Anda di halaman 1dari 4

Ilminnafik, Nasrul, Jurnal ROTOR, Edisi Khusus No.

3, Desember 2017

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN PADA MESO SCALE COMBUSTOR


DENGAN BAHAN BAKAR BUTAN DAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS

Nasrul Ilminnafik1*, FX.Kristianta1 , Ivan Bagus Sanjaya2


1Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37, Jember, 68121
2Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37, Jember, 68121

Email: nasrul.teknik@unej.ac.id

ABSTRACT

Meningkatnya konsumsi energi menyebabkan masalah sumber daya alam khususnya energi fosil. Micro Power
Generator (MPG) adalah sebuah terobosan teknologi yang mampu membantu penghematan energi fosil.
Terdapat dua bagian utama pada MPG, yaitu micro atau meso scale combustor dan modul pengkonversi.
Untuk pengoptimalan meso scale combustor dibutuhkan bahan bakar terbaik antara LPG dan Butana.
Penelitian ini dilakukan untk menentukan karakteristik pembakaran pada meso combustor pada variasi
ekivalen rasio 1,15 dan 1,20 pada laju reaktan 30 cm/s. Penelitian dilakukan pada penyalaan api pada ruang
meso scale combustor berdimensi 30 ml panjang dan 3,5 ml diameter, dengan variasi suplai udara pada suplai
bahan bakar tetap. Karakteristik pembakaran meliputi temperatur dan warna api. Temperatur api butana
pada variasi ekivalen rasio lebih tinggi dbandingkan pada api LPG. Adapun warna api yang dihasilkan
Butana adalah biru tua dan LPG biru muda. Hal ini menunjukkan bahwa pembakaran butana dalam meso
combustor lebih baik dibandingkan LPG.

Keyword : Butana, LPG, meso scale combustor, warna api, temperatur api.

PENDAHULUAN Salah satu pengembangan teknologi


Latar Belakang pemanfaatan bahan bakar fosil secara optimal
Seiring dengan meningkatnya laju adalah penggunaan teknologi Micro Power
pembangunan dan pola hidup masyarakat, Generator (MPG). Terdapat dua bagian utama
konsumsi energi di Indonesia terus meningkat dari pada MPG, yaitu micro atau meso scale combustor
tahun ke tahun. Peningkatan ini terjadi hamper dan modul pengkonversi. Meso-scale combustor
pada semua sektor yang mencakup sektor industri, berfungsi sebagai penghasil energi termal dari
transportasi, komersial, rumah tangga pembangkit pembakaran, sedangkan modul pengkonversi
listrik dan sektor lainnya. berfungsi untuk mengkonversikan energi termal
Energi fosil khusunya minyak bumi, menjadi energi listrik.
merupakan sumber utama dan sumber devisa Meso-scale combustor adalah ruang bakar
negara. Kenyataan menunjukkan bahwa cadangan dengan diameter dalam sebesar 1-10 mm. Dengan
energi fosil yang dimiliki Indonesia jumlahnya ukuran diameter ruang bakar yang sangat kecil
terbatas. Sementara itu, konsumsi energi terus maka kestabilan pembakaran sangat tidak mudah,
meningkat seiring dengan laju pertumbuhan mengingat keterbatasan waktu pembakaran di
ekonomi dan pertambahan penduduk. Dengan ruang bakar (fuel residence time) dan laju
demikian sumber daya alam yang mampu kehilangan kalor (heat loss) yang cukup tinggi.
menghasilkan energi semakin terkuras, karena Untuk menciptakan pembakaran yang baik maka
sebagaian besar sumber energi berasal dari sumber harus meningkatkan fuel residence time, kecepatan
daya yang tidak terbarukan, misalnya minyak reaksi dan mengurangi heat loss yang terdapat
bumi, gas dan batubara (Ariwibowo, 2013). pada meso-scale combustor.
Cadangan energi Indonesia hanya mampu Mikami, et al (2013) menyebutkan bahwa
bertahan beberapa puluh tahun lagi. Jika tidak ada dalam meso-scale combustor sudah diamati
tindakan effisiensi maka cadangan tersebut akan tingkat ukuran diameter yang semakin kecil akan
lebih cepat habis dan membuat harus lebih menyempitkan daerah stabilitas api yang
dipikirkan energi alternative yang sifatnya digambarkan oleh diagram kecepatan – equivalent
terbarukan. Sudah waktunya Indonesia tidak ratio. Penyebabnya adalah kehilangan panas yang
menggantungkan diri kepada energi yang tidak lebih tinggi dan keterbatasan waktu nyala api yang
terbarukan dan harus mengembangkan energi tidak memadai yang terkait dengan peningkatan
alternative yang dapat terbarukan jika tidak ingin perbandingan luas dan volume.
mengalami krisis energi di masa mendatang.

18
Ilminnafik, Nasrul, Jurnal ROTOR, Edisi Khusus No. 3, Desember 2017

METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penelitian


Pada penelitian karakteristik nyala api 1. Menyiapkan peralatan meso-scale combustor
Meso-Scale Combustor menggunakan metode 2. Memasang alat-alat penelitian sesuai dengan
pengamatan secara langsung pada objek yang skema yang ada pada gambar 3.
diteliti. Jenis Data yang digunakan adalah data 3. Meletakkan kamera di depan dan di samping
kuantitatif. Kuantitatif merupakan jenis data yang meso scale combustor.
bisa diukur maupun dihitung secara langsung, dan
Menggunakan background kertas / kain berwarna
berisi informasi dalam bentuk angka
hitam untuk membantu mempertjelas kualitas
gambar
Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mesin-mesin fluida, Fakultas Teknik, Universitas
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan
Brawijaya Malang dan waktu penelitian secara
secara eksperimental pada meso scale combustor
keseluruhan dilakukan pada bulan Agustus -
dengan sudden expansion telah didapatkan suatu
September 2016.
data hasil penelitian. Dari penelitian tersebut
1. Alat
dilakukan pengamb ilan data flammability limit
• Meso scale combustor untuk masing-masing bahan bakar, yaitu campuran
• Mixer udara-butana dan campuran udara-LPG.Hasil
• Kompressor keseluruhan masing – masing perhitungan dapat
• Flowmeter udara dan bahan bakar dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
• Regulator butana 1. Penggunaan Bahan Bakar LPG
• Regulator LPG
• Pisco tube (selang)
• Korek / pemantik
• Kamera
2. Bahan
• LPG 3 kg
• Gas Butana

Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Variabel Bebas adalah variabel yang
nilainya ditentukan oleh peneliti untuk
menentukan hubungan antara fenomena hasil
pengamatan, dengan parameter uji. Menggunakan
variasi butana dan LPG 3 kg, Menggunakan variasi Tabel 3.1 Hasil pengolahan flammability limit
rasio ekuivalen (ϕ) dan kecepatan reaktan (Vtot) untuk bahan bakar LPG

Variabel Terikat 2. Penggunaan Bahan Bakar Butana


Variabel terikat merupakan variabel yang
nilainya tergantung pada variasi variabel bebas,
pada penelitian ini yang berperan sebagai variabel
terikat antara lain: visualisasi nyala api, Warna
nyala api.

Skema Alat Uji

Tabel 3.2 Hasil pengolahan flammability limit


untuk bahan bakar Butana

Gambar 1. Skema Pengujian

19
Ilminnafik, Nasrul, Jurnal ROTOR, Edisi Khusus No. 3, Desember 2017

Berdasarkan nilai rasio ekuivalen dan bahwa penggunaan kedua bahan bakar tersebut
kecepatan reaktan dari Tabel 3.1 sampai tabel 3.2 memiliki posisi nyala api dan warna nyala api yang
diatas. Sehingga didapat diagram hubungan rasio berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya
ekuivalen dengan kecepatan reaktan, diagram pengaruh kandungan zat pada masing-masing
tersebut yang menjadi dasar analisa karakteristik bahan bakar. Selain itu, posisi nyala api dan warna
pembakaran dan tmperatur pada meso scale nyala api dipengaruhi oleh variasi nilai rasio
combustor dengan sudden expansion. ekuivalen.
Pengambilan data visualisasi bentuk nyala Penggunaan bahan bakar butana memiliki
api dan temperatur nyala api dilakukan dengan kontrol posisi nyala api yang lebih baik daripada
mengambil titik tengah pada grafik flammability penggunaan gas LPG. Selain itu, terlihat bahwa
limit ketika nilai rasio ekuivalen dan kecepatan penggunaan gas butana menunjukkan warna nyala
reaktan berada pada titik yang sama. hal ini api yang lebih biru terang dibandingkan gas LPG
dikarenakan, pada titik nyala yang sama, maka yang menandakan suatu kelancaran proses reaksi
pengaruh variasi bahan bakar pada meso scale pembakaran. Seperti yang dijelaskan pada bagian
combustor dapat dibandingkan. Titik yang sebelumnya, proses reaksi pada gas butana mampu
ditentukan tersebut berada pada rasio ekuivalen lebih baik daripada proses reaksi gas LPG. Hal
1.15 dan 1.20 dengan kecepatan reaktan 20 cm/s. tersebut akan berdampak pada posisi nyala api
dimana dengan proses reaksi yang lancar, posisi
nyala api akan semakin mendekati step, karena
menandakan fungsi sudden expansion sebagai
pensirkulasian ulang reaktan. Selain itu, proses
reaksi yang lancar akan memberikan warna nyala
yang lebih baik, karena reaktan yang terbakar jauh
lebih sempurna.
Selain pengaruh penggunaan bahan bakar
tersebut, kontrol posisi nyala api dan warna nyala
api dipengaruhi oleh variasi rasio ekuivalen.
Terlihat pada Tabel 4.4 posisi nyala api semakin
menjauhi step seiring dengan peningkatan nilai
rasio ekuivalen. Hal ini dikarenakan dengan
peningkatan nilai rasio ekuivalen akan
Tabel 4.4 nyala api dari tampak samping dan meningkatkan pula kandungan massa yang
tampak depan pada meso scale combustor dengan dikandung oleh campuran reaktan. Sehingga,
sudden expansion untuk penggunaan bahan bakar apabila intensitas massa yang terkandung terlalu
butaha (C4H10) dan LPG. banyak, proses reaksi akan semakin sulit yang
menyebabkan kecepatan reaksi menurun. Dengan
Pada tabel 4.4 menunjukkan visualisasi demikian, posisi nyala api akan semakin menjauhi
nyala api dari tampak samping dan tampak depan step karena proses reaksi tidak berlangsung baik.
pada meso scale combustor dengan sudden Sebaliknya, pada nilai rasio ekuivalen yang
expansion untuk penggunaan bahan bakar butaha rendah, intensitas massa yang terkandung pada
(C4H10) dan LPG. Visualisasi nyala api tersebut campuran reaktan tidak terlalu banyak, sehingga
ditampilkan berdasarkan kecepatan reaktan proses reaksi semakin baik dan mampu
konstan (variasi rasio ekuivalen). Dalam hal ini, meningkatkan posisi nyala api mendekati step
hasil visualisasi dapat dianalisa berdasarkan karena laju reaksi meningkat.
pengaruh penggunaan bahan bakar dan pengaruh Beberapa kejadian tersebut juga berdampak
perbedaan nilai rasio ekuivalen untuk masing- pada warna nyala api yang dihasilkan, dimana
masing bahan bakar. Hasil visualisasi nampak warna nyala api nampak lebih biru terang pada
samping mampu memberikan pengetahuan bahwa nilai rasio ekuivalen yang rendah daripada nilai
penggunaan sudden expansion pada meso scale rasio ekuivalen yang tinggi. Pada nilai rasio
combustor mampu memberikan dampak yang ekuivalen yang rendah, intensitas massa yang
signifikan untuk mengontrol posisi nyala api. dikandung oleh campuran reaktan tidak terlalu
Selain itu, visualisasi tampak samping mampu besar, sehingga proses reaksi akan lebih baik.
memberikan gambaran tentang pengaruh Dengan kelancaran proses reaksi tersebut, reaktan
penggunaan bahan bakar dan variasi rasio akan mampu terbakar secara sempurna, sehingga
ekuivalen terhadap karakteristik pembakaran warna nyala api akan nampak lebih biru terang.
Penggunaan bahan bakar yang berbeda pada meso Hal ini berbanding terbalik ketika nilai rasio
scale combustor dengan sudden expansion ekuivalen terletak pada angka yang lebih tinggi.
memberikan suatu pengetahuan baru tentang Hal ini dikarenakan intensitas massa yang lebih
perbedaan pada setiap bahan bakar terhadap banyak, mengakibatkan proses reaksi kurang
karakteristik pembakaran. Pada Tabel 4.4 terlihat lancar, sehingga masih banyak reaktan yang belum

20
Ilminnafik, Nasrul, Jurnal ROTOR, Edisi Khusus No. 3, Desember 2017

terbakar. Hal tersebut akan berdampak pada warna campuran reaktan. Sehingga, dengan jumlah
api, dimana warna nyala api akan nampak biru reaktan yang masuk kedalam meso scale
pudar. combustor lebih banyak, maka reaktan yang
Temperatur Nyala Api terbakar akan semakin banyak pula dan mampu
Temperatur nyala api diukur sesuai titik meningkatkan nilai temperatur nyala api. Begitu
tengah pada grafik flammability limit atau titik pula jika nilai rasio ekuivalen dikurangi, maka
yang sama pada pengambilan data visualisasi campuran reaktan yang masuk kedalam meso scale
nyala api. Berikut merupakan hasil pengambilan combustor tidak terlalu banyak dan menyebabkan
data temperatur nyala api pada penggunaan reaktan yang terbakar tidak terlalu besar. Hal ini
masing-masing bahan bakar. akan menurunkan nilai temperatur nyala api.

KESIMPULAN
Dari tahapan penelitian yang dilakukan,
telah didapatkan beberapa kesimpulan yang dapat
dijadikan pengetahuan mengenai pengaruh variasi
bahan bakar butana dan LPG pada meso scale
combustor dengan sudden expansion Penggunaan
bahan bakar gas butana mampu memberikan
kontrol posisi nyala api dan warna nyala api yang
lebih baik daripada penggunaan gas LPG. Hal ini
dikarenakan pembakaran gas butana mampu lebih
sempurna daripada pembakaran gas LPG sehingga
Tabel 4.5 Temperatur nyala api
reaktan mampu terbakar lebih sempurna.
Penggunaan bahan bakar gas butana
Pada Tabel 4.5 menunjukkan perbedaan mampu memberikan temperatur nyala api yang
temperatur pada masing-masing penggunaan lebih tinggi daripada penggunaan gas LPG. Hal ini
bahan bakar. Penggunaan bahan bakar butana dikarenakan proses pembakaran pada gas butana
memiliki temperatur nyala api yang lebih tinggi lebih baik, campuran reaktan mampu tereaksi
daripada penggunaan gas LPG. Seperti yang secara sempurna sehingga temperatur nyala api
dijelaskan pada bagian sebelumnya, proses reaksi mampu meningkat.
pada gas butana mampu lebih baik daripada proses
reaksi gas LPG. Hal tersebut akan berdampak pada DAFTAR PUSTAKA
temperatur nyala api dimana dengan proses reaksi Ariwibowo. 2013. Partisipasi Masyarakat
yang lancar, temperatur nyala api akan semakin Dalam Pengelolaan PLTMH di Desa Depok
tinggi, karena menandakan reaktan terbakar secara Kecamatan Lebakbarang Kabupaten
sempurna. Sebaliknya, ketika proses reaksi yang Pekalongan. Tesis. Semarang: Program Studi
terjadi tidak terlalu lancar, akan menyebabkan Magister Ilmu Lingkungan Universitas
penurunan temperatur sebagai akibat masih Diponegoro. [Serial Online]
adanya reaktan yang tidak tebakar (pembakaran http://eprints.undip.ac.id/37844/ [9 Juni 2016]
tidak sempurna). Mikami, M., Maeda, Y., Matsui, K., Seo, T. &
Selain pengaruh penggunaan bahan bakar Yuliati, L. 2012. Combustion of Gaseous and
tersebut, temperatur nyala api juga dipengaruhi Liquid Fuels In Meso-scale Tubes With Wire
oleh variasi rasio ekuivalen. Terlihat pada Tabel Mesh. Proceeding of the Combustion Institute
4.5 temperatur nyala api semakin menjauhi step
34. 3387-3394
seiring dengan peningkatan nilai rasio ekuivalen.
Maruta, K. 2011. Micro and Mesoscale
Hal ini dikarenakan dengan peningkatan nilai rasio
ekuivalen akan meningkatkan pula jumlah Combustion. Science Direct. Proceedings of
the Combustion Institute Vol (33): 125-150.

21

Anda mungkin juga menyukai