Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

APLIKASI FISIKA UNTUK PERTANIAN

PENGGUNAAN RADIOISOTOP DALAM PEMULIHAN

TANAMAN

Disusun oleh:

Nama : Iwan saputra

Nim : 2022C1B019

Kelas : TP,a

PRODI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARM

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat
dan karunianya, sehingga makalah tentang ”Pemanfaatan Radio Isotop dalam bidang
Pertanian” ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Mata kuliah” Fisika Dasar”,Bunda linda sekar utami Yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk membuat makalah mengenai pemanfaatan RadioIsotop
dalam bidang Pertanian ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum begitu memadai, terutama di bagian
pembahasan materi tentang masalah radio Isotop tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya
kekurangan tersebut penulis menerima kritik dan saran dari Dosen untuk penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat.

Matarm, Senin 26 Desember


2022

Penulis
DAFTAR ISI

halaman

Cover

Kata Pengantar ................................................................................................................... (ix)

Daftar Isi ............................................................................................................................... (x)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang .............................................................................................................. (1)

I.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ (2)

I.3. Tujuan ........................................................................................................................... (2)

I.4. Manfaat .......................................................................................................................... (2)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Radioaktif .................................................................................................. (3)

2.2. Sifat-sifat Radioaktif .................................................................................................... (3)

2.3. Sinar-sinar Radioaktif .................................................................................................. (4)

2.4. Satuan Radioaktif ......................................................................................................... (5)

2.5. Penggunaan Radioisotop pada pemuliaan tanaman ................................................. (6)

2.6. Iradiasi Sinar Gamma .................................................................................................. (8)

2.7. Keuntungan Iradiasi .................................................................................................... (9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... (11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ (12)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan .................................................................................................................. (13)

5.2. Saran ............................................................................................................................. (14)

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sinar radiasi, seperti sinar gama, telah banyak dimanfaatkan dalam perakitan varietas
unggul tanaman. Pemuliaan tanaman dengan menggunakan sinar radiasi telah diterapkan sejak
beberapa tahun lalu pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan untuk memperoleh
varietas unggul dengan sifat khusus yang dikehendaki. Dengan pemuliaan tanaman kacang
polong menggunakan iradiasi sinar gamma dapat meningkakan perubahan kearah yang lebih
baik dari generasi-generasi sebelumnya.

Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara menembaki


isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi neutron,
sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang ditembakkan akan
masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target tersebut
bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga berubah
sifat menjadi radioaktif.Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan antara lain Na-24,
P32, Cr-51, Tc-99, dan I-131.

Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan radiasi (pancaran
sinar) secara spontan. Tergolong ke dalam zat radioaktif, unsur tersebut biasanya bersifat
labil, berarti tergolong zat radioaktif adalah isotopnya, karena untuk mencapai kestabilan
salah satunya harus melakukan peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk menghasilkan unsur
yang lebih stabil sambil memancarkan partikel seperti, partikel alpha α (sama dengan inti
4He), partikel beta (β), dan partikel gamma (γ).

Ciri lain dari zat radioaktif adalah bahwa setiap zat yang memancarkan radiasi
pengion dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kBq/kg atau 2 nCi/g (tujuh puluh
kilobecquerel per kilogram atau dua nanocurie per gram). Angka 70 kBq/kg (2 nCi/g) tersebut
merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada umum-nya yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International
Atomic Energy Agency).
I.2. Rumusan Masalah

1. Penggunaan radioisotope dengan menggunakan co-6o (𝛾) sebagai pemuliaan


tanaman.
2. Penggunaan radioisotope dengan menggunakan fosfor (p-32) sebagai pemuliaan
tanaman.

1.3. Batasan Masalah

Penggunaan radioisotope pada pemuliaan tanaman kedelai dengan menggunakan


iradiasi sinar gamma Co-60 (𝛾) .

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penggunaan radioisotope dalam bidang pertanian khsunya pada


tanaman kedelai.
2. Untuk memenuhi penyelesaian tugas fisika inti

1.5. Manfaat Penelitian

Agar pembaca dapat memahami aplikasi penggunaan radioisotope dalam bidang


pertanian khusnya tanaman kedelai
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Radioaktif

Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan radiasi (pancaran
sinar) secara spontan yang unsur radioaktifnya bersifat labil dan yang tergolong radioaktif
adalah isotopnya, karena untuk mencapai kestabilan salah satunya harus melakukan
peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk menghasilkan unsur yang lebih stabil sambil
memancarkan partikel seperti, partikel alpha α (sama dengan inti 4He), partikel beta (β), dan
partikel gamma (γ). Radioaktif atau radiasi yang berasal dari bahan radioaktif adalah satu
bentuk energi yang dipancarkan oleh atom atau molekul yang disebarkan melalui ruang atau
materi sebagai partikel ataupun gelombang elektromagnetik.

2.2. Sifat Sifat Radio Isotop

Radioisotope memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah dideteksi.


Radioisotop dalam jumlah sedikit sekalipun dapat dengan mudah diketahui keberadaannya.
Dengan teknologi pendeteksian radiasi saat ini, radioisotop dalam kisaran pikogram (satu per
satu trilyun gram) pun dapat dikenali dengan mudah. Sebagai ilustrasi, jika radioisotop dalam
bentuk carrier free (murni tidak mengandung isotop lain) sebanyak 0,1 gram saja dibagi rata
ke seluruh penduduk bumi yang jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang diterima oleh
masing-masing orang dapat diukur secara tepat.

Laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah
atom radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik temperatur,
tekanan, pH dan sebagainya. Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh waktu paro, waktu
yang diperlukan agar intensitas radiasi menjadi setengahnya. Waktu paro ini merupakan
bilangan khas untuk tiap-tiap radioisotop. Misalnya karbon-14 memiliki waktu paro 5.730
tahun, sehingga radioaktivitasnya berkurang menjadi separonya setelah 5.730 tahun berlalu.
Seluruh radioisotop yang telah berhasil ditemukan telah diketahui pula waktu paronya. Waktu
paro radioisotop bervariasi dari kisaran milidetik sampai ribuan tahun. Waktu paro ini
merupakan faktor penting dalam pemilihan jenis radioisotop yang tepat untuk keperluan
tertentu.

Intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang
disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia yang berperan adalah
elektron, utamanya elektron pada kulit atom terluar, sedangkan peluruhan radioisotop
merupakan hasil dari perubahan pada inti atom. Radioisotope memiliki konfigurasi elektron
yang sama dengan isotop lain sehingga sifat kimia yang dimiliki radioisotop sama dengan
isotop-isotop lain dari unsur yang sama. Radioisotop karbon-14, misalnya, memiliki
karakteristik kimia yang sama dengan karbon-12.

Radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang
besar. Lempengan logam setebal beberapa sentimeter pun dapat ditembus oleh radiasi gamma,
utamanya gamma dengan energi tinggi. Sifat ini mempermudah dalam pendeteksian

2.3. Sinar-sinar Radioaktif

Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan
zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang berrnuatan
positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negative diberi nama sinar beta. Selanjutnya
Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama
sinar gamma.

Sinar alfa ( α )

Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel sinar alfa sama
dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa adalah partikel
terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa dipancarkan dari inti dengan kecepatan
sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena memiliki massa yang besar, daya tembus sinar alfa
paling lemah diantara diantara sinar-sinar radioaktif. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar
kertas biasa. Sinar alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media
yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalam ionisasi.
Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi atom helium 42.

Sinar beta (β)

Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta merupakan berkas
elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang bemuatan -le dan bermassa 1/836
sma. Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa sehingga dinyatakan dengan
notasi 0-1e. Energi sinar beta sangat bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar
alfa tetapi daya pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai
300 cm dalam udara kering dan dapat menembus kulit.

Sinar gamma ( γ )
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak bermuatan dan
tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan notasi 0 y. Sinar gamma mempunyai daya
tembus. Selain sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif buatan juga ada yang memancarkan
sinar X dan sinar Positron. Sinar X adalah radiasi sinar elektromagnetik.

2.4 Satuan Radiasi

Berbagai satuan digunakan untuk menyatakan intensitas atau jumlah radiasi bergantung pada
jenis yang diukur.

a. Curie(Ci) dan Becquerrel (Bq)

Curie dan Bequerrel adalah satuan yang dinyatakan untuk menyatakan keaktifan yakni jumlah
disintegrasi (peluruhan) dalam satuan waktu. Dalam system satuan SI, keaktifan dinyatakan
dalam Bq. Satu Bq sama dengan satu disintegrasi per sekon.

1Bq = 1 dps dps =

disintegrasi per sekon

Satuan lain yang juga biasa digunakan ialah Curie. Satu Ci ialah keaktifan yang setara dari 1
gram garam radium, yaitu 3,7.1010 dps.

1Ci = 3,7.1010 dps = 3,7.1010 Bq

b. Gray (gy) dan Rad (Rd)

Gray dan Rad adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan keaktifan yakni jumlah (dosis)
radiasi yang diserap oleh suatu materi. Rad adalah singkatan dari 11radiation absorbed dose.
Dalam sistem satuan SI, dosis dinyatakan dengan Gray (Gy). Satu Gray adalah absorbs 1
Joule per kilogram materi.

1 Gy = 1 J/kg

Satu rad adalah absorbsi 10-3 joule energi/gram jaringan.

1 Rd = 10-3 J/g

Hubungan grey dengan fad

1 Gy = 100 rd

c. Rem
Daya perusak dari sinar-sinar radioaktif tidak saja bergantung pada dosis tetapi juga pada
jenis radiasi itu sendiri. Neutron, sebagai contoh, lebih berbahaya daripada sinar beta dengan
dosis dan intensitas yang sama. Rem adalah satuan dosis setelah memperhitungkan pengaruh
radiasi pada mahluk hidup (rem adalah singkatan dari radiation equiwlen for man).

2.5. penggunaan radioisotope sebagai pemuliaan tanaman

Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan


menggunakan radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis yang
bervariasi, dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah yang
mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditaman berkelompok
menurut ukuran dosis radiasinya. Serta dengan menggunakan unsur-unsur radioaktif, juga
dapat diketahui waktu yang paling tepat untuk melakukan pemupukan pada satu jenis
tanaman.
Selain sinar gamma, fosfor-32 (P-32) juga berguna untuk membuat benih tumbuhan
yang bersifat lebih unggul dibandingkan induknya. Radiasi radioaktif ini ke tanaman induk
akan menyebabkan ionisasi pada berbagai sel tumbuhan. Ionisasi inilah yang menyebabkan
turunan akan mempunyai sifat yang berbeda dari induknya. Kekuatan radiasi yang digunakan
diatur sedemikian rupa hingga diperoleh sifat yang lebih unggul dari induknya.
Radioisotop dapat digunakan untuk merunut gerakan pupuk di sekitar tanaman setelah
ditabur. Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat ditelusuri
dengan mencampurkan radioisotop fosfor-32 (P-32) ke dalam senyawa fosfat di dalam pupuk.
Dengan cara ini dapat diketahui pola penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan.
Radioisotop dapat juga digunakan untuk membuat benih tumbuhan dengan sifat yang lebih
unggul dari induknya.
Penyinaran radioaktif ke tanaman induk akan menyebabkan ionisasi pada berbagai sel
tumbuhan. lonisasi ini menyebabkan turunan berikutnya mempunyai sifat yang berbeda
dengan induknya. Kekuatan radiasi diatur sedemikian rupa agar diperoleh sifat turunan yang
unggul. Untuk mendorong kemajuan di bidang pertanian di perlukan teknik pemupukan yang
baik, pemberantasan hama tanaman yang tepat, dan penggunaan bibit unggul. Untuk
melaksanakan pemupukan pada waktu yang tepat, dapat digunakan radioisotop Nitrogen – 15
( N – 15 ).
Pupuk yang mengandung N – 15 di pantau dengan alat pancacah jika pancacah tidak
mendeteksi lagi adanya radiasi, berarti pupuk sepenuhnya sudah diserap oleh tanaman. Pada
saat itulah pemupukan berikutnya sebaiknya dilakukan, dari upaya ini akan diketahui jangka
waktu pemupukan yang sesuai untuk diperlukan dengan usia tanaman. Kegunaan lain
radioisotop dalam bidang pertanian adalah untuk pembuatan bibit unggul. Radioisotop ini
digunakan untuk memicu terjadinya mutasi pada tanaman dari proses mutasi ini diharapkan
dapat dperoleh tanaman dengan sifat – sifat yang menguntungkan misalnya tanaman padi
yang lebih tahan terhadap hama dan memiliki tunas lebih banyak. Selain itu, radioisotop juga
dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan produk – produk pertanian.
Mutasi adalah suatu proses dimana suatu gen mengalami perubahan struktur (Crowder,
1986. Induksi mutasi merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan
keragaman tanaman (Wulan, 2007). Mutasi gen terjadi sebagai akibat perubahan dalam gen
dan timbul secara spontan. Gen yang berubah karena mutasi disebut mutan. Mutasi dapat
terjadi pada setiap tahap perkembangan dari suatu organisme, dalam sel-sel dari setiap
jaringan baik somatik maupun germinal. Mutasi dalam sel tunggal sering terlihat pada sel
epidermis dari mahkota bunga dan daun (Crowder, 1986). Mutasi memiliki arti penting bagi
pemuliaan tanaman, yaitu :
 Iradiasi memungkinkan untuk meningkatkan hanya satu karakter yang
diinginkan saja, tanpa mengubah karakter yang lainnya.
 Tanaman yang secara umum diperbanyak secara vegetatif pada umumnya
bersifat heterozigot yang dapat menimbulkan keragaman yang tinggi setelah
dilakukannya iradiasi.
 Iradiasi merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keragaman pada tanaman yang steril dan apomiksis (Melina, 2008).
Mutasi juga dapat menghasilkan karagaman yang lebih cepat dibandingkan pemuliaan
secara konvensional. Selain itu, mutasi juga dapat menghasilkan keragaman yang tidak dapat
diprediksi dan diduga. Hal ini sangat baik dalam perkembangan tanaman hias. Pemuliaan
dengan mutasi, selain mempunyai beberapa keunggulan juga memiliki beberapa kelemahan,
dimana sifat yang diperoleh tidak dapat diprediksi dan ketidakstabilan sifat-sifat genetik yang
muncul pada generasi berikutnya (Syukur, 2000).
Aplikasi induksi mutasi dengan mutagen fisik dapat dilakukan melalui beberapa teknik,
yaitu:
 iradiasi tunggal (acute iradiation),
 chronic irradiation,
 iradiasi terbagi (frationated irradiation), dan
 iradiasi berulang
Iradiasi tunggal adalah iradiasi yang dilakukan hanya dengan satu kali penembakan
sekaligus. Chronic irradiation adalah iradiasi dengan penembakan dosis rendah, namun
dilakukan secara terus-menerus selama beberapa bulan. Iradiasi terbagi adalah radiasi dengan
penembakan yang seharusnya dilakukan hanya satu kali, namun dilakukan dua kali
penembakan dengan dosis setengahnya sedangkan radiasi berulang adalah radiasi dengan
memberikan penembakan secara berulang dalam jarak dan waktu yang tidak terlalu lama
(Misniar, 2008).

Gambar 2.1. Pemuliaan Tanaman

Gambar 2.2. Perkecambahan tanaman yang diiradiasi sinar gamma pada dosis
0,200,400,600 da 1000
2.6. Iridiasi Sinar Gamma
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber energi (BATAN, 2008).
Radiasi energi tinggi adalah bentuk-bentuk energi yang melepaskan tenaga dalam jumlah
yang besar dan kadang-kadang disebut juga radiasi ionisasi (BATAN, 2008) karena ion-ion
dihasilkan dalam bahan yang dapat ditembus oleh energi tersebut (Crowder, 1986). Radiasi
dapat menginduksi terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akan dibebani oleh tenaga
kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel tanaman
yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan kromosom tanaman
(Poespodarsono, 1988).

Gambar 2.3. Alat Iridiator sinar gamma

Radiasi memiliki beberapa tipe, yaitu radiasi sinar X, radiasi sinar gamma, dan radiasi
sinar ultra violet (Crowder, 1986). Radiasi sinar gamma dipancarkan dari isotop radio aktif,
panjang gelombangnya lebih pendek dari sinar X, dan daya tembusnya adalah yang paling
kuat. Hidayat, (2004) mengatakan bahwa sinar gamma merupakan bentuk sinar yang paling
kuat dari bentuk radiasi yang diketahui, kekuatannya hampir 1 miliar kali lebih berenergi
dibandingkan radiasi sinar X.
Variable yang diamati meliputi:
 Tinggi tanaman
 Diameter batang
 Panjang malai
 Dan bobot biji per malai (Hoeman, 2000)
2.7. Keuntungan iridiasi dengan menggunakan nuclear cytoplasmic male sterile (NMS).
Keuntungan utama menggunakan iradiasi dalam pembuatan jantan steril adalah:
• gen tunggal ms yang secara sempurna mengekspresikan jantan steril dengan seluruh
latar belakang genetiknya dapat dengan mudah ditransfer ke berbagai varietas sesuai
dengan karakter yang diinginkan;
• hampir semua varietas dapat memulihkan galur NMS;
• tidak ada efek negatif yang disebabkan galur NMS;
• galur jantan steril (NMS) bersifat stabil atau tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dengan demikian, galur NMS merupakan tetua yang sangat baik untuk memproduksi
benih hibrida.
.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Tabel 1 secara umum dapat dilihat bahwa semakin meningkat dosis irradiasi
yang diberikan akan menurunkan persentase laju perkecambahan, terutama penurunan terjadi
pada dosis 800 Gy. Hal ini diduga dipengaruhi oleh tingginya dosis irradiasi yang diberikan
akan mengganggu/menghambat perkecambahan benih kedelai. Hasil yang sama yang
dilakukan pada benih padi yang menyatakan bahwa persen perkecambahan menurun setelah
diradiasi dengan sinar gamma, tetapi penurunannya tidak proporsional dengan peningkatan
dosis.

Table 1. Persentase perkecambahan (%) dan tinggi perkecambahan dua minggu setelah
ditanam.

LD50 terletak pada dosis irradiasi 457,13 Gy. Semakin meningkatnya dosis irradiasi
sampai 800 Gy, terjadi penurunan perkecambahan, sedangkan pada dosis irradiasi 1000 Gy,
perkecambahan tetap terjadi, tetapi pertumbuhan kecambah mengalami stagnasi serta
abnormalitas, dimana batang menebal, daun kotiledon menebal dan tinggi tanaman tetap
sampai akhir pengamatan. Pada penelitian ini semakin tinggi dosis irradiasi yang diberikan
sampai 1000 Gy, maka terjadi perubahan pada penampilan morfologi tanaman yang
menyebabkan pertumbuhan yang abnormal
BAB IV

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat radioaktif dan radioisotop


memudahkan aktifitas manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
2. Tingkat keberhasilan iradiasi dalam meningkatkan keragaman populasi sangat
ditentukan oleh radiosensitivitas tanaman (genotipe) yang diiradiasi karena tingkat
radiosensitivitas antargenotipe dan kondisi tanaman saat diiradiasi sangat bervariasi.
3. Mutasi iradiasi pada tanaman dapat menimbulkan abnormalitas. Hal ini menandakan
telah terjadi perubahan pada tingkat genom, kromosom, dan DNA sehingga proses
fisiologis pada tanaman menjadi tidak normal dan menghasilkan variasi-variasi
genetik baru.

5.2. Saran

Perlu diuji kembali erhadap LD50 yang dihasilkan pada percobaan ini, sehingga akan
lebih yakin lagi terhadap dosis tersebut.
Daftar Pustaka

BATAN. 2008, (online) (http://www.batan.go.id/organisasi/kerjasama.php.), Pemuliaan


Tanaman, diakses tanggal 30 maret 2015.

Hoeman, 2000, Aplikasi Program Database Dalam Seleksi Galur Mutan Srgum (Sorgum
bicolor L), Jakarta : Risalah Pertemuan Ilmiah dan Pengembangan Teknologi
Isotop dan Radiasi, Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN.

Melina, R, 2008, Pengaruh Mutasi Induksi dengan Iradiasi Sinar Gamma terhadap Keragaan
Dua Spesies Philodendron (Philodendron bipinnatifidum cv. Crocodile teeth dan P.
Xanadu), Bogor : IPB.

Misniar, R., P, 2008, Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaman Aglaonema Sp,
Bogor : IPB.

Poespodarsono, S, 1988, Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman, Bogor: IPB

Syukur, S., 2000, Efek Iradiasi Gamma pada Pembentukan Variasi Klon dari Catharantus
roseus [L.], Padang : Don Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Isotop dan Radiasi. Biochemistry Biotechnology Lab. Andalas
University Padang.

Wulan, M. T., 2007, Peningkatan Keragaman Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn.)
Melalui Induksi Iradiasi Sinar Gamma, Bogor : IPB.

Anda mungkin juga menyukai