Anda di halaman 1dari 14

Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

ANALISIS KANDUNGAN KALOR BIOMASSA PADA


ABU SEKAM PADI DAN BUBUK KOMPOS SEBAGAI
BAHAN BAKAR ALTERNATIF DENGAN
MENGGUNAKAN BOMB KALORIMETER
Wulidatu Qurrotu A’yun1, Diyah Ayu Dwi Lestari2

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang


Abstract

Keywords: This experiment analyzes superior biomass as an alternative


On Compost fuel based on the calculation of calorific value obtained from
Powder, Rice Husk,
Bomb Calorimeter, experimental data using a bomb calorimeter. The biomass used
Heating Value, in the experiment is rice husk ash and compost powder, which
Alternative Fuel were taken from agricultural waste that has the potential to be
Base
an environmentally friendly alternative fuel. The experiment
shows that rice husk ash has a higher calorific value than
compost powder and that biomass with a higher calorific value
is a better alternative fuel because it can produce energy more
efficiently.

Abstrak

Kata kunci: Eksperimen ini menganalisis biomassa superior sebagai bahan


Bubuk Kompos, bakar alternatif berdasarkan perhitungan nilai kalor yang
Sekam Padi, Bom
Kalorimeter, Nilai didapatkan dari data eksperimental menggunakan
Kalor, Bahan Bakar kalorimeter bom. Biomassa yang digunakan adalah abu sekam
Alternatif padi dan bubuk kompos yang diambil dari limbah pertanian
yang berpotensi menjadi bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa abu
sekam padi memiliki nilai kalor yang lebih tinggi daripada
bubuk kompos dan biomassa dengan nilai kalor yang lebih
tinggi lebih baik sebagai bahan bakar alternatif karena dapat
menghasilkan energi yang lebih efisien.

e-mail: 1ayunqurrotu3@gmail.com, © 2023 UIN Maulana Malik Ibrahim


2diyahayu2803@gmail.com Malang

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

Pendahuluan

Pembangunan industri di berbagai negara menyebabkan peningkatan


permintaan energi, dan sumber daya energi fosil semakin menipis. Oleh karena
itu, diperlukan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan memiliki
potensi untuk menghasilkan energi yang cukup besar. Salah satu alternatif
bahan bakar yang bisa digunakan adalah biomassa. Biomassa adalah bahan
organik yang dihasilkan dari tumbuhan dan hewan, serta limbah organik
manusia. Biomassa bisa diolah menjadi bahan bakar yang dapat menghasilkan
energi, seperti biomassa cair, biomassa padat, dan biomassa gas.

Salah satu jenis biomassa padat yang banyak digunakan sebagai bahan
bakar alternatif adalah abu sekam padi dan bubuk kompos. Abu sekam padi
adalah hasil samping dari proses penggilingan padi, sedangkan bubuk kompos
adalah hasil dari proses pengomposan limbah organik. Kedua jenis biomassa ini
memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif karena
ketersediaannya yang melimpah dan ramah lingkungan.

Dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan abu sekam padi dan bubuk


kompos sebagai bahan bakar alternatif, diperlukan analisis untuk mengetahui
nilai kalor dari kedua jenis biomassa tersebut. Nilai kalor merupakan ukuran
untuk mengetahui seberapa banyak energi yang dapat dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar. Nilai kalor biomassa dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti kandungan air, komposisi bahan organik, kandungan karbon, nitrogen,
sulfur, dan oksigen.

Penentuan nilai kalor biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan


alat bomb calorimeter. Alat ini bekerja dengan cara membakar biomassa dalam
ruang tertutup yang diisi dengan oksigen. Panas yang dihasilkan selama
pembakaran akan diukur dan dikonversi menjadi nilai kalor. Dalam praktikum

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

ini, akan dilakukan analisis nilai kalor abu sekam padi dan bubuk kompos
menggunakan alat bomb calorimeter.

Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, telah banyak dilakukan


perhitungan nilai kalor abu sekam padi dan bubuk kompos namundengan hasil
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan untuk menguji
ulang dan membandingkan hasil penelitian sebelumnya serta memberikan
kontribusi dalam pengembangan teknologi bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan. Diharapkan hasil dari praktikum ini dapat memberikan informasi
yang berguna dalam pengembangan teknologi bahan bakar alternatif di masa
depan.

TEORI

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan dari tumbuhan atau


hewan, baik yang hidup maupun yang mati, dan dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif. Biomassa dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan listrik, panas, atau bahan bakar cair. Penggunaan biomassa
sebagai bahan bakar alternatif dapat mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil yang semakin menipis dan membantu mengurangi emisi gas rumah
kaca. Selain itu, penggunaan biomassa dapat meningkatkan kesejahteraan sosial
dan ekonomi masyarakat lokal melalui pemanfaatan sumber daya lokal yang
berkelanjutan (Demirbas, 2009).

Menurut Damirbas (2009) dan Klass (1998), Kandungan dan komposisi


biomassa dapat memengaruhi nilai kalor atau kandungan energi dari biomassa
sebagai bahan bakar. Kandungan air dalam biomassa dapat mempengaruhi nilai
kalor karena sebagian energi akan terpakai untuk menguapkan air. Semakin
tinggi kandungan air dalam biomassa, semakin rendah nilai kalornya. Selain itu,
komposisi bahan organik dalam biomassa juga dapat memengaruhi nilai kalor.
Bahan organik yang terkandung dalam biomassa memiliki kandungan karbon

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

yang tinggi, dan karbon merupakan salah satu komponen utama yang
memengaruhi nilai kalor biomassa. Kandungan nitrogen, sulfur, dan oksigen
dalam biomassa juga dapat memengaruhi nilai kalor. Kandungan nitrogen dan
sulfur yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor karena menghasilkan senyawa
gas yang kurang stabil dan mudah terbakar, sedangkan kandungan oksigen
yang tinggi dapat meningkatkan nilai kalor karena meningkatkan ketersediaan
oksigen untuk membakar bahan bakar.

Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah energi panas maksimum yang
dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi pembakaran sempurna
persatuan massa atau volume bahan bakar tesebut. Analisa nilai kalor suatu
bahan bakar dimaksudkan untuk memperoleh data tentang energi kalor yang
dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya reaksi atau proses
pembakaran (Tjokrowisastro dan Widodo, 1990).

Nilai kalor bahan bakar terdiri dari Nilai Kalor Atas (Highest Heating
Value) dan Nilai Kalor Bawah (Lowest Heating Value). Nilai Kalor Atas (NKA)
adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat
bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada
tekanan tetap, apabila semula air yang mula-mula berwujud cair setelah
pembakaran mengembun kemudian menjadi cair kembali. Nilai Kalor Bawah
(NKB) adalah kalor yang besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor
yang diperlukan air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk
dari pembakara bahan bakar. (Farel, 2006).

ASTM Internasional (2015) menyatakan bahwa analisis kalor biomassa


dapat dilakukan dengan menggunakan alat bomb calorimeter. Alat ini bekerja
dengan cara membakar biomassa dalam ruangan tertutup dengan jumlah
oksigen yang cukup untuk membakar semua bahan bakar yang terkandung
dalam sampel. Panas yang dihasilkan dari pembakaran akan diukur dan

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

digunakan untuk menghitung nilai kalor atau kandungan energi dari sampel.
Penggunaan alat bomb calorimeter memungkinkan pengukuran yang akurat
dan presisi dari nilai kalor biomassa.

Briket adalah bahan bakar yang dipadatkan dan dibentuk dalam cetakan.
Briket dapat berbentuk kubus maupun silinder dengan ukuran yang beragam.
Briket biasanya terbuat dari sampah-sampah atau limbah yang tidak digunakan
lagi. Bahan baku yang paling disarankan adalah sampah organik dari sisa
pertanian yang sudah tidak digunakan lagi. Briket sangat cocok digunakan
untuk industri kecil dan masyarakat umum karena murah dan pembakarannya
cukup bersih (Tjokrowisastro dan Widodo, 1990).

Sekam padi yaitu kulit terluar gabah yang berwarna kuning kecoklatan.
Sekam padi mempunyai lapisan keras yang membungkus kariopis putih gabah
yang terdiri dari dua belahan yaitu lemma dan pelea yang saling bertautan.
Pemanfaatan sekam padi masih sangat terbatas itu bisa dilihat pada
pemanfaatanya selama ini yang masih berkisar sebagai media tanaman hias, alas
pada peti telur, kadang juga dimanfaatkan pada energi alternatif lainnya berupa
kompor sekam.

Sekam padi memiliki potensi sebagai bahan baku pembuatan briket


karena memiliki kandungan karbon yang cukup tinggi dan nilai kalor yang
cukup besar. Selain itu, sekam padi juga mudah diperoleh sebagai limbah
pertanian.

Bubuk kompos sendiri juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
briket dengan nilai kalor yang cukup tinggi dan rendemen yang memadai.
Penggunaan bubuk kompos sebagai briket dapat membantu mengurangi limbah
organik dan membantu menjaga keberlanjutan lingkungan. (M. Fahmi Rizal,
dkk. 2021).

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

Dalam analisa nilai kalor abu sekam padi dan bubuk kompos dengan
menggunakan bomb digunakan persamaan:

𝑇(𝑊)−(𝐶𝑉𝑇 + 𝐶𝑉𝑤 )
CVs= ………………...……………………………………..(1)
𝑀

Dimana:
M = Massa sampel (gr)
W = 2681,4 cal/ 0C
CVT = 12,6 cal
CVW = 23,3 cal
T = Kenaikan suhu ΔT (0C)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat,


antara lain :
1. Ukuran partikel Partikel yang lebih kecil ukuranya akan cepat terbakar.
2. Kecepatan aliran udara Laju pembakaran briket akan naik dengan adanya
kenaikan kecepatan aliran udara dan kenaikan temperatur.
3. Jenis bahan bakar Jenis bahan bakar akan menentukan karakteristik bahan
bakar. Karakteristik tersebut antara lain kandungan volatile matter dan
kandungan moisture.
4. Temperatur udara pembakaran Kenaikan temperatur pambakaran
menyebabkan semakin pendeknya waktu pembakaran. Seingga
menyebabkan laju pembakaran meningkat.

METODE

Metode yang digunakan dalam praktikum analisis kalor biomassa abu sekam
padi dan bubuk kompos sebagai bahan bakar alternatif yang lebih baik dengan
alat bomb calorimeter adalah sebagai berikut:

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

1. Sampel abu sekam padi dan bubuk kompos diambil dan dimasukkan ke
dalam alat pres untuk didapatkan padatan abu sekam padi dan padatan
bubuk kompos
2. Penimbangan padatan kedua biomassa yakni sebesar 1 gr dan jika
melebihi 1 gr maka padatan biomassa dapat dikikir hingga mendapatkan
berat yang sesuai yakni 1 gr untuk masing-masing biomassa
3. Sampel disiapkan untuk dapat dibakar yakni dengan menggunakan tali
dan kawat sebagai rambatan
4. Setelah bahan bakar dan sampel sudah siap, ampul kalorimeter dipasang
pada alat bomb kalorimeter dan diisi dengan oksigen bertekanan tinggi.
5. Sampel dan bahan bakar kemudian dibakar dengan memicu ledakan di
dalam alat bomb kalorimeter. Saat terjadi ledakan, suhu di dalam ampul
kalorimeter meningkat dan tercatat oleh termometer yang terpasang di
dalam alat.
6. Setelah proses pembakaran selesai, nilai kalor sampel dihitung dengan
menggunakan persamaan berdasarkan perubahan suhu yang terjadi
selama proses pembakaran.
7. Proses pengukuran ulang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat dengan menggunakan sampel yang baru.
8. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dan dihitung rata-rata
nilai kalor dari sampel abu sekam padi dan bubuk kompos.
9. Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan dapat ditarik mengenai
perbandingan nilai kalor antara abu sekam padi dan bubuk kompos
sebagai bahan bakar alternatif yang lebih baik.

HASIL

Setelah melakukan pengukuran kalori pada abu sekam padi dan bubuk kompos
dengan menggunakan bomb calorimeter, didapatkan beberapa data diantaranya
ialah suhu awal, kenaikan suhu, waktu awal, waktu akhir yakni setelah 15 menit

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

setelah pengeboman (waktu awal), massa yang telah ditetapkan sebesar 1 gr


yang telah ditetapkan di awal, dan massa sisa yakni massa sampel setelah
dilakukan pembakaran dengan menggunakan bomb calorimeter. Hasil
pengukuran ini dapat dilihat di lampiran tabel data hasil percobaan. Dari hasil
pengukuran ini kemudian dilakuakn perhitungan untuk mendapatkan nilai
kalor dari masing-masing biomassa yakni abu sekam padi dan bubuk kompos
dimana perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah
dituliskan pada persamaan 1 pada bagian teori di atas. Setalah dilakukan
perhitungan maka didapatkanlah tabel data hasil percobaan di bawah ini:

Nama T0 (0C) ΔT (0C) t0 t1 Massa Massa CVs


Sampel (gr) Sisa (gr) (cal)

Bubuk 26,6 0,63 14.29 14.44 1 0,66 1653,38


Kompos

Abu 26,3 0,75 15.38 15.53 1 0,26 1975,15


Sekam
Padi

PEMBAHASAN

Praktikum ini ialah melakukan analisis biomassa yang lebih unggul


digunakan sebagai bahan bakar alternatif, dimana analisis ini didasarkan pada
perhitungan nilai kalori yang didapatkan dari data hasil percobaan dengan
menggunakan alat bomb calorimeter. Biomassa yang digunakan dalam percobaan
ini ialah abu sekam padi dan bubuk kompos. Biomassa tersebut diambil dari
limbah pertanian yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan. Sebelum melakuakn praktikum, kedua biomassa tersebut
dihaluskan dan diayak hingga diperoleh ukuran yang seragam dan setelah itu
setiap biomassa akan melewati proses pres dengan tujuan mendapatkan padatan
untuk setiap biomassa yang menjadi saampel. Padatan inilah yang nantinya

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

akan diproses dalam bomb kalorimeter dimana agar dapat terbakar digunakan
bantuan kawat sepanjang 6 cm dan tali 10 cm sebagai penghantar. Proses
pembakaran sendiri berlangsung cukup lama untuk setiap sampel sehingga
dalam percobaan ini hanya dilakukan 1 kali percobaan untuk setiap sampel.
Namun karena pada saat percobaan terjadi kendala yakni sampel yang tidak
terbakar sama sekali maka dilakukan pengukuran ulang dengan membenahi
kawat agar lebih erat lagi (tidak kendor). Hal ini berhasil membuat sampel dapat
terbakar. Pemasangan kawat dan tali memang menjadi sesuatu yang penting
dalam melakukan pengukuran kalori menggunakan bomb calorimeter sehingga
perlu untuk benar-benar diperhatikan dan sebenarnya pada saat pengukuran,
ketidak berhasilan pembakaran ini ditandai dengan lampu merah yang menyala
dimana ketika lampu merah ini menyala maka berarti bahwa terjadi suatu
kesalahan dalam proses sebelumnya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah dilakukan pengukruan


maka dilakukan perhitungan kalori dengan menggunakan rumus yang telah
dituliskan dalam persamaan 1 dan dari hasil data tersebut maka dapat kita lihat
bahwa bubuk kompos memiliki nilai kalori sebesar 1653,38 kalori dan abu sekam
padi memiliki nilai kalori sebesar 1975,15 kalori. Dari hasil tersebut maka dapat
kita tarik kesimpulan bahwa nilai kalori pada abu sekam padi lebih tinggi
daripada nilai kalori bubuk kompos. Hal ini dapat disebabkan oleh proses
pengolahan sekam padi yang baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi
pembakaran dan menghasilkan nilai kalor yang lebih tinggi.

Selain itu, kandungan air juga dapat mempengaruhi nilai kalor yang
dihasilkan oleh setiap biomassa. Semakin tinggi kandungan air dalam biomassa,
semakin rendah nilai kalornya karena sebagian energi akan terpakai untuk
menguapkan air. Sedangkan semakin tinggi komposisi bahan organik, maka
semakin tinggi pula nilai kalor biomassa. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sukaman (2017) pada jurnalnya yang berjudul “Evaluasi Kualitas Sekam Padi

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

dan Limbah Pertanian Lainnya sebagai Bahan Bakar Alternatif” dan Asnani &
Sumarlis (2015) pada jurnalnya, “Pengaruh Kandungan Air terjadap Nilai Kalor
Sekam Padi”.

Selain yang telah dijelaskan di atas, menurut penelitian-penelitian


sebelumnya, bahan organik yang terkandung dalam biomassa juga
mempengaruhi nilai kalor, dimana bahan organik yang terkandung dalam
biomassa memiliki kandungan karbon yang tinggi, dan karbon merupakan salah
satu komponen utama yang memengaruhi nilai kalor biomassa. Selain itu,
kandungan nitrogen, sulfur, dan oksigen dalam biomassa juga dapat
memengaruhi nilai kalor. Kandungan nitrogen dan sulfur yang tinggi dapat
menurunkan nilai kalor karena menghasilkan senyawa gas yang kurang stabil
dan mudah terbakar, sedangkan kandungan oksigen yang tinggi dapat
meningkatkan nilai kalor karena meningkatkan ketersediaan oksigen untuk
membakar bahan bakar.

Menurut Muhammed Ogunwande dkk (2017), biomassa dengan kalor


lebih tinggi merupakan bahan bakar alternatif yang lebih baik dimana semakin
tinggi nilai kalor dari bahan bakar alternatif, semakin besar potensi untuk
menghasilkan energi yang lebih besar dan lebih efesien. Dengan demikian, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa antara abu sekam padi dengan bubuk kompos,
biomassa yang lebih unggul untuk digunakan sebagai bahan bakar laternatif
ialah abu sekam padi karena berdasarkan pengukuran dan perhitungan, abu
sekam padi memiliki nilai kalor yang lebih tinggi daripada nilai kalor bubuk
kompos. Hal ini berarti bahwa abu sekam padi memiliki potensi yang lebih besar
untuk menghasilkan energi yang lebih besar dan lebih efesien jika dibandingkan
dengan bubuk kompos. Selain itu, biomassa dengan kalor yang lebih tinggi juga
dapat menghasilkan abu yang lebih sedikit, sehingga dapat mengurangi biaya
pembuangan dan mengurangi dampak lingkungan dari pembuangan abu.

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

Namun, perlu diingat bahwa pemilihan bahan bakar alternatif harus


mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti ketersediaan dan biaya produksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian biomassa yang lebih


unggul untuk bahan bakar alternatif antara abu sekam padi dengan bubuk
kompos berdasarkan nilai kalor dengan menggunakan bomb calorimeter ialah
bahwa abu sekam padi merupakan biomassa yang lebih unggul untuk
digunakan sebagai bahan bakar alternatif daripada bubuk kompos karena abu
sekam padi memiliki kalor yang lebih tinggi dimana semakin tinggi nilai kalor
dari bahan bakar alternatif, semakin besar potensi untuk menghasilkan energi
yang lebih besar dan lebih efesien. Namun perlu diingat bahwa banyak faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai kalor yang didapaykan seperti,
kandungan air, proses dalam mendapatkan sampel, kandungan bahan organik,
dan lain sebagainya. selain itu perlu diingat juga bahwa pemilihan bahan bakar
alternatif harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti ketersediaan dan
biaya produksi.

Saran yang dapat diberikan setalah melakukan percobaan ini diantarnya


ialah:

1. Lebih memperhatikan pemasnagan kawat dan tali agar sampel dapat


terbakar dengan baik
2. Mempelajari teori yang menjadi dasar serta yang dapat menunjang dalam
memahami pengukuran kalor dengan menggunakan bomb calorimeter
3. Melakukan studi lebih lanjut tentang pengaruh faktor-faktor yang telah
disebutkan di atas pada kandungan kalori biomassa abu sekam padi dan
bubuk kompos sebagai bahan bakar alternatif.
4. Membandingkan kandungan kalori biomassa abu sekam padi dan bubuk
kompos dengan bahan bakar fosil lainnya seperti minyak bumi atau batu
bara.

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

5. Mengkaji dampak lingkungan dan ekonomi dari penggunaan biomassa


abu sekam padi dan bubuk kompos sebagai bahan bakar alternatif.

PUSTAKA

[1] Aritonang, E. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Bogor: IPB Press.

[2] Asnani, A., & Sumarlis, S. (2015). Pengaruh Kandungan Air terhadap Nilai Kalor
Sekam Padi. Jurnal Teknologi Pertanian, 16(2), 83-90.

[3] ASTM International. (2015). Standard test method for gross calorific value of coal
and coke. ASTM D5865-15, West Consh.

[4] Demirbas, A. (2009). Political, economic and environmental impacts of biomass-


based energy. Energy Sources, Part B: Economics, Planning, and Policy, 4(4),
381-395. doi: 10.1080/15567240903052184

[5] Farel, H. N., 2006, Nilai Kalor Bahan Bakar Serabut dan Cangkang Sebagai Bahan
Bakar Ketel Uap di Pabrik Kelapa Sawit. Teknik Mesin. FT USU. Medan.

[6] Febrianto, 1999, “Pirolisis Serbuk Gergaji Secara Batch”, Laporan Penelitian
Proses Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

[7] Klass, D. L. (1998). Biomass for renewable energy, fuels, and chemicals. San Diego:
Academic Press.

[8] M. Fahmi Rizal, dkk. 2021, Briket Arang Dari Campuran Sekam Padi Dan Bubuk
Kompos Dengan Penambahan Tepung Sagu Sebagai Bahan Perekat. Unuversitas
Pendidikan Ganesa.

[9] Ogunwande, M.T.O., Babajide, O.O., Fasina, O.O., Oladiran, O.O., &
Adediran, A.A. (2017). Assessment of high and low calorific values of selected
biomass species for energy production. Journal of Renewable Energy and
Sustainable Development, 3(1), 36-43.

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

[10] Pari G. 2002.,” Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan


Kayu. Makalah M.K. Falsafah Sains”. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

[11] Samino, 2009, “Nyamplung”. http:


//www.kphbanyumasbarat.perumperhutani.com (Tanaman Nyamplung ±
1.000 Ha di Tahun 2008, 16 April 2008) Diunduh Tanggal 8 April 2011.

[12] Sukmana, I. (2017). Evaluasi Kualitas Sekam Padi dan Limbah Pertanian Lainnya
sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(2),
193-199.

[13] Tjokrowisastro, E.H., dan Widodo. B.U.K., 1990. Teknik Pembakaran Dasar dan
Bahan Bakar. ITS, Surabaya.

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari


Transformatif: Jurnal Praktikum Bomb Calorimeter

LAMPIRAN

Asisten Laboratorium : Nindia Dwi Pusvitasari

Anda mungkin juga menyukai