2 TINJAUAN PUSTAKA
3
4
sebesar 195 MPa, sedangkan terendah terjadi pada serat tanpa perlakuan (murni)
sebesar 84 MPa.
Rochmawati et al (2017), telah meneliti “Karakterisasi sifat mekanik bahan komposit
ramah lingkungan hasil sintesis dari serat lidah mertua (Sanseviera Trifasciata) dan
selulosa bakteri”. Berdasarkan hasil penelitian, kekuatan tarik dan modulus elastisitas
maksimum diperoleh pada bahan komposit hasil sintesis dengan arah penguat longitudinal
yakni 7,91 ± 1,46 N/mm2 dan 4,00 ± 1,32 N/mm2 sedangakan kekuatan tarik dan modulus
elastisitas bahan komposit dengan arah penguat acak yakni 2,64 ±0,26 N/mm 2 dan 1,19 ±
0,24 N/mm2.
Conesa et al (2016) telah melakukan penelitian yang berjudul “Gelombang mikro
sebagai pretreatment untuk peningkatanhidrolisis enzimatik dari limbah industri nanas
untuk produksi bioetanol “Pretreatment gelombang mikro (MW) dilakukan di oven
microwave dilengkapi dengan piring turntable (LGMH63340F / MH6340FS) dengan
frekuensi 2,45 GHz. Sampeldiperkenalkan dalam wadah plastik yang dimaksudkan
microwave. Sampel diperlakukan pada kekuatan nominal berikut:170, 340, 510, 680 dan
850W, yang menghasilkan penerapan kekuatan nominal: 2.125, 4.25, 6.375, 8.5 dan
10.625W / g; dan waktu paparan dari 1 hingga 6, 8, 10, 14 dan 20 menit, masing-masing.
Batas paparan waktu ditentukan oleh penampilan kalsinasi atau hangus. Kekuatan diserap
oleh sampel pada level daya nominal ini diperkirakan oleh panaskan 1 kg air suling dari 10
◦C hingga 20 atC di 170, 340, 510, 680 dan 850W, menurut internasional standar IEC
60705 (1999). Termokopel (HIBOK-14, sensor tipe K, sensitivitas 39V ◦C − 1, akurasi ±
0,1 ◦C) digunakan untuk pengukuran suhu. Eksperimen dilakukan rangkap tiga dan hasil
menunjukkan rata-rata (dan standar deviasi) dari 129 (3) W untuk 170W, 247,4 (1.2) W
untuk 340W, 336 (2) W untuk 510W, 485.5 (1.3) W untuk 680W dan 602.0 (0.9) W untuk
850W. Sesuai daya yang diserap di W / g kemudian diperkirakan 1,61 (0,04), 3,09 (0,02),
4,2 (0,03), 6,07 (0,02) dan 7,53 (0,01). Akhirnya, pH sampel adalah disesuaikan dengan 5
dengan menambahkan NaOH 1 N (Panreac Química, S.L.U.). Kehilangan air karena
pemrosesan gelombang mikro telah ditentukan berdasarkan perbedaan berat dan
dipulihkan sebelum melanjutkan sakarifikasi. Eksperimen ini dilakukan dalam 3 kali
percobaan.
2.1 Daya
Daya adalah ukuran dari jumlah usaha yang dapat dilakukan dalam jumlah waktu
tertentu. Daya dapat diwakili oleh persamaan:
5
w
P= ........................................................................................................................(2-1)
t
Dimana:
P = Daya (W)
w = Usaha (J)
t = waktu (s)
Dalam persamaan ini, usaha diukur dalam joule (J) dan waktu diukur dalam detik (s),
sehingga daya dinyatakan dalam joule per detik (J/s). Ini adalah satuan SI untuk daya, juga
dikenal sebagai watt (W). Satu watt sama dengan 1 joule usaha per detik. Atau bias juga
disebut dengan watt. Bola lampu dan peralatan kecil seperti oven microwave diberi label
dengan watt.
Daya Pemanasan adalah besarnya energi listrik yang mengalir atau diserap dalam
sebuah rangkaian atau sirkuit listrik setiap detik. Daya juga dapat didefinisikan sebagai laju
aliran energi. Sumber energi seperti tegangan listrik dapat menghasilkan daya listrik
sedangkan beban yang tersambung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Atau
dengan kata lain, daya listrik yaitu tingkat konsumsi energi dalam sebuah rangkaian/
sirkuit listrik. Kita ambil saja sebagai contoh lampu pijar dengan heater (pemanas). Lampu
pijar akan menyerap daya listrik yang diterima dan merubahnya menjadi cahaya dan heater
merubah serapan dari daya listrik tersebut menjadi panas. Jika nilai Waatnya semakin
tinggi maka daya listrik yang dikonsumsi juga akan semakin tinggi.
dan mengakibatkan penyerapan minyak akan lebih tinggi dibandingkan cara konvensional
(Choirrun Nisa Dkk 2014)
Heat Treatment menggunakan microwave merupakan salah satu teknologi yang
berguna bagi beberapa aplikasi salah satunya pemanasan serat alam sebagai penguat
komposit. Energi dari microwave dapat ditransformasikan menjadi panas ketika proses
dielektrik menginduksi dipol melalui proses radiasi pada frekuensi tertentu. Pada literatur
tertentu pemanasan menggunakan microwave terdapat dua mekanisme yaitu dipolar
polarization dan ionic conduction.
Dipolar polarization menghasilkan panas dari molekul polar seperti air. Dipol
mengubah arahnya dengan sendirinya diakibatkan karena adanya medan listrik pada
gelombangnya. Perbedaan fase antara rotasi dipol dan orientasinya pada medan
menyebabkan gesekan antar molekul, sehingga meningkatkan panas dielektrik.
Pada ionic conduction, charged particles (ions) mengalami osilasi bolak-balik yang
dipengaruhi oleh microwave sehingga menciptakan arus listrik. Arus ini mengalami
resistensi internal karena bentruran antara molekul bermuatan. Hal ini akan menghasilkan
panas pada material. Pemanasan menggunakan microwave memiliki karakteristik tertentu
yaitu:
Radiasi penetrasi.
Persebaran medan listrik yang mampu dikontrol.
Pemanasan secara cepat.
Pemanasan yang selektif pada material melalui perbedaan absopsi.
Pemurnian dasar serat sisal dilakukan dengan dewaxing. Perlakuan gelombang mikro
dari serat tersebut dilakukan dalam oven microwave (elektronik LG) yang memiliki daya
yang dapat diatur (160-640) W dengan frekuensi gelombang mikro 2450 MHz. Frekuensi
ini berada di bawah pita ISM (industri, ilmiah, penggunaan medis) yang menunjukkan
bagaimana industri gelombang mikro tenggelam sebagai pasar potensial untuk area yang
disebutkan di atas. Serat dewaxed diobati dengan iradiasi gelombang mikro pada berbagai
pengaturan daya (160, 320, 640 W) untuk periode perlakuan yang berbeda (2, 4, 8 menit).
Serat dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam kondisi vakum selama 24 jam.
Sekarang serat MT ditetapkan sebagai 160W2, 160W4, 160W8, 320W2, 320W4, 320W8,
640W2, 640W4, 640W8. Prefiks "W" menunjukkan pengaturan daya sedangkan sufiks dari
"W" mewakili waktu radiasi microwave yang asli pada menit inovasi. Serat yang tidak
dirawat ditunjuk sebagai UT. (Patra, dkk 2012)
7
Iradiasi menggunakan gelombang mikro dapat meningkatkan degradasi dari lignin dan
lebih mengekspos selulosa (Singh et al. 2014). Hasil dari iradiasi gelombang mikro mampu
menyebabkan vibrasi antara molekul polar dan menciptakan titik panas yang dapat
merusak dari lignin dan menyebabkan hemiselulosa hilang. Sehingga perlakuan panas
menggunakan gelombang mikro (microwave) merupakan salah satu perlakuan pada serat
untuk memperoleh karakteristik yang mampu meningkatkan kualitas dari penggunaan serat
alam.
2.3 Serat
Serat adalah salah satu jenis komponen penguat (reinforcement) yang akan berikatan
pada komponen pengikat (matrix). Komponen ini berfungsi sebagai penentu kekuatan dan
kekakuan dari suatu material komposit. Hal ini dikarenakan fungsi utama dari komponen
penguat adalah sebagai penahan beban dari suatu material. Pada material komposit, serat
menahan beban sekitar 70%-90% dari total beban yang diterima oleh komposit
(Mazumdar, 2002). Ada dua hal yang membuat serat dapat menahan gaya yaitu:
1. Perekatan (bonding) antara serat dan matriks (interfacial bonding) yang baik dan
kuat sehingga tidak mudah terjadi pelepasan antara matrik dan serat (debonding).
2. Kelangsingan (aspec ratio) yaitu perbandingan antara panjang serat dengan diameter
serat cukup besar.
Berdasarkan asalnya, serat dibedakan menjadi dua macam, yaitu serat alam (natural
fiber) dan serat buatan (syntetic fiber). Serat alam yang tergolong dalam kayu atau non
kayu jenis memiliki komposisi utama selulosa dan lignin. Jumlah selulosa dalam sistem
lignoselulosa dapat bervariasi, hal tersebut tergantung pada spesies dan umur tanaman.
Selulosa adalah hydrophilic glucan polymer yang terdiri dari rantai linear unit 1,4-β
anhydroglucose, yang mengandung gugus alcoholic hydroxyl. Kelompok hidroksil akan
membentuk ikatan hidrogen antar molekul dan intramolekul dengan makromolekul atau
dengan makromolekul selulosa atau molekul polar. Secara kimia, maka stuktur dari
selulosa dapat dijelaskan pada Gambar 2.1.
8
Komposisi lignin atau zat kayu pada setiap jenis tumbuhan memiliki jumlah yang
berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhannya. Lignin memiliki fungsi sebagai
pengikat komponen lainnya dalam tumbuhan terutama pada bagian batang, sehingga
menyebabkan batang sebuah pohon dapat berdiri tegak. Struktur kimia pada lignin
memiliki pola yang tidak sama dan sangat kompleks. Lignin termasuk kedalam gugus
aromatik, hal ini yang saling menghubungkan dengan rantai alifatik dan terdiri dari 2-3
karbon. Hasil dari proses prirolisis pada lignin menghasilkan senyawa berupa fenol dan
kresol yang termasuk kedalam senyawa kimia aromatis.
2.5 Komposit
2.6.1 Pengertian Komposit
Kata komposit dalam istilah material komposit menandakan dua atau lebih material
yang digabungkan dalam skala makroskopik untuk membentuk material baru yang lebih
baik. Yang perlu digaris bawahi adalah pemeriksaan makroskopik pada bahan dimana
komponen dapat dilihat dengan mata telanjang. Material-material lainnya dapat
digabungkan dalam skala mikroskopik, seperti paduan logam. Tetapi material yang
dihasilkan, tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang (Gibson, 1994). Pengertian lain
dari komposit adalah dua atau lebih material baru yang memiliki sifat dan properti yang
berbeda, dikombinasi secara makroskopik dengan batasan yang terlihat jelas (ASM
Handbook, 2001).
Komposit mempunyai keuntungan yaitu sifat dari komposit diinginkan dapat diatur
tergantung dari material penyusunnya. Material penyusun komposit terdiri dari dua jenis
material yang berbeda, yaitu reinforcement (penguat) yang memiliki kekakuan yang tinggi
tetapi kurang ductile, dan matrik yang umumnya lebih ductile akan tetapi memiliki
kekakuan dan kekuatan yang kurang.
1. Particle-reinforced
Particle-reinforced adalah jenis komposit yang memanfaatkan partikel sebagai
pengisi (filler). Filler dapat menggunakan partikel berupa logam maupun non-logam.
Particle-reinforced dapat dibedakan menjadi dua, yaitu partikel besar (large-particle)
dan penyebaran partikel kecil (dispersion-strengthened).
2. Fiber-reinforced
Fiber-reinforced merupakan komposit yang tersusun dari matrik dan berpenguat
serat. Komposit berpenguat serat dibagi menurut panjang serat, yaitu serat panjang
(continuous fiber) dan serat pendek (discontinuous fiber). Untuk serat pendek dapat
dibedakan lagi berdasarkan arah orientasinya, searah (aligned) ataupun acak
(randomly oriented).
12
Gambar 2.5 Skema serat (a) Serat panjang (b) Serat pendek (orientasi searah) (c) Serat
pendek (orientasi acak)
Sumber: Callister (2007)
3. Structural
Structural merupakan salah satu komposit yang terdiri dari dua atau lebih material
berbeda, lalu direkatkan bersama-sama dengan menggabungkan aspek terbaik dari
masing-masing lapisan untuk mendapatkan material yang memiliki sifat yang lebih
baik. Komposit laminer dan sandwich panels merupakan dua dari komposit struktural
yang paling umum.
2.6 Matrik
Jones (1999:5) dalam bukunya yang berjudul Mechanic of Composite Materials
menjelaskan fungsi utama dari matrik pada komposit adalah:
1. Mempengaruhi karakteristik material komposit secara keseluruhan, seperti keuletan,
ketangguhan, dan kekuatan tariknya.
2. Mencegah atau memperlambat terjadinya crack dengan cara mengisolasi serat–serat,
sehingga masing–masing serat dapat bekerja secara terpisah dalam menahan gaya.
3. Merekatkan serat–serat pada komponen komposit dan menyampaikan gaya yang
diterima oleh material menuju serat, sehingga matrik merupakan salah satu komponen
pendukung dalam penentuan bentuk dan kekakuan material komposit.
13
1. Thermoset Resin
Gambar 2.8 Tampak penampang samping ikatan molekul thermoset resin saat pengawetan
Sumber: Mazumdar (2002)
Resin thermoset memiliki karakteristik apabila telah diawetkan maka matrix tidak
dapat dicairkan ataupun dibentuk kembali. Ketika proses pengawetan thermoset resin
14
akan membentuk ikatan molekul seperti pada gambar diatas. Ikatan molekul inilah yang
menyebabkan material komposit menjadi tidak elastis, tidak dapat dicairkan ataupun
dilakukan pembentukan kembali. Semakin banyak ikatan molekul yang terbentuk, maka
material komposit yang dihasilkan akan memiliki sifat kestabilan thermal dan kekakuan
yang semakin baik. Walaupun memiliki sifat yang tidak fleksibel, namun dalam
penggunaannya thermoset resin dapat dibentuk dengan cara dilakuan pemanasan terlebih
dahulu. Pemanasan thermoset resin ini biasanya digunakan pada strutur yang berbentuk
melengkung.
Thermoset resin juga memiliki beberapa keunggulan, diantaranya sifatnya yang baik
untuk proses impregnasi pada serat. Hal ini disebabkan oleh thermoset resin dapat bersifat
cair pada temperatur ruangan. Keunggulan lain yang dimiliki thermoset resin diantaranya
adalah kestabilan bentuk dan thermal yang baik, kekakuan yang baik, ketahanan terhadap
lingkungan sekitar yang lebih baik.
Thermoset resin yang paling umum digunakan adalah epoxy, polyester, vinylester,
phenolics, cyanate esters, bismaleimids, dan polymides.
Tabel 2.1
Typical Unfilled Thermosetting Resin Properties
Resin Density Tensile Modulus Tensile Strength
Material (g/cm3) GPa (106 psi) MPa (103 psi)
Epoxy 1.2-1.4 2.3-5.0 (0.36-0.72) 50-110 (7.2-16)
Phenolic 1.2-1.4 2.7-4.1 (0.4-0.6) 35-60 (5-9)
Polyester 1.1-1.4 1.6-4.1 (0.23-0.6) 35-95 (5.0-13.8)
Sumber: Mazumdar (2002)
2. Thermoplastic Resin
Secara umum resin thermoplastic bersifat ulet dan memiliki ketangguhan yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan resin thermostat. Resin thermoplastic biasanya
digunakan pada pembuatan material tanpa menggunakan filler dan penguat. Resin
thermoplastic dapat dicairkan pada suhu tinggi dan kembali membeku ketika
didinginkan.
Pada proses pengawetan, resin thermoplastic tidak membentuk ikatan molekuler
seperti yang terjadi pada resin thermostat. Resin thermoplastic dapat berbentuk
amorphous maupun semi-crystalline seperti pada Gambar 2.9.
15
Gambar 2.9 Bentuk molekular (a) amorphous dan (b) semi-crystalline polimer
Sumber: Mazumdar (2002)
Tabel 2.2
Typical Unfilled Thermoplastic Resin Properties
Resin Density Tensile Modulus Tensile Strength
Material (g/cm3) GPa (106 psi) MPa (103 psi)
Nylon 1.1 1.3-3.5 (0.2-0.5) 55-90 (8-13)
PEEK 1.3-1.35 3.5-4.4 (0.5-0.6) 100 (14.5)
PPS 1-3-1.4 3.4 (0.49) 80 (11.6)
Polyester 1.3-1.4 2.1-2.8 (0.3-0.4) 55-60 (8-8.7)
Polycarbonat 1.2 55-70 (8-10)
2.1-3.5 (0.3-0.5)
e
Acetal 1.4 3.5 (0.5) 70 (10)
Polyethylene 0.9-1.0 0.7-1.4 (0.1-0.2) 20-35 (2.9-5)
Teflon 2.1-2.3 - 10-35 (1.5-5.0)
Sumber: Mazumdar (2002)
2.7.2 Epoxy
Resin Epoksi terdiri dari 2 bagian penyusun, diantaranya: Epoksi A resin dan Epoksi B
hardener. Resin epoksi ini memiliki bentuk berupa cairan yang sangat kental serta padat.
Penggunaan dari resin ini dengan cara menggabungkan atau mencampurkan antara resin
dan hardener yang akan menghasilkan reaksi antara resin dan hardener yang bertujuan
untuk membentuk polimer crosslink, sehingga akan terjadi pengerasan resin epoksi.
Curring time yang terjadi pada resin ini tergantung dari penggunaan hardener. Struktur
kimia serta spesifikasi dari resin epoksi A dan B dapat dilihat pada Gambar 2.10 dan Tabel
2.3 - 2.4
16
Tabel 2.3
Spesifikasi Resin Epoksi (Eposchon)
Sifat Mekanik Besaran Satuan
Viskositas ( at 250C) 16000 - 20000 mPa.s
Epolsi equivalent 184 - 204 g/equiv
Hydrolyzable chlorine content < 0,05 %
Colour according to the Gardner scale 12-15
Sumber: PT. Justus Kimia Raya, Data sheet (2003)
Tabel 2.4
Spesifikasi Hardener Epoksi (Eposchon)
Sifat Mekanik Besaran Satuan
Kekuatan tarik 410 kgf/cm2
Kekuatan fleksural 810 kgf/cm2
Kekuatan tekan 740 kgf/cm2
Kekuatan geser adesif 160 kgf/cm2
Sumber: PT. Justus Kimia Raya, Data sheet Epoksi (Eposchon) (2003)
F
σT= .......................................................................................................................(2-2)
A
Dimana:
σ 𝑇 = Tegangan tarik (MPa)
F = Gaya tarik (N)
A = Luas penampang (mm2)
2. Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang awal,
dirumuskan:
Δl
E= .........................................................................................................................(2-3)
l0
Dimana:
19
E = Regangan (%)
l0 = Panjang awal (mm)
Δl = Pertambahan panjang (mm)
Untuk hampir semua bahan material tahap uji tarik hubungan antara beban atau gaya
yang diberikan pada bahan percobaan berbanding lurus terhadap perubahan panjang bahan
tersebut, ini disebut daerah linier. Didaerah ini kurva pertambahan panjang terhadap beban
sebagai berikut.
“Rasio tegangan dan regangan adalah konstan”. Sehingga hubungan antara tegangan dan
regangan di rumuskan:
σ
E = ..........................................................................................................................(2-4)
E
Dimana:
𝐸 = Modulus elastisitas (GPa)
σ = Tegangan (MPa)
E = Regangan (%)
Hubungan antara regangan dan tegangan juga dapat diketahui dengan jelas dari grafik
tegangan–regangan yang berdasarkan hasil uji tarik sebagai berikut.
Istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan denga melihat hasil uji tarik diatas.
Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai titik 0 sampai B sesuai dengan arah
panah dalam Gambar 2.14.
20
Hand lay-up adalah metode yang paling sederhana dan merupakan salah satu
proses dengan metode cetakan terbuka dari proses fabrikasi komposit. Adapun
proses dari pembuatan dengan metode ini adalah dengan cara menuangkan resin
dengan tangan kedalam serat berbentuk anyaman, rajuan atau kain, kemudian
memberi takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol atau kuas. Proses
tersebut dilakukan berulang-ulang hingga ketebalan yang diinginkan tercapai.
Pada proses ini resin langsung berkontak dengan udara dan biasanya proses
pencetakan dilakukan pada T kamar.
22
b. Vacuum bag
c. Pressure bag
uap bertekanan yang dimasukkan malalui suatu wadah elastis. Wadah elastis ini
yang akan berkontak pada komposit yang akan dilakukan proses. Besar tekanan
yang di berikan pada proses ini adalah sebesar 30 sampai 50 psi.
d. Spray-up
Fiber tipe roving atau single strand dilewatkan melalui wadah yang berisi
resin, kemudian fiber tersebut akan diputar sekeliling mandrel yang sedang
bergerak dua arah, arah radial dan arah tangensial. Proses ini dilakukan berulang,
sehingga cara ini didapatkan lapisan serat dan sesuai dengan yang diinginkan.
Metode injection molding juga dikenal sebagai reaksi pencetakan cairan atau
pelapisan tekanan tinggi. Fiber dan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan
bagian atas, kondisi temperatur dijaga supaya tetap dapat mencairkan resin. Resin
cair beserta fiber akan mengalir ke bagian bawah, kemudian injeksi dilakukan
oleh mandrel ke arah nozzle menuju cetakan.
c. Continuous Pultrusion
Fiber jenis roving dilewatkan melalui wadah berisi resin, kemudian secara
kontinu dituangkan ke cetakan pra cetak dan diawetkan (cure), kemudian
dilakukan pengerolan sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Atau juga bisa
disebut sebagai penarikan serat dari suatu jaring atau creel melalui bak resin,
kemudian dilewatkan pada cetakan yang telah dipanaskan. Fungsi dari cetakan
tersebut ialah mengontrol kandungan resin, melengkapi pengisian serat, dan
mengeraskan bahan menjadi bentuk akhir setelah melewati cetakan.
26
Resin Tansfer Molding (RTM) attau biasa disebut resin infusion adalah
metode pembuatan komposit dengan menggunaan aplikasi tekanan rendah untuk
mengatur jalannya resin menjadi lamina. Setelah lembaran-lembaran antara resin
dan matrik sudah terbentuk, vacuum akan menghisap sisa sisa resin yang
tertinggal sehingga lembaran komposit yang terbentuk memiliki ketebalan yang
sama.
2.11 Hipotesis
Berdasarkan penjelasan diatas, didapatkan hipotesis bahwa semakin tinggi daya
pemanasan pada microwave oven menyebabkan kekuatan tarik semakin tinggi dikarenakan
28
semakin tinggi daya yang diberikan maka kelembaban dari serat tersebut semakin hilang
dan semakin menyerap NaOH yang sudah di rendam selama 1 jam sampai pada kadar
tertentu dikarenakan semakin terkikisnya lignin, wax, dan hemiselulosa, pada penambahan
daya akan membuat permukaan serat semakin kasar dan berpori-pori sehingga matriks
lebih mengikat serat.