1
Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Correspinding author:enny.widawati@atmajaya.ac.id
ABSTRAK: Penggunaan tungku konvensional disebut juga kompor tiga batu (three stone stove) dirasa kurang efisien
karena kayu bakar sebagai sumber energi tersebut tidak terbakar sacara sempurna dan masih menghasilkan buangan
(waste) berupa arang kayu kasar dan menghasilkan dampak buruk bagi kesehatan seperti asap yang ditimbulkan akan
menimbulkan penyakit yang menyerang sistem pernafasan dan juga kurang ergonomisnya penerapan kompor
konvensional tersebut yang dapat menyebabkan penyakit seperti low back pain. Penggunaan tungku konvensional
menghasilkan panas yang kurang efisien karena sebagian besar energi panas terbuang keudara lepas bukan menuju alat
masak. Kompor roket biomasa merupakan salah satu inovasi kompor modern yang menggunakan energi biomasa
sebagai sumber energi utama. Kompor roket dirancang untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dengan efisiensi
termal, kombinasi dari efisiensi pembakaran yang ditingkatkan dan transfer panas yang terkait dengan pembakaran
bahan ba kar briket. Prinsip kerja dari kompor roket adalah kompor ini terbuat dari dua tabung horizontal untuk
menempatkan bahan bakar kayu dan bukaan udara di bagian bawah, yang tersambung dengan tabung vertikal sebagai
penghisap panas sehingga kompor tersebut akan berbentuk seperti huruf L. Terdapat saluran untuk memasukan bahan
bakar berupa biomasa yang terdapat di tengah kompor dengan sudut 45 derajat. Saat kompor menyala, api yang
mendapatkan cukup oksigen karena bukaan udara pada bagian bawah tabung. Panas tersebut akan disalurkan melalui
tabung vertikal dan keluar pada ujung atas. Sehingga kompor ini akan menghasilkan pembakaran yang lebih efisien
karena seluruh kayu akan terbakar sempurna dan akan menghasilkan asap yang lebih sedikit dibandingkan kompor
tungku konvensional. Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil kompor roker biomasa menghasilkan
waktu memanaskan air yang lebih cepat dibandingkan tungku konvensional dengan efisiensi sebesar 71.2%, bentuk
arang yang lebih halus, dan asap yang leb ih sedikit dibandingkan tungku konvensional karena terjadi proses
gastifikasi yang membuat pembakaran lebih sempurna.
ABSTRACT: The use of conventional stoves, also called three stone stoves, is considered to be less efficient because
firewood as an energy source does not burn perfectly and still produces waste in the form of coarse wood charcoal and
produces adverse effects on health such as smoke generated will cause diseases that attack the respiratory system and
also the lack of ergonomics of the application of conventional stoves that can cause diseases such as low back pain.
The use of conventional furnaces produces less efficient heat because most of the heat energy is wasted into the air off
instead of toward the cooker. The biomass rocket stove is one of the modern stove innovations that uses biomass
energy as the main energy source. The rocket stove is designed to increase fuel efficiency with thermal efficiency, a
combination of improved combustion efficiency and heat transfer associated with burning briquette fuel. The working
principle of a rocket stove is that this stove is made of two horizontal tubes to place wood fuel and air openings at the
bottom, which are connected by a vertical tube as a heat suction so that the stove will be shaped like the letter L. There
is a channel to insert fuel in the form of biomass which is in the middle of the stove with an angle of 45 degrees. When
the stove is on, the fire gets enough oxygen because of the air opening at the bottom of the tube. The heat will be
channeled through a vertical tube and out at the top end. So that this stove will produce more efficient combustion
because all wood will burn completely and will produce less smoke than conventional stove stoves. From the results of
experiments conducted obtained the results of biomass roker stoves produce faster water heating time than
conventional furnaces with an efficiency of 71.2%, a finer form of charcoal, and less smoke than conventional
furnaces due to gastric processes that make burning more perfect.
1053
E. Widawati, et al.
1054
PENDAHULUAN konvensional diperlukan menjadi model kompor
biomasa yang memiliki tingkat efisiensi yang lebih
Kompor merupakan salah satu teknologi yang tinggi.
berperan penting sebagai penopang terbesar energi Kompor roket biomasa merupakan salah satu inovasi
rumah tangga, khusunya dalam hal memasak. kompor modern yang menggunakan energi biomasa
Masyarakat Indonesia pada umumnya menggunakan sebagai sumber energi utama. Kompor roket dirancang
kompor dengan bahan bakar minyak tanah dan juga untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dengan
LPG. Kedua sumber energi itu memiliki kelebihan dalam efisiensi termal, kombinasi dari efisiensi pembakaran
hal emisi buang yang bersih, efisiensi yang tinggi, dan yang ditingkatkan dan transfer panas yang terkait dengan
praktis yang membuat banyak digunakan di negara- pembakaran bahan bakar briket (Okonkwo Ugochukwu.,
nergara berkembang seperti di Indonesia yang banyak et al, 2016).
dipergunakan di daerah yang ekonomi baik, sedang Prinsip kerja dari kompor roket adalah kompor ini
ekonomi menengah ke bawah, pemakaian tungku tanah terbuat dari dua tabung horizontal untuk menempatkan
liat masih banyak. bahan bakar kayu dan bukaan udara di bagian bawah,
Pergantian sumber energi tak terbaharukan menjadi yang tersambung dengan tabung vertikal sebagai
energi terbaharukan untuk mewujudkan konsep green penghisap panas sehingga kompor tersebut akan
technology yang bertujuan untuk menemukan, berbentuk seperti huruf "L". Saat kompor menyala, api
mengembangkan, dan mengimplementasikan cara-cara yang mendapatkan cukup oksigen karena bukaan udara
untuk memenuhi kebutuhan bagi manusia tanpa pada bagian bawah tabung. Panas tersebut akan
menyebabkan kerusakan dan pengurangan sumber daya disalurkan melalui tabung vertikal dan keluar pada ujung
alam. atas. Sehingga kompor ini akan menghasilkan
Salah satu cara untuk mewujudkan konsep dari green pembakaran yang lebih efisien karena seluruh kayu akan
technology adalah dengan memanfaatkan energi terbakar sempurna dan akan menghasilkan asap yang
biomasa. Energi biomasa merupakan salah satu dari lebih sedikit dibandingkan kompor tungku konvensional
banyak energi alternatif yang terus dikembangkan (Khan., et al, 2016).
penggunaan untuk dapat mengurangi penggunaan energi Berdasarkan permasalah yang ada maka penelitian ini
yang berasal dari fosil seperti gas, minyak bumi, dan membahas pembuatan kompor roket biomasa
lain-lain. Kayu bakar merupakan salah satu energi pembakaran briket. Proses pembuatan briket berasal dari
biomasa dengan nilai kalori sampah organik dengan metode peuyeumisasi. Dengan
4320 Kkal per kg (Yudanto dan Kusumaningrum, pengoptimalan tungku konvensional menjadi kompor
2011). roket biomasa berbahan bakar briket diharapkan dapt
Dusun Tiga Pangparang, Subang, Jawa Barat membantu masyarakat Dusun Tiga Pangparang dalam
merupakan salah satu Dusun yang memiliki sumber daya melakukan aktivitas memasak.
pada bidang pertanian dan pekebunan. Mayoritas
masyarakat Dusun Tiga Pangparang masih menggunakan
tungku konvensional dengan sumber energi utama adalah PENGUMPULAN DATA
kayu bakar sebagai alat utama dalam aktivitas memasak
karena selain tidak memerlukan biaya untuk Pengumpulan data adalah proses peneliti dalam
mendapatkannya dan juga distribusi gas LPG yang mencari informasi yang terkait dengan penelitian yang
langka dan terbatas jumlahnya di Dusun Tiga dilakukan, serta informasi dan data yang telah didapatkan
Pangparang. Pemilihan kayu bakar sebagai sumber tersebut dapat digunakan nantinya untuk pengolahan
energi akan selalu tercukupi karena Dusun Tiga data. Data yang dikumpulkan merupakan data-data yang
Pangparang merupakan daerah atau lokasi yang berada mendukung dalam pembuatan kompor roket biomasa.
dekat pertanian, pekebunan, dan juga hutan. Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data
Penggunaan tungku konvensional disebut juga melalui upaya tanya jawab dengan narasumber terkait
kompor tiga batu (three stone stove) dirasa kurang dengan penelitian yang dilakukan. Observasi merupakan
efisien karena menggunakan kayu bakar yang dapat teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
menyebabkan hutan menjadi gundul. pengamatan langsung atau visualisasi terhadap objek
Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO (World yang diteliti. Data-data yang akan digunakan dalam
Health Organization) 2007, didapatkan jumlah populasi penelitian antara lain adalah:
penduduk Indonesia yang menggunakan sumber energi 1. Kekurangan yang dimiliki tungku konvensional yang
kayu bakar sebagai bahan bakar untuk aktivitas memasak digunakan sekarang dalam melakukan aktivitas
72% dari jumlah penduduk Indonesia dan kematian per memasak.
tahun akibat polusi udara di dalam ruangan tertutup
mencapai 15.300 jiwa (Colbeck, 2010). Konversi
kompor
1055
Kompor Roket Berbahan Bakar Briket Biomassa
1056
2. Fungsi dan fitur tambahan apa saja yang diinginkan Fase 1 : Pengembangan Konsep
dalam kompor roket biomasa yang akan dibuat.
Fase selanjutnya adalah melakukan pengembangan
konsep. Dalam pengembangan konsep akan
PENGOLAHAN DATA menghasilkan sebuah konsep kompor roket yang akan
dibuat dan dikembangkan pada fase-fase selanjutnya.
Fase 0 :Perencanaan Pada tahap ini, ide yang berasal perancangan pada tahap
0 dapat dikembangkan dengan menambahkan nilai
Proses perencanaan produk dilakukan sebelum suatu tambah seperti teori dasar kepada perancangan ide yang
proyek pengembangan produk secara formal disetujui, akan direalisasikan menjadi produk. Tahap ini
sumber daya yang penting dipakai dan sebelum merupakan tahap awal dari serangkaian keseluruhan
pengembangan yang lebih besar dibentuk atau dilakukan. tahap yang ada dalam perancangan dan pengembangan
Perencanaan produk merupakan sebuah kegiatan yang produk.
mempertimbangkan portfolio suatu proyek, sehingga Kebutuhan konsumen merupakan kebutuhan yang
suatu proyek yang akan diikuti selama periode waktu diinginkan oleh para pengguna atau konsumen terhadap
tertentu. Proses perencanaan mempertimbangkan produk yang dijadikan objek perancangan dan
peluang-peluang pengembangan produk. Peluang- pengembangan produk. Pada penelitian ini, produk yang
peluang itu diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup dimaksud adalah kompor roket biomasa. Kebutuhan
usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim konsumen harus dipenuhi agar kepuasan terhadap
pengembangan produk, dan analisis keunggulan para penggunaan produk menjadi semakin tinggi dan juga
pesaing. Dalam tahap perencanaan, akan dihasilkan suatu prduk yang dikembangkan dapat memenuhi kekurangan
ringkasan dari beberapa aspek mengenai produk yang yang terdapat pada produk yang lama dalam kasus ini
akan dikembangkan, yaitu mission statement. Pernyataan merupakan kompor atau tungku konvensional. Tahap
misi mencakup ringkasan dari beberapa informasi yang selanjutnya adalah menentukan kebutuhan teknis (Tabel
mendukung dalam melakukan perancangan dan 2) untuk setiap kebutuhan konsumen yang telah
pengembangan produk seperti yang ditunjukkan Tabel 1. dikumpulkan. Kebutuhan teknis merupakan karakteristik
dari produk yang akan diterapkan pada produk yang akan
Tabel 1 Mission statement : kompor roket biomasa dikembangkan pada produk. Satu kebutuhan konsumen
dapat memiliki suatu nilai satuan yang pasti.
Mission Statement : Kompor Roket Biomasa Selanjutnya membuat alternatif-alternatif konsep
Aspek Keterangan
Kompor roket biomasa yang memiliki kemampuan
kompor roket biomasa yang mungkin dikembangkan
mengefisiensikan pembakaran untuk memaksimalkan aktivitas menggunakan morphological chart yang didasarkan
Uraian Produk
memasak dan dilengkapi dengan fungsi tambahan lainnya yang kepada kebutuhan teknis yang telah ditentukan
mendukung aktivitas memasak.
sebelumnya dan berdasarkan hoq dan kekurangan yang
a. Merancang pengembangan kompor roket biomassa sehingga
mampu memenuhi aktivitas memasak dari masyarakat Dusun ada. Metode yang digunakan dalam pembangunan
Tiga Pangparang, Subang Jawa Barat. alternatif-alternatif konsep adalah adalah morphological
b. Memaksimalkan aktivitas memasak dengan meningkatkan
Tujuan Utama
efisiensi pembakaran.
chart. Morphological chart adalah suatu daftar atau
c. Dilakukan uji coba di Dusun Tiga Pangparang dan Dusun ringkasan dari analisis perubahan bentuk secara
Ponggang, Subang Jawa Barat. sistematis untuk mengetahui bagaimana bentuk suatu
d. Dilakukan pembuatan alat.
produk dibuat. Di dalam chart ini dibuat kombinasi dari
Masyarakat pedesaan yang mayoritas menggunakan kayu
Pasar Utama berbagai kemungkinan solusi untuk membentuk
bakar.
Pasar Kedua
Pelaku usaha makanan yang menggunakan biomasa sebagai produk-produk yang berbeda atau bervariasi. Kombinasi
bahan bakar utama.
yang berbeda dari sub-solusi dapat dipilih dari chart
a. Penerapan alat ini dilakukan di Dusun Tiga
Pangparang, Subang Jawa Barat. yang mungkin dapat menuju solusi baru yang belum
b. Bahan bakar yang digunakan pada alat ini adalah kayu teridentifikasi sebelumnya. Pada morphological chart
bakar. (Tabel 3) yang akan dibuat, akan dihasilkan beberapa
Asumsi dan batasan yang
c. Fokus masalah yang dibahas meliputi: perancangan,
digunakan konsep untuk tiap langkah-langkah dalam
implementasi, dan analisa biaya dari alat kompor roket
biomassa. pengembangan kompor roket biomasa, selanjutnya
d. Hasil akhir dari rancangan ini berupa gambar 3D dan konsep-konsep tersebut dikombinasikan satu dengan
alat. yang lain hingga menghasilkan beberapa alternatif
a. Konsumen atau pengguna utama dan kedua produk.
b. Vendor material penyusun produk. konsep dalam pengembangan kompor roket biomasa.
Stokeholder
c. Vendor Jasa produksi produk. Setelah didapatkan alternatif konsep kemudian alternatif
d. Peneliti/ perancang kompor roket biomasa. konsep tersebut akan diseleksi menggunakan metode
pugh hingga didapatkan satu konsep kompor roket
biomasa yang akan
1057
E. Widawati, et al.
1058
dirancang dan dilanjutkan ke fase perancangan dan Tabel 3 Morphological chart
pengembangan produk selanjutnya
Kebutuhan
No Kebutuhan Konsumen Satuan
Teknis
Waktu memasak yang Durasi
1 Detik
singkat memasak air
Kemudahan dalam
2 Lebar alat mm
penyimpanan
Berat Alat
Kg
Kemudahan dalam Panjang
3
pemindahan Pegangan
mm
(Handle)
Memiliki tinggi kompor yang
Tinggi
4 memungkinkan digunakan
kompor
dalam postur tubuh berdiri mm
Alat memiliki ketebalan yang Tebal
5
tepat material mm
Kerataan sisi
6 Bagian Sisi Atas yang rata
atas produk derajat
Terdapat saluran
Luas saluran
7 pembuangan arang sisa
pembuangan
pembakaran mm2
Harga jual produk yang Harga
8
murah Produksi Rupiah
.
Terdapat delapan alternatif konsep perancangan Tabel 4 Seleksi konsep dengan metode Pugh
kompor roket biomasa sesuai dengan morphological
Konsep
chart yang telah di buat. Konsep-konsep yang sudah Kriteria Seleksi
1 2 3 4 5 6 7 8
Datum
1059
Kompor Roket Berbahan Bakar Briket Biomassa
(A)
Gambar 1 Konsep kompor roket terpilih
e. Handle
(A) Komponen ini (Gambar 6) berfungsi untuk
memudahkan pengguna kompor dalam pengangkatan
kompor pada saat hendak ingin dipindahkan.
(A)
(B)
Gambar 4 Detail ukuran komponen tabung diagonal
(mm), (A) Ukuran tampak atas 2D tabung diagonal, (B)
Ukuran tampak depan 2D tabung diagonal
d. Kaki Kompor
Kaki kompor (Gambar 7) merupakan komponen yang
terletak paling bawah dari kompor roket biomasa.
(A) Komponen ini berfungsi untuk menopang kompor agar
tetap stabil dan tidak mudah goyang atau berpindah
tempat pada saat memasak.
(B)
(A) (B)
(C)
Gambar 7 Detail ukuran komponen kaki kompor, (a)
Gambar 5 Detail ukuran komponen kepala kompor, (A)
Ukuran tampak atas 2D kaki kompor, (b) Ukuran tampak
Gambaran tampak atas 3D kepala kompor, (B) Ukuran
depan 2D kaki kompor
Kompor Roket Berbahan Bakar Briket Biomassa
UJI COBA meningkatkan tingkat efisiensi sebesar 71.2% lebih baik
dibandingkan dengan tungku konvensional.
Uji coba dilakukan salah satu rumah masyarakat yang Efisiensi (𝑅��� 𝑎 −𝑟 ���
��� 𝑎 ����𝑘 � � � − 𝑅��� 𝑎 − 𝑟
𝑎 ����𝑘 � � � )
berlokasi di Desa Ponggang, Subang, Jawa Barat. Proses 𝑥 100
uji coba dilakukan pada tanggal 26 Mei 2019 dengan 𝑅�����−�����𝑎 �
���𝑘�� �
(586.5−342.5)
membandingkan kemampuan dalam lama memanaskan Efisiensi : 𝑥 100 = 71,2 %
342.5
air hingga suhu 100°C antara tungku konvensional
dengan kompor roket biomasa. Sedang pengujian efisiensi pemasakan dilakukan
Gambar 8 merupakan gambaran uji coba yang untuk membandingkan efisiensi pemasakan antara kayu
dilakukan pada tungku konvensional dan kompor roket bakar jenis gamal (gliricidae maculata) dengan briket
biomasa. biomassa menggunakan metode peuyeumisasi. Pengujian
ini dilakukan dengan memanaskan 1 liter air didalam
panci hingga mencapai suhu 100°C menggunakan media
kompor roket dan kemudian diukur waktu pemasakannya
dengan menggunakan bahan bakar yang berbeda
(A) (B)
Gambar 8 Uji coba alat, (A) Pengujian tungku Berdasarkan hasil percobaan pada Tabel 6, dapat
konvensional, (B) Pengujian kompor roket biomasa diketahui bahwa penggunaan briket biomassa lebih
efisien dibandingkan dengan kayu bakar dengan efisiensi
Data hasil pengukuran waktu dalam memanaskan air sebesar 21,8%. Gambar 9 menunjukkan briket biomassa
untuk tungku konvensional dan kompor roket biomasa dan kayu bakar.
pada Tabel 5.
DAFTAR PUSTAKA