Anda di halaman 1dari 10

NILAI 1:

NILAI 2:

SEMINAR LITERATUR

JUDUL MAKALAH

………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………

KODE: xxx (diisi pengelola)

PRODI S1-FISIKA
JURUSAN FISIKA FMIPA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU, 2023
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL MAKALAH

…………………………………………………………..……
…………………………………………………………..……
…………………………………………………………..……

Makalah Seminar Literatur


Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Seminar Literatur
Prodi S-1 Fisika, Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Riau

Oleh
AGUS SUMANTRI
NIM : xxxxxxxxxxxx

Pekanbaru, dd.mm.2023

Dosen Pembimbing SL Mahasiswa


NIP. NIM.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi sangat tergantung pada teknologi dan cara
konversinya. Komputer dan handphone merupakan contoh perkembangan teknologi yang
membutuhkan baterai sebagai penyimpan energi. Namun, baterai memiliki kelemahan dalam
menyimpan energi karena rapat daya kecil dan waktu penyimpanan energi cukup lama. Karena itu,
dibutuhkan penyimpanan energi dengan kapasitas besar dengan rapat energi dan rapat daya tinggi dan
waktu penyimpanan singkat untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang dikenal dengan
superkapasitor.
Superkapasitor dapat dibuat dari biomassa karena terdiri dari komponen selulosa, hemiselulosa, dan
lignin yang berpotensi tinggi sebagai sumber karbon. Keuntungan superkapasitor berbasis biomassa
yaitu dapat menghasilkan struktur pori alami, dan mudah diperoleh karena keseterdiaan melimpah.
Pembuatan elektroda dimulai dengan pengolahan biomassa menjadi karbon, dan proses aktivasi.
Karbon aktif dari biomassa mempunyai luas permukaan spesifik mencapai 2000 m 2/g. Proses aktivasi
dilakukan menggunakan nitrogen, oksigen, karbon dioksida, dan air untuk menghilangkan unsur selain
karbon dan pembentukan struktur pori untuk meningkatkan luas permukaan spesifik elektroda ( Taer
et al.,2021).
Makalah ini berfokus pada pembuatan karbon aktif dari bahan biokarbon yaitu biji buah jamun
sebagai elektroda untuk aplikasi superkapasitor. Dengan menggunakan dua variabel yaitu pretreatment
asam dan aktivasi CO 2 terhadap struktur permukaan bubuk biji buah jamun yang telah dikeringkan
dan dihaluskan. Proses pretreatment asam menggunakan HCl 1M pada suhu 80 ℃ , sedangakan
aktivasinya menggunakan suhu sebesar 900℃ selama satu jam.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh dari pretreatment asam dan aktivasiCO 2 terhadap struktur biokarbon
berbasis biji jamun sebagai pembuatan sel kapasitor.
2. Mengetahui sifat fisis dari elektroda karbon berbasis biji jamun menggunakan karakterisasi X-
Ray Diffraction dan High Resolution-Transmission Electron Microscope.
3. Mengetahui sifat elektrokimia dari sel superkapasitor berbasis biji jamun menggunakan Cyclic
voltametry, Adsorbtion Isotherm, Specific Capacitance dan Galvanostatic Charge-Discharge.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam makalah ini meliputi :
1. Biokarbon yang digunakan adalah biji jamun sebagai bahan dasar pembuatan elektroda sel
superkapasitor.
2. Proses pretreatmen asam menggunakan HCl 1 M pada suhu 80℃ selama 6 jam kemudian
disaring dan dicuci dengan deionisasi sampai di peroleh pH netral.
3. Proses aktivasi CO 2 dengan suhu mencapai 900℃ selama satu jam dengan tingkat
pemanasan 10℃/menit.
4. Karakterisasi bahan menggunakan X-Ray Diffraction dan High Resolution-Transmission
Electron Microscope.
5. Karakterisasi sifat elektrokimia sel superkapasitor menggunakan Cyclic voltametry,
Adsorbtion Isotherm, Specific Capacitance dan Galvanostatic Charge-Discharge

.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Buah Jamun
Jamun (syzygium cumini) merupakan tumbuhan yang termasuk dalam famili Myrtaceae atau
jambu-jambuan. Tumbuhan ini asli dari Indonesia dan India , namun kini telah banyak di tanam di
negara lain, terutama daerah tropis dan subtropis. Jamun juga dikenal dengan nama Blackberry India,
Black plum, Jawa plum, Jamblang,dll. Buah jamun kaya akan senyawa yang mengandung antosianin,
glikosida, asam ellagic, isoquercetin, kaemferol dan Myrecetin.
Selain buahnya limbah biji Jamun juga banyak manfaatnya, salah satunya ialah pembuatan
elektroda sebagai aplikasi untuk superkapasitor. Dalam pembuatan superkapasitor pada makalah ini
ialah menggunakan biji jamun, biji jamun yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu pada suhu
tertentu, kemudian diperkecil permukaannya atau digiling menjadi sekecil permukaan bubuk. Bubuk
biji jamun ini diklaim mengandung alkaloid, jambosine, dan glikosida jambolin atau antimellin, yang
menghentikan konversi diastatik pati menjadi gula, yang mencakup sejumlah besar gugus karbonil,
karboksilat, dan hidroksil dalam senyawa ini. berfungsi sebagai sumber karbon yang baik untuk
produksi karbon aktif (Swathi R). Bubuk biji jamun memiliki kandungan karbon tetap yang rendah
serta kandungan oksigen dan komponen volatil yang tinggi dibandingkan dengan biochar (Nalinee).

2.2 Biokarbon
Biochar adalah padatan yang kaya akan karbon yang mana diperoleh setelah perlakuan panas
biomassa dalam atmosfer inert. Komposisi kimia sangat bergantung pada bahan baku dan parameter
proses biokarbon. Biokarbon dianggap sebagai bahan berharga dengan banyak aplikasi termasuk
remediasi tanah, pengolahan air limbah dan sebagai katalis/pendukung katalis. Biokarbon tidak lain
ialah jenis bahan berbasis karbon yang penting untuk membuat elektroda superkapasitor. Mengonversi
berbagai jenis limbah padat menjadi bahan biokarbon adalah perlakuan yang ramah lingkungan karena
berkurangnya jumlah limbah padat. Sementara itu, struktur berpori yang melekat dan unsur H,P,O dan
N yang relevan dengan sel biologis dalam limbah hayati memberikan potensi untuk diterapkan dalam
superkapasitor. Namun, kelemahan utama bahan biochar adalah kapasitansinya yang rendah. Akan
tetapi kelebihan dari bahan biokarbon adalah harga pasarannya lebih rendah dibandingkan karbon aktif
komersial dan bahan halus lainnya yang sekarang banyak digunakan. Penggunaan biochar sebagai
sumber daya terbarukan untuk aplikasi lapangan, jika memungkinkan, akan mendapatkan peluang
ekonomi yang jelas. Modifikasi menggunakan aktivasi fisika atau kimia untuk meningkatkan sifat
permukaan biokarbon untuk mencapai peningkatan kinerja aplikasi sebagai superkapasitor yang
terbarukan dengan biaya yang lebih ekonomis (Shivam Rawat).

2.3 Superkapasitor
Superkapasitor adalah perangkat elektrostatik dengan kapasitansi tinggi karena karakteristik
strukturalnya, khususnya lapisan ganda elektroaktif. Karena beroperasi seperti kapasitor lainnya,
baterai dapat dikosongkan atau diisi tanpa batas waktu, tidak seperti baterai yang kualitasnya menurun
seiring dengan meningkatnya siklus kerja. Superkapasitor hampir tidak akan kehilangan hingga 80%
dari kapasitas terukurnya seiring berjalannya waktu. Superkapasitor sebanding dengan baterai dalam
hal kepadatan energi yang lebih tinggi dan kapasitor dalam hal kepadatan daya yang lebih tinggi,
sehingga mendapat tempatnya dalam aplikasi penyimpanan energi (naidu). Superkapasitor merupakan
perangkat penyimpan energi listrik yang mampu menyimpan energi diantara penyimpana pada
kapasitor dan baterai. Superkapasitor memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi, waktu pengisian
daya yang singkat, siklus hidup yang lebih lama, dan dapat menyimpan 106 muatan per meter kubik
lebih besar dari kapasitor konvensional.
2.4 Analisis Komposisi
Analisis proksimat adalah sebuah teknik uji sampel yang bergantung pada sifat fisik bahan bakar.
Properti fisik ini adalah kadar air total (moisture), kadar abu (Ash content), zat yang mudah menguap
(volatile), dan karbon yang terikat (fixed carbon). Analisis ultimate adalah analisis bahan bakar dilihat
dari perspektif kimia dalam kadar komposisi kimia. Kadar komposisi kimia yang diperoleh dari hasil
tersebut berupa Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen dan Belerang.

2.5 X-Ray Diffraction


Difraksi sinar-X (XRD) adalah teknik karakterisasi material yang penting dan banyak digunakan.
Dengan perkembangan teknologi terkini dan pemahaman ilmu material, banyak material baru yang
dikembangkan sehingga memerlukan perbaikan pada teknik analisis yang ada untuk dapat
memecahkan masalah yang kompleks. XRD merupakan teknik yang efektif untuk mempelajari
perubahan yang disebabkan oleh interlayer pada material yang terikat pada grafit dan juga untuk
menentukan sifat kristal dari komposit.
XRD paling banyak digunakan untuk analisis kuantitatif. Teknik ini memungkinkan peneliti
menghitung parameter struktural (jarak antarplanar dan ukuran kristalit) bahan karbon langsung dari
pola difraksi sinar-X, yang terutama menentukan strukturnya. Jarak antarplanar dihitung berdasarkan
sudut puncak difraksi, dan ukuran kristalit Lc dan La dapat ditentukan dengan menggunakan sudut dan
lebar penuh pada setengah maksimum (FWHM) puncak difraksi.
Ketika sinar-X mengenai bahan padat, sinar-X tersebut dihamburkan oleh elektron-elektron yang
mengorbit inti atom. Gelombang yang tersebar ini memancar ke berbagai arah dan saling
mengganggu. Sifat interferensi dapat bersifat konstruktif atau destruktif, tergantung pada arah dan
jenis interaksi gelombang. Difraksi adalah peningkatan interferensi sinar-X yang tersebar. Perlu
dicatat di sini bahwa susunan teratur (periodisitas) struktur atom dalam padatan menyebabkan
peningkatan interferensi. Oleh karena itu, interpretasi yang jelas dari grafik XRD zat kristal menjadi
jelas. Terdapat korelasi yang kuat antara periodisitas dan difraksi, yaitu sudut difraksi yang lebih
tinggi diamati dengan periodisitas yang lebih pendek dan sebaliknya(ali).

2.6 Tranmission Electron Microscope (TEM)

2.7 Isothermal Adsorbtion

2.8 Cyclic Voltametry


Sifat elektrokimia karbon aktif elektroda superkapasitor dapat diukur dengan menggunakan CV
untuk menentukan nilai kapasitansi spesifik elektroda karbon. CV adalah karakteristik analisis
elektrokimia yang merupakan metode lanjutan untuk mengukur potensial dan mengukur tegangan.
Potensiometri adalah suatu metode pengukuran potensial sel elektrokimia dalam kondisi statis dan
menggunakan metode voltmeter(saarma). Kesimpulan Hasil pengukuran metode ini berupa kurva
persegi panjang yang terdeformasi. menunjukkan bahwa superkapasitor memiliki sifat EDLC yang
normal terhadap bahan biomassa. Luas kurva yang terbentuk dipengaruhi oleh aliran muatan yang
masuk ke pori-pori melalui ion. Arus pengisian, yaitu arus yang masuk ketika ion-ion mengalami
pengisian, ditandai dengan kurva atas, sedangkan arus pengosongan ditandai dengan kurva bawah
ketika ion-ion mengalami drainase. Proses pelepasan mempengaruhi luas kurva, semakin tinggi arus
charge-discharge maka luas kurva semakin besar. Hubungan antara luas kurva dan nilai kapasitansi
spesifik elektroda: semakin besar luas kurva, semakin tinggi nilai kapasitansi spesifiknya.

2.9. Galvanostatic Charge-Discharge.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Komposisi
Bubuk biji jamun memiliki kandungan karbon tetap (fixed carbon) yang rendah serta kandungan
oksigen dan komponen volatil yang tinggi dibandingkan dengan biokarbon. Setelah perlakuan panas di
bawah atmosfer N2, jumlah relatif karbon meningkat, sedangkan kandungan oksigen menurun secara
signifikan untuk JSB. Hal ini disebabkan oleh degradasi fungsi oksigen dalam biomassa melalui
dehidrasi, dekarboksilasi, dan penguapan menjadi molekul yang lebih kecil yang keluar dalam bentuk
H2O, CO, CO2, CH4 dan komponen volatil lainnya. Sisa padatannya berupa biokarbon dengan
rendemen sebesar 31% wt. Kadar abu JSB sebesar 3,6% wt, sedangkan bubuk biji jamun sebesar
2,9% wt. Dalam kasus JSB-D, diperoleh sejumlah kecil abu, yaitu 1,5% wt. Hal ini disebabkan
larutnya komponen mineral dalam kondisi asam. Yang menarik adalah hal itu tidak signifikan dengan
perubahan komposisi unsur diamati antara JSB dan JSB-D. Kedua jenis biokarbon teraktivasi tersebut
menunjukkan adanya penurunan kandungan C dan peningkatan kandungan O. Karena diolah dengan
asam sebelum aktivasi, JSB-D-AC memiliki kadar abu yang lebih rendah dibandingkan JSB-AC.
Salah satu ciri kualitas karbon adalah kadar abunya yang rendah, karena abu merupakan oksida logam
dalam karbon yang terdiri dari mineral yang tidak dapat menguap selama proses karbonisasi.
Kandungan abu dikatakan sesuai dengan mineral yang tersisa selama proses karbonisasi, karena bahan
alami yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan karbon tidak hanya mengandung senyawa
karbon tetapi juga beberapa mineral, Beberapa dari senyawa ini hilang selama karbonisasi, yang lain
dianggap sebagai untuk tetap berada dalam karbon [11]. Kadar abu sangat mempengaruhi kualitas
karbon yang dihasilkan. Abu yang berlebihan dapat menyebabkan pori-pori karbon tersumbat
sehingga mengurangi luas permukaan karbon.
3.2 Analisis Difraksi Sinar-X (XRD)
Hasil analisis difraksi sinar-X memplot intensitas sinyal untuk sudut difraksi berbeda pada dua
posisi theta yang bersesuaian. Kedua posisi theta tersebut sesuai dengan jarak tertentu antara kristal
atau atom sampel, yang ditentukan oleh sudut difraksi sinar X-ray yang dikirim ke sampel. Intensitas
maksimum berkaitan dengan jumlah molekul dalam fase atau jarak tersebut. Semakin tinggi
intensitas maksimum, semakin banyak jumlah kristal atau molekul pada jarak yang berbeda. Lebar
puncak berbanding terbalik dengan ukuran kristal atau luas sampel. Puncak yang lebih halus
menunjukkan luas permukaan karbon biogenik yang lebih besar. Puncak yang lebih lebar berarti
kemungkinan luas permukaan biokarbon lebih kecil, analisis XRD juga menunjukkan sifat amorf
pada sampel biokarbon dan sampel biokarbon teraktivasi.

Gambar 3.2 Pola XRD untuk sampel Biji Jamun.


Terlihat bahwa adanya perbedaan intensitas pada
JSB, JSB-D, JSB-AC, JSB-D-AC

Pada Gambar 3.2 dapat diamati bahwa terdapat dua puncak besar pada 2Ɵ dari 24º dan 44º, yang
menyatakan bahwa bidang kristal dari sampel adalah bidang [002] dan [100].

3.3 Analisis Transmisi Mikroskop Elektron (TEM)


Gambar 3.3

3.4 Analisis Adsorbsi isothermal


Luas permukaan spesifik ( S BET ) ditentukan dengan persamaan Brunaeuer-Emmett-Teller dari
p
isoterm N 2 pada suhu -196℃ dengan kisaran tekanan relatif 0,05 hingga 0,30. Luas permukaan
p0
mikroskopis ( Smicro ) dan volume mikropori (V micro ) diperoleh dengan plot dari grafik adsorbsi
isothermal yang diperlihatkan pada Gambar 3.4. Luas permukaan spesifik JSB adalah 278 m 2 /g , dan
permukaannya didominasi oleh mikropori dengan volume 0,10 cm3 / g. Setelah ditambahkan dengan
asam pada biokarbon JSB-D, terjadi penurunan luas permukaan spesifik menjadi 110 m 2 /g dan
volume total menjadi 0,06 cm3 / g. Hasil ini menunjukkan bahwa keruntuhan struktural terjadi pada
penambahan asam pada biokarbon.hal ini disebabkan oleh adanya kandungan abu dalam biokarbon
biji jamun yang memberikan stabilitas mekanik pada biokarbon. JSB-AC teraktivasi CO 2
menunjukkan luas permukaan spesifik yang tinggi diatas 1000 m 2 /g dengan pori-pori yang tersebar
dalam rentang mikro dan mesopori. Sedangkan pada kasus JSB-D-AC diperoleh luaspermukaan
spesifik sebesar 667 m 2 /g . Hasil ini menunjukkan bahwa proses penghancuran menghasilkan
hilangnya integritas struktural biochar dan menyebabkan aktivasi yang kurang jelas.

Gambar 3.4 Adsorbsi Isotherm

3.5 Analisis Cyclic Voltametry


Gambar 3.5 memperlihatkan bahwa kurva cyclic voltametry untuk sampael JSB, JSB-D, JSB-AC,
dan JSB-D-AC dengan masing-masing teganggan yang diatur sangat kecil yaitu 2,3,5 dan 10 mV/s.
Memiliki luas yang berbeda-beda.

3.6 Analisis Galvanostatic Charge-Discharge

Anda mungkin juga menyukai