuivalen =1.2 temperatur nyala api, gas

5
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univeritas Brawijaya 2014
cm/detik pada rasio ekuivalen = 1 atau harus lebih besar dari pada waktu yang
pada keadaan stoikiometri. diperlukan untuk reaksi pembakaran.
Gambar 12 dan 13 menunjukkan
hubungan kandungan CO2 dan CO terhadap
variasi rasio ekuivalen () pada kecepatan
total reaktan Vtotal = 39 cm/det. Pada kondisi
rasio ekuivalen () = 0.8 kandungan CO
rendah hal ini disebabkan karena pada
kondisi tersebut jumlah debit bahan bakar
lebih sedikit daripada jumlah debit bahan
Gambar 10. Hubungan komposisi CO2 bakar pada rasio ekuivalen () = 1 dan 1.2
terhadap Vtot reaktan dalam meso-scale atau bisa disebut miskin bahan bakar.
combustor pada = 1 Sedangkan dengan debit udara yang sama
dan pada campuran kaya yakni pada rasio
Dari Gambar 10 dan Gambar 11 ekuivalen () = 1.2 kandungan CO2 rendah
terlihat kandungan CO2 pada combustor dan kandungan CO yang tinggi
dengan dinding stainless steel mempunyai dibandingkan pada kondisi yang lain. Hal
nilai yang paling tinggi dibandingkan tersebut disebabkan oleh kurangnya udara
dinding combustor dengan material quartz sebagai oksidator pada saat proses
glass tube dan tembaga dan mempunyai pembakaran sehingga banyak CO yang
kandungan CO paling rendah. Hal ini terbentuk.
dikarenakan stainless steel mempunyai nilai
temperatur nyala api yang tertinggi
sehingga pembakaran yang terjadi lebih
sempurna.

Gambar 12. Hubungan komposisi CO2


terhadap rasio ekuivalen () dalam meso-
scale combustor pada Vtotal = 39 cm/det

Gambar 11. Hubungan komposisi CO Pada Gambar 12 dan 13 terlihat


terhadap Vtot reaktan dalam meso-scale bahwa kandungan CO2 combustor stainless
combustor pada = 1 steel memiliki nilai yang paling tinggi dan
kandungan CO paling rendah dibanding
Untuk kecepatan reaktan yang combustor tembaga dan quartz glass tube.
semakin besar pada masing-masing Hal tersebut menunjukkan kecepatan
combustor mengakibatkan kandungan CO2 pembakaran combustor stainless steel lebih
meso-scale combustor semakin menurun besar. Kecepatan pembakaran yang lebih
dan CO yang dihasilkan meningkat. Hal tinngi menghasilkan pembakaran yang
tersebut menunjukkan bahwa pada lebih sempurna. Sehingga kandungan CO2
kecepatan reaktan yang lebih tinggi, dalam gas buangnya lebih tinngi,
pembakaran menjadi lebih tidak sempurna. sebaliknya kandungan COnya lebih rendah.
Hal ini disebabkan pendeknya waktu bahan
bakar berada diruang bakar. Agar
pembakaran terjadi secara sempurna, waktu
bahan bakar berada dalam ruang bakar

6
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univeritas Brawijaya 2014
5. Daftar Pustaka
[1] Chou, S.K., W.M. Yang, K.J. Chua, J.
Li, K.L. Zhang, Development of Micro
Power Generators A Review, J.
Applied Energy, 88 (2011) p. 116.

[2] Fernandez-Pello, A.C., Micropower


Gambar 13. Hubungan komposisi CO Generation using Combustion: Issues
terhadap rasio ekuivalen () dalam meso- and Approaches, Proceedings of the
scale combustor pada Vtotal = 39 cm/det Combustion Institute, 29 (2002) p. 883
899.
4. Kesimpulan [3] Maruta, K., Micro and Mesoscale
Combustion, Proceedings of the
Dari penelitian yang telah dilakukan Combustion Institute, 33 (2011) p. 125-
dapat diambil kesimpulan bahwa 150.
konduktivitas termal dinding combustor [4] Mikami, M., Maeda, Y., Matsui, K.,
berpengaruh pada temperatur nyala api, gas Seo, T. & Yuliati, L. 2013, Combustion
hasil pembakaran dan kandungan gas hasil of Gaseous and Liquid Fuels In Meso-
pembakaran dalam meso-scale combustor Scale Tubes With Wire Mesh,
dimana: Proceedings of The Combustion
Institute, Volume 34, Issue 2, Pages
Variasi copper quartz glass tube 3387-3394.
memiliki temperatur nyala api, [5] Norton, D.G. Vlachos, D.G.
temperatur gas hasil pembakran dan Combustion characteristics and flame
temperatur dinding paling tinggi stability at the microscale: a CFD study
dibanding dua combustor yang lain. of premixed methane/air mixtures, J.
Variasi copper quartz glass tube Chemical Engineering Science, 58
memiliki kandungan CO yang (2003) 4871 4882.
paling rendah dan kandungan CO2 [6] Wardana, I.N.G. 2008. Bahan Bakar
yang paling tinggi. dan Teknologi Pembakaran. PT. Danar
Pada kondisi stoikiometri ( = 1) Wijaya. Malang: Brawijaya University
temperatur nyala api, gas hasil Press.
pembakaran dan dinding yang [7] Yuliati, L., Seo, T., Mikami, M.,
mempunyai nilai paling tinggi. Liquid-fuel Combustion in a Narrow
Sedangkan komposisi gas hasil Tube Using an Electrospray
pembakaran yang paling rendah CO Technique, Combustion and Flame
pada kondisi rasio ekuivalen = 0,8. 159 (2012) 462-464.

7
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univeritas Brawijaya 2014

Anda mungkin juga menyukai