Di susun oleh:
Praditya Ariyadi F14150007
Pradanti Nadilla W F14150018
Nuraliza F14150059
Mutiara Herisda F14150071
A Henang Wicaksono F14150087
Abdul Jamil F14150116
Nur Khasan Fatoni F14150112
Latar Belakang
Rumah tangga merupakan salah satu sektor pengguna energi terbesar
ketiga setelah sektor industri dan transportasi. Menurut data distribusi persentase
pemakaian energi final, pemakaian energi untuk rumah tangga mencapai 23% dari
total pemakai energi di Indonesia (Handbook Statistik Ekonomi Energi Indonesia
2005). Hal ini berarti pemenuhan kebutuhan energi rumah tangga merupakan hal
terpenting yang harus diperhatikan. Kebutuhan dasar energi rumah tangga
merupakan jumlah energi yang efektif untuk menghasilkan tenaga yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti memasak,
penerangan, dan lain-lain yang berasal dari berbagai sumber energi yang tersedia.
Salah satu kegiatan yang memerlukan energi untuk rumah tangga adalah
memasak. Berdasarkan penelitian Hadi (1979) dalam Amaru (2004) konsumsi
energi untuk memasak di pedesaan Indonesia adalah sebesar 822.13 x 103
kkal/kapita per tahun.
Menurut Handbook Statistik Ekonomi Energi Indonesia dalam neraca
energi Indonesia tahun 2004, penggunaan BBM sebagai sumber energi untuk
rumah tangga sebesar 60 856 SBM (Setara Barel Minyak). Sebagian besar energi
yang digunakan oleh rumah tangga di Indonesia saat ini adalah minyak tanah.
Penggunaan minyak tanah sebagai sumber energi untuk rumah tangga atau
industri kecil, yang masih perlu mendapatkan subsidi. Konsumsi minyak tanah
yang tinggi tidak diimbangi dengan cadangan minyak yang dimiliki Indonesia.
Oleh sebab itu pemerintah harus mengembangkan berbagai macam sumber energi
termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui. Salah satu sumber energi
terpenting untuk negara berkembang adalah biomassa atau limbah biomassa.
Pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi merupakan salah satu alternatif
penggadaan energi terbarukan untuk masyarakat yang murah dan ramah
lingkungan.
Energi biomassa merupakan energi yang murah dan ramah lingkungan.
Biomassa dianggap murah karena jumlahnya cukup banyak tersedia dan terus
berkelanjutan. Potensi biomassa di Indonesia mencapai 32.654 MW dengan
kapasitas terpasang baru mencapai 1.716 MW (ESDM 2014). Berdasarkan data
tersebut bahan baku biomassa telah termanfaatkan akan tetapi belum optimal atau
efisiensi sistem pemanfaatannya masih rendah. Pemanfaatan limbah biomassa
dapat dilakukan dengan cara mengempa limbah biomassa tersebut menjadi bahan
bakar padat (briket) melalui proses densifikasi. Penggunaan briket sebagai bahan
bakar memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih mudah dalam proses
pembakaran dan penyimpanannya.
Penggunaan briket biomassa perlu disertai dengan pengadaan kompor atau
tungku yang harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Tungku briket
biomassa perlu dibuat berdasarkan standar teknis dan ergonomis agar
penggunaannya tidak membahayakan masyarakat yang menggunakan tungku
tersebut. Persyaratan kompor atau tungku adalah memiliki ruang bakar untuk
briket, aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan
melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder,
dan ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar
briket.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan uji unjuk kerja tungku briket
biomassa untuk rumah tangga dengan pertimbangan aspek teknis seperti efisiensi
yang tinggi, keamanan, serta aspek ergonomis atau kemudahan dan kenyamanan
pemakaian.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 13 September 2018 pukul 10.00
– 13.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di laboratorium Energi Terbarukan dan
laboratorium Pascapanen dan Energi, laboratorium lapangan Siswadi Soepardjo,
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor.
Metode
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ukur dimensi dari panci dan kompor yang akan digunakan.
3. Timbang panci kosong tanpa air dan setelah diisi air, panci ditimbang
kembali.
4. Timbang kompor kosong tanpa arang dan setelah diisi arang, kompor
ditimbang kembali.
5. Nyalakan kompor sampai panas yang dihasilkan stabil.
6. Pasang termokopel di panci, dinding kompor, dan sumber api.
7. Sambungkan termokopel ke recorder.
8. Catat dan amati perubahan suhu pada recorder setiap 5 menit sekali.
Lubang
udara
Ruang
pembakaran
Ruang
udara
Blower
Efisiensi Tungku
Efisiensi pada analisis panas pembakaran untuk tungku dibedakan atas
efisiensi pembakaran, efisiensi tungku, efisiensi pemasakan, dan efisiensi total
sistem. Efisiensi sistem merupakan perbandingan jumlah panas yang untuk
menaikkan suhu air dan untuk penguapan terhadap panas bahan bakar terpakai.
Panas bahan bakar terpakai adalah selisih massa bahan bakar awal dengan massa
bahan bakar sisa dikali dengan nilai kalornya.
Hasil pengukuran dan perhitungan :
Tabel 1 Data parameter perhitunganError! Not a valid link.Tabel 2 Data hasil
pengukuran tungku Error! Not a valid link.
Contoh Perhitungan :
Ql (Heat loss dari tungku dan panci)
Diameter dinding bb tungku = 10 cm
Diameter Panci = 20 cm
Tinggi panci = 11 cm
Tebal panci = 1 mm
= 1.657 kJ
Q Output
Qout = mpanci x Cpair x (Takhir – Tawal)
= 1.99 x (4.2) x ((42.44)-25)
= 145.764 kJ
Qe
Qe = Qout + Ql
= 145.764 + (70.12)
= 215.884 kJ
ɳtotal
ɳpindah panas
ɳpindah panas = (Qout/Qe) x 100
= (145.764/(215.884)) x 100
= 67.5 %
ɳpembakaran
ɳpembakaran = (Qe/Qinput) x 100
= (215.884/(3633.6)) x 100
= 5.94%
Pembahasan
Perpindahan panas pada sistem tungku terjadi secara konduksi, konveksi, dan
radiasi. Pada keadaan mantap (steady state), kehilangan panas dari hasil
pembakaran terjadi melalui permukaan dinding tungku dan melalui saluran udara
dan gas hasil pembakaran. Sedangkan untuk gabungan aliran kalor konduksi dan
konveksi dinyatakan dalam koefisien pindah panas menyeluruh (Holman 1981
dalam Febriyantika 1998). Pada keadaan mantap, kehilangan panas dari hasil
pembakaran terjadi melalui permukaan dinding tungku secara konveksi dan
radiasi.
Selain pegujian teknis tungku dengan metode water boiling test, pengujian
juga dilakukan dengan mengamati kinerja tungku secara visual. Pengamatan
visual dilakukan selama praktikum. Pengamatan ini meliputi waktu penyalaan,
keamanan dan kenyamanan. Waktu penyalaan merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk menyalakan bahan bakar (fire up) sampai bara menyala stabil. Pengamatan
waktu penyalaan dimulai dari memercikan api ke bahan bakar sampai bara
menyala stabil. Penyalaan bahan bakar dibantu dengan pernambahan sedikit
minyak tanah dan dilakukan konveksi paksa dengan bantuan blower.
Penyalaan bahan bakar cukup lama, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu blower tidak berfungsi dengan baik akibat kehabisan daya batrei,
bahan bakar arang yang terlalu padat menyebabkan sulitnya proses kontak O2 dan
partikel bahan bakar, dan kurangnya keterampilan pengguna dalam menyalakan
bahan bakar. Akibat dari blower yang tidak berfungsi baik, pemasukan udara
terkendala karena design tungku untuk primary air inlet tidak memungkinkan
udara secara alami ke dalam ruang pembakaran.
Faktor keamanan dan kenyamanan dapat ditinjau dari performa tungku.
Faktor ini bersifat kualitatif sesuai pengamatan sewaktu praktikum. Parameternya
adalah keselamatan dari pengguna, seperti tidak adanya ledakan sewaktu
pembakaran, warna api dan warna asap pada saat pembakaran. Tungku tipe UB
Fan Stove dilengkapi dengan gagang besi untuk mengangkat ruang pembakaran
(selonsong), sehingga dapat diangkat dalam keadaan suhu tinggi.
PENUTUP
Simpulan
Tungku merupakan alat atau instalasi yang dirancang sebagai tempat
pembakaran. Tungku yang digunakan adalah tunggu UB fan stove yang
merupakan tungku berbahan bakar biomassa dan dilengkapi dengan blower
sebagai komponen untuk mempermudah pemasukan udara. Tungku ini di uji
menggunakan biomassa arang dari tempurung kelapa yang mempunyai nilai kalor
18168 kJ/kg. Dari hasil pembakaran yang dilakukan selama 45 menit, suhu yang
semula 31.9oC dinaikkan menjadi 50.2 oC. Perpindahan panas terjadi pada saat
pembakaran secara konduksi, konveksi, dan radiasi serta terjadi kehilangan panas
melalui dinding tungku dan saluran udara. Efisiensi pembakaran pada tungku ini
terbilang rendah dengan nilai 4.17 %. Namun, efisiensi pindah panas cukup besar
yaitu 96.14% dan efisiensi total yang didapat hanya 4.01%. Hal ini disebabkan
bahan bakar yang tidak terbakar dengan sempurna karena blower pada tungku
tidak berfungsi dengan baik dan desain untuk pemasukan udara yang kurang
memadai pada tungku sehingga ketika blower mati, pemasukan udara secara
manual tidak akan optimal karena terhalang oleh blower dan lubang pemasukan
udara yang ada pada bagian bawah tungku berukuran terlalu kecil. Hal lain yang
menyebakan bahan bakar tidak terbakar sempurna adalah kurangnya keterampilan
pengguna dalam pengoperasian tungku.
Saran
Desain blower pada tungku perlu diperbaiki dengan cara memindahkan
posisi blower agar tidak menghalangi udara yang masuk ketika blower tidak
berfungsi. Desain ulang pada lubang pemasukan udara untuk memudahkan
pemasukkan udara dari luar secara manual.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad AM, dkk. 2011. RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI
TUNGKU KERAMIK BERPIPA SPIRAL DENGAN BAHAN BAKAR
PADAT. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 3 181-186
Amaru, Kharistya. 2004. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Biodigester Plastik
Polyethilene Skala Kecil (Studi Kasus Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan
Kabupaten Garut) (skripsi). Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran. Bandung.
[ESDM] Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2012. Outlook Energi
2012. Jakarta (ID): ESDM.
Febriyantika. 1998. Studi Kelayakan Kulit Kakao Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Pada Tungku Biomassa (Skripsi). Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10th Ed
Jamilatun S. 2008. Sifat-Sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa, Briket
Batubara
dan Arang Kayu. Jurnal Rekayasa Proses, vol 2, No. 2.
White JDE, Simpson AH, Steinberg AS, and Mukasyan AS. 2008. Combustion
joining of refractory materials: carconcarbon materials. Journal Material
Resources 23 (1)
LAMPIRAN