Abstrak
Pendahuluan
Salah satu jenis biomassa padat yang banyak digunakan sebagai bahan
bakar alternatif adalah abu sekam padi dan bubuk kompos. Abu sekam padi
adalah hasil samping dari proses penggilingan padi, sedangkan bubuk kompos
adalah hasil dari proses pengomposan limbah organik. Kedua jenis biomassa ini
memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif karena
ketersediaannya yang melimpah dan ramah lingkungan.
ini, akan dilakukan analisis nilai kalor abu sekam padi dan bubuk kompos
menggunakan alat bomb calorimeter.
TEORI
yang tinggi, dan karbon merupakan salah satu komponen utama yang
memengaruhi nilai kalor biomassa. Kandungan nitrogen, sulfur, dan oksigen
dalam biomassa juga dapat memengaruhi nilai kalor. Kandungan nitrogen dan
sulfur yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor karena menghasilkan senyawa
gas yang kurang stabil dan mudah terbakar, sedangkan kandungan oksigen
yang tinggi dapat meningkatkan nilai kalor karena meningkatkan ketersediaan
oksigen untuk membakar bahan bakar.
Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah energi panas maksimum yang
dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi pembakaran sempurna
persatuan massa atau volume bahan bakar tesebut. Analisa nilai kalor suatu
bahan bakar dimaksudkan untuk memperoleh data tentang energi kalor yang
dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya reaksi atau proses
pembakaran (Tjokrowisastro dan Widodo, 1990).
Nilai kalor bahan bakar terdiri dari Nilai Kalor Atas (Highest Heating
Value) dan Nilai Kalor Bawah (Lowest Heating Value). Nilai Kalor Atas (NKA)
adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat
bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada
tekanan tetap, apabila semula air yang mula-mula berwujud cair setelah
pembakaran mengembun kemudian menjadi cair kembali. Nilai Kalor Bawah
(NKB) adalah kalor yang besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor
yang diperlukan air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk
dari pembakara bahan bakar. (Farel, 2006).
digunakan untuk menghitung nilai kalor atau kandungan energi dari sampel.
Penggunaan alat bomb calorimeter memungkinkan pengukuran yang akurat
dan presisi dari nilai kalor biomassa.
Briket adalah bahan bakar yang dipadatkan dan dibentuk dalam cetakan.
Briket dapat berbentuk kubus maupun silinder dengan ukuran yang beragam.
Briket biasanya terbuat dari sampah-sampah atau limbah yang tidak digunakan
lagi. Bahan baku yang paling disarankan adalah sampah organik dari sisa
pertanian yang sudah tidak digunakan lagi. Briket sangat cocok digunakan
untuk industri kecil dan masyarakat umum karena murah dan pembakarannya
cukup bersih (Tjokrowisastro dan Widodo, 1990).
Sekam padi yaitu kulit terluar gabah yang berwarna kuning kecoklatan.
Sekam padi mempunyai lapisan keras yang membungkus kariopis putih gabah
yang terdiri dari dua belahan yaitu lemma dan pelea yang saling bertautan.
Pemanfaatan sekam padi masih sangat terbatas itu bisa dilihat pada
pemanfaatanya selama ini yang masih berkisar sebagai media tanaman hias, alas
pada peti telur, kadang juga dimanfaatkan pada energi alternatif lainnya berupa
kompor sekam.
Bubuk kompos sendiri juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
briket dengan nilai kalor yang cukup tinggi dan rendemen yang memadai.
Penggunaan bubuk kompos sebagai briket dapat membantu mengurangi limbah
organik dan membantu menjaga keberlanjutan lingkungan. (M. Fahmi Rizal,
dkk. 2021).
Dalam analisa nilai kalor abu sekam padi dan bubuk kompos dengan
menggunakan bomb digunakan persamaan:
𝑇(𝑊)−(𝐶𝑉𝑇 + 𝐶𝑉𝑤 )
CVs= ………………...……………………………………..(1)
𝑀
Dimana:
M = Massa sampel (gr)
W = 2681,4 cal/ 0C
CVT = 12,6 cal
CVW = 23,3 cal
T = Kenaikan suhu ΔT (0C)
METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum analisis kalor biomassa abu sekam
padi dan bubuk kompos sebagai bahan bakar alternatif yang lebih baik dengan
alat bomb calorimeter adalah sebagai berikut:
1. Sampel abu sekam padi dan bubuk kompos diambil dan dimasukkan ke
dalam alat pres untuk didapatkan padatan abu sekam padi dan padatan
bubuk kompos
2. Penimbangan padatan kedua biomassa yakni sebesar 1 gr dan jika
melebihi 1 gr maka padatan biomassa dapat dikikir hingga mendapatkan
berat yang sesuai yakni 1 gr untuk masing-masing biomassa
3. Sampel disiapkan untuk dapat dibakar yakni dengan menggunakan tali
dan kawat sebagai rambatan
4. Setelah bahan bakar dan sampel sudah siap, ampul kalorimeter dipasang
pada alat bomb kalorimeter dan diisi dengan oksigen bertekanan tinggi.
5. Sampel dan bahan bakar kemudian dibakar dengan memicu ledakan di
dalam alat bomb kalorimeter. Saat terjadi ledakan, suhu di dalam ampul
kalorimeter meningkat dan tercatat oleh termometer yang terpasang di
dalam alat.
6. Setelah proses pembakaran selesai, nilai kalor sampel dihitung dengan
menggunakan persamaan berdasarkan perubahan suhu yang terjadi
selama proses pembakaran.
7. Proses pengukuran ulang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat dengan menggunakan sampel yang baru.
8. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dan dihitung rata-rata
nilai kalor dari sampel abu sekam padi dan bubuk kompos.
9. Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan dapat ditarik mengenai
perbandingan nilai kalor antara abu sekam padi dan bubuk kompos
sebagai bahan bakar alternatif yang lebih baik.
HASIL
Setelah melakukan pengukuran kalori pada abu sekam padi dan bubuk kompos
dengan menggunakan bomb calorimeter, didapatkan beberapa data diantaranya
ialah suhu awal, kenaikan suhu, waktu awal, waktu akhir yakni setelah 15 menit
PEMBAHASAN
akan diproses dalam bomb kalorimeter dimana agar dapat terbakar digunakan
bantuan kawat sepanjang 6 cm dan tali 10 cm sebagai penghantar. Proses
pembakaran sendiri berlangsung cukup lama untuk setiap sampel sehingga
dalam percobaan ini hanya dilakukan 1 kali percobaan untuk setiap sampel.
Namun karena pada saat percobaan terjadi kendala yakni sampel yang tidak
terbakar sama sekali maka dilakukan pengukuran ulang dengan membenahi
kawat agar lebih erat lagi (tidak kendor). Hal ini berhasil membuat sampel dapat
terbakar. Pemasangan kawat dan tali memang menjadi sesuatu yang penting
dalam melakukan pengukuran kalori menggunakan bomb calorimeter sehingga
perlu untuk benar-benar diperhatikan dan sebenarnya pada saat pengukuran,
ketidak berhasilan pembakaran ini ditandai dengan lampu merah yang menyala
dimana ketika lampu merah ini menyala maka berarti bahwa terjadi suatu
kesalahan dalam proses sebelumnya.
Selain itu, kandungan air juga dapat mempengaruhi nilai kalor yang
dihasilkan oleh setiap biomassa. Semakin tinggi kandungan air dalam biomassa,
semakin rendah nilai kalornya karena sebagian energi akan terpakai untuk
menguapkan air. Sedangkan semakin tinggi komposisi bahan organik, maka
semakin tinggi pula nilai kalor biomassa. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sukaman (2017) pada jurnalnya yang berjudul “Evaluasi Kualitas Sekam Padi
dan Limbah Pertanian Lainnya sebagai Bahan Bakar Alternatif” dan Asnani &
Sumarlis (2015) pada jurnalnya, “Pengaruh Kandungan Air terjadap Nilai Kalor
Sekam Padi”.
PUSTAKA
[1] Aritonang, E. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Bogor: IPB Press.
[2] Asnani, A., & Sumarlis, S. (2015). Pengaruh Kandungan Air terhadap Nilai Kalor
Sekam Padi. Jurnal Teknologi Pertanian, 16(2), 83-90.
[3] ASTM International. (2015). Standard test method for gross calorific value of coal
and coke. ASTM D5865-15, West Consh.
[5] Farel, H. N., 2006, Nilai Kalor Bahan Bakar Serabut dan Cangkang Sebagai Bahan
Bakar Ketel Uap di Pabrik Kelapa Sawit. Teknik Mesin. FT USU. Medan.
[6] Febrianto, 1999, “Pirolisis Serbuk Gergaji Secara Batch”, Laporan Penelitian
Proses Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[7] Klass, D. L. (1998). Biomass for renewable energy, fuels, and chemicals. San Diego:
Academic Press.
[8] M. Fahmi Rizal, dkk. 2021, Briket Arang Dari Campuran Sekam Padi Dan Bubuk
Kompos Dengan Penambahan Tepung Sagu Sebagai Bahan Perekat. Unuversitas
Pendidikan Ganesa.
[9] Ogunwande, M.T.O., Babajide, O.O., Fasina, O.O., Oladiran, O.O., &
Adediran, A.A. (2017). Assessment of high and low calorific values of selected
biomass species for energy production. Journal of Renewable Energy and
Sustainable Development, 3(1), 36-43.
[12] Sukmana, I. (2017). Evaluasi Kualitas Sekam Padi dan Limbah Pertanian Lainnya
sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(2),
193-199.
[13] Tjokrowisastro, E.H., dan Widodo. B.U.K., 1990. Teknik Pembakaran Dasar dan
Bahan Bakar. ITS, Surabaya.
LAMPIRAN