Anda di halaman 1dari 22

PEMANFAATAN NANOMATERIAL GRAPHENE OXIDE BERBAHAN DASAR

BATANG PENSIL 2B SEBAGAI ELEKTRODA SUPERKAPASITOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh:
Desta Fajri Dwi Purnomo
NIM 16306144007

PROGRAM STUDI FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Baterai komersial yang tersedia di pasaran saat ini memiliki kelemahan yaitu

waktu pengisian daya baterai yang relatif lama, cepat panas, kapasitas penyimpanan

energi yang sedikit, dan bersifat racun bagi lingkungan. Oleh sebab itu, para ilmuan

dan ahli teknologi mulai untuk mengembangkan teknologi yang baru yaitu teknologi

yang dapat menyimpan energi lebih banyak, ramah lingkungan dan tahan lama.

Teknologi tersebut adalah penggunaan superkapasitor.

Superkapasitor biasanya disebut dengan Electrochemical Double Layer

Capacitors (EDLC). Superkapasitor mampu untuk menyimpan energi yang lebih besar

serta memiliki siklus pengisian yang lebih cepat dari baterai. Berikut adalah Gambar

I.1 yang menunjukkan perbandingan antara baterai dengan superkapasitor.

Gambar I.1 Perbandingan antara Baterai Li-thium dengan Superkapasitor

Baterai umumnya terdiri dari sel elektrokimia. Sel tersebut tersusun dari dua

elektroda yang terpisah dengan jarak tertentu yang diisi dengan elektrolit. Pada baterai

ketika pengisian daya berjalan, elektroda akan mengalirkan elektron, lalu sel lainnya

akan menerima elektron tersebut. Sedangkan pada superkapasitor memiliki dua


material yang bersifat konduktif (biasanya berupa plat) yang dilapisi dengan karbon

aktif dan terbenam di dalam elektrolit. Plat tersebut mempunyai ion positif dan negatif.

Ketika proses pengisian daya berjalan, ion tersebut akan terakumulasi pada permukaan

plat. Penyimpanan energi pada superkapasitor terletak pada dua lapisan yang dilapisi

karbon aktif tanpa adanya reaksi kimia. Hal tersebut yang mengakibatkan

superkapasitor mampu menyimpan energi yang lebih banyak.

Dari Gambar I.1 dapat dilihat bahwa susunan dari EDLC meliputi elektroda

yang dilapisi dengan karbon aktif, elektrolit, dan pemisah (separator). Elektrolit yang

biasa digunakan adalah ionic liquid (ILs). ILs dipilih sebagai elektrolit karena aman,

memiliki voltasi yang tinggi, tidak beracun, dan dapat dioperasikan pada suhu yang

tinggi.

Salah satu komponen yang mempengaruhi kerja superkapasitor adalah

elekrtoda. Elektroda superkapasitor biasanya berbahan dasar karbon aktif. Pemilihan

karbon aktif sebagai elektroda superkapasitor disebabkan sifat fisika dan kimianya.

Karbon memiliki sifat yang tahan terhadap korosi, stabil pada temperature yang tinggi

merupakan konduktivitas yang baik, luas permukaannya yang tinggi (~1 hingga 2000

m2/g) dan harga yang murah. Namun karbon memiliki konduktivitas yang rendah dan

resistansi yang tinggi serta struktur pori yang kompleks(Abdullah,2012). Sehingga

menghasilkan nilai kapasitansi spesifik yang rendah.

Salah satu alotrop karbon yang mampu menjadi solusi permasalahan karbon

aktif adalah grafena. Grafena memiliki sifat mekanik, listrik, dan termal yang unggul.

Grafena memiliki potensi sebagai bahan elektroda sistem penyimpanan energy seperti

superkapasitor. Grafena sebagai salah satu alotrop karbon yang ditemukan pada tahun

2004 merupakan material karbon 2D yang memiliki tebal satu atom karbon dengan luas

permukaan spesifik 2630 m2/g memiliki sifat mekanik, termal, listrik dan optik yang
luar biasa. Grafit menjadi oksida grafit merupakan precursor graphene oxide (GO).

Keuntungan utama dari GO adalah harganya yang murah dan tersedia dalam jumlah

banyak.

Pada penelitian ini, pembuatan elektroda superkapasitor dari GO digunakan

bahan dasar batang pensil 2B karena menggandung grafit murni. Batang pensil 2B

sangat mudah didapatkan dipasaran, pemanfaatan batang pensil sebagai grafit

sebelumnya pernah dilakukan oleh Bagas(2016). Dari penelitian tersebut telah berhasil

disintetis GO dari batang pensil 2B, dimana hasil karakterisasi UV-Vis menunjukan 2

puncak serapan pada panjang gelombang tertentu yang mengindikasikan terbentuknya

GO.

Sintesis GO akan dibuat dengan metode WD. Metode WD merupakan metode

terbarukan dengan menggabungkan beberapa metode sintesis GO sebelumnya,

sehingga dapat menghasilkan sintesis yang lebih baik. Sintesis GO akan dilakukan

karakterisasi menggunakan UV-Vis untuk mengetahuin puncak serapan dari sintesis

tersebut. Setelah dilakukan karakterisasi, selanjutnya sintesis akan di aplikasikan

sebagai elektroda supekapasitor dengan cara melapiskan GO ke almunium foil lalu

dilakukan assembly dengan separator diantara anoda dan katoda, setelah itu dilakukan

uji kapasitansi spesifik dari kapasitor tersebut.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Sesuai latar belakang di atas, maka terdapat permasalahan yang dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Masih kurangnya pengetahuan tentang pembuatan GO yang menggunakan batang

pensil 2B dengan metode WD.


2. Belum adanya pemanfaatan elektroda superkapasitor menggunakan sintesis GO

yang berasal dari batang pensil 2B

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dari penelitian ini adalah

1. Metode sintesis GO menggunakan metode WD .

2. Karakterisasi pada material GO dilakukan dengan melihat panjang gelombang dari

spektrofotometer UV-Vis.

3. Penelitian ini dilakukan menggunakan batang pensil 2B sebagai elektroda

superkapasitor.

D. RUMUSAN MASALAH

Dari batasan masalah di atas, dapat dijadikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sintesis material pembuatan GO berbahan dasar batang pensil 2B dengan

metode WD?

2. Bagaimana karakteristik GO berbahan dasar batang pensil 2B?

3. Bagaimana kinerja elektroda superkapasitor berbahan dasar GO dari batang pensil

2B?

E. TUJUAN

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Mensintesis material pembuatan GO berbahan dasar batang pensil 2B dengan

metode WD.

2. Mengetahui karakteristik GO berbahan dasar batang pensil 2B.


3. Mengetahui besarnya kapasitansi spesifik dari superkapasitor dengan elektroda GO

berbahan dasar batang pensil 2B.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Superkapasitor

Superkapasitor merupakan salah satu jenis perangkat penyimpan

energi elektrokimia yang memiliki densitas energi yang lebih tinggi daripada

baterai dan sel bahan bakar serta densitas daya yang lebih tinggi daripada

kapasitor konvensional seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Superkapasitor menempati wilayah antara kapasitor konvensional dan baterai

(Halper dan Ellenbogen, 2006; Shukla dkk., 2000). Superkapasitor dapat

memberikan setidaknya 1000 kali lebih banyak energi daripada kapasitor

dielektrik dan 10 kali lebih banyak daya dari baterai. Selain itu,

superkapasitor memiliki siklus hidup yang lama yaitu lebih dari 500000 siklus

(Zhou, 2015).

B. Nanomaterial Graphene Oxide (GO)

Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua

dimensi yang membentuk struktur Kristal heksagonal menyerupai sarang

lebah.
Struktur Graphene Oxide
Sumber : www.tcichemicals.com/en/us/supportdownload/
tcimail/application/167-06.html

Graphene merupakan alotropi karbon yang ditemukan secara

eksperimen tahun 2004 oleh A.K Geim dan Novoselov K.S dari University of

Manchester dengan menggunakan tehik scotch tape pada lapisan terluar pada

unsur karbon (Novoselov dkk, 2004). Satu lembar graphene teramati

menggantung pada substrat silikon oksida dengan mikroskop optik. (Geim,

2007). Graphene memiliki sifat yang unik dan unggul dibandingkan dengan

material lain. Graphene tidak memiliki band gap, mobilitas graphene

multilayer sekitar 15000 cm2/Vs pada suhu 300 K dan sekitar 60000 cm2/Vs

pada suhu 4 K, sedangkan untuk graphene few layer antara 3000-10000

cm2/Vs (Geim,2007). Keunggulan lain dari sifat yang dimiliki graphene yaitu

konduktivitas termal yang tinggi mencapai 5000 W/mK serta memiliki

keunggulan kekuatan tarik 1TPa (Huss and All, 2010). Selain itu, material

graphene juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi berbagai komponen

listrik, misalnya kapasitor dan transistor, perangkat optoelektronik, LED,

video display dan sel surya. Salah satu penerapan yang mungkin dilakukan
untuk material ini adalah sebagai monitor yang flaksibel dan diaplikasikan

dalam bidang fotovoltaik yaitu sel surya (Efelina, 2015: 15). Secara teoritis,

graphene sudah dipelajari selama kurang lebih enam puluh tahun dan banyak

digunakan untuk menggambarkan sifat berbagai bahan yang berbasis karbon

(Geim dan Novoselov, 2007).

Nama Graphene berasal dari grafena + ene (Truong, 2013). Graphene

sendiri merupakan material yang terdiri dari banyak lembaran graphene yang

ditumpuk secara bersama. Lembaran graphene satu dengan lainnya diikat

dengan ikatan Van der Waals (Geim, 2007).

C. Metode WD

Seiring dengan perkembangannya, telah dikenal berbagai metode

pembuatan graphene dan GO baik melalui pendekatan buttom-up maupun

pendekatan top-down. Dari kedua pendekatan tersebut yang paling banyak

digunakan adalah pendekatan top-down dengan mensintesis material-

material yang berupa graphite (karbon multi layer) menjadi graphene dan GO.

Pada dasarnya, metode untuk mensintesis graphene dan GO hampir sama.

Menurut Krane (2013), secara umum terdapat 2 metode untuk membuat

graphene, yaitu Exfoliation (pengelupasan kulit) dan Growth on Surfaces.

Metode exfoliation merupakan metode pembuatan graphene dengan

pendekatan top-down. Sedangkan metode growth on surface merupakan

metode dengan pendekatan buttom-up. Metode exfoliation meliputi scotch

tape method (mechanical exfolition), dispersion of graphite, graphite oxide


exfoliation, dan substrate preparation. Sintesis graphene yang pertama kali

dilakukan oleh Geim dan Novoselov pada tahun 2004 menggunakan selotip

merupakan contoh dari scotch tape method atau mechanical exfoliation.

Sedangkan metode growth on surfaces meliputi epitaxial growth dan

chemical vapour deposition.

Menurut Truong (2013), ada beberapa metode dengan pendekatan

topdown untuk memperoleh graphene yaitu mechanical exfoliation (ME),

reduction of graphene oxide (rGO), liquid exfoliation (LE) dan lain

sebagainya. Metode ME dilakukan dengan cara mengelupas lapisan-lapisan

kristalin graphite atau karbon hingga skala mikrometer menggunakan selotip

(Geim, 2017). Selain itu, metode ME dapat dilakukan menggunakan blender

secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu misalnya 1 jam hingga 5

jam (Pratiwi, 2016). Di dalam blender terdapat pisau yang berfungsi untuk

memotong graphite agar terbentuk graphene halus.

Metode rGO adalah metode sintesis graphene secara kimiawi, dimana

serbuk graphite dioksidasi menggunakan bahan kimia seperti asam sulfat,

asam nitrat, kalium klorat, dan lain sebagainya (Vita, 2015). Metode rGO

melewati dua tahap pengoksidaan yaitu dari graphite menjadi graphite oxide

dan graphite oxide menjadi graphene oxide (Vita, 2015). Setelah melalui

kedua tahap itu barulah didapatkan material graphene atau lembaran graphene

yang tipis (Vita, 2015).

Metode WD adalah metode sintesis graphene dalam fase cair yang

menggunakan sintesis K2MnO4 sebagai campuran. Grafit dicampur dengan


yang air teradiolisis. Air teradiolisis diperoleh dengan melakukan radiasi

menggunakan sinar-X selama 2 jam. Campuran grafit dengan air teradiolisis

lalu diaduk menggunakan magnetic steerer selama 20 menit sebelum

dicampurkan dengan sintesis K2MnO4. Untuk memperoleh graphene

dilakukan dengan memberi sonikasi serta magnetic steerer pada larutan

selama kurang lebih 3 jam. Metode ini cukup menarik untuk dikaji lebih

mendalam karena efisien, murah, dan sederhana atau mudah.

D. Spektrofotometer UV-Vis

Spektroskopi UV-Vis mempelajari tentang transisi elektronik

dari molekul yang menyerap cahaya pada daerah UV dan tampak dari

spektrum elektromagnetik. Spektroskopi UV- Vis digunakan untuk

mengukur absorbansi atau transmisi pada padatan atau larutan yang

transparan. Prinsip kerja dari alat ini yaitu sebuah sinar akan

ditembakkan ke sampel yang diuji. Sinar yang menembus (melewati)

sampel akan ditangkap oleh detektor. Rentang panjang gelombang

yang digunakan pada spektrometer UV-VIS yaitu 200-800 nm. Sinar

yang yang tidak diteruskan menembus sampel diserap oleh beberapa

molekul dalam sampel mengindikasikan struktur dan ikatan kimiawi

yang akan diwujudkan dalam bentuk puncak pada panjang gelombang

tertentu. (Sharma, 2015: 40)

Radiasi UV-Vis yang diabsorbsi oleh bahan akan mengakibatkan

terjadinya transisi elektronik. Elektron-elektron dari orbital dasar akan

tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Apabila radiasi atau cahaya putih
dilewatkan pada suatu material, maka radiasi dengan panjang gelombang

tertentu akan diserap (absorpsi) secara selektif dan radiasi lainnya akan

diteruskan (transmisi). Diagram sederhana spektrometer UV-Vis dapat dilihat

pada Gambar (Efelina, 2015). Hasil dari karakteriasi menggunakan UV-Vis

adalah grafik hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang.

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis

E. Karakterisasi Superkapasitor

Terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur

performa dari superkapasitor, diantaranya adalah kapasitansi(C) dari

kapasitor tersebut, arus(I) yang dihasilkan pada tegangan(V) tertentu dalam

sebuah siklus.

E.1. Kapasitansi
Kapasitansi merupakan kemampuan atau kapasitas suatu device dalam
menyimpan energi. Pada baterai, kapasitansi dinyatakan dalam satuan mAH
(mili Ampere Hour), sedangkan pada kapasitor atau superkapasitor,
kapasitansinya dinyatakan dalam satuan F (Farad). Dengan mengetahui
besarnya nilai kapastansi, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
untuk pengisian dan pengosongan dapat diketahui. Pada superkapasitor,
persamaan yang digunakan dalam menyatakan besar kapasitansi (C) dalam
satuan Farad adalah sebagai berikut [8]:
𝑑𝑡
𝐶=𝐼 (2.1)
𝑑𝑉

dimana I merupakan arus yang dihasilkan dalam satuan Ampere (A),


t merukapan waktu yang dibutuhkan selama terbentuk siklus dalam satuan
sekon dan V merupakan besarnya tegangan yang diberikan dalam satuan
volt (V) [8].

E.2. Cyclic Voltammetry (CV)


Cyclic Voltammetry atau yang sering disingkat CV merupakan jenis
pengujian yang dilakukan baik pada baterai maupun superkapasitor untuk
melihat bagaimana perubahan arus yang terbentuk pada device ketika
diberikan tegangan tertentu. Oleh karena itu poin penting pada pengujian
CV terletak pada variabel arus (I) dan tegangan (V). Penentuan besarnya
tegangan untuk pengujian superkapasitor lebih besar dibandingkan baterai,
yakni sekitar 0-1 V dengan rentang scane rate yang bervariasi antara 0,5-
200 mV. Semakin besar scan rate yang diberikan pada pengujian maka
semakin besar pula arus yang akan dihasilkan pada grafik CV, akan tetapi
bergantung pula pada bahan yang digunakan. Pada baterai biasanya akan
memakan waktu lebih lama dalam pengujian CV disebabkan karena
mekanisme reaksi redoks di dalam baterai tersebut. Sedangkan pada
superkapasitor sendiri akan lebih singkat [8].
Gambar 2.4 Cyclic voltammetry superkapasitor berbasis karbon
aktif [8]

Pada pengujian CV, grafik hubungan I-V yang dihasilkan pada


baterai dan superkapasitor juga cukup berbeda, dimana siklus yang
terbentuk pada superkapasitor cenderung berbentuk seperti daun seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.4, sedangkan pada baterai sendiri
memiliki peak yang menandakan sebagai titik puncak terkadinya reduksi
maupun oksidasi [8,19].
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2019. Tempat

penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat yaitu:

1. Sintesis nanomaterial GO : Laboratorium Koloid lantai II Jurusan

Pendidikan Fisika, FMIPA, UNY.

2. Pengujian UV-Vis : Laboratorium Kimia lantai II Jurusan Pendidikan

Kimia, FMIPA, UNY.

3. Pembuatan superkapasitor : Pusat Penelitian Fisika (PPF) LIPI, Serpong,

Tangerang Selatan.

4. Pengujian superkapasitor : Pusat Penelitian Fisika (PPF) LIPI, Serpong,

Tangerang Selatan.

B. Deskripsi Variabel

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab berubahnya suatu

variabel lain yaitu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah massa grafit serta panjang gelombang pada grafik hasil

karakterisasi GO.

2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi akibat adanya variabel

lain yaitu variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

absorbansi pada grafik hasil karakterisasi GO serta nilai kapasitansi

superkapasitor yang dihasilkan.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat sama sehingga tidak

mempengaruhi variabel terikat. Variabel kontrol dalam penelitian ini

antara lain waktu radiolysis air, waktu sonikasi, waktu steering air

teradiolisis dengan grafit, massa pencampuran larutan grafit dengan

K2MnO4, suhu, volume air teradiolisis, dan massa sintesis K2MnO4.

C. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen. Eksperimen

dilakukan untuk mengetahui kapasitansi spesifik superkapasitor dengan

eletroda menggunakan nanomaterial GO berbahan dasar batang pensil.

D. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Seperangkat alat safety (Jas laboratorium, Gloves, Kacamata dan masker)
2. Oven
3. Gelas ukur 500ml
4. Magnetic Stirrer
5. Hotplate
6. Diffractometer Sinar-X
7. Krusibel
8. Mesin Coater
9. Mikropipet
10. Punch
11. Multimeter
12. Dry Box
13. Koin sel
14. Gunting
15. Pisau
16. Talenan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Batang pensil 2B
2. K2MnO4
3. KOH
4. Aquades
5. Kertas pH
6. Kertas Whattman 42
7. Super P (karbon black)
8. PVdF (Polyvinylidene Fluoride)
9. Separator (Celgard Li-ion Battery Separator film)
10. Aluminium Foil
11. Tembaga
12. Tissue

E. Langkah Penelitian

a. Sintesis GO menggunakan metode WD

1. Melakukan Radiolisis air selama 2 jam dengan tegangan 20 kV

2. Mencampurkan variasi massa 1, 2, 3, 4 dan 5 gram grafit dengan 100 ml

air teradiolisis menggunakan magnetic stirrer selama 2 menit


3. Melakukan sintesis K2MnO4

4𝐾𝑂𝐻 (𝑠) + 2𝑀𝑛𝑂2 (𝑠) + 𝑂2 (𝑔) ⇆ 2𝐾2 𝑀𝑛𝑂4 (𝑠) + 2𝐻2 𝑂 (𝑙)

Penghitungan massa KOH : Mr x mol = 56 x 4 = 224 gram

Penghitungan massa MnO2 : Mr x mol = 87 x 2 = 174 gram

Perbandingan massa KOH : massa MnO2 = 224 : 174 = 1,287 : 1

Massa yang digunakan dalam penelitian yaitu KOH sebanyak 65 gram

dan MnO2 sebanyak 50 gram

4. Mencampurkan 100 ml larutan grafit dengan 2 gram K2MnO4

menggunakan magnetic stirrer

5. Melakukan pemaparan sonikasi audiosonik dengan frekuensi 170 Hz

(sampai terjadi pola paling jelas di permukaan larutan) ke larutan grafit

K2MnO4 selama 3 jam

6. Mencampurkan 0,1 M HCl sebanyak 50 ml ke larutan yang sudah

tersonikasi

b. Proses pembuatan superkapasitor

1. Pembuatan Lembaran Katoda: Coating

Pembuatan slurry untuk lembaran katoda mengikuti proses yang

ditunjukkan pada gambar 3.4, terdiri atas 85% GO, 5% super p, 10%

PVDF sebagai perekat dan DM AC berperan sebagai pelarut. 2,2 ml

larutan DC AC distrirrer pada suhu 70˚C selama 15 menit dengan

kecepatan 330 rpm. Kemudian PVDF dimasukkan secara perlahan dan

ditahan 15 menit hingga larut bersama DM AC. Super p dimasukkan


perlahan sampai terbentuk slurry hitam yang masih encer. Setelah 15

menit, GO dimasukkan perlahan dan ditahan 30 menit untuk memperoleh

slurry yang kental dan siap untuk dicoating menjadi lembaran katoda.

Gambar 3.4 proses pembuatan slurry (a) DM AC, (b) PVDF, (c)

Super P dan (d) Graphite Oxide.

Peralatan coating serta aluminium foil sebagai konduktor katoda

dibersihkan menggunakan aseton. Aluminium berukuran 30×20 cm

dalam keadaan vakum dicoating dengan slurry menggunakan ketebalan

0,20 mm dan kecepatan 3,5 mm/s.

Gambar 3.5 proses coating lembaran katoda

Lembaran yang dihasilkan kemudian diangin-anginkan selama 10

menit lalu dioven pada suhu 70˚C selama 30 menit. Lembaran kemudian
dipotong berbentuk bulat dengan ukuran diameter 16 mm seperti yang

diilustrasikan pada Gambar 3.5.

2. Penyusunan Komponen Superkapasitor LIC: Assembling

Pada proses assembling, komponen-komponen superkapasitor yang

telah dipersiapkan disusun berdasarkan urutan yang telah ditentukan

seperti pada gambar 3.6 dan dipress menggunakan alat puch untuk

merapatkan komponen sebelum dilakukan pengujian. Komponen yang

disusun berupa lembaran katoda dari GO, anoda LTO dan separator serta

larutan elektrolit LiPF6 sebanyak 60 µL. Komponen disusun ke dalam

koin sel baterai lithium yang terdiri atas alas, spacer, wavespring dan

penutup.

Gambar 3.6 Susunan komponen Superkapasitor


F. Diagram Alir

1. Sintesis GO

Mulai

Persiapan Alat
dan Bahan

Sintesis matereial GO menggunakan metode WD

Grafit Oxide Karakterisasi

UV-Vis

Analisis
Data
2. Pembuatan Superkapasitor

Grafit Oxide

Pembuatan slurry katoda


dengan komposisi : Karbon
aktif 85%, Super P 5% &
PVDF 10%

Proses dicoating lembaran


katoda: ketebalan 0,20 mm

Pengeringan pada suhu


70˚C selama 30 menit

Pemotongan lembaran
katoda: diameter 16 mm

Assembling komponen koin Punch koin sel


sel superkapasitor LIC: superkapasitor LIC
Katoda-Separator-Anoda

Pengujian Cyclic
Voltametry
Superkapasitor
LIC
Perhitungan kapasitansi

Selesai

Anda mungkin juga menyukai