Anda di halaman 1dari 3

TEKNIK KONVERSI ENERGI TERBARUKAN

EFFISIENSI TUNGKU

Kelompok : 1

Anggota :

Lambas Siregar F14140003


Monica Altessya F14140004
Heryanto LB F14140033
Fachry Ramadhan KT F14140047
Sulisna Cahya L F14140053
Irfnadi Gunawan F14140089
M. Refie A F14140110
Luri Nasrulloh F14140067
Siti Hediningsih F14140112
R. Gandi Gumardi G. F14140066

TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konsumsi biomasa sebagai bahan bakar dari tahun ke tahun menunjukkan
kecenderungan angka yang kian meningkat. Diperkirakan lebih dari separuh
penduduk dunia masih memasak dengan menggunakan bahan bakar biomasa. Dari
data yang dikumpulkan oleh FAO dapat terlihat bahwa untuk negara Indonesia
penggunaan bahan bakar biomasa ini mencapai 60 % -70 % dari total jumlah
penduduknya. Hal ini diperkuat oleh dari data survey yang dilakukan oleh Direktorat
Jendral Listrik dan Energi Baru dan IPB tahun 1981 di pulau Jawa saja, konsumsi
biomasa mencapai 0,82 M3/kap/th dan naik konsumsi tersebut menjadi 0,85
m3/kap/th pada tahun 1986. Biomassa sebagai bahan bakar masih banyak digunakan
untuk memasak di wilayah pedesaan, sehingga dipandang perlu mendorong.
Efisiensi tungku kayu bakar tradisional sangat rendah, yakni hanya berkisar 5
hingga 10% Robith (2004). Efisiensi tungku tradisional (gerabah) yang rendah
menggambarkan jumlah konsumsi kayu bakar yang banyak tidak sebanding dengan
energi yang dihasilkan (pemborosan energi). Penggunaan tungku kayu bakar
tradisional perlu diimbangi dengan pengembangan teknologi yang efektif dan
inovatif. Pengembangan tersebut tidak ditujukan sebagai suatu cara untuk
diversifikasi energi dari BBM ke kayu bakar, melainkan sebagai suatu bentuk usaha
peningkatan efisiensinya sehingga konsumsi kayu dapat lebih diminimalisir.
Selain tungku tradisional ada pula tungku gasifikasi yang terus dikembangkan
saat ini. Proses gasifikasi biomassa dilakukan dengan cara melakukan pembakaran
secara tidak sempurna di dalam sebuah ruangan yang mampu menahan temperatur
tinggi yang disebut reaktor gasifikasi. Agar pembakaran tidak sempurna dapat terjadi,
maka udara dengan jumlah yang lebih sedikit dari kebutuhan stokiometrik
pembakaran dialirkan ke dalam reaktor untuk mensuplai kebutuhan oksigen
menggunakan kipas atau blower. Perbedaan antara tungku gasifikasi dengan tungku
tradisional terletak pada proses pembakaran bahan bakar. Pembakaran bahan bakar
pada tungku tradisional diharapkan sumber panas berupa bara dari bahan bakar
sedangkan pada tungku gasifikasi diharapkan sumber panas berupa flame api.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui nilai effesiensi dari tungku
gerabah dan tungku gasifikasi.
METODOLOGI

Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 September 2017 di
Laboratorium Energi, Leuwikopo pukul 07:00 sampai 10:00.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
- tungku gerabah
- tungku gasifikasi
- thermometer konvensional
- thermokopel
- recorder
- arang batok kelapa
- Dua liter air
- Panci Alumunium

Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ukur berat tungku gerabah, tungku gasifikasi, arang yang digunakan ketika
pembakaran, dan air.
3. Bakar arang di kedua tungku tersebut sampai terlihar bara/flame.
4. Setelah bara/flame terlihat letakan panci dibagian atas kedua tungku.
5. Tempel thermokopel pada dinding luar panci, dinding luar tungku gerabah
6. Letakan panci pada bagian atas masing-masing tungku.
7. Amati dan catat suhu pada semua bagian yang dipasangi oleh thermokopel.
8. Pengamatan dilakukan sampai suhu air dalam panci stabil.

Anda mungkin juga menyukai