Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR LITERATUR

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3) DENGAN


MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis)

Oleh :

Ayu Lestari

2003113446

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022
LEMBARAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa/i : AYU LESTARI
Nomor Mahasiswa/i : 2003113446
Prodi / Jurusan : S-1 Fisika/ Fisika
Fakultas : MIPA
Judul Seminar : Karakterisasi Bahan Optik Barium Titanat (BaTiO3) dengan
Menggunakan Spektroskpi Ultraviolet-Visible

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikulum


Pada Tingkat Sarjana Di Prodi S-1
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam .
Universitas Riau
Pekanbaru

Pekanbaru , 21 November 2022

Ayu Lestari
2003113446

Mengetahui / menyetujui
PENGELOLA
SEMINAR LITERATUR DOSEN PEMBIMBING

Drs. Usman Malik, M.Si Dr. Rahmi Dewi, M.Si


NIP : 19580515 1984021 001 NIP : 19720227 1997022 003

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah seminar literatur yang berjudul “Karakterisasi sifat optic bahan
barium titanat dengan mengguanakan spektroskopi Ultraviolet-Visible (UV-Vis)“. Dalam
penyelesaian makalah ini, penulis secara langsung atau tidak langsung telah mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada Ibu Dr. Rahmi Dewi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah seminar literatur ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
juga kelemahan yang penulis perbuat. Oleh karena itu, penulis berharap kepada pembaca untuk
dapat memberikan masukan dan saran demi kesempuraan makalah seminar litertur ini.

ii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
2.1 Barium Titanat....................................................................................................................... 3
2.2 Spektrofometri UV-Vis ......................................................................................................... 4
2.3 BAND GAP ENERGY ......................................................................................................... 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 9
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penemuan keramik ferroelektrik BaTiO3 yang mempunyai permitivitas tinggi


pada tahun 1943, bahan BaTiO3 mendapatkan perhatian karena banyak manfaatnya
diantaranya adalah sebagai bahan kapasitor, pembatas arus listrik, dan pemanas dengan
suhu yang konstan ,karena memiliki sifat konstanta dielektrik dan ferroelektrik yang
tinggi.BaTiO3 merupakan suatu bahan yang bersifat ferroelektrik dan mempunyai struktur
Kristal perovskite yang sampai saat ini banayk diteliti secara luas. BaTiO3 ini mempunyai
struktur Kristal yang jauh lebih sederhana bila disbanding dengan bahan ferroelektrik
lainnya. Ferroelektrik merupakan material elektronik khususnya dielektrik yang
terpolarisasi spontan dan memiliki kemampuan untuk mengubah arah listrik internalnya.
Polarisasi yang terjadi merupakan hasil dari penerapan medan yang mengakibatkan
adanya ketidaksimetrisan struktur Kristal pada suatu material ferroelektrik. Penelitian
terhadap material ferroelektrik sangat menjanjikan terhadap perkembangan device
generasi baru sehubungan dengan sifat-sifat unik yang dimilikinya. Penerapan material
ferroelektrik berdasarkan sifat-sifatnya adalah sifat histeresis dan tetapan dielektrik yang
tinggi dapat diterapkan pada sel memory Dynamic Random Acsess Memory (DRAM) ,
sifat piezo-elektrik dapat digunakan sebagai mikroaktuator dan sensor (Rhim,2000).

Penelitian ini menggunakan bahan kimia dengan konsentrasi yang berbeda-beda


yaitu masing-masing 0,005 mol, 0,006 mol, 0,007 mol dan suhu yang berbeda-beda
masing-masing 600 C, 700 C, 800 C. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mendapatkan absorbansi (daya serap) bahan BaTiO3 dengan variasi suhu
dan variasi konsentrasi, kemudian mengkarekterisasi larutan BaTiO3 dengan
menggunakan metode spektroskopi UV- Vis. Dari hasil penelitian menggunakan
spektroskopi Ultraviolet-Visible (UV-Vis) didapat, pada konsentrasi 0,005 mol, 0,006
mol, 0,007 mol yang belum diannealing masing-masing memiliki panjang gelombang
282,0 nm, 284,0 nm, 273,0 nm dan absorbansi sebesar 3,999 a.u, kemudian pada
konsentrasi 0,005 mol, 0,006 mol, 0,007 mol yang telah diannealing pada suhu 600 C,
700 C, 800 C, memiliki panjang gelombang masing-masing 281,0 mol, 284,0 mol,
1
279,0 mol dan absorbansi 3,1503 a.u.

Bahan BaTiO3 ditinjau dari segi penggunaannya sangat praktis karena sifat kimia dan
mekaniknya sangat stabil. Untuk mengembangkan aplikasi tersebut perlu ditingkatkan
sifat optik sehingga dapat menentukan daya serap ,transmitansinya,dan digunakan untuk
pembuatan sensor,maka perlu juga ditingkatkan sifat listrik terutama sifat
konduktivitasnya sehingga dapat digunakan untuk memodifikasi elektroda agar dapat
menghantarkan litrik. Misalnya Zink Oksida yang biasa digunakan sebagai penghantar
arus litrik. Untuk itu, diperlukan teknik pembuatan tertentu agar bahan-bahan tersebut
dapat dijadikan material dengan fungsi tertentu (Bishop, S. 2000).

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui karakterisasi sifat optik pada larutan
Barium Titanat dengan menggunakan spektroskopi Ultraviolet- Visible (UV-Vis)

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari amakalh ini adalah sebagai berikut:


1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Barium Titanat
2. Konsentrasi yang digunakan barium titanat adalah sebesar 0,005 mol, 0,006 mol,
0,007 mol
3. Karakterisasi yang digunakan adalah Spektroskopi UV-Vis

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Barium Titanat

Barium Titanat (BaTiO3) merupakan keramik piezoelektrik pertama yang dikembangkan


dengan penggunaan yang sangat luas dan aplikasi material ini sebagai material kapasitor sangat
dikenal. Barium titanat yang merupakan bahan feroelektrik banyak dimanfaatkan untuk
pembuatan komponen elektronik berbagai macam aplikasi elektrokeramik karena mempunyai
konstanta dielektrik yang tinggi (Istiqomah, 2014)

BaTiO3 merupakan suatu bahan yang bersifat ferroelektrik dan mempunyai struktur
kristal perovskite yang sampai saat ini banyak diteliti secara luas. BaTiO3 ini mempunyai
struktur kristal yang jauh lebih sederhana bila dibanding dengan bahan ferroelektrik lainnya.
Ferroelektrik merupakan material elektronik khususnya dielektrik yang terpolarisasi spontan dan
memiliki kemampuan untuk mengubah arah listrik internalnya. Polarisasi yang terjadi
merupakan hasil dari penerapan medan yang mengakibatkan adanya ketidaksimetrisan struktur
kristal pada suatu material ferroelektrik.

Gambar 2.1. Barium Titanat

3
2.2 Spektrofometri UV-Vis

Spektrofometri UV-Vis merupakan metode analisis yang menggunakan panjang


gelombang UV dan Visible sebagai area serapan untuk mendeteksi senyawa. Pada umumnya
senyawa yang dapat diidentifikasi menggunakan spektrofometri UV-Vis adalah senyawa yang
memiliki gugus-gugus kromofor dan gugus auksokrom . Pengujian dengan Spektrofometri UV-
Vis tergolong cepat jika dibandingkan dengan metode lain(Sahumena, 2020)

Spektrofometer adalah alat untuk mengukur panjang gelombang menggunakan kisi


difraksi atau prima. Kwgunaan dari spektrofometer, yaitu untuk mengindetifikansi atom atau
molekul. Ketika gas dipanaskan atau arus listrik yang besar melewatinya, gas tersebut
memancarkan spekturm garis karakteristik (Giancolli, 1999).

Spektrofometer UV-Vis adalah metode yang digunakan untuk menentukan komposisi


sampel berdasarkan interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofometri disebut spektrofometer. Cahaya yang digunakan berupa cahaya tampak,
ultraviolet(UV), dan infrared (IR) (Mukti,2012).

Prinsip kerja spektrofometri UV-Vis yaitu apabila ada cahaya putih atau radiasi
dilewatkan memlalui larutan maka radiasi yang memiliki panjang gelombang tertentu akan
diabsorbsi dan ditransmisikan. Perbandingan antara intensitas sinar yang diserap dengan
intensitas sinar yang datang akan menghasilkan absorbansi . Semakin tinggi kadar suatu zat pada
suatu sampel, maka semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu, sehingga nilai absorbansi semakin besar pula (Neldawati et al., 2013).

Spektroskopi merupakan suatu teknik pengukuran serapan cahaya dengan


mengaplikasikan hukum Lambert-Beer. Hukum ini menyatakan bahwa absorbansi cahaya (A)
sebanding dengan konsentrasi (c) dan ketebalan media/cuvet (d), yang dinyatakan dalam
persamaan I.

𝐼
A = −log 𝐼𝑑 = − log(𝑇) = 𝑎𝑐𝑑 (1)
0

Dengan I0 dan Id adalah intensitas cahaya datang dan diteruskan. Koefisien absorbs (𝛼)
dapat diperoleh dengan persamaan 2. Dimana 𝒬ext adalah nilai efisiensi cahaya

4
terhambur, 𝜀 adalah refractive index , (𝜀 = 0,04-0,05 untuk logam perak pada 𝜆 adalah panjang
gelombang pada puncak maksimum. Untuk partikel yang berbentuk bola, rapat partikel
merupakan jumlah partikel yang terdistribusi dalam ruang sampel (CV) per satuan volume
seperti dituliskan dalam Persamaan 3 (Chamberlin, 2008).

1 𝐼 1
𝛼= log 𝐼𝑑 = − 𝑐𝑑log(T) (2)
𝑐𝑑 0

4𝜋𝜀
=N𝒬ext = 𝜆

4
Cv = 3 𝜋R3N (3)

Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang memiliki sifat sebagai gelombang dan
partikel. Cahaya berbentuk energi sehingga penyerapan cahaya oleh materi menyebabkan
kandungan energi dari molekul atau atom meningkat. Energi radiasi terdiri dari sejumlah besar
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berbeda. Bagian –bagian suatu
radiasi dapat dipisahkan menjadi spektrum elektromagnetik (Triyati, 1985)

Cahaya pada UV dan sinar tampak memiliki energi yang menyebabkan transisi antara
energi elektronik berbeda. Panjang gelombang cahaya yang diabsorbsi memiliki energi yang
diperlukan untuk memindahkan electron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Apabila cahaya mengenai molekul maka akan terjadi perpindahan elektron dari
keadaan dasar menuju ke keadaan terekstasi. Perpindahan elektron tersebut dinamakan transisi
elektronik. Gugus molekul yang dapat mengabsorbsi cahaya disebut gugus kromofor (Triyati,
1985). Kromofor terdiri dari sekelompok senyawa organik seperti keton, amina, dan turunan
nitrogen (Rouessac dan Rouessac, 2007)

Komponen spektrofometri UV-Vis antara lain:

1) Sumber cahaya

Sumber cahaya adalah salah satu komponen terpenting dari spektrometer UV-Vis (Heinz
dan Perkampus, 1992). Sumber cahaya yang paling umum digunakan adalah lampu deuterium
pada daerah dari 180 sampai 350 nm dan filament tungsten dan lampu halogen pada daerah dari
330 sampai 900 nm. Sumber cahaya untuk daerah 175 sampai 1000 nm adalah busur xenon.

5
2) Monokromatror

Fungsi utama monokromator adalah mendispersi berkas cahaya yang diperoleh dari
sumber cahaya ke dalam komponennya. Monokromator terdiri dari celah masuk ,perangkat
disperse, dan celah keluar (Owen, 1996). Radiasi yang dipancarkan dari sumber utama (radiasi
polikromatik) memasuki monokromatror melalui celah masuk (Bakhsi, 2006). Monokromator
lalu memisahkan panjang gelombang cahaya dan memfokuskan masing-masing ke fotodetektor
secara berurutan . Ada dua jenis monokromatror yaitu monokromator prisma dan monokromator
grating (Owen, 1996).

3) Komponen sampel

Sampel dan larutan ditempatkan dalam suatu sel transparan yang dikenal sebagai kuvet.
Kuvet berbentuk segi empat, dan biasanya memiliki lebar internal 1 cm. Bahan dari kompartmen
sel harus transpaan terhadap radiasi pada wilayah yang diamati. Sel biasanya terbuat dari kaca,
silica atau kuarsa. Sel kuarsa transparan bekerja pada rentang (200-700 nm) dan dapat digunakan
pada daerah UV dan daerah tampak (Bakhshi, 2006).

4) Detektor

Detektor mengubah intensitas cahaya menjadi sinyal listrik (Owen, 1996). Ada 2 jenis
detektor yang biasa digunakan, yaitu tabung photomultiplier atau semikonduktor. Sensitivitas
kedua detektor itu tergantung pada panjang gelombang ( Rouessac dan Rouessac, 2007).

Gambar 2.2. Spektroskopi UV-Vis (Owen, 1996)

6
Bagian utama dari spektrofometer adalah sumber radiasi elektromagnet,
monokromator,sel sampel, dan detector. Bagian sel sampel mengandung serapan optik yang
berisi larutan pembanding. Umumnya, dipakai pelarut murni (Albert,1981). Proses absorbs pada
spektrofometer UV-Vis adalah ketika cahaya (lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis), di teruskan melalui lensa menuju monokromator. Kemudian monokromator
mengubah cahaya polikromatis menjadi monokromatis. Pengukuran spektrofometri melibatkan
energi elektron yang cukup besar pada molekul yang dianalisis. Spektrofometer UV-Vis
digunakan untuk analisis kuantitatif. Gamabr 2.2 menunjukkan diagram spektrofometer UV-Vis.

Rentang panjang gelombang yang digunakan pada spektrofometer UV-Vis, yaitu 200-800
nm. Pada cahaya UV mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm. Pada cahaya tampak
mempunyai gelombang 400-800 nm. Jika berkas-berkas cahaya polikromatis ditembakkan
mengenai suatu sampel, maka cahaya yang menembus sampel dengan panjang gelombang
tertentu saja yang akan ditangkap oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya
yang diterima untuk mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang tidak diteruskan
menembus sampel akan diserap oleh beberapa molekul. Sampel tersebut mengindikasikan
struktur dan ikatan kimiawi yang diwujudkan dalam bentuk puncak pada panjang gelombang
tertentu (Sharma,2015).

Gambar 2.3. Grafik hasil karakterisasi menggunakan spektrofometer UV-Vis (Dyah,2019).

Hasil karakterisasi menggunakan spektrofometer UV-Vis berupa grafik hubungan antara


panjang gelombang dengan absorbansinya yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Cahaya yang
memiliki frekuensi sama dengan sampel akan beresonansi yang mengakibatkan terjadinya
transisi elektron. Transisi elektron yaitu elektron-elektron dari orbital dasar tereksitasi ke orbital
yang lebih tinggi, elektron tersebut menyerap energi dan energi itulah yang terdeteksi sebagai
puncak-puncak absorbansi (Dyah,2019).

2.3 BAND GAP ENERGY

7
Band gap merupakan perbedaan energi minimum antara puncak pita valensi dan lembah
pita konduksi. Puncak pita valensi dan lembah pita konduksi tidak selalu berada pada momentum
elektron yang sama (Nuraini,2019).

Penurunan celah pita energi dapat diketahui dengan menggunakan karakterisasi UV-Vis.
Berdasarkan pengujian UV-Vis diperoleh nilai transmitasi maksimum dan minimum, data
tersebut diolah untuk menentukan celah pita energi( Agus,2019).

Data karakteristik band gap diperoleh dengan berdasarkan persamaan Kubelka-Munk.


Metode ini memungkinkan memperoleh konfigurasi zona elektronik dalam campuran
partikel,termasuk partikel nano, yang dicirikan dengan struktur dan komposisi yang bervariasi.
Operasi berikut telah dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data celah pita energi untuk bahan
yang diteiliti (Zimnyakov, 2016).

Barium titanat adalah salah satu bahan ferroelektrik yang paling menarik dan
menunjukkan sifat non-linear dan elektro optik karena interaksi antara polarisasi spontan dan
cahaya terpolarisasi. Sehubungan dengan celah pita optik BaTiO3 berskala nano, bahwa celah
pita nanokristalit BaTiO3 (10 nm) kira-kira 0,1 eV lebih besar dari pada kristal tunggal. Spektra
reflektansi difus digunakan untuk memperkirakan celah nanopartikel BaTiO3. Spektra diperoleh
dengan menggunakan spektrometer UV-Vis (Suzuki,2005).

8
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini akan membahas mengenai larutan BaTiO3 dan hasil penelitian yang
meliputi variasi suhu,konsentrasi dan hasil karakterisasi spektroskopi Ultraviolet-Visible (UV-
Vis). Metode pembuatan larutan BaTiO3 merupakan salah satu cara untuk memperoleh
perbedaan spektrum dengan konsentrasi dan suhu yang berbeda-beda, dilakukan dengan cara
tanpa diannealing dan dianneling.

Gambar 3.1. Spektrum absorbansi optik dari sampel yang belum diannealing (a). spektrum
absorbansi optik dari sampel yang telah di diannealing pada suhu 600⁰C (b)(Yulis, 2019).

Gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa sampel (a) sampel yang telah dilarutkan dengan
konsentrasi 0.005 mol dengan berat BaCO3 0.0985 gr dan TiO2 0,4 gr dilakukan tanpa
diannealing , memiliki intensitas absorbansi (daya serap) yang lebih tinggi yaitu 3,999 Arbitary
unit (A.u) dengan panjang gelombang 282,0 nm dibandingkan sampel (b) yang dilarutkan
konsentrasi sama yaitu 0.005 mol dan berat BaCO3 dan TiO2 sama yaitu masing –masing 0.985
gr dan 0.4 gr dilakukan dengan diannealing pada suhu 600⁰C ternyata memiliki nilai intensitas
absorbansi (daya serap) yang lebih rendah yaitu 3,1503 A.u dengan panjang gelombang 281,0
nm.

9
Gambar 3.2. Spektrum absorbansi optik dari sampel yang belum dianneling (a). spektrum
absorbansi optik dari sampel yang telah diannealing pada suhu 700⁰C (b)(Yulis,2019).

Gambar 2 menunjukkan bahwa spektrum dari sampel (a) yang telah dilarutkan pada
konsentrasi 0,006 mol dengan berat bahan BaCO3 1,182 gr dan TiO2 0,48 gr dilakukan dengan
tanpa diannealing. Posisi puncak terjadi pada panjang gelombang 284,0 nm panjang gelombang
ini merupakan panjang gelombang yang paling besar dibandingkan dengan panjang gelombang
sampel lainnya yang sama-sama dilakukan dengan cara tanpa diannealing dengan intensitas
absorbansi (daya serap)3,999 A.u, begitu juga dengan sampel (b) yang dilarutkan dengan
konsentrasi dan berat bahan yang sama dengan sampel (a) , tetapi dilakukan dengan cara
diannealing pada suhu 700⁰C. Memiliki panjang gelombang yang besar dibandingkan dengan
sampel lainnya yang sama-sama dilakukan dengan cara diannealing yaitu sebesar 284,0 nm.
Nilai intensitas absorbansinya tetap sama dengan sampel lainnya yang dilakukan dengan cara
diannealing yaitu sebesar 3,1503 A.u

10
Gambar 3. 3Spektrum absorbansi optik dari sampel yang belum diannealing (a). spektrum
absorbansi optik dari sampel yang telah diannealing pada suhu 800⁰C (b)(Yulis,2019)

Gambar 3.3 memperlihatkan spektrum absorbansi optik dari sampel (a) dan sampel (b).
Dimana sampel (a) dan (b) dilarutkan pada konsentrasi sama yaitu 0,007 mol dengan berat
bahannya juga sama yaitu masing-masing BaCO3 1,379 gr dan TiO2 0,56 gr. Sampel (a)
dilakukan dengan tanpa diannealing sedangkan pada sampel (b) dilakukan dengan cara
diannealing. Pada gambar tersebut terlihat bahwa posisi puncak pada sampel (a) terjadi pada
gelombang 273,0 nm,panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang yang paling kecil
dibandingkan dengan panjang gelombang sampel lainnya dengan intensitas absorbansinya 3,999
A.u. Sedangkan pada sampel (b) absorbansinya mulai terjadi pada panjang gelombang 279,0 nm
dan memiliki absorbansi 3,1503 A.u.

Pengukuran spektroskopi Ultraviolet-Visible (UV-Vis) dengan menggunakan prosedur


seperti yang dijelaskan pada metodologi penelitian diperoleh hasil dengan konsentrasi 0.005 mol
, 0,006 mol dan 0,007 mol dilakukan dengan cara tanpa diannealing mwmiliki nilai absorbansi
yang lebih besar yaitu sebesar 3,999 A.u dibandingkan dengan sampel yang diannealing
600⁰C,700⁰C, dan 800⁰C pada konsentrasi 0.005 mol, 0,006 mol dan 0,007 mol ternyata memiliki
nilai absorbansi yang lebih kecil dari sampel yang tidak diannealing yaitu sebesar 3,1503 A.u.
Hal ini disebabkan karena bahan yang diannealing tersebut menjadi lebih rapat dan homogeni,
jadi cahaya yang diteruskan kebahan yang diannealing tidak seluruhnya diserap oleh bahan
melainkan ada yang dihamburkan.

Band gap merupakan perbedaan energi minimum antara puncak pita valensi dan lembah
pita konduksi. Puncak pita valensi dan lembah pita konduksi tidak selalu berada pada momentum
elektron yang sama . band gap memiliki dua macam yaitu, direct band gap menunjukkan kondisi
ketika energi maksimum dari pita valensi posisinya persis di bawah energi minimum dari pita
konduksi. Keduanya berada pada nilai momentum yang sama. Sedangkan pada indirect gap,
energi maksimum pita valensi terjadi pada nilai momentum yang berbeda dengan energi
minimum pita konduksi.

11
Perbandingan pada penelitian ini sama dengan penelitian (Nuraini,2021) yang
melakukan penelitian uji sifat film tipis yang menggunakan BaTiO3 dengan penambahan Fe
sebagai penadah terhadap energi band gap. Pengujian ini dilakuan dengan menggunakan
spektrofometer UV-Vis dengan sumber cahaya deuterium-halogen. Hasil uji berupa spektrum
reflektansi kemudian dianalisis dengan fungsi Kubelka-Munk.

Tabel 1. Energi bandgap film tipis BaTiO3 dengan pendadah Fe

Variasi Pendadah(%) Energi Bandgap (eV)


Indirect Transition Direct Transition
BaTiO3 Murni 3,2051 3,0417
BaTiO3 + 2% Fe 3,1789 2,9306
BaTiO3 + 4% Fe 3,1585 2,8217
BaTiO3 + 6% Fe 3,0689 2,7660
BaTiO3 memiliki energi bandgap ≈ 3,2 eV (Karvounis et al. 2020). Berdasarkan
data pada Tabel 1, nilai energi bandgap yang diperoleh untuk Barium Titanat murni
(tanpa pendadah) adalah 3,2051 eV untuk indirect transition dan 3,0417 eV untuk direct
transition. Saat penambahan pendadah Fe dilakukan, nilai energi bandgap mengalami
penurunan. Ketika pendadah Fe ditambah sebesar 2%, nilai energi bandgap menurun
menjadi 3,1789 eV (indirect transition) dan 2,9306 eV (direct transition). Nilai energi
bandgap semakin menurun ketikapendadah ditambah sebesar 4% dan 6%. Pada penelitian
ini, sampel film tipis yang dihasilkan merupakan material semikonduktor, karena nilai
energi bandgap beradadalam rentang 2,4 – 4 eV (Irzaman et al. 2015).

12
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari karakterisasi sifat optik bahan barium
titanat dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan alat spektophometer


Ultraviolet-Visible (UV-Vis) dengan bahan BaTiO3 didapatkan hasil spektroskopi
Ultraviolet-Visible(UV-Vis) dengan konsentrasi 0,006 mol dengan tanpa diannealing
didapat panjang gelombang maksimum 284,0 nm dan absorbansinya 3,999 A.u fan
konsentrasi 0,006 mol yang diannealing didapat panjang gelombang maksimum 284,0
nm dan absorbansinya 3,1503 A.u. Berdasarkan penelitian ini ternyata sampel yang
tidak diannealing memiliki nilai absorbansi yang lebih tinggi yaitu sebesar 3,999 A.u
dibandingkan sampel yang diannealing yaitu sebesar 3,1503 A.u.
2. Berdasarkan hasil uji sifat film tipis BaTiO3 didadah dengan variasi konsentrasi Fe
disimpulkan bahwa hubungan antara parameter kisi film dan energi band gap
berbanding terbalik. Ketika dilakukan pendadahan,parameter kisi cenderung
meningkat sedangkan energi band gap menurun.

13
DAFTAR PUSTAKA.

Agus, A., Fahyuan, H. D., & Damris, M. (2019). Penentuan Nilai Energy Gap Lapisan Tipis
TiO2/C Dengan Menggunakan Metode Touc Plot. JIFP (Jurnal Ilmu Fisika dan
Pembelajarannya), 3(2), 63-67.

Alberty, Robert A, dkk. 1981. Edisi kelima kimia fisika jilid 2. Jakarta: Erlangga, hlm. 305.

Basak, D., Pal, S., & Patranabis, D. C. (2007). Support Vector Regression Neural Information
Processing–Letters and Reviews.

Bishop, S. 2000. Sintesa bahan keramik ferroelektrik BaTiO3 dengan variasi lama sintering dan
pengaruhnya terhadap konstanta dielektrik. Skripsi. Program Studi Fisika Jurusan Fisika
FMIPA. Universitas Negeri Malang.

Chamberlin D. 2008. Physics of Particle Size Spectrophometry. Agilent Technologies. USA

Dyah, S. (2019). Perbandingan Hasil Sintesis dan Karakterisasi Carbonnanodots Berbahan Dasar
Tanaman Kangkung (ipomeaaquatica) dengan Teknik Penggorengan dan Sangrai.

Giancolli, Dauglass C. 1999. Fisika edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga, hlm.305

Irzaman, Pebriyanto Y, Apipah ER, Noor I, Alkadri A. 2015. Characteristic of optical and
structural of lanthanum doped LiTaO3 thin films. Integrated Ferroelectrics. 167(1):137-
145. DOI:10.1080/10584587.2015.1107358.
Istiqomah, M. (2014). Pembuatan Material Feroelektrik Barium Titanat (BaTiO3) Menggunakan
Metode Solid State Reaction.

Karvounis A, Timpu F, Vogler-Neuling VV, Savo R, Grange R. 2020. Barium titanate


nanostructures and thin films for photonics. Adv Optical Mater. 2-23.
DOI:10.1002/adom.202001249.
Neldawati, N. (2013). Analisis nilai absorbansi dalam penentuan kadar flavonoid untuk berbagai
jenis daun tanaman obat. Pillar of Physics, 2(1).

Nurani, A. Sintesis dan Uji Sifat Film Tipis Barium Titanat (BaTiO3) dengan Variasi
Konsentrasi Iron (II) Asetat (Fe (CH3COO) 2) sebagai Pendadah.

Owen, T. 2017. Introduction to Spectrocopy an Application. Germany: Hewlett-Packard


Company.

Perkampus, H. H. (2013). UV-VIS Spectroscopy and its Applications. Springer Science &
Business Media.

14
Rhim, 2000. Prinsip dan Aplikasi Ferroelektrik BaTiO3. Skripsi Jurusan Fisika. Fakultas MIPA.
Universitas Indonesia.

Rouessac, F., & Rouessac, A. (2007). Modern Instrumentation Methods and


Techniques. Chichester, England.

Sahumena, M. H., Ruslin, R., Asriyanti, A., & Djuwarno, E. N. (2020). Identifikasi Jamu yang
Beredar Di Kota Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Journal Syifa
Sciences and Clinical Research, 2(2), 65-72.

Sharma, V., Garg, A., & Sood, S. C. (2015). Graphene synthesis via exfoliation of graphite by
ultrasonication. International Journal of Engineering Trends and Technology
(IJETT), 26(1).

Suzuki, K., & Kijima, K. (2005). Optical band gap of barium titanate nanoparticles prepared by
RF-plasma chemical vapor deposition. Japanese journal of applied physics, 44(4R),
2081.

Triyati, E. (1985). Spektrofotometer ultra-violet dan sinar tampak serta aplikasinya dalam
oseanologi. Oseana, 10(1), 39-47.

Zimnyakov, D. A., Sevrugin, A. V., Yuvchenko, S. A., Fedorov, F. S., Tretyachenko, E. V.,
Vikulova, M. A., ... & Gorokhovsky, A. V. (2016). Data on energy-band-gap
characteristics of composite nanoparticles obtained by modification of the amorphous
potassium polytitanate in aqueous solutions of transition metal salts. Data in brief, 7,
1383-1388.

15

Anda mungkin juga menyukai