Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015

Institut Teknologi Nasional Malang


ISSN: 2407 – 7534

Peta Stabilitas Nyala Api Pada Ruang Bakar Mesoscale Tipe


Rectangular Slot Terhadap Posisi Combustor
Satworo Adiwidodo1, I.N.G. Wardana2, Lilis Yuliati3, Mega Nursasongko4
1)JurusanTeknik Mesin, Politeknik Negeri Malang
1, 2, 3,4) Program Studi Teknik Mesin, Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya Malang
e-mail: 1) satworo.adiwidodo@polinema.ac.id, 2) wardana@ub.ac.id,
3) lilis_y@ub.ac.id, 4) megasasongko@ub.ac.id

ABSTRAK

Pada pembakaran bahan bakar dalam ruang bakarukuran mesoscale, masalah terbesar adalah heat
loss. Heat loss menyebabkan sulit terjadinya nyala stabil. Salah satu upaya mengurangi heat loss adalah
dengan pembakaran resirkulasi,yaitu produk pembakaran digunakan kembali untuk memanaskan
bahan bakaryang akan di bakar. Pembakaran mesoscale dengan model resirkulasi membutuhkan desain
ruang bakar khusus dan proses penyalaan awal yang rumit. Pada penelitian ini dilakukan pada ruang
bakar dengan geometri sederhana, saluran lurus berpenampang persegi (rectangular slot) dengan
memvariasi posisi ruang bakar (combustor). Perubahan posisi combustordiharapkan bisa memberikan
efek resirkulasi tanpa merubah desain ruang bakarnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui
batas stabilitas nyala api pada variasi posisi ruang bakar. hasil percobaan menunjukkan perubahan
posisi combustor mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap peta stabilitas nyala. Pada daerah
equivalent ratio ( ) ≥ 2, bentuk stabilitas nyala pada berbagai variasi posisi tidak berbeda, akan tetapi
untuk nilai <2, menjukkan perbedaan yang nyata. Pada posisi paling ekstrim (180O), equivalent ratio
bisa mendekati 1 dengan area stabilitas yang lebih luas. Kecepatan reaktan tertinggi dicapai pada posisi
ruang bakar 180O yang mencapai 70 cm/s.

Kata kunci: peta stabilitas, heat loss,mesoscale, rectangular slot, posisi combustor

ABSTRACT

In the combustion of fuel in mesoscale combustion chamber, the biggest problem is heat loss. Heat loss
cause difficult the stable flame. One effort to reduce heat loss is the recirculation combustion, the products of
combustion reused to heat fuel to be burned. Combustion mesoscale model with recirculation requires
special combustion chamber design and process startup more complicated. In this research, use simple
geometry of the combustion chamber, straight line with rectangular slot by varying the position of the
combustor. Change the position of the combustor is expected to provide a recirculation effect without
changing the design. The purpose of this study is to know the flame stability limits on the variation of the
position of the combustion chamber. The experimental results show the change in position of the combustor
resulting in significant changes to the map of flame stability. In the equivalent area ratio ( )≥ 2, the stability
area of the flame at various positions did not differ, but for the value <2, real difference. In the most
extreme position (180O), equivalent ratio can approach 1 with wider stable area. The highest reactants speed
reached at 180O position of the combustion chamber of 70 cm/s .

Keywords:map of flame stability, heat loss, mesoscale, rectangular slot, combustor position

Pendahuluan

Sumber tenaga yang banyak digunakan untuk peralatan elektronik portabel saat ini adalah
baterai. Baterai Pb-acid atau Li-ion sekalipun mempunyai kepadatan energi (energy density)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 153


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

yang jauh lebih rendah daripada energi dari reaksi pembakaran, sehingga pada baterai Pb-acid
atau Li-ion untuk menghasilan tenaga yang besar diperluan ukuran yang besar pula.
Pembakaran pada skala micro ataupun meso menjadi sangat penting dalam bidang riset
sebagai akibat dari perkembangan yang cepat dariMicro Electro Mechanical System (MEMS).
Salah satu aplikasinya adalah power MEMSyaituthermal electric system dimana panas hasil
pembakaran langsung dimanfaatan untuk dikonversi menjadi listrik oleh TPV
(Thermophotovoltaic). Thermal electric system terdiri dari microscale atau mesoscalecombustor
sebagai penyedia panas dan TPV sebagai pengkonversi energi.
Tantangan pembakaran microscale atau mesoscalesebagai penyedia panas dalam thermal
electric systemadalah bagaimana mempertahankan kestabilan api dalam combustor yang
mempunyai ukuran dalam skala milimeter dan bahkan sub-milimeter/mikron [Aghalayam:1998].
Rasio kehilangan panas terhadap panas bangkitan berbanding terbalik dengan panjang
karakteristik combustor. Dengan demikian, semakin kecil ukuran combustor maka akan semakin
besar proporsi kehilangan panas dari zona api, yang berpotensi dapat menyebabkan thermal
quenching [Norton: 2003; 2004]. Penelitian untuk mengurangi heat loss pada micro atau
mesoscalecombustor untuk meningkatkan stabilitas pembakaran oleh Maruta dan Fan
[Maruta:2005, Fan:2008] dengan metode pemanasan eksternal. Metode lain yang digunakan
untuk mengurangi kehilangan panas adalah dengan cara resirkulasi panas. Berbeda dengan
combustor pada ukuran konvensional, pembakaran di ruang bakar mikro sangat bergantung
pada resirkulasi panas melalui struktur yang solid [Ronney:2003, Ju:2003]. Entalpi pembakaran
yang besar menghasilkan api yang lebih stabil pada pembakaran mesoscale. Entalpi pembakaran
berlebih menggunakan konfigurasi ruang bakar swiss-roll, dapat dengan mudah dicapai [Jing:
2010].
Pembakaran mesoscale dengan model resirkulasi membutuhkan desain combustordan proses
penyalaan awal yang lebih rumit. Penelitian ini dilakukan pada combustor dengan geometri
sederhana, saluran lurus dengan perubahan posisi combustor Perubahan posisi ini diharapkan
bisa memberikan efek resirkulasi tanpa merubah desain combustor menjadi lebih rumit yaitu
dengan memanaskan bahan bakar dengan produk pembakaran sebelumnya secara direct contact.
Perubahan posisi combustor juga diharapkan dapat membatu masuknya api ke ruang bakar pada
penyalaan eksternal dengan memanfaatkan bouyancy effect. Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengetahui batas stabilitas nyala api pada ruang bakar mesoscale akibat pengaruh perubahan
posisi combustor.

Metode Penelitian

Penelitian ini mengggunakan liquified petroleum gas (LPG) sebagai bahan bakar dan
oksigen murni sebagai oksidatornya. Pembakaran dilakukan pada mesoscale combustortipe
rectangular slot dengan ukuran penampang 2.5 mm x 2 mm dan panjang saluran 10 mm. Pada
desain combustor terdapat 3 saluran bahan bakar (fuel port), namun dalam penelitian ini hanya
satu yang digunkan yaitu ruang bakar pada bagian yang paling atas, sedangkan 2 lainnya
ditutup. Material ruang bakar stainless steel, kecuali pada bagian penutup menggunakan kaca
untuk melihat visualisasi nyala.Pada combustor tipe rectangular slot tersebut dipasang tembaga
yang diberi alur (groove) dengan lebar celah 200 m (0.2 mm) yang berfungsi sebagai pemegang
nyala api (flame holder).Desain combustor disajikan pada Gambar 1.

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 154


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Anvil wall
Chamber wall
Sight Glass
Flame Holder Fuel port

Side Shield

Bottom shield

Gambar 1. Desain combustor

Liquified petroleum gas (LPG) yang digunakan mempunyai komposisis 50% propana dan
50% butana. Oksidator oksigen dengan tingkat kemurnian 99,99%.Alat ukur debit aliran adalah
rotarymeter kofloc dengan rentang ukur untuk LPG 2-20 ml/min dan oksigen 50-500 ml/min. Alat
dan bahan yang digunakan disajikan pada Gambar 2.Alat dan bahan kemudian dirangkai
menjadi instalasi eksperimen sebagaimana disajikan pada Gambar 3.
Combustion
product

Thermocouple
Combustion
chamber

High speed/fixed
Fuel port
lens camera
Glass
ADC
Flame holder

Flow meter

Mixer
Flashback
Regulator
Gambar 2. Alat dan bahan
arrestor
/valve

Fuel
Oxigen
(LPG)
Laptop

Gambar 3. Eksperiment Set Up

Stabilitas nyala diamati pada berbagai posisicombustor, yaitu posisi 0O, 90O, dan
180O(Gambar 4). Pengambilan data dilakukan dalam berbagai equivalen ratio( dankecepatan
reaktan (Vtot) dengan cara membuat konstan LPG dan memvariasikan oksigen serta sebaliknya
membuat konstan oksigen dan memvariasikan LPG. Api masuk kedalam combustor dengan cara
flashback sehingga akan muncul nyala ganda (didalam dan diluar combustor). Untuk melihat
batas peta kestabilan nyala didalam combustor, maka nyala api yang ada diluar dimatikan
terlebih dahulu.

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 155


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Posisi 1 (0o) Posisi 2 (90o) Posisi 3 (180o)

Gambar 4. Variasi posisi ruang bakar

Hasil dan Pembahasan

Perubahan posisi combustor akan merubah pola aliran. Pola aliran yang tepat menghasilkan
resirkulasi panas yang dapat mengurangi problem terbesar dalam pembakaran mikro/mesoscale
yaitu heat loss. Pada Gambar 5 ditunjukkan model heat recirculation pada berbagai variasi posisi
combustor.

.
Q Hl Vreaktan

Hl .
V flame Qcond
. .
Qcond . Qcond
Q
V flame
V flame Vreaktan

Hl
Vreaktan .
Q

Posisi 1 (0o) Posisi 2 (90o) Posisi 3 (180o)

Gambar 5. Model heat recirculation pada perubahan posisi combustor

Pada posisi 0O, secara alami produk pembakaran akan dialirkan keatas karena terikut
bouyancy. Sebagian kalor ini akan meradiasikan dinding combustor dan sebagian besar akan
hilang bersama aliran ke atas. Kalor yang diradiasikan ke dinding sebagian akan hilang akibat
konveksi ke lingkungan dan sebagian lagi akan dialirkan secara konduksi di dalam dinding
combustor. Kalor (panas) inilah yang digunakan untuk menjaga stabilitas nyala di dalam ruang
bakar. Sisa panas yang sedikit tu menyebabkan daerah penyalaan yang sempit.
Posisi 90O memberikan kemungkinan kalor bangkitan yang diserap lebih banyak dari posisi
0 untuk kestabilan nyala yang lebih baik. Pada posisi horizontal (90O), kalor sebagai produk
O

pembakaran sebagian terikut keluar bersama produk pembakaran lainnya, sebagian besar akan
memanaskan dinding atas dan sebagian lagi akan diradiasikan kedinding bawah. Kalor yang
diterima dinding sebagian akan hilang akibat konveksi ke lingkungan dan sebagian lagi akan
dialirkan secara konduksi di dalam dinding combustor. Karena kalor yang diterima dinding atas
besar, posisi ini menjanjikan kalor yang lebih besar pula untuk menjaga kestatabilan nyala api.
Posisi yang paling ekstrim adalah posisi combustor yang terbalik (180O). Pada posisi ini
kalor yang besar bisa dipakai untuk memanaskan reaktan secara langsung, sebagian di
radiasikan ke dinding untuk memanaskan juga reaktan melalui dinding dan sebagian hilang
akibat konveksi. Posisi 180O nampaknya bisa memberikan heat loss yang paling kecil. Posisi ini

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 156


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

juga kemungkinan bisa meningkatkan waktu tinggal dari reaktan. Hal tersebut terjadi akibat
dorongan bouyancy dan proses mengembangan produk pembakaran akibat panas yang diterima.
Kedua hal ini bisa menghambat laju aliran reaktan sehingga waktu tinggal reaktan di dalam
ruang bakar menjadi naik. Kenaikan residence time mempunyai efek yang baik bagi proses
pembakaran. Residence time naik artinya Damkohler Number (Dah) ikut naik pada waktu reaksi
yang sama. Semakin besar Damkohler Number berarti kemungkinan reaktan terbakar habis
menjadi semakin besar.
Damkohler Number (Dah) dinyatakan dalam persamaan 1 [Spadaccini: 2008]. Karakteristik
waktu tinggal bisa dinyatakan persamaan 2 [Spadaccini: 2008].Waktu reaksi bisa dinyataan
berdasarkan persamaan Arrhenius yang disajikan dalam persamaan3 [Spadaccini: 2008].

(1)

(2)

(3)

Perubahan posisicombustormempunyai pengaruh yang besar terhadap peta stabilitas nyala


pada ruang bakar mesoscale seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 sampai dengan Gambar 9.

Gambar 6. Peta stabilitas nyala pada posisi ruang bakar 0O

Dari data hasil percobaan pada Gambar 6 menunjukkan bahwa posisi combustor 0O
mempunyai 2 region yaitu api stabil di dalam combustor dan api di dalam combustor yang
disertai adanya noise. Api stabil terjadi pada daerah equivalent ratio pada kisaran 2 ke
atas.Noise adalah salah satu bentuk instabilitas. Noise terjadi pada daerah equivalent ratio
mendekati 1. Pada kondisi tersebut temperatur dan kecepatan reaksimeningkat sehingga nyala
cenderung utuk mengalami flashback. Nyala api yang mengalami flashback dalam
perjalanannya ketika menyentuh flameholder sebagian panas bangkitan akan dibuang melalui
flame holder, oleh karenanya nyala akan kembali ke posisi upstream. Gerakan nyala yang
fluktuatif ini menyebabkan vibrasi udara yang mengakibatkan adanya bunyi (noise). Pada
Gambar 4 ditunjukkan juga adanya garis explosive pada equivalent rationyaris. Garis ini
mengindikasikan bahwa nyala pada akhirnya bisa melewati lebar celah flameholder (0.2 mm)
yang kemudian membakar reaktan yang menumpuk dibawah flameholder. Kecepatan reaktan
tertinggi yang bisa diraih pada posisi ini pada kisaran 50 cm/s.

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 157


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Sementara pada posisi combustor 90O (Gambar 7) juga terdapat 2 region yaitu pada kisaran
equivalent ratio lebih besar sama dengan (≥) 2 mempunyai daerah yang relative sama dengan
posisi combustor 0O dan pada equivalent ratio< 2, yaitu di dalam daerah noise.Zona noise yang
muncul berbeda dengan zona noise pada posisi combustor0O. Pada posisi ini didalam zona noise
terdapat area yang diam (stabil). Kemunculan area stabil pada zona noise memperluas peta
stabilitas nyala. Area stabil didalam zona noise ini muncul diduga sebagai akibat turunnya heat
loss di area flame holder yang mampu menjaga nyala pada posisi sangat dekat dengan flame
holdernya. Sehingga pada saat equivalent ratio mendekati 1, kecepatan reaksi meningkat shingga
nyala cenderung flashback. Berbeda dengan posisi 0O dimana nyala berfluktuasi akibat kehilangan
panas bangkitan yang besar, pada posisi combustor horizontal (90O) lebih sedikit heat loss yang
terjadi sehingga mampu menahan api pada posisi sangat dekat dengan flame holdernya. Ketika
equivalent ratiosemakinturun mendekati 1 maka kecepatan reaksi menjadi semakin tinggi, namun heat
loss yang lebih rendah tersebut tidak cukup mampu menahan nyala pada posisinya yang membuat nyala
kembali ke upstream, timbullah noise. Pada equivalent ratio nyaris 1, flashback kembali mampu melewati
lebar celah flameholder dan membakar reaktan yang menumpuk dibawah flameholder, hal
inilahyang menimbulkan ledakan (explosive)

1b
2
1a

Gambar 7. Peta stabilitas nyala pada posisi ruang bakar 900

Gambar 8 menunjukan peta stabilitas nyala pada posisi combustor 180O, daerah
kestabilan pada nilai equivalent ratio ≥ 2 juga mempunyai daerah yang relative sama dengan
posisi chamber 0O dan posisi chamber 90O, namun pada pada daerah equivalent ratio< 2 nampak
ada perbedaan yang jelas. Ada region stabil di daerah yang muncul noise serta ada kemungkinan
muncul satu lagi region stabil yang bergeser kearah campuran miskin. Karena keterbatasan alat
ukur, masih perlu dilakukan verifikasiuntuk memastikan munculnya region stabilitas yang ke 3.
Kecepatan reaktan tertinggi dicapai pada posisi ini yaitu 70 cm/s.

1c?

2
1b
1a

Gambar 8. Peta stabilitas nyala pada posisi ruang bakar 1800


SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 158
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Gambar 9. Perbandingan peta stabilitas nyala pada berbagai posisi ruang bakar

Gambar 9 merupakan perbandingan zona stabil didalam pada berbagai posisi combustor.
Penambahan panas akibat heat resirculation yang baik mampu menggeser peta kestabilan ke
campuran miskin untuk equivalent ratio< 2. Sedangankan pada equivalent ratio ≥ 2 mempunyai
daerah stabil yang relative sama.
Flame Holder

(A) (B) (C)

Flame
Holder

(D)

Gambar 10. Flame holder: a. posisi 0O, b. posisi 90O, c. posisi 180O, d. ukuran

Yang mempunyai pengaruh besar selain posisi adalah flame holder (Gambar 10).Munculnya
garis explosive dikarenakan nyala flashback yang bisa melewati lebar celah flame holder. Pada
penelitian selanjutnya akan digunakan flame holder dengan lebar celah yang lebih sempit.
Diyakini jika nyala bisa dipertahankan di atas flame holder, akan didapatkan rentang peta
stabilitas yang lebih lebar untuk bahan bakar LPG dan O 2 murni.

Kesimpulan

Perubahan posisi chamber mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap peta


stabilitas nyala api pada mesoscale combustor.Penambahan panas akibat heat resirculation yang
baik mampu menggeser peta kestabilan ke campuran miskin untuk equivalent ratio< 2.
Sedangankan pada equivalent ratio ≥ 2 mempunyai daerah stabil yang relative sama.Posisi
combustor 180O memberikan harapan akan pencapaian rentang peta stabilitas yang lebih lebar.
Kecepatan reaktan tertinggi 70 cm/s dicapai oleh combustor pada posisi 180O dengan equivalent

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 159


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

ratioLebar celah flame holder masih terlalu besar sehingga memungkinkan api flashback
melewatinya sehingga pada ketiga posisi combustor muncul daerah yang explsive pada equivalent
ratio

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui beasiswa program doktor
dankepadaKepala Laboratorium Fluida Universitas Brawijaya atas segala fasilitas dan dukungan yang
diberikan.
Daftar Pustaka

1. AghalayamP., Vlachos D.G., 1998, Roles of thermal and radical quenching in emissions of
wall-stabilized hydrogen flames, AIChE J;44:2026-34.
2. Fan A., Minaev S., Kumar S., Liu W., Maruta K., 2008,Regime diagrams and characteristics of
flame patterns in radial micochannels with temperature gradients, Combustion and Flame,
153:479-89
3. Jing Z.B., Hua W.J., 2010, Experimental Study On Premixed CH4/Air Mixture Combustion in
Micro Swiss Roll Combustor, Combustion and Flame, 157:2222-2229.
4. Ju Y., Choi C.W., 2003,An analysis of sub-limit flame dynamics using opposite propagating
flame in mesoscale channels, Combustion and Flame, 133:483-93.
5. Maruta K., Kataoka T., Kim N.I., Minaev S., Fursenko R., 2005, Characteristics of combustion
in a narrow channel with a temperature gradient. Proceeding of the Combustion Institute,
30:2429-36.
6. Norton D.G., Vlachos D.G.,2003, Combustion characteristics and flame stability at the
microscale: a CFD study of premixed methaneair mixtures, ChemicalEngineering Science,
58:4871-82.
7. Norton D.G., Vlachos D.G., 2004, A CFD study of propane-air microflame stability.
Combustion and Flame, 138:97-107.
8. Ronney P.D.,2003, Analysis of non-adiabatic heat-recirculating combustors, Combustion and
Flame, 135:42139.
9. Spadaccini C .M., Waitz I.A., 2008, Chapter 3.15 Micro Combustion, Elsevier B.V, pp. 475-495

Appendix

DaH = Damkohler Number


residence = waktu tinggal (s)
V = volume (m3),
P = tekanan (N/m2)
= laju alir massa (kg/dt)
R = konstanta gas (J/Kg OK)
T = temperatur (OK)
To = temperatur (OK)
Ea = energi aktivasi (kJ)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 160

Anda mungkin juga menyukai