Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif. Radionuklida mampu
memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh
manusia dalam reaktor penelitian. Tergolong ke dalam zat radioaktif, unsur tersebut biasanya
bersifat labil, berarti tergolong zat radioaktif adalah isotopnya, karena untuk mencapai
kestabilan salah satunya harus melakukan peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk
menghasilkan unsur yang lebih stabil sambil memancarkan partikel seperti, partikel alpha α
(sama dengan inti He), partikel beta (β), dan partikel gamma (γ).
Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia dalam
reaktor penelitian. Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara
menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut
irradiasi neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang
ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target
tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga
berubah sifat menjadi radioaktif.
Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan antara lain Na-24, P-32, Cr-51, Tc-99,
dan I-131.
Sifat Radionuklida
Peran radionuklida sebagai pencari jejak tidak terlepas dari sifat-sifat khas yang
dimilikinya. Sifat-sifat tersebut adalah:
2. Laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah
atom radionuklida yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik
temperatur, tekanan, pH dan sebagainya. Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh
waktu paruh, waktu yang diperlukan agar intensitas radiasi menjadi setengahnya.
Waktu paruh ini merupakan bilangan khas untuk tiap-tiap radionuklida. Misalnya
karbon-14 memiliki waktu paruh 5.730 tahun, sehingga radioaktivitasnya berkurang
menjadi separuhnya setelah 5.730 tahun berlalu. Seluruh radionuklida yang telah
berhasil ditemukan telah diketahui pula waktu paruhnya. Waktu paruh radionuklida
bervariasi dari kisaran milidetik sampai ribuan tahun. Waktu paruh ini merupakan
faktor penting dalam pemilihan jenis radionuklida yang tepat untuk keperluan
tertentu.
3. Intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang
disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia yang berperan
adalah elektron, utamanya elektron pada kulit atom terluar, sedangkan peluruhan
radionuklida merupakan hasil dari perubahan pada inti atom.
4. Radionuklida memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan isotop lain sehingga
sifat kimia yang dimiliki radionuklida sama dengan isotop-isotop lain dari unsur yang
sama. Radionuklida karbon-14, misalnya, memiliki karakteristik kimia yang sama
dengan karbon-12.
5. Radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang
besar. Lempengan logam setebal beberapa sentimeter pun dapat ditembus oleh radiasi
gamma, utamanya gamma dengan energi tinggi. Sifat ini mempermudah dalam
pendeteksian.
Aplikasi Radionuklida
1. Dalam bidang pertanian
Khusus dalam bidang pertanian, manfaat sinar radioaktif sangat besar, yaitu sebagai berikut:
1. Mutasi Tanaman
Salah satu cara untuk mendapatkan rangkaian sifat yang baik yaitu dengan mengubah faktor
pembawa sifat (gen). Perubahan gen yang dapat menyebabkan perubahan sifat makhluk hidup
dan diwariskan disebut mutasi. Sinar radioaktif yang biasanya digunakan untuk mutasi adalah
sinar gamma yang dipancarkan dari radioaktif Kobalt-60. Contohnya adalah padi atomita dan
kedelai muria.
Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di laboratorium dibiakkan
hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama tersebut lalu diradiasi sehingga
serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama dilepas di daerah yang terserang hama.
Diharapkan akan terjadi perkawinan antara hama setempat dengan jantan mandul dilepas. Telur
hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas. Dengan demikian reproduksi hama tersebut
terganggu dan akan mengurangi populasi.
3. Pengawetan Makanan
Dilakukan agar bahan makanan yang disimpan tidak mudah rusak. Pengawetan makanan secara
tradisional seperti pengeringan, pemanasan, dan pengasapan masih memiliki kekurangan karena
pada jenis makanan tertentu sifat makanan dapat berubah, ditumbuhi jamur, dan dapat diserang
serangga. Penemuan cara pengawetan dengan teknik radiasi dapat meminimalkan kerusakan yang
terjadi pada makanan.
Beberapa keuntungan menggunakan sinar radioaktif dalam pengawetan makanan antara lain:
Fakta contoh :
Stroberi tanpa radiasi, yang berjamur setelah di simpan beberapa hari
Stroberi yang tetap segar setelah penyimpanan dua minggu karena telah
disterilisasi dengan cara radiasi.
4. Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan menggunakan
radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis yang bervariasi, dari
dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah yang mematikan. Biji yang
sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditaman berkelompok menurut ukuran dosis
radiasinya. Serta dengan menggunakan unsur-unsur radioaktif, juga dapat diketahui waktu yang
paling tepat untuk melakukan pemupukan pada satu jenis tanaman.
Radionuklida dapat digunakan untuk merunut gerakan pupuk di sekitar tanaman setelah ditabur.
Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat ditelusuri dengan
mencampurkan radionuklida fosfor-32 (P-32) ke dalam senyawa fosfat di dalam pupuk. Dengan
cara ini dapat diketahui pola penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan. Radionuklida dapat
juga digunakan untuk membuat benih tumbuhan dengan sifat yang lebih unggul dari induknya.
Penyinaran radioaktif ke tanaman induk akan menyebabkan ionisasi pada berbagai sel tumbuhan.
lonisasi ini menyebabkan turunan berikutnya mempunyai sifat yang berbeda dengan induknya.
Kekuatan radiasi diatur sedemikian rupa agar diperoleh sifat turunan yang unggul.
Untuk melaksanakan pemupukan pada waktu yang tepat, dapat digunakan radionuklida
Nitrogen – 15 ( N – 15 ). Pupuk yang mengandung N – 15 di pantau dengan alat pancaca jika
pancaca tidak mendeteksi lagi adanya radiasi, berarti pupuk sepenuhnya sudah di serap oleh
tanaman. Pada saat itulah pemupukan berikutnya sebaiknya dilakukan. dari upuya ini akan
diketahui janka waktu pemupukan yang diperlukan dan sesuai dengan usia tanaman.
Kegunaan lain radionuklida dalam bidang pertanian adalah untuk pembuatan bibit unggul.
Radionuklida ini digunakan untuk memicu terjadinya mutasi pada tanaman dari proses
mutasi ini diharapkan dapat dperoleh tanaman dengan sifat – sifat yang menguntungkan
misalnya tanaman padi yang lebih tahan terhadap hama dan memiliki tunas lebih banyak.
Selain itu, radionuklida juga dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan produk –
produk pertanian.
Jika bagian pengelasan atau logam ini disinari dengan sinar gamma dan dibalik bahan itu
diletakkan film foto maka pada bagian yang terdapat kehausan atau kekeroposan akan
memberikan gambar yang tidak merata.
c. Untuk Mengetahui adanya Cacat pada Material
Pada bidang industri aplikasi baja perlu dianggap bahwa semua bahan selalu
mengandung cacat. Cacat dapat berupa cacat bawaan dan cacad yang terjadi akibat
penanganan yang tidak benar. Cacat pada material merupakan sumber kegagalan dalam
industri baja. Penyebab timbulnya cacat pada material, meliputi desain yang tidak tepat,
proses fabrikasi dan pengaruh lingkungan. Desain yang tidak tepat meliputi pemilihan
bahan, metode pengerjaan panas yang tidak tepat dan tidak dilakukannya uji mekanik.
Proses fabrikasi meliputi keretakan karena penggrindaan, cacat proses fabrikasi dan
cacad pengelasan. Kondisi operasi lingkungan meliputi korosi. Untuk mengetahui adanya
cacad pada material makadigunakan suatu pengujian material tak merusak yang salah
satunya adalah dengan metode radiografi sinar gamma.
Teknik radiografi merupakan salah satu metode pengujian material tak-merusak yang
selama ini sering digunakan oleh industri baja untuk menentukan jaminan kualitas dari
produk yang dihasilkan. Teknik ini adalah pemeriksaan dengan menggunakan sumber
radiasi (sinar-x atausinar gamma) sebagai media pemeriksa dan film sebagai perekam
gambar yang dihasilkan. Radiasi melewati benda uji dan terjadi atenuasi dalam benda uji.
Sinar yang akan diatenuasi tersebut akan direkam oleh film yang diletakkan pada bagian
belakang dari benda uji. Setelah film tersebut diproses dalam kamar gelap maka film
tersebut dapat dievaluasi. Bila terdapat cacad pada benda uji maka akan diamati pada film
radiografi dengan melihat perbedaan kehitaman atau densitas. Pemilihan sumber radiasi
berdasarkan pada ketebalan benda yang diperlukan karena daya tembus sinar gamma
terhadap material berbeda. Pada sumber pemancar sinar gamma tergantung besar aktivitas
sumber. Sedangkan pemilihan tipe film sangat mempengaruhi pemeriksaan kualitas
material. Film digunakan untuk merekam gambar material yang diperiksa. Pemilihan tipe
film yang benarakan menghasilkan kualitas hasil radiografi yang sangat baik. Pada
umumnya kita mengenal dua macam jenis film, yaitu film cepat dan film lambat. Pada
film cepat butir-butirannya besar, kekontrasan dan definisinya kurang baik. Sedangkan
pada film lambat butir-butirannya kecil, kekontrasan dan definisinya lebih baik.
Penentuan jarak sumber ke film (SFD) juga mempengaruhi hasil kualitas film radiografi.
Penghitungan SFD yang tidak benar mempengaruhi tingkat kehitaman atau density hasil
film radiografi sehingga akan mempengaruhi tingkat sensitivitas atau tingkat ketelitian.
a. Mengontrol Ketebalan Bahan
Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng logam
dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa intensitas radiasi
yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui. Detektor radiasi
dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal, maka intensitas
radiasi yang diterima detektor akan berkurang dan mekanisme ala akan mengatur
penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
2.3.3 Dalam bidang kedokteran
1. Pemakaian zat radioaktif atau dikenal dengan radioisotop dalam bidang kedokteran
untuk maksud diagnosis, pertama kali diperkenalkan oleh Blumgart dan Yens pada
tahun 1972 dengan menggunakan gas radioaktif Ar-35 untuk mengukur peredaran
darah. Kemudian pada tahun 1937, pemakaian radioisotop untuk pengobatan
dilakukan oleh Lawrence dalam pengobatan leukimia.
Radionuklida perunut harus memiliki waktu hidup yang cukup panjang sehingga
aktivitasnya dapat dideteksi dengan baik.
Jenis radiasi yang dipancarkan harus menjadi pertimbangan terutama kemampuan
penetrasi dan kemudahannya untuk diukur.
Reaksi esterifikasi yaitu reaksi pembentukan suatu ester yang dapat dibentuk dengan
reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol. Esterifikasi
berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversibel. Asam karboksilat bereaksi
dengan alkohol membentuk ester dan air.
b. Mempelajari Kesetimbangan Dinamis
Kesetimbangan dinamis kimia bersifat dinamis artinya bahwa dalam keadaan
setimbang reaksi tetap berlangsung dengan laju yang sama pada kedua arah. Hal itu
dapat dibuktikan sebagai berikut. Perhatikan kesetimbangan PbI2 (timbal (II) klorida)
padat dan larutan jenuhnya yang mengandung Pb2+(aq) dan I-(aq).
c. Analisis/Titrasi Radiometri
Analisis radiometri adalah cara analisis kimia untuk unsur atau zat tak radioaktif
dengan jalan penambahan zat radioaktif dan Analisis radiometri ini digunakan untuk
menentukan kadar zat yang sangat rendah dalam suatu campuran. Penentuan kadar Ag+
ataupun Cl- dapat menggunakan radioisotop. Jika yang ingin ditentukan kadar Cl- maka
yang digunakan adalah Ag dalam bentuk radioisotop ( 110Ag+) dan jika yang ingin
ditentukan kadar Ag maka yang digunakan ion radioklor.
d. Analisis Pengenceran Isotop
Analisis pengenceran isotop untuk menentukan kadar suatu zat dengan cara
menambahkan zat radioaktif yang sudah diencerkan ke dalam zat yang akan
ditentukan
kadarnya.
e. Analisis Aktivasi Neutron (AAN)
Analisis aktivasi neutron adalah adalah analisis unsur-unsur dalam sampel yang
didasarkan pada pengubahan isotop stabil oleh isotop radioaktif melalui pemboman
sampel oleh neutron atau proses pengaktifan neutron dapat diartikan juga sebagai
proses reaksi inti dimana unsur-unsur yang semula tidak radioaktif berubah sifat
fisikanya menjadi radioaktif sehingga dapat memancarkan radiasi. Analisis pengaktifan
neutron dilakukan untuk menentukan zat yang berkadar rendah dengan cara menembak
unsur yang dimaksud agar menghasilkan radioisotop dan memancarakan sinar.
Radiasi zat radioaktif dapat menyebabkan kerusakan somatis berbentuk lokal dengan
tanda kerusakan kulit, kerusakan sel pembentuk sel darah, dan kerusakan sistem
saraf.
Efek serta akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia seperti
berikut di bawah ini :
Pusing-pusing
Nafsu makan berkurang atau hilang
Terjadi diare
Badan panas atau demam
Berat badan turun
Kanker darah atau leukemia
Meningkatnya denyut jantung atau nadi
Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah putih yang
jumlahnya berkurang
Pengertian senyawa tertanda(labeling compound) dan labelisasi
Senyawa adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur dengan pembagian
tertentu. Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi
pembentukan. Misalnya, karat besi(hematif) berupa Fe2O3 dihasilkan oleh reaksi besi(Fe)
dengan oksigen (O). Senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui
reaksi penguraian .
Senyawa tertanda adalah suatu senyawa dimana satu atau lebih atomnya atau bagian dari
struktur molekulnya diganti oleh atom atau struktur yang mengandung atau radioaktif.
Senyawa tertanda adalah senyawa yang salah satu atau lebih atom penyusunnya merupakan
radioisotop dari unsur tersebut atau radioisotop lain yang dimasukkan pada senyawa tersebut.
Contoh senyawa tertanda yang mengandung radioisotop Cr-51,P-32,I-131, atau Tc-99m.
Syarat-syarat senyawa tertanda
Syarat-syarat secara umum dalam penggunaan senyawa tertanda adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai konsentrasi radioaktif yang sangat tinggi, sehingga pemakaiannya
dalam jumlah kecil.
2. Radioisotop yang dipakai harus mempunyai energi yang cukup tingggi sehingga
dapat diukur dengan mudah oleh detector
3. Mempunyai waktu paro yang cukup panjang sehingga tidak perlu dilakukan koreksi
terhadap waktu paro, dan cukup waktu untuk melakukan pengukuran
4. Dapat bercampur dengan media atau sistem yang akan diukur/diperiksa
5. Harus murah dan mudah diperoleh
Dalam bidang biologi dan pertanian selain persyaratan seperti diatas juga harus
mempunyai aktivitas spesifik dan kemurnian radiokimia yang cukup tinggi sedangkan
senyawa tertanda yang digunakan dalam bidang kesehatan/kedokteran mempunyai
persyaratan yang cukup letat. Selain itu pemilihan radioisotop untuk menandai sediaan
radiofarmasi harus memperlihatkan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Unsur/radionuklida harus mempunyai waktu paru yang pendek
2. Lebih diutamakan radionuklida pemancar gamma berenergi rendah, energi berkisar
100-140KeV.
3. Ekskresi sediaan dari tubuh harus cepat
4. Prosedur penandaan sederhana
Reaksi pertukaran isotonic adalah pergantian suatu atom dalam suatu molekul
dengan isotope radioaktifnya. Dalam mekanisme reaksi pertukaran ini, pada beberapa
hal tertentu diperlukan suatu tambahan energy aktifasi dari luar. Sumber energy yang
dapatdipergunakan adalah:
Pengocokan dan pemanasan
Penambahan katalisator
Eksitasi vibrasi (dengan pengaduk ultrasonik)
Gelombang micro
Penyinaran dengan sinar ultraviolet
Contoh:
Pembuatan homon triiodositoronin (T3) dan tiroksin (T4) bertanda iodium
radioaktif (I-131 atau I-125)
Rumus umumnya:
R-1 + 1* ͢ R-1* + 1
Jawab:
Penandaan T3 dan T4 dengan I-125, reaksi penukaran terjadi pada atom 1 yang
berada pada posisi 3* dari T3, dan posisi 3* dan 5* pada T4.
Dalam metode ini, umumnya rendemen penandaan agak rendah, dan ini biasanya
diperbaiki dengan penambahan bahan oksidator, yang kemudian ditambahkan reduktor
untuk menghentikan reaksi. Oksidator yang biasa digunakan adalah kloramin –T, iodpgen,
hydrogen peroksida, seperti peroksidase, laktoperoksidase, dan glukosa peroksidase,
sedangkan reduktor biasanya senyawa sulfit atau biosulfit.
Untuk pembuatan masing-masing molekul, semua kondisi pekerjaan harus sudah
diketahui dengan pasti, seperti:
- sifat dari pelarut
- temperature reaksi yang harus digunakan
- penyinaran dengan sinar ultra violet
- lamanya kontak atau reaksi
- hubungan konsentrasi dari pelarut dan senyawa yang akan ditandai
- konsentrasi larutan perumut yang digunakan, dll.
- mekanisme reaksi dapat diketahui dengan mudah, karena merupakan reaksi kimia yang
umum telah di kenal.
- dapat dipilih salah satu atau beberapa atom stabil diganti dengan atom radoisotopnya.
4. Sistem Khusus
Ketiga radiosotop ini diproduksi dari siklotron atau akselerator linier. Suatu inti
stabil dari molekul kimia yang biasanya sederhana, dibombardir dengan partikel
bermuatan seperti electron, proton, deutron dan partikel alfa. Problem utama yang
timbul dalam penggunaan radiosotop ini adalah bagaimana mengurangi waktu dari
mulai radioisotope ini dibuat oleh produsen sampai senyawa bertandanya dapat
digunakan oleh pemakai, baik untuk pengunaan medical atau biolaogis, yang
disebabkan oleh T yang pendek. Untuk hal ini perlu dicari suatu metode pembuatan
dan pemurnian yang sangat cepat.
1. Radiosotop C-11dibuat dengan gas N (nitrogen) yang stabil dibombardir
dengan proton pada 50 MeV
11
14N(p,alfa ) C
gas CO yang diperoleh diabsorpsi oleh senyawa barium (BaO),
11
dan dapat diubah dengan adanya gas H2 menjadi CN
11
11C +N2 + H2 H- CN
11
H CN yang terjadi dapat digunakan untuk
pembuatan senyawa bertanda lain, contohnya C-1-dopamin.
2. Radioisotop F-18 diperoleh dari akselerator melalui reaksi nuklir gas oksigen
atau air yang dibombardir dengan inti helium.
3. 160(|5He,x) 18F atau 16O (4He,x) 18F
Sumber:
Rosilawati,elly.2017.penggunaan radiofarmaka untuk diagnosa dan terapi di
indonesia dan asas keamanan penggunaan obat. Jurnal hukum kedokteran.vol3 no.1
Bunjali,bunbun.2002. kimia inti. Bandung:ITB
Duyeh, setiawan.2010. radiokimia teori dasar aplikasi teknih nuklir.bandung:widya
padjadjaran
Yulianti, anita.2013. radioaktif dalam berbagai kehidupan. Jurnal farmasi. Vol2
no.2
Yudhi.2009. nuklir dibidang kedokteran dan kesehatan. Jurnal kedokteran.vol 4
no.2