Oleh :
Ayu Lestari
2003113446
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
LEMBARAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa/i : AYU LESTARI
Nomor Mahasiswa/i : 2003113446
Prodi / Jurusan : S-1 Fisika/ Fisika
Fakultas : MIPA
Judul Seminar : Karakterisasi Bahan Optik Barium Titanat (BaTiO3) dengan
Menggunakan Spektroskpi Ultraviolet-Visible
Ayu Lestari
2003113446
Mengetahui / menyetujui
PENGELOLA
SEMINAR LITERATUR DOSEN PEMBIMBING
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah seminar literatur yang berjudul “Karakterisasi sifat optic bahan
barium titanat dengan mengguanakan spektroskopi Ultraviolet-Visible (UV-Vis)“. Dalam
penyelesaian makalah ini, penulis secara langsung atau tidak langsung telah mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada Ibu Dr. Rahmi Dewi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah seminar literatur ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
juga kelemahan yang penulis perbuat. Oleh karena itu, penulis berharap kepada pembaca untuk
dapat memberikan masukan dan saran demi kesempuraan makalah seminar litertur ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan BaTiO3 ditinjau dari segi penggunaannya sangat praktis karena sifat kimia dan
mekaniknya sangat stabil. Untuk mengembangkan aplikasi tersebut perlu ditingkatkan
sifat optik sehingga dapat menentukan daya serap ,transmitansinya,dan digunakan untuk
pembuatan sensor,maka perlu juga ditingkatkan sifat listrik terutama sifat
konduktivitasnya sehingga dapat digunakan untuk memodifikasi elektroda agar dapat
menghantarkan litrik. Misalnya Zink Oksida yang biasa digunakan sebagai penghantar
arus litrik. Untuk itu, diperlukan teknik pembuatan tertentu agar bahan-bahan tersebut
dapat dijadikan material dengan fungsi tertentu (Bishop, S. 2000).
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui karakterisasi sifat optik pada larutan
Barium Titanat dengan menggunakan spektroskopi Ultraviolet- Visible (UV-Vis)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Barium Titanat
BaTiO3 merupakan suatu bahan yang bersifat ferroelektrik dan mempunyai struktur
kristal perovskite yang sampai saat ini banyak diteliti secara luas. BaTiO3 ini mempunyai
struktur kristal yang jauh lebih sederhana bila dibanding dengan bahan ferroelektrik lainnya.
Ferroelektrik merupakan material elektronik khususnya dielektrik yang terpolarisasi spontan dan
memiliki kemampuan untuk mengubah arah listrik internalnya. Polarisasi yang terjadi
merupakan hasil dari penerapan medan yang mengakibatkan adanya ketidaksimetrisan struktur
kristal pada suatu material ferroelektrik.
3
2.2 Spektrofometri UV-Vis
Prinsip kerja spektrofometri UV-Vis yaitu apabila ada cahaya putih atau radiasi
dilewatkan memlalui larutan maka radiasi yang memiliki panjang gelombang tertentu akan
diabsorbsi dan ditransmisikan. Perbandingan antara intensitas sinar yang diserap dengan
intensitas sinar yang datang akan menghasilkan absorbansi . Semakin tinggi kadar suatu zat pada
suatu sampel, maka semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu, sehingga nilai absorbansi semakin besar pula (Neldawati et al., 2013).
𝐼
A = −log 𝐼𝑑 = − log(𝑇) = 𝑎𝑐𝑑 (1)
0
Dengan I0 dan Id adalah intensitas cahaya datang dan diteruskan. Koefisien absorbs (𝛼)
dapat diperoleh dengan persamaan 2. Dimana 𝒬ext adalah nilai efisiensi cahaya
4
terhambur, 𝜀 adalah refractive index , (𝜀 = 0,04-0,05 untuk logam perak pada 𝜆 adalah panjang
gelombang pada puncak maksimum. Untuk partikel yang berbentuk bola, rapat partikel
merupakan jumlah partikel yang terdistribusi dalam ruang sampel (CV) per satuan volume
seperti dituliskan dalam Persamaan 3 (Chamberlin, 2008).
1 𝐼 1
𝛼= log 𝐼𝑑 = − 𝑐𝑑log(T) (2)
𝑐𝑑 0
4𝜋𝜀
=N𝒬ext = 𝜆
4
Cv = 3 𝜋R3N (3)
Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang memiliki sifat sebagai gelombang dan
partikel. Cahaya berbentuk energi sehingga penyerapan cahaya oleh materi menyebabkan
kandungan energi dari molekul atau atom meningkat. Energi radiasi terdiri dari sejumlah besar
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berbeda. Bagian –bagian suatu
radiasi dapat dipisahkan menjadi spektrum elektromagnetik (Triyati, 1985)
Cahaya pada UV dan sinar tampak memiliki energi yang menyebabkan transisi antara
energi elektronik berbeda. Panjang gelombang cahaya yang diabsorbsi memiliki energi yang
diperlukan untuk memindahkan electron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Apabila cahaya mengenai molekul maka akan terjadi perpindahan elektron dari
keadaan dasar menuju ke keadaan terekstasi. Perpindahan elektron tersebut dinamakan transisi
elektronik. Gugus molekul yang dapat mengabsorbsi cahaya disebut gugus kromofor (Triyati,
1985). Kromofor terdiri dari sekelompok senyawa organik seperti keton, amina, dan turunan
nitrogen (Rouessac dan Rouessac, 2007)
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya adalah salah satu komponen terpenting dari spektrometer UV-Vis (Heinz
dan Perkampus, 1992). Sumber cahaya yang paling umum digunakan adalah lampu deuterium
pada daerah dari 180 sampai 350 nm dan filament tungsten dan lampu halogen pada daerah dari
330 sampai 900 nm. Sumber cahaya untuk daerah 175 sampai 1000 nm adalah busur xenon.
5
2) Monokromatror
Fungsi utama monokromator adalah mendispersi berkas cahaya yang diperoleh dari
sumber cahaya ke dalam komponennya. Monokromator terdiri dari celah masuk ,perangkat
disperse, dan celah keluar (Owen, 1996). Radiasi yang dipancarkan dari sumber utama (radiasi
polikromatik) memasuki monokromatror melalui celah masuk (Bakhsi, 2006). Monokromator
lalu memisahkan panjang gelombang cahaya dan memfokuskan masing-masing ke fotodetektor
secara berurutan . Ada dua jenis monokromatror yaitu monokromator prisma dan monokromator
grating (Owen, 1996).
3) Komponen sampel
Sampel dan larutan ditempatkan dalam suatu sel transparan yang dikenal sebagai kuvet.
Kuvet berbentuk segi empat, dan biasanya memiliki lebar internal 1 cm. Bahan dari kompartmen
sel harus transpaan terhadap radiasi pada wilayah yang diamati. Sel biasanya terbuat dari kaca,
silica atau kuarsa. Sel kuarsa transparan bekerja pada rentang (200-700 nm) dan dapat digunakan
pada daerah UV dan daerah tampak (Bakhshi, 2006).
4) Detektor
Detektor mengubah intensitas cahaya menjadi sinyal listrik (Owen, 1996). Ada 2 jenis
detektor yang biasa digunakan, yaitu tabung photomultiplier atau semikonduktor. Sensitivitas
kedua detektor itu tergantung pada panjang gelombang ( Rouessac dan Rouessac, 2007).
6
Bagian utama dari spektrofometer adalah sumber radiasi elektromagnet,
monokromator,sel sampel, dan detector. Bagian sel sampel mengandung serapan optik yang
berisi larutan pembanding. Umumnya, dipakai pelarut murni (Albert,1981). Proses absorbs pada
spektrofometer UV-Vis adalah ketika cahaya (lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis), di teruskan melalui lensa menuju monokromator. Kemudian monokromator
mengubah cahaya polikromatis menjadi monokromatis. Pengukuran spektrofometri melibatkan
energi elektron yang cukup besar pada molekul yang dianalisis. Spektrofometer UV-Vis
digunakan untuk analisis kuantitatif. Gamabr 2.2 menunjukkan diagram spektrofometer UV-Vis.
Rentang panjang gelombang yang digunakan pada spektrofometer UV-Vis, yaitu 200-800
nm. Pada cahaya UV mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm. Pada cahaya tampak
mempunyai gelombang 400-800 nm. Jika berkas-berkas cahaya polikromatis ditembakkan
mengenai suatu sampel, maka cahaya yang menembus sampel dengan panjang gelombang
tertentu saja yang akan ditangkap oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya
yang diterima untuk mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang tidak diteruskan
menembus sampel akan diserap oleh beberapa molekul. Sampel tersebut mengindikasikan
struktur dan ikatan kimiawi yang diwujudkan dalam bentuk puncak pada panjang gelombang
tertentu (Sharma,2015).
7
Band gap merupakan perbedaan energi minimum antara puncak pita valensi dan lembah
pita konduksi. Puncak pita valensi dan lembah pita konduksi tidak selalu berada pada momentum
elektron yang sama (Nuraini,2019).
Penurunan celah pita energi dapat diketahui dengan menggunakan karakterisasi UV-Vis.
Berdasarkan pengujian UV-Vis diperoleh nilai transmitasi maksimum dan minimum, data
tersebut diolah untuk menentukan celah pita energi( Agus,2019).
Barium titanat adalah salah satu bahan ferroelektrik yang paling menarik dan
menunjukkan sifat non-linear dan elektro optik karena interaksi antara polarisasi spontan dan
cahaya terpolarisasi. Sehubungan dengan celah pita optik BaTiO3 berskala nano, bahwa celah
pita nanokristalit BaTiO3 (10 nm) kira-kira 0,1 eV lebih besar dari pada kristal tunggal. Spektra
reflektansi difus digunakan untuk memperkirakan celah nanopartikel BaTiO3. Spektra diperoleh
dengan menggunakan spektrometer UV-Vis (Suzuki,2005).
8
BAB III
Pada penelitian ini akan membahas mengenai larutan BaTiO3 dan hasil penelitian yang
meliputi variasi suhu,konsentrasi dan hasil karakterisasi spektroskopi Ultraviolet-Visible (UV-
Vis). Metode pembuatan larutan BaTiO3 merupakan salah satu cara untuk memperoleh
perbedaan spektrum dengan konsentrasi dan suhu yang berbeda-beda, dilakukan dengan cara
tanpa diannealing dan dianneling.
Gambar 3.1. Spektrum absorbansi optik dari sampel yang belum diannealing (a). spektrum
absorbansi optik dari sampel yang telah di diannealing pada suhu 600⁰C (b)(Yulis, 2019).
Gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa sampel (a) sampel yang telah dilarutkan dengan
konsentrasi 0.005 mol dengan berat BaCO3 0.0985 gr dan TiO2 0,4 gr dilakukan tanpa
diannealing , memiliki intensitas absorbansi (daya serap) yang lebih tinggi yaitu 3,999 Arbitary
unit (A.u) dengan panjang gelombang 282,0 nm dibandingkan sampel (b) yang dilarutkan
konsentrasi sama yaitu 0.005 mol dan berat BaCO3 dan TiO2 sama yaitu masing –masing 0.985
gr dan 0.4 gr dilakukan dengan diannealing pada suhu 600⁰C ternyata memiliki nilai intensitas
absorbansi (daya serap) yang lebih rendah yaitu 3,1503 A.u dengan panjang gelombang 281,0
nm.
9
Gambar 3.2. Spektrum absorbansi optik dari sampel yang belum dianneling (a). spektrum
absorbansi optik dari sampel yang telah diannealing pada suhu 700⁰C (b)(Yulis,2019).
Gambar 2 menunjukkan bahwa spektrum dari sampel (a) yang telah dilarutkan pada
konsentrasi 0,006 mol dengan berat bahan BaCO3 1,182 gr dan TiO2 0,48 gr dilakukan dengan
tanpa diannealing. Posisi puncak terjadi pada panjang gelombang 284,0 nm panjang gelombang
ini merupakan panjang gelombang yang paling besar dibandingkan dengan panjang gelombang
sampel lainnya yang sama-sama dilakukan dengan cara tanpa diannealing dengan intensitas
absorbansi (daya serap)3,999 A.u, begitu juga dengan sampel (b) yang dilarutkan dengan
konsentrasi dan berat bahan yang sama dengan sampel (a) , tetapi dilakukan dengan cara
diannealing pada suhu 700⁰C. Memiliki panjang gelombang yang besar dibandingkan dengan
sampel lainnya yang sama-sama dilakukan dengan cara diannealing yaitu sebesar 284,0 nm.
Nilai intensitas absorbansinya tetap sama dengan sampel lainnya yang dilakukan dengan cara
diannealing yaitu sebesar 3,1503 A.u
10
Gambar 3. 3Spektrum absorbansi optik dari sampel yang belum diannealing (a). spektrum
absorbansi optik dari sampel yang telah diannealing pada suhu 800⁰C (b)(Yulis,2019)
Gambar 3.3 memperlihatkan spektrum absorbansi optik dari sampel (a) dan sampel (b).
Dimana sampel (a) dan (b) dilarutkan pada konsentrasi sama yaitu 0,007 mol dengan berat
bahannya juga sama yaitu masing-masing BaCO3 1,379 gr dan TiO2 0,56 gr. Sampel (a)
dilakukan dengan tanpa diannealing sedangkan pada sampel (b) dilakukan dengan cara
diannealing. Pada gambar tersebut terlihat bahwa posisi puncak pada sampel (a) terjadi pada
gelombang 273,0 nm,panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang yang paling kecil
dibandingkan dengan panjang gelombang sampel lainnya dengan intensitas absorbansinya 3,999
A.u. Sedangkan pada sampel (b) absorbansinya mulai terjadi pada panjang gelombang 279,0 nm
dan memiliki absorbansi 3,1503 A.u.
Band gap merupakan perbedaan energi minimum antara puncak pita valensi dan lembah
pita konduksi. Puncak pita valensi dan lembah pita konduksi tidak selalu berada pada momentum
elektron yang sama . band gap memiliki dua macam yaitu, direct band gap menunjukkan kondisi
ketika energi maksimum dari pita valensi posisinya persis di bawah energi minimum dari pita
konduksi. Keduanya berada pada nilai momentum yang sama. Sedangkan pada indirect gap,
energi maksimum pita valensi terjadi pada nilai momentum yang berbeda dengan energi
minimum pita konduksi.
11
Perbandingan pada penelitian ini sama dengan penelitian (Nuraini,2021) yang
melakukan penelitian uji sifat film tipis yang menggunakan BaTiO3 dengan penambahan Fe
sebagai penadah terhadap energi band gap. Pengujian ini dilakuan dengan menggunakan
spektrofometer UV-Vis dengan sumber cahaya deuterium-halogen. Hasil uji berupa spektrum
reflektansi kemudian dianalisis dengan fungsi Kubelka-Munk.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari karakterisasi sifat optik bahan barium
titanat dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis dapat disimpulkan sebagai berikut:
13
DAFTAR PUSTAKA.
Agus, A., Fahyuan, H. D., & Damris, M. (2019). Penentuan Nilai Energy Gap Lapisan Tipis
TiO2/C Dengan Menggunakan Metode Touc Plot. JIFP (Jurnal Ilmu Fisika dan
Pembelajarannya), 3(2), 63-67.
Alberty, Robert A, dkk. 1981. Edisi kelima kimia fisika jilid 2. Jakarta: Erlangga, hlm. 305.
Basak, D., Pal, S., & Patranabis, D. C. (2007). Support Vector Regression Neural Information
Processing–Letters and Reviews.
Bishop, S. 2000. Sintesa bahan keramik ferroelektrik BaTiO3 dengan variasi lama sintering dan
pengaruhnya terhadap konstanta dielektrik. Skripsi. Program Studi Fisika Jurusan Fisika
FMIPA. Universitas Negeri Malang.
Dyah, S. (2019). Perbandingan Hasil Sintesis dan Karakterisasi Carbonnanodots Berbahan Dasar
Tanaman Kangkung (ipomeaaquatica) dengan Teknik Penggorengan dan Sangrai.
Giancolli, Dauglass C. 1999. Fisika edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga, hlm.305
Irzaman, Pebriyanto Y, Apipah ER, Noor I, Alkadri A. 2015. Characteristic of optical and
structural of lanthanum doped LiTaO3 thin films. Integrated Ferroelectrics. 167(1):137-
145. DOI:10.1080/10584587.2015.1107358.
Istiqomah, M. (2014). Pembuatan Material Feroelektrik Barium Titanat (BaTiO3) Menggunakan
Metode Solid State Reaction.
Nurani, A. Sintesis dan Uji Sifat Film Tipis Barium Titanat (BaTiO3) dengan Variasi
Konsentrasi Iron (II) Asetat (Fe (CH3COO) 2) sebagai Pendadah.
Perkampus, H. H. (2013). UV-VIS Spectroscopy and its Applications. Springer Science &
Business Media.
14
Rhim, 2000. Prinsip dan Aplikasi Ferroelektrik BaTiO3. Skripsi Jurusan Fisika. Fakultas MIPA.
Universitas Indonesia.
Sahumena, M. H., Ruslin, R., Asriyanti, A., & Djuwarno, E. N. (2020). Identifikasi Jamu yang
Beredar Di Kota Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Journal Syifa
Sciences and Clinical Research, 2(2), 65-72.
Sharma, V., Garg, A., & Sood, S. C. (2015). Graphene synthesis via exfoliation of graphite by
ultrasonication. International Journal of Engineering Trends and Technology
(IJETT), 26(1).
Suzuki, K., & Kijima, K. (2005). Optical band gap of barium titanate nanoparticles prepared by
RF-plasma chemical vapor deposition. Japanese journal of applied physics, 44(4R),
2081.
Triyati, E. (1985). Spektrofotometer ultra-violet dan sinar tampak serta aplikasinya dalam
oseanologi. Oseana, 10(1), 39-47.
Zimnyakov, D. A., Sevrugin, A. V., Yuvchenko, S. A., Fedorov, F. S., Tretyachenko, E. V.,
Vikulova, M. A., ... & Gorokhovsky, A. V. (2016). Data on energy-band-gap
characteristics of composite nanoparticles obtained by modification of the amorphous
potassium polytitanate in aqueous solutions of transition metal salts. Data in brief, 7,
1383-1388.
15