Anda di halaman 1dari 37

Tahun I

Edisi 8 • Juni 2019

derap gembala kebudayaan


DAFTAR
ISI

Ÿ STEPA
5 Kata: Energi Terbarukan, Tenaga Kehidupan
8 Wawancara Imajiner Bersama Jorge Luis Borges
17 Maafkan Kami, Mas Kaper!

Ÿ CARANGAN
19 Lintang
22 Pesta Pernikahan

Ÿ CAPRES SASTRA
26 Dari Kosan Menilik Tanah Air Allah; Tafakkur Semesta Maiyah

Ÿ mBELIK
32 Siapa Butuh Puisi?
32 Siapa Yang Tahu
33 Sebelum Puisi
33 Kepada Indonesia
34 Matemistika
34 Madah Pohon
35 Lebaran

Pengurus Buletin Lintang :


Dewan Redaktur : Mufakat Omah Puisi | Penanggung Jawab Redaksi : Musyawarah Syahruljud
Maulana dan Sobrun Jamil | Editor : Riza Hamdani | Ilustrasi Sampul dan Desain Grafis : Faizal
Hidayat, Akhsan Baihaqi, dan Bowo Wijoyo.

Buletin Lintang menerima kiriman karya berupa esai, cerpen, puisi, komik strip, catatan film dan
teater. Karya dengan format .docx dikirim ke alamat surel : buletin.lintang@gmail.com

Buletin Lintang membuka taman kreativitas bagi pertukaran ide dan gagasan perihal seni, budaya,
sosial dan politik. Diharapkan menjadi ruang pemikiran belajar bersama tentang kesusastraan dan
kebudayaan serta ikut meramaikan dinamika sastra Indonesia. Buletin Lintang diusahakaan terbit
sebulan sekali.
P anembrama
Redaksi
Nakhnu na'udu, minal aidiin wal faiziin. Semoga kita semua, engkau dan aku,
kalian, mereka, siapapun saja, menjadi orang-orang yang 'kembali' dengan kualitas
rohani para 'prajurit Badar' setelah sebulan ini melakukan 'perang kecil' di lembah
Ramadlan, dan akan segera memasuki 'perang besar’—lagi-lagi—dengan musuh
utama sekaligus terberat, yakni diri sendiri. Juga dari seluruh pengurus buletin
Lintang kepada siapapun saja, apapun saja agama, suku, ras, bahasa, serta
budayanya, kami ucapkan: mohon maaf lahir dan bathin.

Secara khusus kami mohonkan permintaan maaf kami sebagai manusia


(yang memiliki tanggung jawab kebaikan dan kasih sayang terhadap sesama
manusia dan makhluk hidup lainnya), apabila melalui tulisan-tulisan yang termuat
di media Lintang ini, kami melakukan kesalahan-kesalahan yang berdampak secara
langsung maupun tidak langsung kepada para pembaca sehingga tanpa disadari
Lintang telah menjadi mudlorot. Juga barangkali karena keterbatasan kemakhlukan
para pengurus buletin Lintang, telah tertanam bibit-bibit dosa yang membuat
Tuhan menjadi sedikit 'jengkel' sehingga berarti cepat atau lambat akan kami
terima hukumannya. Dan kepada para pelaku-pelaku sastra Indonesia, baik
penjaganya, pengurusnya, hingga pelakunya yang berstatus 'pro' dalam kancah
kesusastraan nasional, kami ucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya
dengan hati taat dan penuh tawadlu'. Apabila Lintang—jika memang dianggap
sebagai sebuah produk susastra—masih ugal-ugalan dalam melakukan kerja sastra,
belum memiliki kapasitas secara kualitatif maupun kuantitatif, belum berlaku
sebagaimana sastra seharusnya berlaku, dan belum memiliki kontribusi penting
apa-apa dalam frame yang lebih besar: sastra Indonesia.

Yang pasti setelah meninggalkan Ramadlan dan kemudian memasuki


Syawal—sebagaimana prajurit perang Badar—Lintang masih akan tetap
'berperang' menghadapi kekhilafan-kekhilafan pribadi dengan cara terus memacu
potensi-potensi yang dianugerahkan Tuhan, sebisa-bisanya dan semampu-
mampunya, agar menjadi kebaikan, keindahan, dan manfaat bagi sesama manusia
dan kehidupan. Serta terakhir, kepada semua pelaku-pelaku kebaikan, yang
tersebar di belahan bumi manapun serta di petak waktu kapanpun, yang manfaat
dari amal jariyahnya seringkali luput dari kesadaran sesamanya, dengan penuh
haru kami haturkan: taqobbalallahu minna wa minkum! (SJ)

Juni 2019/Syawal 1440H.

3
Stepa
(Esai)
Kata: Energi Terbarukan,
Tenaga Kehidupan
Kata (n) 1: unsur bahasa yang diucapkan Meskipun apa yang kita rasa terkadang
atau dituliskan yang merupakan perwujudan belum cukup tersampaikan dengan kata-kata.
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat Tetapi dengan kata maka perasaan setidaknya
digunakan dalam berbahasa, 2: satuan (unsur) dapat terbaca kemana maksud dan tujuannya.
bahasa yang terkecil yang dapat diujarkan Terlepas dari kata memiliki banyak bentuk yang
sebagai bentuk yang bebas; satuan (unsur) menyesuaikan kebudayaan masing-masing.
bahasa yang berupa morfem bebas. Begitulah Namun hakikat sebuah kata tetaplah sama,
pemaknaan kata menurut Kamus Besar Bahasa menghantarkan kehendak diri agar dapat
Indonesia (KBBI) yang diterbitkan oleh Pusat diutarakan sekaligus kembali dirasakan.
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional tahun
2008. Bagaimana rangkaian kata-kata berusaha Energi adalah kebutuhan dasar
menguraikan makna kata itu sendiri.
Energi dimaknai sebagai sesuatu yang
Lebih dari itu bahwa kata bukan sekedar abstrak yang sukar sekali untuk dibuktikan
sarana bahasa semata. Selintas kita cermati namun dapat selalu kita rasakan
kembali kehebatan tersembunyi yang dimiliki keberadaannya. Sering kita mengartikannya
oleh sebuah kata. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai suatu kemampuan untuk melakukakn
kata dapat membagi derita, menebar bahagia, pekerjaan. Setiap sendi kehidupan manusia
bahkan menyulut semangat membara. Seolah membutuhkan energi. Manusia memerlukan
tubuh kata mempunyai tenaga. energi sehingga dapat berjalan, berolahraga,
Merasuk—menembus ke dalam jiwa manusia. membaca, dan melakukan kegiatan lainnya.
Terdapat gejolak yang dititipkan lalu sekejap
menjalar hingga ke ujung rambut para pembaca. Menurut hukum kekekalan energi James
Prescott Joule, menyatakan bahwa energi tidak
Kata dapat mengikat pesan-pesan dapat diciptakan serta tidak dapat juga
penggerak kemajuan ke dalam ucapan lisan. dimusnahkan, energi hanya dapat berubah
Memberi tubuh yang jelas dan tegas perjalanan bentuknya. Dewasa ini, orang dapat membeda-
kehidupan manusia. Mengabadikan buah-buah bedakan bentuk sebuah energi. Secara umum
pemikiran para jenius peradaban. Sehingga pengelompokkan bentuk-bentuk energi
kelak dapat terus terbaca, teringat dan berdasarkan jenis sumbernya dapat dipisahkan
termaknai oleh tiap-tiap generasi. Kata dapat menjadi tiga kategori yaitu Energi Tidak
diekstrak ke dalam bentuk-bentuk yang tidak Terbarukan (Fosil), Energi Terbarukan dan
terduga. Bentuk yang menggenapkan Energi Baru.
penyampaian sebuah kata. Menyusun sebuah
mahakarya dimana peristiwa dapat diperagakan Kelompok Energi Terbarukan secara
hanya bermodalkan rongga muka. sederhana kita definisikan sebagai segala
bentuk energi yang sumbernya dapat diperoleh

5
secara kontinyu. Artinya, kita dapat terus kalimat sudah meresap erat kepada inti jiwa
menerus mendapatkan, memanen, seorang manusia, maka tak heran bila lezatnya
memperoleh sumber energi tersebut selama ketupat dapat diolah dari setetes keringat.
siklusnya tetap terjaga dan memungkinkan
untuk senantiasa diperbarui atau terjamin Sejenak menengok pada masa perjuangan
keberadaannya. Beberapa contoh sumber rakyat Indonesia mengusir para meleca durjana
Energi Terbarukan adalah tenaga air, sinar dari bumi nusantara, ada satu peristiwa berharga
matahari, tenaga angin, panas bumi, biofuel, yang tidak patut kita lupa. Momen kecil
dan lain sebagainya. pembuktian bahwa benar adanya sebuah kalimat
sederhana dapat menghimpun semangat
Energi yang diperoleh tubuh manusia membara dari jutaan pejuang bangsa. Semangat
berasal dari makanan yang kita konsumsi sehari yang dapat menggeser kata tunduk-takluk
- hari. Sejumlah zat gizi terkandung di dalam menjadi maju-serbu, dan menggusur kata
makanan-makanan tersebut seperti menderita menjadi merdeka.
karbohidarat, lemak, protein, serta masih
banyak lainnya. “BOENG, AJO BOENG!” Begitulah kalimat
singkat buah pikiran seorang Chairil Anwar
Setiap zat gizi tersebut memiliki penyair '45 yang tertulis pada lukisan poster
cadangan atau simpanan energi berupa molekul karya pelukis Affandi dengan model Dullah,
Adenosine Thriphospate atau bisa disingkat seorang pelukis lainnya yang berpose menganga
sebagai ATP. Setiap 1 molekul ATP yang sambil memegang bambu runcing di depan
terhidrolisis maka akan menghasilkan energi kening.
sebesar 31 kJ setara 7.3 kkal (Irawan, 2007).
Maka dari situ lah biasanya orang akan Sebuah poster yang dipesan langsung
mengatakan bahwa dirinya memiliki tenaga oleh Soekarno kepada seniman-seniman yang
untuk melakukan suatu kegiatan. berkumpul di Sanggar Lukis Djon. Tempat dimana
para Pelukis terkenal seperti Affandi, Surono, dan
Energi menjadi dasar seseorang untuk masih banyak lagi. Mereka sering berkumpul di
bergerak. Energi pula yang memicu langkah- rumah Pelukis Sudjojono atau lebih sering
langkah kaki manusia menapaki setiap jengkal disebut Sanggar Djon. Para pelukis tersebut juga
permukaan bumi ini. Melangkah untuk turut bergabung dalam Keimin Bunka Shidosho,
merengkuh pergerakan, melangkah untuk sebuah pusat kebudayaan yang mengurusi bidang
menggapai tujuan, melangkah dengan ambisi kesenian, kesusastraan, musik, film, dan lukis.
menaklukan kehidupan. Lembaga yang dibentuk Jepang, pada 1 April
1943, guna mendukung kekuasaannya di tanah
Memantik semangat dengan tenaga jajahan baru. Namun tak disangka dari tempat
kalimat inilah muncul pejuang pergerakan yang
bersenjatakan pena dan kertas, kuas dan kanvas.
Tidak dapat dipungkiri betapa tenaga
kata dan kalimat merupakan energi yang sangat Dari pusat kebudayaan tersebutlah Chairil
dahsyat. Adanya pengaruh dari kalimat ribuan menjadi akrab dengan para seniman tersebut dan
senyum bisa tersemat. Tidak pandang mana rutin mengunjungi sanggar Djon. Sehingga dapat
telinga pejabat mana telinga rakyat. Ketika tercipta sebuah poster yang sangat legendaris

6
dikala itu, hasil kolaborasi pelukis kawakan kemana. Muncul untuk keperluan menyalurkan
Affandi dengan penyair sekaligus provokator rasa, hilang untuk memastikan bahwa rasa tidak
kemerdekaan Chairil Anwar. terikat oleh sepasang mata. Kemudian secara
tidak sadar bahwa hilangnya kata telah berubah,
Melalui kalimat sederhana “Boeng, Ajo melebur menjadi energi jiwa berupa semangat
Boeng!” yang terinspirasi dari ajakan manja yang bergelora.
para pelacur Senen yang sering ia kunjungi.
Namun ketika kalimat tersebut tersemat pada Orang dapat terus menerus mendapatkan
poster tersebut yang langsung menyebar dan kata dari mana saja. Kata dapat ditanam,
tertempel di sudut-sudut kota hingga dinding dipupuk, hingga berkembang menjadi semakin
kereta. Kemudian dapat menyulut api semangat bermakna. Kata juga dapat dipetik dari suatu
jutaan rakyat yang membacanya. Menggiring peristiwa lalu disimpan untuk kemudian menjadi
keberanian dari ratusan pejuang untuk segera bekal menghadapi peristiwa lainnya. Kata dapat
berdiri lalu gigih maju menghentikan berulang-ulang kita serap, kita panen dari pohon-
penindasan bagi bangsanya sendiri. pohon jiwa manusia lainnya.

Peristiwa Itu hanya salah satu contoh Setiap perubahan bentuk energi pasti
bukti nyata bahwa sebuah kalimat yang terdapat proses konversi yang dapat
tersusun dari kata-kata biasa dapat menguraikannya. Begitu juga dengan kata. Kata
membangkitkan gairah dari para pembacanya. dapat diproses berubah menjadi bentuk lainnya
Seperti terdapat energi yang sudah tidak dapat di dalam inti jiwa seorang manusia. Karena di
ditampung oleh kalimat tersebut, lalu seketika dalamnya terdapat tungku pembakaran yang
meledak ketika orang selesai membacanya dapat mengekstrak energi yang dititipkan pada
layaknya menekan sebuah tombol detonator. sebuah kata.
Tentunya banyak sekali contoh bagaimana kata
dapat menjadi bahan bakar penggerak jiwa. Pungkasan kata, bagaimanapun juga kata-
Semacam kalimat Bung Tomo di hadapan kata ini juga tidak seutuhnya dapat
pejuang Surabaya “Merdeka ataoe Mati” dan menggambarkan kebenaran kata yang
masih banyak lainnya. sesungguhnya. Pemaknaan benar atau salah itu
juga menjadi sifat dasar kata sebagai sebuah
Kata adalah Sumber Energi yang energi. Energi bisa bertransformasi lalu
Terbarukan digunakan untuk tujuan kebenaran maupun
sekedar pembenaran. Namun jelas dikata bahwa
Pantas dirasa apabila mengartikan kata kita adalah pembangkit tenaga kata.
sebagai sebuah sumber energi. Kata dapat
menjadi penyebab timbulnya suatu kerja. Daftar Pustaka
Menjadi bahan dasar pemicu manusia dalam Kamus Bahasa Indonesia. 28 Oktober 2008.
melakukan aktivitas atau kerja. Selayaknya Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
energi, sebuah kata bisa dihapus sehingga suatu Pendidikan Nasional.
ketika mata tidak dapat mencernanya lagi.
Namun kata tidak dapat benar-benar Irawan. M A. 2007. Metabolisme Energi Tubuh
dimusnahkan dari kehidupan manusia. Kata dan Olahraga. Polton Sports Science &
dapat sekejap muncul lalu sekejap hilang entah Performance Lab. Vol 1 No.07 : 1-9.

Heksa Julian Satria Darmawan, pemuda kelahiran Pekalongan, 8 juli 1998. Saat ini sedang menempuh
program studi Teknik Mesin dan Biosistem di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Wawancara Imajiner Bersama
Jorge Luis Borges

A walnya saya kira, setelah


mengalami kebutaan, Borges
pun mengalami penurunan
daya ingat. Namun nyatanya tidak. Setelah
mempersilakan masuk ke dalam rumahnya, dan
mengajak untuk duduk di perpustakaan
pribadinya, sambil menyesap teh panas yang
telah disediakan secara perlahan, saya memulai
obrolan kepada Borges.

***

Sumber: Wikiquote.org
Perlu Anda ketahui, saya begitu
mengagumi cara Anda menulis. Perjumpaan Aku sebenarnya anak yang beruntung bisa
pertama saya pada teks Anda, bermula dari lahir di antara kedua orang tua yang memiliki
buku Labirin Impian (LKiS, 2009) yang tradisi teks yang kuat. Mereka berdua memiliki
diterjemahkan oleh Hasif Amini. Namun, pengaruh masing-masing yang membentukku
sayang, buku itu raib entah di mana, dan saat hingga saat ini. Ayahku mengidolakan Shelley,
ini harga buku tersebut, di Indonesia, cukup Keats, dan Swinburne. Sebagai seorang pembaca,
menyebalkan dengan nominal harga ia menaruh minat pada, pertama, buku-buku
jualnya—mengikuti kelangkaannya. tentang metafisika dan psikologi (Berkeley,
Hume, Royce, dan William James). Kedua,
Ya, itu memang buku yang bagus. Tapi, literatur dan buku-buku tentang Timur (Lane,
kamu semestinya juga membaca Historia Burton, dan Payne). Pada suatu ketika, ia
universal de la infamia, agar mengetahui fiksi menunjukkan bagaimana kekuatan sebuah puisi.
Borgesian itu bagaimana. Ia mengatakan bahwa kata-kata bukan sekadar
sarana komunikasi melainkan juga simbol-simbol
Ya, tak lama setelah Labirin Impian, serta musik yang ajaib. Selain itu, ia juga telah
saya membaca buku itu. Dalam terjemahan memberikan pelajaran filsafat pertamaku. Saat
Indonesia, buku itu berjudul Sejarah Aib. Tak masih berusia muda, ayahku menunjukkan,
hanya membacanya, saya menjualnya dan saat dengan bantuan sebuah papan catur, paradoks-
ini tersisa satu eksemplar. paradoks Zeno—Achilles dan kura-kura, kesatuan
tanpa gerak sebuah anak panah, kemustahilan
Itu buku penting dan harus kamu jual gerak. Kemudian, tanpa menyebut nama
semahal mungkin. Berkeley, ia melakukan yang terbaik untuk
mengajariku dasar-dasar idealisme. Sedangkan,
Yang menjadi pertanyaan saya, apa ibuku mewariskan sifat berpikirnya yang paling
yang membuat Anda bisa menjadi seorang baik terhadap orang lain dan juga perasaannya
penulis? yang kuat terhadap persahabatan. Ibuku selalu
8
punya pikiran yang baik. Sejak mempelajari dan mestinya berisi beberapa ribu jilid buku.
bahasa Inggris melalui ayahku, ia Karena begitu rabun, aku telah lupa sebagian
menyelesaikan sebagian besar bacaannya besar wajah dari masa itu.
dalam bahasa itu.
Sebentar saya potong, berarti Anda telah
Wah, beruntung dan menyenangkan rabun sejak kecil?
sekali ternyata berada pada sebuah nasib yang
baik. Ya. Sejak kecil aku rabun, karenanya
memakai kacamata, dan fisikku agak lemah. Hal
Tidak juga. Tergantung bagaimana kamu itu membuatku merasa malu, sebab sebagian
menyikapinya. Jika ingin mengetahui fragmen besar keluargaku adalah para prajurit—bahkan
hidupku yang lain, aku termasuk anak yang saudara laki-laki ayahku menjadi seorang perwira
tidak merasakan permainan-permainan masa angkatan laut—dan aku tahu bahwa aku takkan
kanak. Aku jarang keluar rumah. Aku tak pernah menjadi seperti mereka, tetapi menjadi
memiliki kawan bermain selain saudara seorang kutu buku dan bukannya seseorang yang
perempuanku. Aku dan saudara perempuanku memiliki kekuatan serta melakukan suatu
menciptakan dua kawan imajiner, yang tindakan. Sepanjang masa kecil, aku berpikir
bernama, Quoilos dan Si Kincir Angin. Aku lupa bahwa mencintai adalah tindakan yang sama
mengapa menamakannya dengan nama seperti seperti ketidakadilan. Aku tidak merasa bahwa
itu. Tapi, pada akhirnya, kami bosan dan aku berhak menerima suatu rasa cinta tertentu
mengabarkan kematiannya pada ibu. apa pun itu, dan aku ingat hari ulang tahunku
membuatku merasa begitu malu, sebab semua
Ha ha ha.. berarti sedari kecil Anda orang menumpuk hadiah untukku manakala aku
memang memiliki gairah membual, ya. berpikir bahwa aku tidak melakukan apa pun
yang layak untuk mereka—bahwa aku adalah
Begitulah. sejenis orang gadungan. Setelah usia tiga puluh
atau lebih, aku tersembuhkan dari perasaan ini.
Melihat kehidupan Anda saat ini, saya Bisa kulanjutkan lagi cerita yang tadi?
bisa menduga bahwa Anda seorang pembaca
yang lahap. Bagaimana Anda mulai membaca? Oh iya, silakan..

Jika kamu memiliki seorang ayah yang Aku ingat dengan jelas begitu banyak
memiliki perpustakaan pribadi, percayalah, ukiran baja di dalam Encyclopedia dan Britannica
menjadi seorang kutu buku dengan jarang terbitan Chambers. Novel pertama yang benar-
keluar rumah adalah kunci kebahagiaan bagi benar kubaca sampai selesai Huckleberry Finn.
seorang anak kecil yang tak punya kawan Menyusul kemudian Roughing It dan Flush Days
bermain. Perpustakaan pribadi milik ayahku in California. Aku juga membaca buku-buku
merupakan pusat peristiwa dalam kehidupanku. karangan Kapten Marryat, First Men in the Moon
Jika coba mengingat-ingat, sepertinya aku tak karya Wells, Poe, edisi satu-jilid karya Longfellow,
pernah berkeliaran di luar perpustakaan itu. Treasure Island, Dickens, Don Quixote, Tom
Aku masih bisa membayangkannya. Brown School Days, Fairy Tales-nya Grimms,
Perpustakaan itu berada di dalam sebuah ruang Lewis Carroll, The Adventures of Mr. Verdant
tersendiri, dengan rak-rak buku berlapis kaca, Green (sebuah buku yang sekarang sudah

9
terlupakan), A Thousand Nights and a Night- nya Samiento, berbagai buku tentang mitologi
nya Burton. Buku Burton ini terlarang bagiku, Yunani, dan kemudian mitologi Nordik. Puisi
karena dipenuhi oleh apa yang pada waktu itu datang kepadaku melalui bahasa
dianggap cabul, dan aku harus membacanya Inggris—Shelley, Keats, Fitzgerald, dan
sambil bersembunyi di loteng. Tertapi pada Swinburne, para penyair besar favorit ayahku,
saat itu, aku begitu terhanyut oleh pesona yang bisa dikutipnya secara berlimpah, dan ia
yang kuterima tanpa menaruh perhatian apa sering melakukannya.
pun pada bagian-bagian yang tak pantas itu,
aku membaca kisah-kisah itu tanpa Sejak kapan Anda mulai menulis?
menyadari signifikansinya sama sekali. Semua
buku yang kusebut sebelumnya, kubaca Pertama kali aku mulai menulis ketika
dalam bahasa Inggris. Ketika kemudian aku berusia enam atau tujuh tahun. Aku mencoba
membaca Don Quixote dalam bahasa aslinya, meniru para penulis klasik Spanyol—Miguel de
bagiku buku itu jadi seperti sebuah Cervantes, misalnya. Dalam bahasa Inggris
terjemahan yang buruk. Aku masih ingat jilid yang benar-benar buruk aku menulis semacam
merah dengan huruf-huruf emas dari edisi buku pedoman mitologi Yunani, yang tak
Garnier. Di beberapa titik, perpustakaan diragukan lagi menjiplak Lempriere. Barangkali
ayahku bercabang, dan ketika membaca inilah upaya kesusastraanku yang pertama.
Quixote dari edisi yang lain, aku memiliki Cerita pertamaku adalah kisah yang agak tak
perasaan bahwa itu bukanlah Quixote yang masuk akal dengan meniru gaya Cervantes,
sebenarnya. Di kemudian hari, seorang kawan sebuah kisah asmara arkais berjudul La visera
membelikanku Quixote edisi Garnier, dengan fatal (The Fatal Helmet). Semua cerita itu
ukiran baja yang sama, catatan kaki yang kutulis dengan amat rapi di dalam sebuah
sama, dan juga salah ketik yang sama. Bagiku, buku catatan. Ayahku tak pernah turut
semua edisi itu membentuk tiap bagian dari campur. Ia ingin agar aku mengalami semua
buku tersebut; inilah yang kuanggap sebagai kesalahanku sendiri, dan suatu kali ia berkata,
Quixote yang sesungguhnya. Dalam bahasa “Anak-anak mengajari orangtua mereka, bukan
Spanyol, aku juga membaca banyak buku sebaliknya.” Ketika berusia sembilan tahun
karya Eduardo Gutierrez tentang para atau lebih, aku menerjemahkan The Happy
Penjahat dan bandit Argenti—Juan Moreira Prince-nya Oscar Wilde ke dalam bahasa
adalah yang utama di antara karya- Spanyol, dan terjemahan itu terbit di salah
karyanya—dan Siluetas Militares-nya, berisi satu harian Buenos Aires, El Pais. Karena nama
catatan mendalam tentang kematian Kolonel yang tertera di sana hanya “Jorge Borges”,
Borges. Ibu melarangku membaca Martin orang-orang tentu mengira bahwa itu
Fierro, sebab itu adalah buku yang hanya terjemahan ayahku.
cocok untuk para begundal dan bocah sekolah
bengal dan, di sambung juga, bukan cerita Musim dingin tahun 1919-1920 saat
tentang gaucho yang sebenarnya. Buku ini bermukim di Seville, aku melihat puisi
kubaca secara sembunyi-sembunyi. Pikiran pertamaku terbit. Puisi itu berjudul “Himne
ibuku itu didasarkan pada kenyataan bahwa kepada Laut” dan terbit di majalah Grecia,
Hernandez pernah menjadi pendukung Rosas edisi 31 Desember 1919. Di dalam puisi itu,
dan karenanya adalah musuh bagi leluhur aku berupaya keras menjadi Walt Whitman:
Unitarian kami. Aku juga membaca Facundo-

10
O laut! O mitos! O matahari! O tempat istirah waktu, aku membayangkan Whitman tidak hanya
sebagai seorang penyair besar melainkan sebagai
nan lawah!
satu-satunya penyair. Kenyataannya, aku berpikir
Kutahu mengapa aku mencintaimu. Kutahu, bahwa semua penyair di seluruh dunia semata-
mata mengiblat kepada Whitman hingga tahun
berdua kita telah teramat tua,
1855, dan tidak menirunya adalah bukti
berdua kita telah begitu karib berabad lamanya ketidaktahuan. Perasaan serupa juga
.... mendatangiku pada prosa Carlyle, yang sekarang
pun terasa tak tertahankan bagiku, dan pada
O Proteus, telah kulahirkan engkau—
puisi Swinburne. Ini adalah tahapan-tahapan
berdua kita terkungkung dan terlantung, yang harus kulalui. Di kemudian hari, aku berhasil
melewati pengalaman diliputi kegembiraan
berdua kita mendamba bintang-bintang,
meluap-luap yang serupa oleh beberapa penulis
berdua kita beserta harap dan kecewa .... ! tertentu.

Sekarang, aku hampir tidak pernah Bagus mendengarnya jika Anda telah
membayangkan laut, atau bahkan berhasil keluar dari jerat Walt Whitman. Kira-
membayangkan diriku sendiri, sebagai sesuatu kira, dalam upaya Anda menulis, ada hal yang
atau seseorang yang mendambakan bintang- membekas?
bintang. Bertahun-tahun setelahnya, ketika aku
menemukan ungkapan “kemegahan bernilai Jika kamu serius menyelami dunia
rendah” dari Arnold Bennett, seketika saja aku kesusastraan dengan menulis, kamu tentu akan
paham apa yang ia maksud. Namun ketika aku mengingat hampir semua hal terkait tulis-
tiba di Madrid beberapa bulan kemudian, menulis. Tetapi, aku ingin menceritakan satu hal.
karena puisi itu adalah satu-satunya puisi yang Ini cukup konyol.
pernah kuterbitkan, orang-orang di sana
menganggapku sebagai seorang pelagu laut. Aku menulis puisi-puisi Fervor de Buenos
Aires antara tahun 1921 dan 1922, dan
Anda ternyata juga pembaca puisi Walt terbitannya keluar pada awal tahun 1923. Buku
Whitman, ya itu betul-betul dicetak dalam waktu lima hari;
pencetakannya dilakukan dengan terburu-buru.
Bukan hanya sebagai pembaca puisi- Aku sudah setuju dengan enam puluh empat
puisinya, seperti yang kubilang sebelumnya, aku halaman, tetapi naskah itu berkembang terlalu
berupaya menjadi epigonnya. Itu terjadi, panjang dan pada saat terakhir lima puisi harus
mulanya, ketika perjumpaan pertamaku dengan disisihkan—dengan berat hati. Aku tidak bisa
Walt Whitman yang terjadi di Jenewa, lewat mengingat hal apa pun berkenaan dengan puisi-
terjemahan bahasa Jerman oleh Johannes puisi itu. Buku ini dibuat dengan semangat yang
Schlaf, Als Rich in Alabama meinen agak kekanakkan. Tak ada koreksi cetak
Morgengang machte. Tentu saja, aku dibuat percobaan, tak ada daftar isi, dan halaman-
bingung oleh absurditas membaca karya halamannya tidak dinomori. Saudara
penyair Amerika dalam bahasa Jerman, maka perempuanku membuatkan sebuah ukiran kayu
aku memesan satu salinan Leaves of Grass dari untuk sampulnya, dan tiga ratus eksemplar buku
London. Aku masih ingat buku itu—terjilid itu dicetak. Di zaman itu, menerbitkan buku
dalam sampul warna hijau. Selama beberapa
11
merupakan suatu upaya pribadi. Aku tak pernah seperti puding buah—ada terlalu banyak hal di
berpikir mengirimkan buku itu ke toko buku dalamnya. Tetapi juga, melihatnya kembali saat
atau meresensinya. Kebanyakan buku itu aku ini, kupikir aku tak pernah menyimpang keluar
bagikan begitu saja. Aku ingat salah satu dari buku itu. aku merasa bahwa semua tulisanku
metode distribusiku. Setelah memerhatikan yang selanjutnya hanya pengembangan tema-
bahwa kebanyakan orang yang datang ke kantor tema pertama yang diambil dari buku itu; aku
Nosostros—salah satu majalah sastra tertua merasa bahwa selama hidupku, aku tengah
dan yang bertahan cukup lama waktu menulis ulang satu buku itu.
itu—meninggalkan mantel mereka diganting di
ruang jas, aku membawa lima puluh atau Apakah puisi-puisi di dalam Fervor de
seratus eksemplar buku itu kepada Alfredo Buenos Aires adalah puisi ultrais? Ketika aku
Bianchi, salah satu editor majalah tersebut. kembali dari Eropa tahun 1921, aku menulis
Bianchi menatapku heran dan berkata, “Apa kau sebuah tajuk tentang ultraisme. Aku masih
mengharapkanku menjual buku-buku ini dikenal para sejarawan sastra sebagai “bapak
untukmu?” “Tidak,” jawabku. “Meski telah ultraisme Argentina”. Ketika membicarakan hal-
menulisnya, aku sama sekali tidak gila. Kupikir hal tersebut pada waktu itu bersama sesama
mungkin aku bisa memintamu memasukkan penyair lainnya seperti Eduardo Gonzalez Lanuza,
beberapa buku ini ke dalam saku mantel-mantel Norah Lange, Fransisco Pinero, sepupuku
yang digantung di luar sana.” Dengan baik hati Guillermo Juan (Borges), dan Roberto Ortelli,
ia melakukannya. Ketika aku datang kembali kami sampai pada kesimpulan bahwa ultraisme
setelah satu tahun tidak muncul, aku Spanyol terlalu dibenani—seperti halnya
menemukan bahwa beberapa pemilik mantel futurisme—oleh modernitas dan berbagai
itu telah membaca puisi-puisiku, dan beberapa perangkat. Kami sama sekali tidak terkesan oleh
bahkan menulis sesuatu tentang buku itu. jalur kereta api, baling-baling, pesawat terbang,
Kenyataannya, dengan cara inilah aku dan kipas angin listrik. Sementara itu di dalam
mendapat reputasi kecil sebagai seorang manifesto kami, kami masih menjunjung tinggal
penyair. keutamaan metafora dan menyisihkan kata
transisi serta kata sifat dekoratif, apa yang kami
Ada apa dengan Fervor de Buenos inginkan adalah menulis puisi yang
Aires? esensial—puisi di luar hal-hal di sini dan saat ini,
terbebas dari corak lokal dan kondisi-kondisi
Buku itu pada dasarnya bercorak kontemporer.
romantik, meski ditulis dengan gaya yang cukup
sederhana dan berlimpah metafora yang Adapun puisi-puisi di dalam Fervor itu
ringkas. Buku itu merayakan matahari ultrais atau bukan, jawabannya—bagiku—datang
terbenam, tempat-tempat terpencil, serta dari seorang kawan dan penerjemah bahasa
sudut-sudut jalan yang tidak familiar; puisi-puisi Prancisku, Nestor Ibarra, yang mengatakan,
itu menjelajahi metafisika Berkeleyan serta “Borges telah menjadi penyair ultrais dengan
sejarah keluarga; buku itu merekam kecintaan- puisi ultrais pertama yang ia tulis.” Sekarang aku
kecintaan paling awal. Pada saat yang sama, hanya bisa menyesali ekses-ekses ultrais awalku
aku juga menirukan bahasa Spanyol abad itu. Setelah hampir setengah abad, kudapati
ketujuhbelas dan menyebut-nyebut Religio diriku masih bekerja keras menjalani periode
Medici-nya Sir Thomas Browne di kata janggal dari kehidupanku itu.
pengantarku. Aku khawatir buku itu akan

12
Ultrais? bahasa Yunani, novel-novel Barbusse, dan Vies
Imaginaires-nya Schwob. Kemudian, ia
Begini. Ketika di Seville, aku berjumpa menggarap terjemahan lengkap Goethe dan
dengan sebuah kelompok sastra yang dibentuk Dostoevski. Ia juga membuat versi bahasa
orang-orang dalam Grecia. Kelompok ini, yang Spanyol pertama Arabian Nights, versi yang amat
menyebut diri mereka sebagai ultrais, bertekad bebas dibandingkan versi Burton atau Lane, yang,
memperbaharui kesusastraan, sebuah cabang menurutku, membuatnya jadi lebih enak dibaca.
seni yang mereka tidak tahu apa pun, Suatu kali, aku pergi menemuinya dan ia
Cervantes, Dario, dan satu atau dua buku dari membawaku masuk ke alam perpustakaannya.
Sang Maestro, Rafael Cansinos Assens. Pikiran Atau, lebih tepatnya, harus kukatakan bahwa
tentangnya. Salah seorang dari mereka pernah seluruh rumahnya adalah perpustakaan. Itu
mengatakan kepadaku seluruh bacaannya membuatmu merasa seperti sedang berjalan
meliputi Alkitab Argentina-ku dibuat bingung menyusuri hutan belantara. Ia terlampau miskin
manakala kuketahui bahwa mereka tidak untuk memiliki rak buku, dan buku-buku itu
menguasai bahasa Prancis dan sama sekali tak ditumpuk satu di atas yang lain dari lantai hingga
menaruh prasangka bahwa hal-hal semacam ke langit-langit, memaksamu bergerak menyusup
itu, sebagaimana di dalam kesusastraan Inggris, di antara tiang-tiang buku vertikal. Di mataku
sudah ada Cansinos tampak seolah dirinya merupakan
seluruh masa lalu Eropa yang telah
Setiap hari Sabtu aku akan pergi ke Cafe kutinggalkan—sesuatu seperti simbol dari
Colonial, di mana kami akan bertemu tengah seluruh kebudayaan, Barat dan Timur. Tetapi ia
malam, dan percakapan akan berlangsung punya sifat gemar menentang yang membuatnya
sampai subuh. Kadang ada sekitar dua puluh merasa tidak cocok dengan para penulis sezaman
atau tiga puluh orang yang berkumpul. yang ia pimpin. Hal ini dapat dilihat di dalam
Kelompok ini memandang rendah semua corak buku-buku yang ditulisnya, di mana secara
lokal Spanyol—Cante Jono (atau Cate Jono ialah berlebihan ia memuji-muji penulis kacangan.
gaya suara flamenco dalam bentuk musik Pada saat itu, Ortega y Gasset tengah berada di
rakyat Andalusia) dan adu banteng. Mereka puncak ketenarannya, tetapi Cansinos
mengagumi musik jazz Amerika, dan lebih menganggapnya sebagai seorang filsuf yang
tertarik menjadi orang Eropa daripada orang buruk dan seorang penulis yang buruk. Apa yang
Spanyol. Cansinos akan mengemukakan sebuah kudapat darinya, terutama, adalah percakapan-
subjek—Metafora, Sajak Bebas, Bentuk-Bentuk percakapan kesusastraan yang menyenangkan. Ia
Puisi Tradisional, Puisi Naratif, Kata Sifat, Kata juga mendorongku agar lebih luas lagi membaca.
Kerja. Dengan gayanya sendiri yang tenang, ia Dalam menulis, aku mulai menirunya. Ia menulis
adalah seorang diktator, yang tak membiarkan kalimat-kalimat panjang dan mengalir dengan
sindiran-sindiran tidak ramah terhadap para cita rasa yang amat tidak Spanyol dan betul-betul
penulis kontemporer dan berusaha menjaga bernuansa Ibrani. Anehnya, justru Cansinos lah
pembicaraan tetap berada pada tataran yang yang, di tahun 1919, menciptakan istilah
tinggi. “ultraisme”. Ia berpikir bahwa kesusastraan
Spanyol selalu ketinggalan zaman. Dengan nama
Cansinos adalah pembaca yang luas. Ia pena Juan Las, ia menulis beberapa artikel ultrais
telah menerjemahkan Opium-Eater karya De yang singkat padat. Semua itu—aku mengerti
Quincey, Meditations of Marcus Aurelius dari sekarang—dilakukannya dengan semangat

13
berolok-olok. Tetapi kami yang lebih muda of the Gifts”-ku, untuk tujuan membaca dan
menanggapinya dengan sangat serius. Pengikut menulis aku yang telah buta. Kebutaan terjadi di
lain yang bersungguh-sungguh adalah dalam keluargaku; suatu deskripsi tentang
Guillermo de Torre, yang kujumpai di Madrid operasi yang dilakukan terhadap mata kakek
pada musim semi ketika itu dan yang menikahi buyutku, Edward Young Haslam, terbit di
saudara perempuanku Norah sembilan tahun halaman sebuah jurnal medis London, Lancet.
kemudian. Kebutaan juga tampaknya terjadi di antara para
Direktur Perpustakaan Nasional. Dua orang
Sepembacaan saya, saya melihat pendahuluku yang terkemuka, Jose Marmol dan
bagaimana Anda begitu menaruh perhatian Paul Groussac, mengalami nasib yang sama. Di
yang lebih pada sebuah metafora. dalam puisiku, aku berbicara tentang ironi Tuhan
\ yang begitu pemurah karena telah memberiku
Aku selalu tertarik pada metafora, dan 800.000 buku dan kegelapan pada suatu waktu.
hal ini cenderung mengarahkanku kepada studi
tentang pengetahuan bahasa Nordik yang Salah satu konsekuensi utama dari
terlampau rumit. Sejak tahun 1932, aku bahkan kebutaanku adalah bentuk sajak bebas yang
telah menulis esai mengenai bahasa-bahasa itu. secara bertahap kutinggalkan menuju bentuk
Suatu gagasan pelik tentang penggunaan, metrik klasik. Faktanya, kebutaan membuatku
sejauh yang bisa dilakukan, metafora dan bukan menulis puisi lagi. Karena naskah kasar puisi-puisi
kata benda langsung, serta metafora-metafora itu telah kusingkirkan, aku harus kembali
itu sendiri bagiku tampak tradisional sekaligus mengingat-ingat. Jelas lebih mudah mengingat
arbitrer, membingungkan sekaligus menarik. sajak daripada prosa, dan lebih mudah lagi
Kemudian aku menduga bahwa tujuan dari mengingat bentuk sajak yang teratur daripada
bentuk-bentuk metafora itu tidak hanya sajak yang bebas. Sajak yang teratur, bisa
terletak pada kesenangan yang diberikan oleh dibilang, bersifat portabel. Seseorang bisa
kemegahan serta keadaan dari pembentukan berjalan menyusuri jalanan atau naik kereta
kata-kata secara majemuk, melainkan juga pada bawah tanah sambil menggubah dan memoles
tuntutannya terhadap aliterasi. sebuah soneta, karena rima dan matranya
memiliki sifat mnemonik.
Seperti yang telah Anda sampaikan
pada pembicaraan awal kita, mengenai rabun Tentu Anda tak menyayangkan hal
di masa kecil. Lantas, bagaimana kebutaan tersebut, ya.
benar-benar menghampiri Anda suatu ketika?
Begini. Aku ingin menceritakan satu lagi
dari fragmen hidupku.
Kebutaanku telah datang secara
bertahap—seperti yang kukatakan sebelumnya, Ketenaran, seperti kebutaanku, datang
sejak masa anak-anak, hingga di usia saat ini. kepadaku secara bertahap. Aku tak pernah
Itu adalah suatu senjakala musim panas yang mengharapkannya, tak pernah memintanya.
lambat-laun menjelang. Tak ada yang terutama Nestor Ibarra dan Roger Caillois, yang pada awal
begitu menyedihkan atau dramatis mengenai tahun 1950 dengan berani menerjemahkan
hal itu. Dimulai pada tahun 1927, aku telah karyaku ke dalam bahasa Prancis, adalah
menjalani delapan operasi mata, tetapi sejak penderma pertamaku. Kuduga kerja pionir
akhir tahun 1950-an, ketika aku menulis “Poem mereka itulah yang membukakan jalan bagiku

14
untuk berbagi penghargaan Formentor Prize seperti Joyce, menerbitkan fragmen-fragmen
bersama Samuel Beckett pada tahun 1961, garib, dengan judul “Karya Perubahan” yang
sebab sampai karyaku terbit dalam bahasa mengesankan. Kukira karya terbaikku telah
Prancis, aku praktis tak dikenal—tidak hanya di selesai. Hal ini memberiku suatu kepuasan serta
luar negeri melainkan di kampung halamanku ketentraman tertentu yang menenangkan. Meski
sendiri di Buenos Aires. Sebagai konsekuensi demikian aku tidak merasa bahwa aku telah
dari penghargaan itu, buku-bukuku segera menuliskan diriku sendiri. Dengan suatu cara,
menjamur di seluruh dunia barat. kemudaan tampak lebih dekat kepadaku pada
saat ini dibanding ketika aku masih muda. Aku
Luar biasa. Saya kira, perbincangan kita tak lagi memandang kebahagiaan sebagai
cukup lama sehingga memungkinkan cangkir sesuatu yang mustahil tergapai; suatu kali, dulu
teh untuk diisi kembali, tetapi saya rasa Anda sekali, aku telah menggapainya. Sekarang aku
perlu beristirahat. Ada hal terakhir yang ingin tahu bahwa kebahagiaan bisa terjadi kapan pun,
Anda sampaikan? tetapi hal itu takkan pernah bisa dicari. Adapun
kegagalan atau ketenaran, keduanya sungguh
Kamu, maupun anak muda lainnya, tidak relevan dan aku tak pernah
tetaplah bergembira di usia kalian saat ini. Aku memedulikannya. Apa yang kuinginkan sekarang
ambil contoh, di usiaku, seseorang harus adalah kedamaian, kenikmatan berpikir serta
menyadari batasan-batasannya, dan persahabatan, dan, meski mungkin ini terlalu
pengetahuan ini mampu menimbulkan ambisius, perasaan mencintai dan dicintai.
kebahagiaan. Ketika masih muda, aku
memikirkan kesusastraan sebagai suatu Makassar, 08 Juni 2019
permainan variasi yang terampil dan
mengejutkan; kini setelah kutemukan suaraku Wawancara Imajiner ini merupakan hasil
sendiri, aku merasa bahwa mengerjakan pembacaan dari Esai Autobiografis (Trubadur, 2019)
sesuatu tanpa keahlian, mengotak-atik dan yang diterjemahkan oleh Lutfi Mardiansyah. Esai
membongkar sesuatu, takkan terlalu Autobiografis merupakan bagian dari The Aleph and
memperbaiki atau merusak konsep-konsepku. Other Stories 1933-1969 (Bantam Book, 1971)
Ini, tentu saja, adalah suatu dosa terhadap
salah satu kecenderungan utama kesusastraan
di abad ini—suatu kesia-siaan menulis secara
berlebihan—yang menyebabkan seseorang

M. Dandy, pekerja buku, pembaca, dan penonton paruh waktu


Maafkan Kami,
Mas Kaper!

D
basi, atau talkshow-talkshow tong kosong.
i musim lebaran seperti ini, telah
Misalnya.
mafhum bagi masyarakat desa apabila
di kampung-kampung banyak pemuda-
Omong-omong soal pernikahan,
pemudi yang melepas masa lajangnya. Minimal
perjodohan, dan rumah tangga, kata simbah-
dua sampai tiga kali di sebuah desa
simbah zaman dulu, bahan bakarnya adalah
diselenggarakan acara mantenan. Masa-masa
kesetiaan. Dalam etos dunia kerja professional,
awal bulan syawal adalah "hari raya kedua" bagi
kesetiaan itu komitmen. Sementara dalam hidup
pengusaha-pengusaha lokal yang bergerak di
bernegara, kesetiaan sama halnya dengan
bidang wedding organization. Orderan para
nasionalisme. Yakni janji teguh berpijak untuk
"WO lokal" ini bisa meningkat sampai empat
selalu bersama dan rekat di segala kondisi. Cinta
kali lipat dari orderan di bulan-bulan lainnya.
boleh berdinamika naik turun, tetapi kesetiaan
mesti stagnan.
Realitas ini tentu berkaitan dengan
budaya mudik. Di sepanjang jalan pantura—jika
Di desa saya, ada satu orang yang amat
kebetulan anda adalah pemudik yang pulang
sangat setia dengan "peran alamiah"-nya di
dengan menggunakan motor—akan banyak
wilayah kesetiaan. Namanya Rodi, nickname yang
anda jumpai "kalimat-kalimat mutiara" yang
disematkan oleh warga desa kepadanya adalah
menempel di bagian belakang motor atau di
Kaper. Orang seantero desa menganggapnya
punggung pengendaranya. Misalnya ini: "Kerjo
kurang waras. Tak ada yang tahu persis usianya,
Setahun Entek Sewulan, Kabeh Mergo Sliramu,
mungkin kepala tiga. Tinggal seorang diri di pojok
Nduk".
barat desa. Komunikasinya byar-pet, pakaiannya
tak pernah ganti dan tak jelas jadwal mandinya.
Mayoritas yang menyelenggarakan hajat
Hobinya mancing di sungai. Mobilitasnya dalam
mantenan memang para perantau lajang yang
penjelajahan sungai sangat tinggi sehingga
baru menyelesaikan "romusha" di ibukota
mustahil anda temukan satu nama sungai yang
selama sebelas bulan, lantas hasilnya mereka
belum pernah dijamah oleh joran milik Kaper di
habiskan hanya dalam waktu kurang dari
wilayah ini. Sungguh. Bahkan pun sungai di
sebulan untuk tetek bengek prosesi pernikahan.
tengah hutan yang akses jalannya belum terbuka.
Tetapi tentu bukan sebuah penyesalan bagi
mereka. Sebab pernikahan atau perjodohan
Meski dianggap oleh hampir semua orang
adalah ide Tuhan, dan apakah kiranya Tuhan
sebagai orang yang "bocor halus", bukan berarti
justru marah jika rezeki yang datang dari-Nya
Kaper adalah manusia tanpa manfaat. Justru
kita "hambur-hamburkan" untuk melaksanakan
Kaper adalah orang yang menempati top chart
ide dan kemauan-Nya? Bandingkan misalnya
dalam urusan kebermanfaatan. Bayangkan, Kaper
dengan jumlah uang yang habis untuk
sangat murah hati untuk dimintai tolong apa saja.
melaksanakan program kerja pemerintah yang
Dari pekerjaan ringan sampai berat. Kalau ada
"jauh panggang dari cangkem", seminar basa-

16
kerja bakti desa, Kaper ikhlas untuk dipasrahi Kaper yang "separo" pasti beres hidupnya
pekerjaan yang paling berat dan kotor. Untuk di hadapan para malaikat dan Allah. Kebaikannya
hal-hal yang membutuhkan kerja fisik dengan naik ke neraca akhirat sementara kesalahannya
tenaga berat pun banyak warga desa yang tak dihitung sebagai dosa karena "ketidak
meminta bantuan kepada Kaper. Mulai dari cuci lengkapan"-nya. Yang mungkin mendengung di
motor, cari pakan ternak, sampai gotong- dalam tempurung kepala kita adalah ketika
gotong perabot rumah. Belum lagi ketika ada "Kaper-Kaper" lain yang tersebar di banyak
turnamen sepakbola tahunan desa, Kaper pelosok daerah tidak disadari sebagai "sentilan"
adalah anak gawang andalan yang jasanya dari Tuhan oleh kita semua yang menganggap diri
selalu krusial bagi panitia penyelenggara. Sebab waras. Menjadi semacam gangguan jika benar itu
untuk menjadi anak gawang di sini bukan main terjadi. Sebab artinya garis batas antara waras
sulitnya, karena tiap sisi lapangan dikelilingi dan tidak waras menjadi blur di tengah peta
oleh kebun tebu. Satu bola yang meluncur kehidupan.
masuk ke rimbunan tebu membutuhkan waktu
setengah jam untuk mencarinya. Sedangkan Salah satu parameter waras adalah
Kaper si anak gawang andalan bisa kemampuan untuk memandang beragam jenis
menemukannya hanya dalam waktu lima instrumen hidup sebagai limpahan berkah dan
sampai sepuluh menit. Entah bagaimana cara nikmat yang meluap, yang datangnya langsung
Kaper membangun ikatan batin dengan bola. dari Tuhan. Untuk mampu memandang dan
merasakan, manusia butuh memacu sensitivitas
Yang jelas Kaper sangat jarang marah sensor di dalam akal serta hatinya. Sensitivitas
kepada orang, juga tidak merasa segala sesuatu inilah yang sekiranya menjadi motor utama dari
yang ia lakukan adalah hal rendah atau hina. proses "tarik ulur" posisi manusia di antara titik
Kaper sangat mengerti posisi dan tugasnya di waras dan tidak waras. Jika ia tajam, kita
tengah masyarakat. Kaper taat dan mengerti bergeser mendekat ke arah kejernihan atau
betul peran serta wilayah penugasan yang kewarasan. Dan jika ia tumpul, kita bergeser ke
dimandatkan Allah kepadanya. Meskipun tentu arah yang sebaliknya.
Kaper tidak hafal nama-nama Nabi dan Rasul,
rukun Islam atau rukun iman. Apalagi kitab- Sementara, kalau manusia sejenis Kaper
kitab filsafat, teologi dan sosiologi masyarakat. tidak cukup melahirkan poin-poin reflektif untuk
Tetapi kesetiaan amal sosial, adalah makanan bahan pembelajaran, kalau Kaper tidak cukup
sehari-harinya. "menyinggung" harga diri kita, kalau Kaper hanya
berhenti menjadi Kaper, siapa sesungguhnya
Kaper juga hampir tidak pernah merasa yang waras dan yang tidak waras? Jangan-jangan
butuh diapresiasi, dicatat, bahkan sekadar kita hanya GR? Duh, maafkan kami, Mas Kaper!
diingat jasa-jasanya. Dia hanya menjalani hari
apa adanya. Membantu keperluan warga desa, Sinangoh Prendeng, Juni 2019/Syawal 1440H.
bantu-bantu ketika diminta, dan mancing ikan
ketika jenuh. Hidupnya bersahaja meskipun
perannya yang "kecil" acapkali dilupakan oleh
orang sekitar.

Sobrun Jamil, pemuda kelahiran Pekalongan, 14 Desember 1997. Anggota aktif Omah Puisi. Saat ini
tinggal di Pamulang. Bisa dihubungi melalui akun Instagram @sobrunjamil_ .
Carangan
(Cerita Pendek)
Lintang
25 Maret 2016 10:05 sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, empat
belas, ah, Ia hilang konsentrasi. Ia mulai
Lintang matanya masih membentang. menghitung lagi, kali ini, Lintang mencoba untuk
Dilihatnya segala sesuatu sekitar yang masih menambah konsentrasi. Satu, dua, tiga, empat,
berhiruk dengan keadaan. Ada yang sedang lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh,
bersenda gurau dengan tertawa hahahaha, ada sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas, lima
yang duduk santai sambil pegang rokok, ada belas, enam belas, tujuh belas, delapan belas...
yang berjalan saja tanpa henti, dan masih
banyak lagi. Lintang masih berdiri tertegun 'Eh, Lintang. Ngapain lu liat langit?
dengan hati yang tak menentu. Separuh jiwanya Tenang, kagak bakal hujan kok. Banyak bintang.
rapuh, separuhnya lagi entah apa rasanya. Yang terang!'
pasti, ada cinta yang tak bisa terungkap oleh
kata-kata di dalam hatinya. Ada rasa luar biasa Seorang perempuan manis dengan
yang tak terkalah oleh apa pun juga. Ada rambut kuncir kuda membuyarkan
tanggung jawab yang harus diemban dalam konsentrasinya. Lintang tak menjawab. Ia hanya
kehidupannya. tersenyum tanpa memperlihatkan giginya.
Perempuan itu lantas berlalu dan segera
Lintang masih berdiri tak bergeming. menghilang dari padangan.
Sudah terlalu lama ia berdiri namun tak
melakukan apa-apa. Tidak berseda gurau, tidak Terbesit sebuah kalimat dari temannya
memainkan rokok, tidak berbicara dengan yang tiba-tiba masuk tanpa permisi ke dalam
orang sekitar, bahkan Ia tidak duduk manis benaknya. Banyak bintang, terang. Entah, tiba-
walau di belakangnya terdapat kursi kayu tiba Ia tertegun dan tak melanjutkan aktivitasnya
panjang yang kosong melompong. Ia hanya menghitung bintang. Ia mulai menyerah pada
mampu berdiri. Cintalah yang membuatnya rasa kesemutan di kakinya. Ia mulai mundur dan
begini. Cinta yang membuat Ia berdiri dengan duduk di bangku panjang kosong yang sedari tadi
kokoh selama berjam-jam tanpa duduk walau melompong.
kaki sudah mulai kesemutan. Cintalah yang
membuat segala sesuatunya berubah di dalam 26 Maret 2016 11:56
dirinya. Tanpa tangis, tanpa gelisah, tanpa
resah, tanpa sakit hati, dan tanpa menyakiti. Lintang kembali melihat bintang. Kali ini Ia
Cintalah guru agungnya. Cinta yang hampir saja tak lagi menghitung. Ia hanya ingin melihat
tidak Ia percaya lagi selesai lulus SMA. bintang. Melihat tebar, binar, dan kerlipnya. Tiba-
tiba Ia meneteskan air mata. Ada duka atas nama
Lintang melihat bintang. Mereka sedang cinta yang Ia susun rapi dalam hatinya namun
berpendar dengan riang. Ada ratusan, jutaan, harus berantakkan hanya karena melihat bintang.
atau mungkin milyaran yang tersebar bebas di Ia kali ini tak mengusap air matanya meski Ia
atas langit kelam. Ia mulai mencoba yakin bahwa di dalam tasnya ada tisu yang selalu
menghitung bintang-bintang. Satu, dua, tiga, siap sedia. Ia tak menghiraukan balutan
empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, bedaknya yang tadi sempat Ia rapikan. Ia tak

19
mempedulikan lipstik yang tadi Ia torehkan di ‘Hari ini kita ke mana?’
bibirnya. Ada perasaan lega ketika Ia tidak
melakukan apa-apa. Ada perasaan cinta yang 'Ke losmen biasa...'
luar biasa ketika Ia tidak melakukan apa-apa. Ia
hanya ingin menangis. Menangis secara tiba- 'Hari ini aku minta lebih boleh nggak
tiba. Menangis karena pasti ada hati yang sebagai bonusnya?'
terluka. Menangis karena pasti ada cinta yang
akan hilang tak bersisa. Menangis karena Ia 'Apa, Sayang?'
tahu bahwa akan ada manusia yang akan sangat
menderita jika Ia harus mengungkapkan 'Aku sedang ingin cangkir berwarna..'
kenyataan atas dirinya.
'Cangkir? Untuk apa?'
Lintang tetap melihat bintang. Kali ini
kedua telapak tangannya menutup bibir 'Untuk menyeduh teh. Motifnya, kita cari
merahnya. Ia tak ingin teman-teman melihatnya yang bunga dahlia warna merah muda.'
dengan air mata. Ia tak ingin semua orang tahu
bahwa Ia adalah perempuan biasa, bukan 'Hm...'
perempuan luar biasa yang mereka kira. Ia
tetap melihat ke atas dengan harapan air 'Aku cuma minta sekali ini saja.'
matanya hanya menggenang di pelupuk saja,
bukan tambah menetes deras di pipinya atau 'Iya deh, besok kita beli di toko gelas
bahkan jatuh membasahi bajunya. kaca.'

27 Maret 2016 00:15 'Terima kasih.'

Tin.. Tin.. Tin.. Lintang menuju ke arah pintu mobil lantas


membukanya. Sebelum masuk, Ia kembali
Suara klakson mobil yang Ia kenal melihat bintang. Ada benderang di sana. Ada
membuyarkan lamunananya, menghentikan kerlip cinta yang tak ternilai harganya. Ada indah
tangisnya. Ia segera mengambil tisu di dalam yang tak terjabarkan oleh kata-kata. Ia tak
tasnya. Ia tak lagi melihat bintang. Ia mengusap mampu menghitungnya lagi. Sama ketika Ia
pelupuk mata dan pipinya yang sialnya masih sudah tak mampu menghitung berapa banyak
saja tertetes air mata. Ia mengusap dengan laki-laki yang harus tidur bersamanya setiap hari.
segera dan mulai berjalan seperti biasa seperti Tapi Ia tahu, Ia akan tetap bersinar seperti
tidak ada apa-apa. bintang. Ia akan tetap terang. Ia akan tetap
menjadi cahaya untuk keluarganya, untuk
'Lama banget?’ perempuan paruh baya yang saat ini sedang
membutuhkan biaya karena sedang sakit kanker
'Iya, nunggu istri tidur dulu. Kamu di darah stadium dua.
telepon dari tadi nggak di angkat. Nggak bawa
handphone?' Kali ini Ia meminta berbeda. Meminta
sebuah cangkir manis dengan motif bunga dahlia
'Bawa kok. Mungkin ke-silent. Jadinya warna merah muda. Tanpa ada ganggu gugat.
nggak kedengeran.’ Tanpa ada negoisasi. Kali ini Ia meradang ingin
memiliki. Motif itu akan diberikannya kepada
'Ya sudah, ayo masuk.' ibunya, sebagai kado ulang tahunnya.

20
Mak, Lintang akan tetap menjadi Sugiati artine ben atimu tetep sugih, ora
bintang. Akan tetap menjadi terang. Akan tetap sombong, lan ora keminter. Ikhas lan atine
menjadi cahaya yang Emak pernah bilang. Saat jembar.'2
ini, Lintang harus temani Mas Haris. Sama ‘
ketika Lintang kemarin temani Pak Tarni, Mas Owalah. Apik yo, Mak, jenengku. Soale
Talim, Mas Surya, dan banyak laki-laki yang aku ditakoni kanca-kancaku, Mak. Aku bingung
3
Emak tidak tahu. Doakan Lintang ya, Mak. njawabe.’
Nanti kalau dapat uang, Lintang akan tebus
obat Emak. Kalo ada sisa, Lintang pasti akan Perempuan paruh baya itu melepaskan
beli apel merah kesukaan Emak. Percayalah, uleg-uleg4 dari genggamannya. Dibersihkan
Mak, Lintang masih akan tetap melihat bintang. tangannya yang penuh dengan peluh dan bumbu
Akan tetap terang atas nama cinta kepadamu, ke daster batik yang sedang dipakai. Diusapnya
Mak. Lintang akan membawakanmu cangkir kepala gadis kecil itu dengan cinta yang luar
motif dahlia, agar kau selalu memesona. biasa. Cinta yang tak terkalahkan oleh apa pun
Apapun keadaannya.. juga. Cinta yang tak akan pernah tiada, hingga
selamanya.
Lintang sayang Emak..
'Kowe ijen, Ndhuk. Kowe urip karo makmu
27 Maret 1990 06:20 thok. Ojo nakal yo, Ndhuk. Bapakmu emboh
minggat nyandi, makmu ora ngerti. Ojo nang
'Mak, nyapo tho jenengku kok Lintang?' 1 endhi-endhi yo, Nduk. Sakne makmu yo,'5

Perempuan paruh baya itu masih Perempuan separuh baya itu meneteskan
melanjutkan aktivitasnya. Sebuah cobek besar air mata. Ada genangan harapan di dalamnya.
dengan deretan rempah-rempah Ia gerus Ada genangan cinta yang tak ternilai harganya.
hingga halus. Ia gerus dengan tulus meski air Ada kasih yang tak terhitung jumlahnya.
keringatnya mengucur terus. Ditemaninya Perempuan kecil itu melihatnya. Memandangnya
seorang gadis kecil dengan rambut kepang di tanpa meneteskan air mata. Ia tahu, Ia tak suka
belakang. Berbaju bunga dahlia warna merah bila ibunya melihat Ia menangis. Perempuan
marun dengan memegang pisau yang harus kuat. Perempuan harus tegar. Perempuan
dipakainya untuk mengupas bawang merah. tidak pernah kenal kompromi, apalagi hanya
sekadar ditinggal laki-laki.
'Lintang kuwi artine bintang, Ndhuk.
Lintang Sugiati. Bintang seng atine sugih. Deras hujan dan air mata, SUB, 260216
Maksute, ben kowe mbesok dadi bintang.
Terang, bersinar, iso dadi coyone makmu iki..

1
Mak, Kenapa namaku Lintang?
2
Lintang itu artinya bintang, Nak. Lintang Sugiati. Bintang yang hatinya kaya. Maksudnya, agar dirimu kelak menjadi
bintang. Terang, bersinar, bisa menjadi cahayanya Emak kamu ini. Sugiati artinya agar hatimu tetap kaya, tidak sombong,
dan tidak sok pintar. Ikhlas dan berlapang dada
3
Oalah, bagus ya, Mak, namaku. Soalnya aku ditanyai teman-temanku, Mak. Aku bingung jawabnya
4
Ulek/ alat dari kayu atau batu untuk melumat cabai, rempah-rempah, dan sebagainya pada cobek
5
Kamu sendiri, Nak. Kamu hanya hidup bersama Emakmu saja. Jangan nakal ya, Nak. Bapakmu entah pergi kemana, aku
tidak tahu. Jangan kemana-mana ya, Nak. Kasihan Makmu, ya

Awan Kurniawan, lahir di Ponorogo, 1992. Sedang berada di Bandung karena mutasi kerja. Tiga buku
sudah diterbitkannya dan akan menyusul satu buku lagi tahun ini, janjinya. Instagram: @id.metanoia
Pesta
Pernikahan
Duduk di sekitar baris kedua dari sedikit. Bukan standar, karena ada fotografer,
belakang, mata Landung berkedip dengan prosesi film making ala pernikahan modern dan
irama kelip cahaya kunang-kunang. Sekarang gaya bicara MC-nya yang melambai khas seleb-
pukul 8 pagi. Sementara pukul 3 tadi baru seleb televisi nasional. Bukan juga sepenuhnya
berhasil ia pejamkan mata. Seharusnya ia hadir modern kota yang mewah karena keseluruhan
bersama Kusen, kawan karibnya, pagi ini, di dekorasi dan alur acaranya masih bergaya
acara pernikahan salah satu teman masa 'desa'.
sekolahnya. Tetapi Kusen menolak hadir
dengan alasan yang kolot. Maklum, Kusen Ada satu kelompok orkes dangdut,
seorang sarjana psikologi, yang menganggap bapak-bapak paruh baya yang menjaga mesin
semua teori yang berasal dari dalam kepalanya gen-set, sekitar sepuluhan ibu-ibu juru masak
berlaku di atas tikar kebudayaan dunia. Masa yang mondar-mandir dari dapur ke meja
bodo, pikir Landung, toh tak ada sulitnya hidangan untuk mengisi ulang beberapa
datang ke acara pernikahan seorang diri. Apa hidangan yang mulai habis. Ada anak-anak grup
fungsi teman? Apa fungsi gandengan? Tak jelas ekstrakurikuler tari dari SD setempat yang
juga. Manusia lahir sendiri, mati sendiri, diikut-sertakan untuk mengisi acara, ada
menghadap Tuhan pun sendiri. Kesendirian pengusaha rias pengantin, tenda, dan sound-
adalah keniscayaan, pikir Landung system yang hatinya bungah karena jasanya
menyederhanakan keadaan. digunakan, ada perut-perut yang merasa
terselamatkan karena acara ini. "Hal-hal seperti
Landung benar-benar membuktikan inilah yang luput dari pandangan seorang Kusen,
bahwa sugestinya itu berjalan baik. Dia sarjana yang terhormat!", gerutu Landung
melenggang dengan santai menyalami kedua dalam hati mengingat isi obrolannya bersama
mempelai, berkenalan dengan pengantin pria, Kusen malam tadi.
dan membisikkan satu dua kalimat kepada
pengantin wanita yang sekaligus juga sahabat Perdebatan itu dimulai ketika dengan
baiknya. Turun dari panggung, menyisir meja- maksud baik dan tutur yang sopan Landung
meja jajanan, menyomot beberapa jenis mengajak Kusen menghadiri acara pernikahan
makanan ke atas piring kecil, menuang segelas seorang sahabat kelas mereka jaman sekolah
es blewah, kembali duduk di bangkunya, dulu. Kusen, yang terhitung sebagai
menikmati hidangan sambil mengamati lalu pengangguran lapuk di desa, ditemui Landung di
lalang puluhan tamu. Ya, memang hanya teras rumahnya. Tak sulit menemui Kusen
puluhan yang datang, mungkin hampir karena aktivitas malamnya tidak mungkin
menembus angka seratus, entah juga. Acaranya berubah: nangkring di dipan, memandangi
tidak mewah, tetapi juga tidak ecek-ecek. bunga Bougenville peliharaannya yang makin
Katakan saja levelnya tengahan agak naik hari makin layu--persis nasibnya, dan sesekali

22
kau temui Kusen menghisap rokok, apabila kau kebudayaan, yang berangkat dari luapan rasa
mengalaminya itu tandanya kau pernah jadi syukur, kata sebagian orang.”
saksi hidup dari nasib terbaik seorang Kusen,
sarjana psikologi yang gagal menjadi psikolog “Hipokrit! Katakan saja dengan jujur,
atas dirinya sendiri. maksudmu ekspresi egosentrisme dan bahasa
keangkuhan yang berangkat dari kecintaan
"Tidak, terima kasih, kau datang saja setinggi langit terhadap dunia 'kan? Akui saja,
seorang diri," respon Kusen ketus menanggapi orang merasa malu kalau pesta perkawinannya
ajakan kawan karibnya. tidak megah, dan orang merasa jumawa kalau
pesta perkawinannya tidak sederhana.”
"Seorang sarjana pasti punya alasan
logis dari setiap pilihan sikapnya.” "Manusia cenderung selalu
mengupayakan yang terbaik bagi dirinya.”
"Aku terlanjur berjanji kepada joran
kesayanganku untuk berkencan sepanjang "Pura-pura. Manusia cenderung selalu
hari.” mengupayakan kepura-puraan. Menipu
anggapannya sendiri dengan harapan sanggup
"Lima tahun kuliah psikologi pasti menipu anggapan orang lain. Sangkin seringnya
membuatmu mengerti bagaimana caranya menipu, lama-lama tipuan dimaklumi sebagai
menciptakan komedi yang baik.” kebenaran. Lega lah hati kita.”

"Tentu. Karena komedo adalah "Terserah saja dengan anggapanmu, Sen.


wilayahnya anak biologi.” Tetapi apa rumitnya datang untuk sekadar
menghormati dan membahagiakan hati si
"Kita terlalu lama berputar-putar. Kalau pengundang?”
mual, bisa kumuntahkan makian ke arah
wajahmu, Sen.” "Datang sama artinya dengan
menyetujui dan membolehkan kepura-puraan.
"Komedi putar!” Sementara aku tak pernah bisa berkompromi
dengan kebohongan. Hati yang berbohong
Landung membisu. Dia tak lagi adalah batu besar yang menindih sekaligus
menjawab igauan Kusen. Seketika Kusen pun menyiksa jiwamu.”
berubah air wajahnya. Urat-urat tawanya mulai
mengendur. Jantungnya mengambil jeda, "Jadi, bagaimana sesungguhnya
napasnya kembali ditata. maumu?”

"Pesta pernikahan itu..." Kusen mulai "Pesta pernikahan seharusnya menjadi


ambil suara, "hanya sekadar seremoni artifisial, momentum bagi siapapun yang terlibat dan
festival hura-hura, parade basa-basi, tanpa hadir di dalamnya untuk belajar kembali
pendalaman dan penghayatan ke arah sesuatu menemukan hakikat pernikahan-pernikahan
yang lebih substansial.” dalam kehidupan, yang tidak terbatas hanya
pada perjodohan pria dan wanita. Bahwa Tuhan
"Ekspresi kebahagiaan, bahasa pun menikah dengan hamba-Nya, alam menikah

23
dengan manusia, pemimpin menikah mulai berkunang-kunang, kiri kanan depan
dengan rakyatnya, kebaikan menikah dengan belakang menjadi kabur. Matanya tak beres,
keberkahan, kejahatan menikah dengan warna-warna mulai memucat. Segala sesuatu
kepedihan. Boleh saja kita rayakan pesta yang ia tangkap menjadi seperti kumpulan
pernikahan dengan hiburan dan sedikit unsur kapas yang berkumpar-kumpar. Segalanya.
foya-foya, tetapi agenda utama tetaplah Tenda-tenda, panggung, meja, kursi, orang-
menyusun kembali ilmu tentang pasal-pasal orang, rumah-rumah, daun dan pohonan,
yang baik, benar, dan indah agar bisa tercapai tanah, batu-batu, langit, matahari, berputar-
sistem relasi yang sehat. Pernikahan antar dua putar, semakin kencang, membentuk kumparan
manusia hanyalah pintu masuk menuju yang bersamaan dengan itu mempercepat aliran
lapangan pemahaman yang lebih luas dari darah dan detak jantung Kusen. Semakin
konsep pernikahan. Kalau pemahaman kita berkumpar, semakin padat, semakin bersatu,
mengenai pernikahan, perkawinan, atau semakin kecil segala sesuatu, dan memusat
perjodohan tak kunjung memuai, tak usah pada satu titik ketika warna cuaca berubah jadi
kaget apabila yang sanggup kita produksi di hitam pekat. Memusat dan terus memusat di
level kehidupan yang bermacam-macam hingga satu lubang kecil. Kusen mulai melayang, detak
hari ini hanyalah perpecahan dan jantungnya semakin berderap, kemudian
pertengkaran.” terserap, tulang belulang dan dagingnya remuk
menjadi debu. Debu yang semakin kecil dan
Tiba-tiba Landung terperanjat dari mengecil hingga sangat amat kecil dan benar-
lamunannya. Entah karena kalimat-kalimat benar ikut hilang bersama kumparan benda-
Kusen, atau karena hentakan speaker yang benda lainnya di satu titik kegelapan!
berasal dari arah panggung ketika grup orkes
mulai memainkan nomer 'Pengantin Baru'. Sinangoh Prendeng, 12 Juni 2019.
Buru-buru ia benahi posisi duduknya yang
merosot. Ia teguk lagi es blewah dari gelas.
Kemudian posisi duduknya merosot lagi. Ia
benahi lagi. Merosot lagi. Pandangan Kusen

Sobrun Jamil, pemuda kelahiran Pekalongan, 14 Desember 1997. Anggota aktif Omah Puisi. Saat ini
tinggal di Pamulang. Bisa dihubungi melalui akun Instagram @sobrunjamil_ .
Capres
Sastra
(Catatan Apresiasi Sastra)
Dari Kosan Menilik Tanah Air Allah; Tafakkur Semesta Maiyah

Tema “Tanah Air Allah” ini adalah apa Tari 'sanjang' adalah simbol manusia
yang diuraikan di Kenduri Cinta, tentu lain masa kini; manusia kepada dirinya, manusia
dengan yang dituliskan. Sebuah bekal utama kepada alamnya, manusia kepada Tuhannya.
mensyukuri nikmat batin senantiasa lahir dari Kita menari 'sanjang' dengan cara yang
Allah untuk kita semua—terutama bagi mereka berbeda. Tanpa kita sadari bahwa ternyata
yang telah lebih dulu dan lebih lama gambaran Tanah Air Allah juga merupakan
membersamai (maiyah) Kenduri Cinta pada tarian yang sedang kita cucuki, bukan suatu
kurun sembilan belas tahun yang lalu. Sugeng titipan yang mesti dikelola, dikendalikan, dan
ambal warsa (selamat ulang tahun) Kenduri dijaga untuk anak-cucu kelak. Adapun makna
Cinta, sinau bareng tak pernah selesai dan tak tarian tersebut sangatlah luas, bahkan
mungkin benar-benar berakhir, kecuali ya kompleksitas yang mengandung ambiguitas.
kecuali. Begitupun Tanah Air Allah ini, maknanya
tergantung pada angin, mungkin bisa kita
Tanah Air Allah, bagi saya, ungkapan rasakan dengan penelusuran objektifikasi alam,
puitik yang tercermin dalam puisi cinta sejati. kepekaan ekspresif tipologi manusia,
Mungkin juga biasa menurut orang-orang, pemberdayaan estetik harmoni dan serasi, atau
itupun tak jadi soal. Seandainya kita bersedia bisa juga menapak tilas historis tanah air itu
membaca buku raksasa (dengan kata lain alam sendiri. Namun jika Anda tidak tersentuh, maka
semesta) sesungguhnya semua bermuatan terimalah ombang-ambing ambivalensi.
testamen suci, sebuah peradaban luhur di
masa yang akan datang. Sebagaimana sebaris Bukankah sungguh lirih tiga patah kata
puisi Tanah Air Allah ini merupakan tanda yang tersebut, selain sebagai kidung untuk Allah, ia
menjadi penanda keruntuhan—yang juga berarti matur sembah nuwun kepada para
dibangkitkan—oleh petanda Sang Maha leluhur Nusantara. Terutama kepada Sanjaya,
Pencipta. leluhur dari kebudayaan tanah. Juga kepada
Purnawarman, leluhur dari kebudayaan air.
Seolah kita semua sedang menari Kedua wangsanya telah mampu menyatukan
'sanjang', sebuah tarian magis sejak zaman tanah dan air; tanah air. Seperti termaktub
kuno. Sesuatu yang muskil untuk dipercaya di dalam artefak atau prasasti batu, sebuah
hadapan masyarakat modern. Sebab, tarian peninggalan kerajaan tertua di Nusantara dan
tersebut, dilakukan bersama ketidaksadaran catatan sejarah.
pemain menari di atas payung yang ditopang
oleh orang lain. Juga ada dua alat musik Kosan Manajemen Cakrawala
pengiring yaitu suling panjang dan sebuah
gong. Semacam adegan ritualisasi, sebelum Hampir setiap hari, meskipun berumah
para penari gerak badan sambil menusuk- tinggal di kontrakan, entah mengapa menjadi
nusuk tubuhnya dengan sebilah keris. Mungkin suatu kegembiraan bagi saya ketika keliling dan
sekarang kita dapat menyebutnya seperti memasuki beberapa pintu kos-kosan. Seperti
debus, sebuah kesenian bela diri dari Banten. sedang rekreatif bersama kreatif yang
Atau sederhananya orang kebal. Meskipun dua tersimpul atau sekadar omong-omong yang
hal itu sangatlah berbeda, sebab satunya tari, tercurah di kamar sepetak rerata berukuran
sedang lainnya bela diri. 3x4 meter, bahkan mungkin lebih sedikit. Tentu

26
saja, kos-kosan yang disambangi, tak lain, Sering kita dengar apriori tentang kos-
hunian teman-teman saya sendiri. Sering saya kosan siapa saja, bagaimanakah perbandingan
menyebutnya rumah kardus berhias empat antara nilainya buruk dan baik, serta posisi
dinding. Pembedanya ada pada kos-kosan hukum antara positif dan negatif? Apa mungkin
memiliki pintu, sedang rumah kardus tersedia disebabkan keliru atau tertata manajemennya?
lubang. Alangkah memprihatikan ketika mengetahui
upaya mereka mendiskreditkan dan merayakan
Bagi sebagian orang (pernah) menjadi stigma tersebut jika pada kenyataannya adalah
mahasiswa, atau seorang pekerja di tanah upaya melegitimasi untuk melakukan tindakan
perantauan, maka kos-kosan adalah hunian vandalisme alam dan perusakan terhadap dunia
sederhana yang bergelora suka-cita. Ruang dengan pembiaran resmi secara keabsahan
serba bisa tergantung waktu fungsi dan global.
kegunaannya. Itulah mengapa, saya rasa, kos-
kosan merupakan tempat pelatihan mandiri dan Kalau kita menjumpai kos-kosan,
bertanggung-jawab pada setiap prinsip yang cobalah sesekali amati, sekalian uraikan apa saja
dibangun dengan disiplin sekolah biasa saja. dampak dari rasionalisasi global? Bagaimanakah
dampak dari rencana pembangunan yang
Dengan ini saya ingin menggali berkemajuan modern sesuai agenda global?
(mengingat-mengulang kembali), setelah apa Maka pada pokok pembicaraan ini kita mesti
yang sudah diterapkan dan dilakukan setiap hari belajar melalui kos-kosan yang didaktis
ketika berada di kos-kosan. Meliputi seluruh terhadap manajemen cakrawala berpikir kita.
kandungan muatan, adegan yang melingkari Dengan metode deduksi, kita bangun susun
kos-kosan sebagai peristiwa teater hidup. Setiap dampaknya “apa” dan “bagaimana” saja akibat
hari lakon yang kita interpretasi-peran ke gejala tersebut berdasar pengetahuan-
beragam banyak hal. Tapi saya, sebagai pemalas, pengalaman yang mengantar kita kepada sebab.
seolah tak pernah bosan melamunkan diri di Inti. Utama. Pusat. Sentrumnya adalah manusia,
dalamnya. Selalu menjadi orang yang terakhir tak lain berarti para penghuni kos-kosan.
dari tindakan. Sungguh, kosan adalah tradisi
kritik yang sangat diperlukan bagi saya terhadap Kehidupan dunia hari ini sangat
diri sendiri, sebab itu alamiah otentik dan menuntut manusia kenes ke luar diri, tapi masa
penghayatan yang orisinalitas. bodoh ke dalam diri. Sedangkan alam yang
indah begitu mempesona manusia di luar diri
Kosan bertolak dari khazanah untuk diwartakan dengan membangga-bagikan
pengetahuan pengalaman yang terangkum added value ketika berada di sana, tapi gairah
dalam ilmu kebijaksanaan, hal itu merupakan perasaan keindahan di dalam diri malah tidak
silabus pendidikan arsenal kehidupan, dasar disambung-hubungkan ke alam melalui
pelajaran dari rasa saling kebersamaan, serta kemesraan budaya melainkan justru hanya
pengajaran kesadaran pada tahu diri—yang menjadi sebatas nilai jual. Akibatnya,
masing-masing dari kita punya potensi otoriter keteraturan global yang melakukan pembiaran
sehingga mungkin berlaku sifat superior. Tapi semesta telah mengubah pola kehidupan para
alangkah naif bahkan daifnya saya jika mesti penghuni kos-kosan menjadi apa yang dicitrakan
mengurai kehidupan dunia hari ini serta selama ini.
sengkarutnya alam dengan tiga pokok hal di
atas.

27
Semisal dampak ekonomi, disebabkan Mengubah haluan distorsi ketidaksadaran yang
oleh tumpulnya rasa kepekaan manusia, maka bersifat destruktif, serta degresi rasionalisasi
akibatnya kreatifitas mengalami kemandekan pembiaran yang bersifat semu, sebab
total. Sehingga perencanaan manajemen keduanya merupakan dua agenda retorika
ekonomi kos-kosan hanya bisa tergantung pada global yang sedang merancang rencana
awal tanggal di setiap bulannya. Tentu, banyak pembangunan kontinyu tanpa peduli pada
juga faktor kemungkinan lainnya, serta variabel hubungan keharmonisan dan keserasian
tak terduga. Tapi bisakah Anda bayangkan antara manusia dengan alamnya, manusia
bahwa dari segi dampak ekonomi ini ternyata dengan dirinya, manusia dengan Tuhannya.
malah bisa merambah ke banyak pintu-pintu Meskipun sangat muskil, bahkan tidak
dampak lainnya, semisal dampak hubungan mungkin, tanpa campur tangan pemilik saham
sosial, dampak lingkungan, dampak ekologis, atas seluruh alam. Tapi paling tidak, kita
dampak politik, dan dipungkasi dengan dampak mencoba belajar kepada suhu keseimbangan.
budaya.
Udara Keniscayaan Allah
Demikian juga kalau kita bicara keadaan
dunia hari ini serta kondisi alamnya, manakah Sudah saya singgahi kos-kosan
yang paling signifikan dari semua dampak yang bermuatan sumpek, pengap, senyap, hampa,
mempunyai potensi besar kemungkinannya boyak, dan segala suka duka lainnya. Sampai
berdampak-dampak lainnya? Berapa suatu pernah berbulan-bulan lamanya para
prosentase bagi masing-masing dampak penghuni sering merana lantaran tanpa kipas
tersebut secara struktural pasar kuantitatif? angin. Ditambah lagi sering kedatangan para
Barangkali jawaban dan hasilnya amatlah penginap semalam, sehingga memungkinkan
bertumpuk-tumpuk permasalahannya. Tapi terjadinya penyempitan tak terduga. Sebuah
apakah kita punya? (ruang serba) kamar yang begitu kecil seakan
terhimpit dan mendesak. Pada saat seperti ini
Kos-kosan dan alam adalah dua hal terkembanglah humor cerdik ala kosan
berbeda yang bisa sama-sama berdampak berbunyi: ya sudah-sudah, waktu sudah larut
ekologi. Barangkali melalui kosan jugalah kita malam, memang malam sungguh terlalu, tapi
dapat mengetahui apa yang sebetulnya terjadi ketahuilah ayam sanggup tidur berdiri, masak
pada alam. Persoalan substansinya jelas, dari kalian duduk ndak bisa sambil tidur. Oh ya,
kos-kosan sering porak poranda, pada alam rokoknya masih available (tersedia), mending
terjadi perusakan. Sementara begini kasusnya, kita ngopi, ya nyanyi-nyanyi sampai kita seolah
kondisi dalam kos-kosan yang serba berantakan tidur sendiri. Namun, pada akhirnya, kita juga
memungkin terciptanya suatu keadaan menyerah, rela tertidur bagaimana saja.
terbengkalainya segala benda-benda perabotan Demikianlah upaya kebersamaan kosan yang
juga sampah yang bertumpuk-tumpuk itu menyindir diri kita agar supaya luwes ketika
merekayasa situasi kumuh yang nyaman dan menyikapi sesuatu dengan menikmati keadaan
kotor yang damai. Artinya, tidak mengherankan yang teramat sering kita alami.
jika cuaca kos-kosan seolah bentuk penegasan
terhadap macam jenis vandalisme dan Kosan, dengan atau tanpa kipas, pasti
perusakan pada alam oleh manusia. membutuhkan udara. Sirkulasi udara yang
lancar dapat menimbulkan kesegaran yang
Inilah tantangan semesta maiyah. menentramkan, tapi jika peredaran udara tak

28
bisa sampai masuk ke dalam sebab kiri-kanan- diperlukan manusia, kalau kita sadar tak mau
depan-belakang berdinding maka segala siap merugi. Bukankah suatu kebodohan ketika kita
meneror ke diri kita. Tentu masih ada harapan melakukan sesuatu yang belum jelas
meskipun hanya pada sebuah pintu dan keuntungannya tapi sudah sangat amat rugi
jendela selalu terbuka, itupun juga sering kita rasakan.
tersendat. Lantas, mengapa harus udara?
Di semesta maiyah, udara mengajarkan
Karena melalui udara hidup memberi kepada kita menyentuh sisi-sisi terdalam diri
kabar ke luar diri kita, sedang berita kehidupan sendiri dengan segenap perasaan. Udara dan
akan keabadian itulah kabar utama dari Allah perasaan menjadi kesatuan yang bergolak terus
ke dalam diri kita melalui kemerdekaan menyatu dalam diri sendiri untuk
jantung. Keduanya sangat perlu diteguhkan menyambangi yang lelah, menghibur yang
dengan keyakinan syukur dan perjuangan sakit, serta melegakan yang tegang dengan
perasaan atas kemurahan karunia Allah. pengorbanan. Atas pengabdian perasaan
Sebagaimana mekanisme udara, hirup dan manusia kepada udara maka jantung memberi
hembuskan, maka yang sampai pada kita olah kabar kepada kita di telapak tangan yang
dan edarkan. Sehingga di dalam diri manusia, langsung berasal dari Allah dengan kemesraan.
udara yang kita hirup bergerak senantiasa
melenturkan apa yang ketat. Tapi di luar diri Brand, Branding, Branded
manusia, udara memposisikan freeze
sepanjang berlangsungnya teater semesta, Kosan yang tak sedap dipandang mata
karena begitulah maunya Sang Maha ini malah justru membelalakkan mata kita
Sutradara. ketika memandang ke dalam seisinya.
Beberapa nama brands terpampang dengan
Itulah mengapa angin masih bisa beragam mode jenis produknya. Namun, apa
manusia usahakan melalui ragam cara, karena yang membuat mereka membeli sesuatu itu
angin adalah gerakan udara. Kita bisa merobek karena brand atau produk?
kardus untuk kemudian kita kipas-kipaskan
sendiri, tetapi tanpa udara, angin itu hampa. Pengalaman tersebut mengantarkan
Seperti isolasi di ruangan tertutup. Melalui saya lebih jauh menapaki semesta maiyah,
kehampaan kita latihan menyatu dengan udara seperti yang telah Cak Nun tuliskan dalam
yang tenang dan tahan. Sebab, pondasi yang “Jam'iyah Pengusaha Sorga”, bahwa Allah
menopang akal pikiran berasal dari udara itu menciptakan manusia dan menawarkan kongsi
sendiri. Begitupun dengan perangkat kejiwaan bisnis kepadanya. Ketika membaca ayat-ayat
atau psikologi manusia—yang bahan utamanya yang direkomendasikan, sontak saya langsung
adalah udara. menjurus ke hal belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian rezeki yang telah diberikan-Nya
Seandainya seluruh aktifitas manusia kepada kita. Dalam hal ini, perkara jual-beli
terhadap atau di alam raya menganggap bahwa yang dimaksud dalam Al-Qur'an berarti pula
sedemikian pentingnya udara, mungkinkah mendatangkan syafa'at—sebelum datang hari
manusia tega melalukan tindakan bodoh yang pada hari itu tidak ada lagi keduanya.
terhadap makhluk lain—yang juga Bahkan, Allah melalui Qur'an bertanya kepada
membutuhkan udara—sebagai filter udara kita, apakah kamu menyukai perniagaan yang
nirmala dan nirwana yang ternyata sangat dapat menyelamatkanmu kelak?

29
Sebagai penghuni kosan alam sekalian Maiyah merupakan bisnis segitiga cinta
semesta maiyah, bagaimana mesti kita bayar antara Allah Swt bersama kekasihnya
bulanan kepada Pemilik jagat raya sedang Muhammad Saw dan manusia. Tidak ada
Engkau telah mengingatkan kita dengan cara produk maiyah yang dijual, melainkan dibagi-
memberi makan untuk meredakan lapar dan bagikan. Sebab, kita mungkin akan kecele jika
mengamankan kita dari ketakutan. Maka berpikir sebagai pebisnis dunia yang
terimalah berita gembira yang disampaikan berpedoman pada keyakinan 'jual merek
bahwa brand maiyah adalah Ajibah, keajaiban (branded) Anda. Dan jangan menjual produk
dari Allah. Branding maiyah adalah sinau Anda'. Tentu saja, semesta maiyah tidak
bareng sebagai salah satu metode terjalinnya menolak hal demikian, melainkan ditata ulang
nilai paseduluran dan kebersamaan. Branded nilainya ke arah kemaslahatan dan
maiyah berarti melatih cara berpikir ke kebermanfaatan seluas-luasnya. Seperti
beragam aspek disiplin dipelbagai lini produknya apa saja asalkan Engkau tidak
kehidupan. marah kepadaku, bisa juga produknya
mengabarkan rayuan shalawat kepada Kanjeng
Kalau sudah branded maiyah maka Nabi dengan kualitas dan kuantitas yang
hikmahnya akal yang sehat. Brandingnya selalu senantiasa terus terjaga supaya ia tidak tega
cinta kasih sesama makhluk sekalian alam, menyaksikan derita manusia. Dan kepada
serta memiliki ketepatan berkata dan sesama manusia, produk sederhananya cukup
bertindak. Tapi apa saja kira-kira produk yang menikmati dunia, tapi tidak keliru
ditawarkan maiyah? menempatkan fungsi dunia dan posisi akhirat.

Di tengah kedangkalan dan kesempitan Allah sebagai satu-satunya pemilik


berpikir dunia hari ini, sanggupkan maiyah mutlak saham perusahaan kehidupan, kita
berlaku kompetitif menuntut penggalian nilai manusia sesungguhnya hanya dipinjamkan
lebih (added value) untuk tetap pada sementara, sekaligus juga ditawari untuk
bargaining position. Di hadapan para perakus membeli sorga dengan biaya yang Ia pinjami
dan perusakan alam raya, bagaimanakah cara kepada kita atas perkenan kasih-sayang.
menawarkan produk yang memikat hati Sementara tugas kita di antaranya kerja
dengan pengelolaan dan pengendalian tata merawat dan menjaga rasa syukur, sampai
nilai semesta maiyah. Di hamparan kehidupan kekasihnya Kanjeng Nabi mengeluarkan bukti
semesta maiyah, para pengusaha menerapkan nota pembayaran sertifikasi syafaat dengan
asas saling asah-saling asuh dengan belajar seluruh kenikmatan, kebahagiaan, dan
mempercayai, dan juga berlatih terus-menerus kesejahteraan dunia.
untuk bisa dipercaya.
16-17 Juni 2019

Syahruljud Maulana, anggota Omah Puisi dan aktif membidani buletin Lintang, tinggal di Jakarta.
Penikmat dongengan ini bisa dihubungi melalui WA : 0838-0746-7311
mBelik
(Puisi)
Puisi-Puisi Caesar Giovanni Simatupang :

Siapa butuh puisi?

Siapa butuh jentik jari yang terhitung dalam sebuah birama yang tak pernah diketahui?
Siapa pula peduli pada kasih selasih kupu-kupu yang kemarin terbang dan kini terhimpit sepinya sendiri?
Apa kita mau mengambil setitik air yang berkata-kata pada bulan untuk menari pada malam pertama?
Untuk apa kita menangis kalau bukan untuk sebuah hidup yang mengais kesepian di pinggiran sisa diri?
Siapa peduli pada remah roti yang jatuh dan terbakar oleh tawanya sendiri?
Untuk apa puisi mengadakan diri? Hilanglah saja dalam gelap hutan rimbun lepas mentari
Untuk siapa puisi mengisi diri sepi yang menetes dan mengalir dalam rima yang hilang?
Lantas kita manusia dengan apa kita menepi dan bernapas?

Siapa Yang Tahu

Siapa yang tahu


Di sisi ini, kau menari denganku
Oh, siapa yang tahu
Di sisi lain,
Kau mengigit habis
Mengoyak-ngoyak, menghisap nyawaku
Dalam tari kita memancar-mancar
Menjejak-jejak, melingkar-lingkar merah darah
Yang sama merah dengan senyummu
Yang bergincu darahku

Kau angkat tubuh kosong nan pemalu


Masuk dalam tarianmu
Bergoyang sama lincah denganmu
Tetap menunduk mendongak malu

Terus menari tanpa terengah


Takkan pernah terengah sampai batas apapun
Takkan pernah menikmati kematian yang berikutnya

Caesar Giovanni Simatupang, adalah seorang dari kelas menengah dengan cinta medioker pada
beberapa bidang. Bisa dihubungi via Instagram: @csrgvn12 atau dijumpai melalui Blog:
Puisi-Puisi Ikhwan Fadhil :

Sebelum Puisi

sebelum kau menjadi bait-bait puisiku,


kau lebih dulu adalah sakit-sakit di tubuhku.

2019

Kepada Indonesia

Pemilu 2019
Kepada Indonesia, tak ada lagi perihal yang
mampu aku tulis
saat ini selain tentang air mata, perihal darah
dan kematian,
apapun itu adalah hanya kata-kata yang lahir
dari rahim
kesedihanku.

2019

Ikhwan Fadhil Mauzin, pemuda kelahiran Jambi pada bulan juli, Mahasiswa komunikasi penyiaran islam
di Institut PTIQ Jakarta. Baginya puisi adalah obat yang belum banyak orang tau. Bisa dihubungi melalui
akun instagram @ikhwanfadhilm
Puisi-Puisi Syahruljud Maulana :

Matemistika

Di titik nol. Bagi


bilangan berapapun:
tak terhingga

Di baris sajak. Kata


sejak kali pertama: Madah Pohon
rumus perasaanmu
Pohon di hatiku
Di pangkal satu. Cinta bagai beringin tua
merintis arti pada nilai: tegak kepadamu
ya allahu akbar
variasi suci akarnya melata
la ilaha illallah
Di lingkar kosong. Sunyi di tanah ibunda
pondasi bayangan:
Perkenankan aku
hamparan absolut kembali bertemu
tamu dalam diri
pulang ke tanah adam
Juni, 2019
di taman firdaus
sejak hawa nafsu
ingin makan khuldi
buah dunia pertama

Terimalah ampunan
bersama papa
para kekasih lata
juga orang usiran
di gunung perjanjian
bangun kemah Ibrahim
tempat pengenal sepi
lelehkan api dendam

Tapi sembah sujud ini


sajadah semua suara
yang lisan pun tulisan
boyak di pembaringan
tinggal tenaga cahaya
samar kupandang arafah
sepanjang gelap diri
engkau lirih memapah
pohon di hatiku

Juni, 2019

34
Lebaran

Walau tak cukup


persembahanku padamu, kekasih
selalu hanya sajak
yang siasia ini bersama kesialan
menjaring angin
dalam aliran getar cinta
di sungai namamu

Masih dengan tinta lautmu


nyanyianku padamu, kekasih
berdebur—berembus—bergolak
selalu dalam sajak menderu
bakti hidup kembara
dengan perahu tubuh terkulai
kupacu terus diri ini
di penghujung keabadian menanti

Walau tak cukup juga


dua puluh tiga tahun
engkau menyiangi aku
bersama penerimaan lapar
dan dahaga kesejatian
maka hanya ada sajak
lagi dan sedia menggoreskan
kasihmu di hatiku
bagi ibadah kesayanganku

Juni, 2019

Syahruljud Maulana, anggota Omah Puisi dan aktif membidani buletin Lintang, tinggal di Jakarta.
Penikmat dongengan ini bisa dihubungi melalui WA : 0838-0746-7311

Anda mungkin juga menyukai