TANAMAN
Disusun oleh:
Nim : 2022C1B019
Kelas : TP,a
FAKULTAS PERTANIAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat
dan karunianya, sehingga makalah tentang ”Pemanfaatan Radio Isotop dalam bidang
Pertanian” ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Mata kuliah” Fisika Dasar”,Bunda linda sekar utami Yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk membuat makalah mengenai pemanfaatan RadioIsotop
dalam bidang Pertanian ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum begitu memadai, terutama di bagian
pembahasan materi tentang masalah radio Isotop tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya
kekurangan tersebut penulis menerima kritik dan saran dari Dosen untuk penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
Cover
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Sinar radiasi, seperti sinar gama, telah banyak dimanfaatkan dalam perakitan varietas
unggul tanaman. Pemuliaan tanaman dengan menggunakan sinar radiasi telah diterapkan sejak
beberapa tahun lalu pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan untuk memperoleh
varietas unggul dengan sifat khusus yang dikehendaki. Dengan pemuliaan tanaman kacang
polong menggunakan iradiasi sinar gamma dapat meningkakan perubahan kearah yang lebih
baik dari generasi-generasi sebelumnya.
Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan radiasi (pancaran
sinar) secara spontan. Tergolong ke dalam zat radioaktif, unsur tersebut biasanya bersifat
labil, berarti tergolong zat radioaktif adalah isotopnya, karena untuk mencapai kestabilan
salah satunya harus melakukan peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk menghasilkan unsur
yang lebih stabil sambil memancarkan partikel seperti, partikel alpha α (sama dengan inti
4He), partikel beta (β), dan partikel gamma (γ).
Ciri lain dari zat radioaktif adalah bahwa setiap zat yang memancarkan radiasi
pengion dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kBq/kg atau 2 nCi/g (tujuh puluh
kilobecquerel per kilogram atau dua nanocurie per gram). Angka 70 kBq/kg (2 nCi/g) tersebut
merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada umum-nya yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International
Atomic Energy Agency).
I.2. Rumusan Masalah
LANDASAN TEORI
Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan radiasi (pancaran
sinar) secara spontan yang unsur radioaktifnya bersifat labil dan yang tergolong radioaktif
adalah isotopnya, karena untuk mencapai kestabilan salah satunya harus melakukan
peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk menghasilkan unsur yang lebih stabil sambil
memancarkan partikel seperti, partikel alpha α (sama dengan inti 4He), partikel beta (β), dan
partikel gamma (γ). Radioaktif atau radiasi yang berasal dari bahan radioaktif adalah satu
bentuk energi yang dipancarkan oleh atom atau molekul yang disebarkan melalui ruang atau
materi sebagai partikel ataupun gelombang elektromagnetik.
Laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah
atom radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik temperatur,
tekanan, pH dan sebagainya. Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh waktu paro, waktu
yang diperlukan agar intensitas radiasi menjadi setengahnya. Waktu paro ini merupakan
bilangan khas untuk tiap-tiap radioisotop. Misalnya karbon-14 memiliki waktu paro 5.730
tahun, sehingga radioaktivitasnya berkurang menjadi separonya setelah 5.730 tahun berlalu.
Seluruh radioisotop yang telah berhasil ditemukan telah diketahui pula waktu paronya. Waktu
paro radioisotop bervariasi dari kisaran milidetik sampai ribuan tahun. Waktu paro ini
merupakan faktor penting dalam pemilihan jenis radioisotop yang tepat untuk keperluan
tertentu.
Intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang
disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia yang berperan adalah
elektron, utamanya elektron pada kulit atom terluar, sedangkan peluruhan radioisotop
merupakan hasil dari perubahan pada inti atom. Radioisotope memiliki konfigurasi elektron
yang sama dengan isotop lain sehingga sifat kimia yang dimiliki radioisotop sama dengan
isotop-isotop lain dari unsur yang sama. Radioisotop karbon-14, misalnya, memiliki
karakteristik kimia yang sama dengan karbon-12.
Radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang
besar. Lempengan logam setebal beberapa sentimeter pun dapat ditembus oleh radiasi gamma,
utamanya gamma dengan energi tinggi. Sifat ini mempermudah dalam pendeteksian
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan
zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang berrnuatan
positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negative diberi nama sinar beta. Selanjutnya
Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama
sinar gamma.
Sinar alfa ( α )
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel sinar alfa sama
dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa adalah partikel
terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa dipancarkan dari inti dengan kecepatan
sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena memiliki massa yang besar, daya tembus sinar alfa
paling lemah diantara diantara sinar-sinar radioaktif. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar
kertas biasa. Sinar alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media
yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalam ionisasi.
Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi atom helium 42.
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta merupakan berkas
elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang bemuatan -le dan bermassa 1/836
sma. Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa sehingga dinyatakan dengan
notasi 0-1e. Energi sinar beta sangat bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar
alfa tetapi daya pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai
300 cm dalam udara kering dan dapat menembus kulit.
Sinar gamma ( γ )
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak bermuatan dan
tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan notasi 0 y. Sinar gamma mempunyai daya
tembus. Selain sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif buatan juga ada yang memancarkan
sinar X dan sinar Positron. Sinar X adalah radiasi sinar elektromagnetik.
Berbagai satuan digunakan untuk menyatakan intensitas atau jumlah radiasi bergantung pada
jenis yang diukur.
Curie dan Bequerrel adalah satuan yang dinyatakan untuk menyatakan keaktifan yakni jumlah
disintegrasi (peluruhan) dalam satuan waktu. Dalam system satuan SI, keaktifan dinyatakan
dalam Bq. Satu Bq sama dengan satu disintegrasi per sekon.
Satuan lain yang juga biasa digunakan ialah Curie. Satu Ci ialah keaktifan yang setara dari 1
gram garam radium, yaitu 3,7.1010 dps.
Gray dan Rad adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan keaktifan yakni jumlah (dosis)
radiasi yang diserap oleh suatu materi. Rad adalah singkatan dari 11radiation absorbed dose.
Dalam sistem satuan SI, dosis dinyatakan dengan Gray (Gy). Satu Gray adalah absorbs 1
Joule per kilogram materi.
1 Gy = 1 J/kg
1 Rd = 10-3 J/g
1 Gy = 100 rd
c. Rem
Daya perusak dari sinar-sinar radioaktif tidak saja bergantung pada dosis tetapi juga pada
jenis radiasi itu sendiri. Neutron, sebagai contoh, lebih berbahaya daripada sinar beta dengan
dosis dan intensitas yang sama. Rem adalah satuan dosis setelah memperhitungkan pengaruh
radiasi pada mahluk hidup (rem adalah singkatan dari radiation equiwlen for man).
Gambar 2.2. Perkecambahan tanaman yang diiradiasi sinar gamma pada dosis
0,200,400,600 da 1000
2.6. Iridiasi Sinar Gamma
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber energi (BATAN, 2008).
Radiasi energi tinggi adalah bentuk-bentuk energi yang melepaskan tenaga dalam jumlah
yang besar dan kadang-kadang disebut juga radiasi ionisasi (BATAN, 2008) karena ion-ion
dihasilkan dalam bahan yang dapat ditembus oleh energi tersebut (Crowder, 1986). Radiasi
dapat menginduksi terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akan dibebani oleh tenaga
kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel tanaman
yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan kromosom tanaman
(Poespodarsono, 1988).
Radiasi memiliki beberapa tipe, yaitu radiasi sinar X, radiasi sinar gamma, dan radiasi
sinar ultra violet (Crowder, 1986). Radiasi sinar gamma dipancarkan dari isotop radio aktif,
panjang gelombangnya lebih pendek dari sinar X, dan daya tembusnya adalah yang paling
kuat. Hidayat, (2004) mengatakan bahwa sinar gamma merupakan bentuk sinar yang paling
kuat dari bentuk radiasi yang diketahui, kekuatannya hampir 1 miliar kali lebih berenergi
dibandingkan radiasi sinar X.
Variable yang diamati meliputi:
Tinggi tanaman
Diameter batang
Panjang malai
Dan bobot biji per malai (Hoeman, 2000)
2.7. Keuntungan iridiasi dengan menggunakan nuclear cytoplasmic male sterile (NMS).
Keuntungan utama menggunakan iradiasi dalam pembuatan jantan steril adalah:
• gen tunggal ms yang secara sempurna mengekspresikan jantan steril dengan seluruh
latar belakang genetiknya dapat dengan mudah ditransfer ke berbagai varietas sesuai
dengan karakter yang diinginkan;
• hampir semua varietas dapat memulihkan galur NMS;
• tidak ada efek negatif yang disebabkan galur NMS;
• galur jantan steril (NMS) bersifat stabil atau tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dengan demikian, galur NMS merupakan tetua yang sangat baik untuk memproduksi
benih hibrida.
.
BAB III
Pada Tabel 1 secara umum dapat dilihat bahwa semakin meningkat dosis irradiasi
yang diberikan akan menurunkan persentase laju perkecambahan, terutama penurunan terjadi
pada dosis 800 Gy. Hal ini diduga dipengaruhi oleh tingginya dosis irradiasi yang diberikan
akan mengganggu/menghambat perkecambahan benih kedelai. Hasil yang sama yang
dilakukan pada benih padi yang menyatakan bahwa persen perkecambahan menurun setelah
diradiasi dengan sinar gamma, tetapi penurunannya tidak proporsional dengan peningkatan
dosis.
Table 1. Persentase perkecambahan (%) dan tinggi perkecambahan dua minggu setelah
ditanam.
LD50 terletak pada dosis irradiasi 457,13 Gy. Semakin meningkatnya dosis irradiasi
sampai 800 Gy, terjadi penurunan perkecambahan, sedangkan pada dosis irradiasi 1000 Gy,
perkecambahan tetap terjadi, tetapi pertumbuhan kecambah mengalami stagnasi serta
abnormalitas, dimana batang menebal, daun kotiledon menebal dan tinggi tanaman tetap
sampai akhir pengamatan. Pada penelitian ini semakin tinggi dosis irradiasi yang diberikan
sampai 1000 Gy, maka terjadi perubahan pada penampilan morfologi tanaman yang
menyebabkan pertumbuhan yang abnormal
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Perlu diuji kembali erhadap LD50 yang dihasilkan pada percobaan ini, sehingga akan
lebih yakin lagi terhadap dosis tersebut.
Daftar Pustaka
Hoeman, 2000, Aplikasi Program Database Dalam Seleksi Galur Mutan Srgum (Sorgum
bicolor L), Jakarta : Risalah Pertemuan Ilmiah dan Pengembangan Teknologi
Isotop dan Radiasi, Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN.
Melina, R, 2008, Pengaruh Mutasi Induksi dengan Iradiasi Sinar Gamma terhadap Keragaan
Dua Spesies Philodendron (Philodendron bipinnatifidum cv. Crocodile teeth dan P.
Xanadu), Bogor : IPB.
Misniar, R., P, 2008, Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaman Aglaonema Sp,
Bogor : IPB.
Syukur, S., 2000, Efek Iradiasi Gamma pada Pembentukan Variasi Klon dari Catharantus
roseus [L.], Padang : Don Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Isotop dan Radiasi. Biochemistry Biotechnology Lab. Andalas
University Padang.
Wulan, M. T., 2007, Peningkatan Keragaman Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn.)
Melalui Induksi Iradiasi Sinar Gamma, Bogor : IPB.