Anda di halaman 1dari 19

Pengertian Radionuklida

Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif. Radionuklida mampu
memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh
manusia dalam reaktor penelitian. Tergolong ke dalam zat radioaktif, unsur tersebut biasanya
bersifat labil, berarti tergolong zat radioaktif adalah isotopnya, karena untuk mencapai
kestabilan salah satunya harus melakukan peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk
menghasilkan unsur yang lebih stabil sambil memancarkan partikel seperti, partikel alpha α
(sama dengan inti He), partikel beta (β), dan partikel gamma (γ).

Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia dalam
reaktor penelitian. Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara
menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut
irradiasi neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang
ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target
tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga
berubah sifat menjadi radioaktif.

Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan antara lain Na-24, P-32, Cr-51, Tc-99,
dan I-131.
Sifat Radionuklida

Peran radionuklida sebagai pencari jejak tidak terlepas dari sifat-sifat khas yang
dimilikinya. Sifat-sifat tersebut adalah:

1. Radionuklida memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah dideteksi.


Radionuklida ibarat lampu yang tidak pernah padam senantiasa memancarkan
cahayanya.Radionuklidadalam jumlah sedikit sekali pun dapatdengan mudah
diketahui keberadaannya. Dengan teknologi pendeteksian radiasi saat ini,
radionuklida dalam kisaran pikogram (satu per satu trilyun gram) pun dapat dikenali
dengan mudah. Sebagai ilustrasi, jika radionuklida dalam bentuk carrier free (murni
tidak mengandung isotop lain) sebanyak 0,1 gram saja dibagi rata ke seluruh
penduduk bumi yang jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang diterima oleh
masing-masing orang dapat diukur secara tepat.

2. Laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah
atom radionuklida yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik
temperatur, tekanan, pH dan sebagainya. Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh
waktu paruh, waktu yang diperlukan agar intensitas radiasi menjadi setengahnya.
Waktu paruh ini merupakan bilangan khas untuk tiap-tiap radionuklida. Misalnya
karbon-14 memiliki waktu paruh 5.730 tahun, sehingga radioaktivitasnya berkurang
menjadi separuhnya setelah 5.730 tahun berlalu. Seluruh radionuklida yang telah
berhasil ditemukan telah diketahui pula waktu paruhnya. Waktu paruh radionuklida
bervariasi dari kisaran milidetik sampai ribuan tahun. Waktu paruh ini merupakan
faktor penting dalam pemilihan jenis radionuklida yang tepat untuk keperluan
tertentu.

3. Intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang
disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia yang berperan
adalah elektron, utamanya elektron pada kulit atom terluar, sedangkan peluruhan
radionuklida merupakan hasil dari perubahan pada inti atom.

4. Radionuklida memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan isotop lain sehingga
sifat kimia yang dimiliki radionuklida sama dengan isotop-isotop lain dari unsur yang
sama. Radionuklida karbon-14, misalnya, memiliki karakteristik kimia yang sama
dengan karbon-12.

5. Radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang
besar. Lempengan logam setebal beberapa sentimeter pun dapat ditembus oleh radiasi
gamma, utamanya gamma dengan energi tinggi. Sifat ini mempermudah dalam
pendeteksian.
Aplikasi Radionuklida
1. Dalam bidang pertanian
Khusus dalam bidang pertanian, manfaat sinar radioaktif sangat besar, yaitu sebagai berikut:
1. Mutasi Tanaman
Salah satu cara untuk mendapatkan rangkaian sifat yang baik yaitu dengan mengubah faktor
pembawa sifat (gen). Perubahan gen yang dapat menyebabkan perubahan sifat makhluk hidup
dan diwariskan disebut mutasi. Sinar radioaktif yang biasanya digunakan untuk mutasi adalah
sinar gamma yang dipancarkan dari radioaktif Kobalt-60. Contohnya adalah padi atomita dan
kedelai muria.

2. Pemberantasan Hama dengan Teknik Jantan Mandul

Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di laboratorium dibiakkan
hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama tersebut lalu diradiasi sehingga
serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama dilepas di daerah yang terserang hama.
Diharapkan akan terjadi perkawinan antara hama setempat dengan jantan mandul dilepas. Telur
hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas. Dengan demikian reproduksi hama tersebut
terganggu dan akan mengurangi populasi.

3. Pengawetan Makanan

Dilakukan agar bahan makanan yang disimpan tidak mudah rusak. Pengawetan makanan secara
tradisional seperti pengeringan, pemanasan, dan pengasapan masih memiliki kekurangan karena
pada jenis makanan tertentu sifat makanan dapat berubah, ditumbuhi jamur, dan dapat diserang
serangga. Penemuan cara pengawetan dengan teknik radiasi dapat meminimalkan kerusakan yang
terjadi pada makanan.

Manfaat sinar radioaktif dalam pengawetan makanan adalah:


 Menghambat pertunasan pada beberapa bahan makanan, misalnya bawang, kentang,
jahe, kunyit dan kencur.
 Memperpanjang masa simpan beberapa hasil pertanian segar, misalnya menunda
kematangan buah.
 Mengurangi bakteri-bakteri pembusuk daging.
 Membebaskumankan atau sterilisasi rempah-rempah.
 Mengendalikan kuman-kuman penyebab penyakit dan kuman-kuman parasit yang ada
dalam makanan.

Beberapa keuntungan menggunakan sinar radioaktif dalam pengawetan makanan antara lain:

 Sifat bahan makanan tidak berubah.


 Dapat meningkatkan mutu.
 Tidak menurunkan nilai gizi.
 Tidak menimbulkan zat sisa pengawet.
 Dapat dilakukan pada makanan yang dikemas sederhana.
 Mengetahui masa pemupukan yang paling baik.

Fakta contoh :
 Stroberi tanpa radiasi, yang berjamur setelah di simpan beberapa hari
 Stroberi yang tetap segar setelah penyimpanan dua minggu karena telah
disterilisasi dengan cara radiasi.

4. Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan menggunakan
radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis yang bervariasi, dari
dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah yang mematikan. Biji yang
sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditaman berkelompok menurut ukuran dosis
radiasinya. Serta dengan menggunakan unsur-unsur radioaktif, juga dapat diketahui waktu yang
paling tepat untuk melakukan pemupukan pada satu jenis tanaman.

Radionuklida dapat digunakan untuk merunut gerakan pupuk di sekitar tanaman setelah ditabur.
Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat ditelusuri dengan
mencampurkan radionuklida fosfor-32 (P-32) ke dalam senyawa fosfat di dalam pupuk. Dengan
cara ini dapat diketahui pola penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan. Radionuklida dapat
juga digunakan untuk membuat benih tumbuhan dengan sifat yang lebih unggul dari induknya.
Penyinaran radioaktif ke tanaman induk akan menyebabkan ionisasi pada berbagai sel tumbuhan.
lonisasi ini menyebabkan turunan berikutnya mempunyai sifat yang berbeda dengan induknya.
Kekuatan radiasi diatur sedemikian rupa agar diperoleh sifat turunan yang unggul.

Untuk mendorong kemajuan di bidang pertanian di perlukan teknik pemupukan yang


baik, pemberantasan hama tanaman yang tepat, dan penggunaan bibit unggul.

Untuk melaksanakan pemupukan pada waktu yang tepat, dapat digunakan radionuklida
Nitrogen – 15 ( N – 15 ). Pupuk yang mengandung N – 15 di pantau dengan alat pancaca jika
pancaca tidak mendeteksi lagi adanya radiasi, berarti pupuk sepenuhnya sudah di serap oleh
tanaman. Pada saat itulah pemupukan berikutnya sebaiknya dilakukan. dari upuya ini akan
diketahui janka waktu pemupukan yang diperlukan dan sesuai dengan usia tanaman.

Kegunaan lain radionuklida dalam bidang pertanian adalah untuk pembuatan bibit unggul.
Radionuklida ini digunakan untuk memicu terjadinya mutasi pada tanaman dari proses
mutasi ini diharapkan dapat dperoleh tanaman dengan sifat – sifat yang menguntungkan
misalnya tanaman padi yang lebih tahan terhadap hama dan memiliki tunas lebih banyak.
Selain itu, radionuklida juga dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan produk –
produk pertanian.

2.3.2 Dalam bidang industri


a. Untuk Mendeteksi Kebocoran
Radioisotop digunakan untuk mendeteksi kebocoran pipa yang ditanam di dalam tanah
atau dalam beton. Isotop dimasukannya ke dalam aliran pipa, maka kebocoran pipa dapat
dideteksi tanpa penggalian tanah atau pembongkaran beton. Radioisotop yang digunakan
sebagai perunut untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam pipa misalnya sedikit garam
24
NaCl di masukkan kedalam aliran pipa, selanjutnya detektor geiger-Muller digerakkan
mengikuti aliran pipa. Selanjutnya Detektor akan menangkap radiasi pada pipa yang
mengalami kebocoran.
b. Untuk Menentukan Kehausan atau Keroposan Yang Terjadi pada Bagian

Pengelasan atau Logam

Jika bagian pengelasan atau logam ini disinari dengan sinar gamma dan dibalik bahan itu
diletakkan film foto maka pada bagian yang terdapat kehausan atau kekeroposan akan
memberikan gambar yang tidak merata.
c. Untuk Mengetahui adanya Cacat pada Material
Pada bidang industri aplikasi baja perlu dianggap bahwa semua bahan selalu
mengandung cacat. Cacat dapat berupa cacat bawaan dan cacad yang terjadi akibat
penanganan yang tidak benar. Cacat pada material merupakan sumber kegagalan dalam
industri baja. Penyebab timbulnya cacat pada material, meliputi desain yang tidak tepat,
proses fabrikasi dan pengaruh lingkungan. Desain yang tidak tepat meliputi pemilihan
bahan, metode pengerjaan panas yang tidak tepat dan tidak dilakukannya uji mekanik.
Proses fabrikasi meliputi keretakan karena penggrindaan, cacat proses fabrikasi dan
cacad pengelasan. Kondisi operasi lingkungan meliputi korosi. Untuk mengetahui adanya
cacad pada material makadigunakan suatu pengujian material tak merusak yang salah
satunya adalah dengan metode radiografi sinar gamma.
Teknik radiografi merupakan salah satu metode pengujian material tak-merusak yang
selama ini sering digunakan oleh industri baja untuk menentukan jaminan kualitas dari
produk yang dihasilkan. Teknik ini adalah pemeriksaan dengan menggunakan sumber
radiasi (sinar-x atausinar gamma) sebagai media pemeriksa dan film sebagai perekam
gambar yang dihasilkan. Radiasi melewati benda uji dan terjadi atenuasi dalam benda uji.
Sinar yang akan diatenuasi tersebut akan direkam oleh film yang diletakkan pada bagian
belakang dari benda uji. Setelah film tersebut diproses dalam kamar gelap maka film
tersebut dapat dievaluasi. Bila terdapat cacad pada benda uji maka akan diamati pada film
radiografi dengan melihat perbedaan kehitaman atau densitas. Pemilihan sumber radiasi
berdasarkan pada ketebalan benda yang diperlukan karena daya tembus sinar gamma
terhadap material berbeda. Pada sumber pemancar sinar gamma tergantung besar aktivitas
sumber. Sedangkan pemilihan tipe film sangat mempengaruhi pemeriksaan kualitas
material. Film digunakan untuk merekam gambar material yang diperiksa. Pemilihan tipe
film yang benarakan menghasilkan kualitas hasil radiografi yang sangat baik. Pada
umumnya kita mengenal dua macam jenis film, yaitu film cepat dan film lambat. Pada
film cepat butir-butirannya besar, kekontrasan dan definisinya kurang baik. Sedangkan
pada film lambat butir-butirannya kecil, kekontrasan dan definisinya lebih baik.
Penentuan jarak sumber ke film (SFD) juga mempengaruhi hasil kualitas film radiografi.
Penghitungan SFD yang tidak benar mempengaruhi tingkat kehitaman atau density hasil
film radiografi sehingga akan mempengaruhi tingkat sensitivitas atau tingkat ketelitian.
a. Mengontrol Ketebalan Bahan
Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng logam
dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa intensitas radiasi
yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui. Detektor radiasi
dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal, maka intensitas
radiasi yang diterima detektor akan berkurang dan mekanisme ala akan mengatur
penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
2.3.3 Dalam bidang kedokteran

1. Pemakaian zat radioaktif atau dikenal dengan radioisotop dalam bidang kedokteran
untuk maksud diagnosis, pertama kali diperkenalkan oleh Blumgart dan Yens pada
tahun 1972 dengan menggunakan gas radioaktif Ar-35 untuk mengukur peredaran
darah. Kemudian pada tahun 1937, pemakaian radioisotop untuk pengobatan
dilakukan oleh Lawrence dalam pengobatan leukimia.

2. Di bidang kedokteran teknologi ini telah lama dimanfaatkan. Radioisotop


Teknesium- 99m (Tc-99m) merupakan radioisotop primadona yang mendekati ideal
untuk mencari jejak di dalam tubuh. Hal ini dikarenakan radioisotop ini memiliki
waktu paruh yang pendek sekitar 6 jam sehingga intensitas radiasi yang
dipancarkannya berkurang secara cepat setelah selesai digunakan. Radioisotop ini
merupakan pemancar gamma murni dari jenis peluruhan electron capture dan tidak
memancarkan radiasi partikel bermuatan sehingga dampak terhadap tubuh sangat
kecil. Selain itu, radioisotop ini mudah diperoleh dalam bentuk carrier free (bebas
pengemban) dari radioisotop molibdenum-99 (Mo-99) dan dapat membentuk ikatan
dengan senyawa-senyawa organik. Radioisotop ini dimasukkan ke dalam tubuh
setelah diikatkan dengan senyawa tertentu melalui reaksi penandaan (labelling). Di
dalam tubuh, radioisotop ini akan bergerak bersama-sama dengan senyawa yang
ditumpanginya sesuai dengan dinamika senyawa tersebut di dalam tubuh. Dengan
demikian, keberadaan dan distribusi senyawa tersebut di dalam tubuh yang
mencerminkan beberapa fungsi organ dan metabolisme tubuh dapat dengan mudah
diketahui dari hasil pencitraan. Pencitraan dapat dilakukan menggunakan kamera
gamma. Radioisotop ini dapat pula digunakan untuk mencari jejak terjadinya infeksi
bakteri, misalnya bakteri tuberkolose, di dalam tubuh dengan memanfaatkan
terjadinya reaksi spesifik yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Terjadinya reaksi
spesifik tersebut dapat diketahui menggunakan senyawa tertentu, misalnya antibodi,
yang bereaksi secara spesifik di tempat terjadinya infeksi. Dengan menyuntikkan
oksida Tc-99, unsur radioaktif ini akan mengalir mengikuti darah. Bagian tubuh yang
tidak terdapat tumor tidak akan menyerap unsur itu, sedangkan bagian tubuh yang
terkena tumor akan menyerap unsur itu. Dengan begitu di daerah yang terdapat
tumor, keaktifan radioisotop lebih besar dibandingkan dengan daerah lain yang sehat.
Hal ini menyebabkan daerah yang terdapat tumor mudah dilacak atau dirunut.
Radioisotop sebagai perunut juga digunakan untuk mencari bagian yang mengalami
penyempitan pada pembuluh darah yang disebut trombosit. Pasien yang akan diperiksa
disuntik dengan radioisotop natrium. Darah akan mengalirkan isolop ini ke selurun bagian
tubuh. Bagian yang mengalami penyempitan darah akan mempunyai jumlah natrium yang
berbeda dengan bagian lain yang sehat. Dengan menggunakan detektor radioaktif dapat
diketahui bagian yang terkena penyempitan.
Radioisotop juga dapat digunakan untuk mempelajari kecepatan penyerapan suatu
unsur oleh kelenjar misalnya kelenjar gondok yang ada dalam tubuh. Unsur yang
digunakan adalah iodium yang bersifat radioaktif sebagai radioisotop.(Joko.2010)
2.3.4 Dalam bidang arkeologi
Teknik penentuan umur suatu benda yang menggunakan radioisotop disebut Carbon
Dating. Prinsip kerja teknik ini adalah membandingkan konsentrasi unsur karbon yang
tidak stabil pada suatu benda dengan benda lainnya. Teknik ini banyak digunakan oleh
para ahli geologi, antropologi dan arkeologi untuk menentukan umur benda yang
mereka temukan.
Cara penentuan umur dengan radiokarbon pertamakali dikembangkan oleh W.F.
Libby. Radiokarbon yang dimaksudkan di sini adalah atom karbon C-14 yang
dihasilkan di atmosfer melalui reaksi yang diinduksi neutron berenergi. Pada mulanya
sinar kosmik sebagian besar terdiri dari proton berenenrgi, hasil reaksinya dengan gas
di atmosfer, dapat menghasilkan bernmacam-macam frragmen inti seperti neutron
cepat yang bereaksi dengan isotop N-14.
Selain untuk menentukan umur benda-benda purbakala, radioisotop bisa dihgunakan di
bidang seni. Dalam bidang ini, radioisotop dapat juga digunakan untuk mengetahui
pemalsuan lukisan. Seorang pemalsu akan menggunakan cat yang dibuat pada abad
sekarang. Dengan mengetahui banyaknya unsur radioaktif pada cat akan diketahui
umur
lukisan tersebut sebenarnya.
2.3.5 Dalam bidang kimia
a. Radioisotop sebagai Perunut
Salah satu peran radioisotop adalah sebagai perunut. Teknik perunut dapat dipakai untuk
mempelajari mekanisme berbagai reaksi kimia esterifikasi, fotosintesis dan
kesetimbangan dinamis. Radiotracer (radionuklida perunut) adalah spesi kimia yang
mengandung radionuklida dan aktivitasnya dimonitor untuk mengikuti proses kimia atau
proses fisika, atau untuk menunjukkan posisi atau lokasi suatu zat kimia
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan radionuklida
perunut :
 Harus memiliki sifat kimia dan fisika yang sama dengan sistem yang dipelajari

 Radionuklida perunut harus memiliki waktu hidup yang cukup panjang sehingga
aktivitasnya dapat dideteksi dengan baik.
 Jenis radiasi yang dipancarkan harus menjadi pertimbangan terutama kemampuan
penetrasi dan kemudahannya untuk diukur.
Reaksi esterifikasi yaitu reaksi pembentukan suatu ester yang dapat dibentuk dengan
reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol. Esterifikasi
berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversibel. Asam karboksilat bereaksi
dengan alkohol membentuk ester dan air.
b. Mempelajari Kesetimbangan Dinamis
Kesetimbangan dinamis kimia bersifat dinamis artinya bahwa dalam keadaan
setimbang reaksi tetap berlangsung dengan laju yang sama pada kedua arah. Hal itu
dapat dibuktikan sebagai berikut. Perhatikan kesetimbangan PbI2 (timbal (II) klorida)
padat dan larutan jenuhnya yang mengandung Pb2+(aq) dan I-(aq).
c. Analisis/Titrasi Radiometri
Analisis radiometri adalah cara analisis kimia untuk unsur atau zat tak radioaktif
dengan jalan penambahan zat radioaktif dan Analisis radiometri ini digunakan untuk
menentukan kadar zat yang sangat rendah dalam suatu campuran. Penentuan kadar Ag+
ataupun Cl- dapat menggunakan radioisotop. Jika yang ingin ditentukan kadar Cl- maka
yang digunakan adalah Ag dalam bentuk radioisotop ( 110Ag+) dan jika yang ingin
ditentukan kadar Ag maka yang digunakan ion radioklor.
d. Analisis Pengenceran Isotop
Analisis pengenceran isotop untuk menentukan kadar suatu zat dengan cara
menambahkan zat radioaktif yang sudah diencerkan ke dalam zat yang akan
ditentukan
kadarnya.
e. Analisis Aktivasi Neutron (AAN)
Analisis aktivasi neutron adalah adalah analisis unsur-unsur dalam sampel yang
didasarkan pada pengubahan isotop stabil oleh isotop radioaktif melalui pemboman
sampel oleh neutron atau proses pengaktifan neutron dapat diartikan juga sebagai
proses reaksi inti dimana unsur-unsur yang semula tidak radioaktif berubah sifat
fisikanya menjadi radioaktif sehingga dapat memancarkan radiasi. Analisis pengaktifan
neutron dilakukan untuk menentukan zat yang berkadar rendah dengan cara menembak
unsur yang dimaksud agar menghasilkan radioisotop dan memancarakan sinar.

2.3.6 Dalam bidang hidrologi


Penggunaan radioisotop sebagai perunut untuk suatu penyelidikan bertujuan untuk
mendapatkan suatu informasi atau jawaban suatu permasalahan hidrologi tertentu. Data atau
informasi yang diperoleh akan menjadi masukan untuk tindak lanjut perbaikan (problem
solving) dari masalah yang dihadapi. Prinsip dasar dari teknik perunut adalah penandaan
(pelabelan) terhadap suatu sistem (hidrologi) atau bagian dari sistem yang akan diselidiki,
segala kelakuan dan peristiwa yang dialami oleh sistem tersebut diketahui dari hasil
pemonitoran perunut yang memberikan informasi tentang kelakuan dari sistem secara
keseluruhan. Untuk dapat dipakai sebagai perunut, suatu bahan harus memenuhi kriteria
tertentu dimana bahan perunut tersebut harus dapat menyatu atau menjadi bagian dari
sistemnya, dan kehadirannya dalam sistem tidak boleh mengganggu, mengubah atau
mempengaruhi sistem yang diselidiki.
Beberapa manfaat radioisotop dalam bidang hidrologi adalah:
 Penentuan Gerakan Sedimen di Pelabuhan dan Daerah Pantai
 Mendeteksi Zat Pencemar dalam Air
 Menentukan Kebocoran Dan atau Bendungan
 Mengetahui Gerakan Air Tanah
 Mengetahui Karakteristik Aliran Cairan di Sumur Minyak
 Pengukuran Debit Air Sungai
 Melakukan Studi Geothermal
 Teknik Gauging
Selain dengan teknik perunut radioisotop, dikenal pula teknik gauging. Dalam teknik ini
radioisotop digunakan sebagai sumber tertutup. Efek radiasi terhadap system dapat
mengetahui keadaan system tersebut. Penggunaan teknik gauging ini antara lain untuk
mengukur kandungan air dalam tanah, kepadatan tanah, aspal dan beton. Teknik ini
sangat luas pemakaianya dalam teknik sipil antara lain pondasi bangunan, jalan raya,
pembuatan tanggul dan lain-lain.

2.3.7 Dalam bidang biologi


Perkembangan ilmu biologi molekuler sangat erat kaitannya dengan analisis molekul
kimiawi dalam tubuh mahluk hidup. Analisis molekul dapat dilakukan berdasarkan atas
reaksi kimiawi yang ditimbulkan oleh interaksi dengan molekul yang lainnya atau
berdasarkan struktur fisiknya. Beberapa metode yang sering digunakan dalam studi
biologi molekuler adalah penggunaan radioisotop. Isotop adalah elemen kimia yang
intinya mempunyai jumlah proton yang sama, akan tetapi massa atomnya (jumlah
proton dan neutron) berbeda. Beberapa isotop bersifat tidak stabil dan mengalami
peluruhan secara spontan yang terkadang diikuti oleh penyebaran radiasi
elektromagnetik. Atom-atom yang bersifat demikian dinamakan Radioisotop.
Beberapa manfaat radioisotop dalam ilmu biologi:

 Radioisotop banyak digunakan dalam studi biologi molekuler seperti


menganalisis
 urutan basa DNA. Urutan basa DNA dapat ditentukan dengan
membaca autoradioaktivitas fragmen¬- fragmen polinukleotida
pada gel elektroforesis
 Radioisotop digunakan untuk mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis.
Radioisotop berupa C-14 atau O-18 atau keduanya dapat mengetahui asal usul
atom oksigen ( dari CO2 atau dari H2O) yang membentuk senyawa glukosa
atau oksigen yang terbentuk pada proses fotosintesis
 Mempelajari proses penyerapan air dan sirkulasinya di dalam batang
tumbuhan v Mempelajari pengaruh unsur-unsur hara selain unsure N, P
dan K terhadap perkembangan tumbuhan
 Memacu mutasi gen tumbuhan dalam upaya mendapatkan bibit unggul
 Isotop radioaktif seperti 3H, 14C, 32P, 35S, 86Rb, 125I dapat digunakan
untuk mengetahui aspek metabolik dalam sel, bakteri, yeast, tanaman,
binatang, dan manusia dalam mengurai sifat dasar pada materi genetic.

2.2 Bahaya dan Dampak Penggunaan Radionuklida


Pencemaran zat radioaktif, pencemaran zat radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta
bom atom. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah
terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang
tidak dapat digunakan lagi. yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir
adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di
sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif
pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR penyebab kanker tulang dan 131J.
Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya akan
terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang
merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang.
Atau antara lain:
 Radiasi zat radioaktif dapat memperpendek umur manusia. Hal ini karena zat
radioaktif dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh dan menurunkan
kekebalan tubuh.
 Radiasi zat radioaktif terhadap kelenjar-kelenjar kelamin dapat mengakibatkan
kemandulan dan mutasi genetik pada keturunannya.

 Radiasi zat radioaktif dapat mengakibatkan terjadinya pembelahan sel darah


putih, sehingga mengakibatkan penyakit leukimia.

 Radiasi zat radioaktif dapat menyebabkan kerusakan somatis berbentuk lokal dengan
tanda kerusakan kulit, kerusakan sel pembentuk sel darah, dan kerusakan sistem
saraf.

Efek serta akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia seperti
berikut di bawah ini :

 Pusing-pusing
 Nafsu makan berkurang atau hilang
 Terjadi diare
 Badan panas atau demam
 Berat badan turun
 Kanker darah atau leukemia
 Meningkatnya denyut jantung atau nadi
Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah putih yang
jumlahnya berkurang
Pengertian senyawa tertanda(labeling compound) dan labelisasi
Senyawa adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur dengan pembagian
tertentu. Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi
pembentukan. Misalnya, karat besi(hematif) berupa Fe2O3 dihasilkan oleh reaksi besi(Fe)
dengan oksigen (O). Senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui
reaksi penguraian .
Senyawa tertanda adalah suatu senyawa dimana satu atau lebih atomnya atau bagian dari
struktur molekulnya diganti oleh atom atau struktur yang mengandung atau radioaktif.
Senyawa tertanda adalah senyawa yang salah satu atau lebih atom penyusunnya merupakan
radioisotop dari unsur tersebut atau radioisotop lain yang dimasukkan pada senyawa tersebut.
Contoh senyawa tertanda yang mengandung radioisotop Cr-51,P-32,I-131, atau Tc-99m.
Syarat-syarat senyawa tertanda
Syarat-syarat secara umum dalam penggunaan senyawa tertanda adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai konsentrasi radioaktif yang sangat tinggi, sehingga pemakaiannya
dalam jumlah kecil.
2. Radioisotop yang dipakai harus mempunyai energi yang cukup tingggi sehingga
dapat diukur dengan mudah oleh detector
3. Mempunyai waktu paro yang cukup panjang sehingga tidak perlu dilakukan koreksi
terhadap waktu paro, dan cukup waktu untuk melakukan pengukuran
4. Dapat bercampur dengan media atau sistem yang akan diukur/diperiksa
5. Harus murah dan mudah diperoleh

Dalam bidang biologi dan pertanian selain persyaratan seperti diatas juga harus
mempunyai aktivitas spesifik dan kemurnian radiokimia yang cukup tinggi sedangkan
senyawa tertanda yang digunakan dalam bidang kesehatan/kedokteran mempunyai
persyaratan yang cukup letat. Selain itu pemilihan radioisotop untuk menandai sediaan
radiofarmasi harus memperlihatkan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Unsur/radionuklida harus mempunyai waktu paru yang pendek
2. Lebih diutamakan radionuklida pemancar gamma berenergi rendah, energi berkisar
100-140KeV.
3. Ekskresi sediaan dari tubuh harus cepat
4. Prosedur penandaan sederhana

Dasar-dasar pembuatan senyawa tertanda


Berdasarkan bentuknya pembuatan senyawa tertanda dibagi dua kelompok , yaitu
senyawa tertanda sederhana atau biasanya bentuk anorganik dan senyawa tertanda
kompleks atau biasanya berbentuk organik.
Pada dasarnya ada empat metode pembuatan senyawa tertanda yaitu:
1. Sintesis secara kimia
Metode ini sama dengan proses sintesis kimia biasa hanya harus memperhatikan
beberapa variabel yang agak kompleks, karena bekerja dengan zat radioaktif.
Contohnya pada proses sintesis senyawa tertanda C-14 yang dimulai dari
Ba14CO3 yang akan diperoleh pertama adalah gas 14CO2 , kemudian senyawa
tertanda sederhana seperti Ca14CO,Na14CN, Na-formist-C14 atau juga metanol-
C14, yang selalu terbentuk pada proses sintesis senyawa tertanda karbon-14,
ada dua macam sintesis kimia ini, yaitu:
a. Sintesis Total
Sintesis yang dimulai dari senyawa radioaktif yang paling dasar atau kecil.
Contohnya pada sintesis asam asetat tertanda sintesis C-14, dapat terjadi
penandaan pada dua posisi C1 dan C2
CH3-14COOH(C1) dan 14CH3COOH(C2)
Kedua senyawa ini metode pembuatannya berbeda, sehingga mempengaruhi
harga dari keduanya
b. Hemisintesis
Sintesis yang dimulai dari suatu molekul tertanda radioaktif, kemudian
menjadi molekul lain dengan struktur yang berbeda dan lebih besar.
a. Pembuatan timidin tertanda fosfor-32 (32P) melalui satu tahap reaksi
fosforilasi dari gugus OH pada posisi 5 dalam media asetonitril,
H332PO4+T-OH T-O-32PO4H2 +H2O
Timidin monofosfat -32 yang terbentuk dimurnikan melalui resin
penukar ion, dan seluruh sintesis dan pemurnian ini memerlukan waktu
selama 4 hari. Waktu ini cukup ideal bila dibandingkan dengan T1/2P-32
yang 14 hari. Metode ini biasanya menghasilkan senyawa tertanda
dengan aktivitas spesifik 3Ci/mol.
b. Pembuatan senyawa rose bengal tertanda iodium radioaktif, melalui
reaksi seperti dibawah ini dengan menghasilkan efisiensi penandaan
biasanya berkisar antara 40-60% dengan aktivitas spesifik 200uCi/ug.
Dan molekul diiodium lebih sedikit dari 10%.
2. Biosintesis
Biosintesis disebut juga biokimia, yang secara normal dilakukan oleh organisme
hidup dalam suatu tahap proses metabolisme, biasanya secara enzimatis dengan
menghasilkan suatu molekul biologis atau metabolit yang secara invitro reaksi
ini sangat sulit atau tidak munglin dilakukan.
Pembentukannya yaitu sumber radionuklida dalam bentuk kimia yang sesuai,
dimasukkan ke dalam suatu sistem biologis yang sudah dipilih untuk
membentuk senyawa tertanda yang diinginkan.
Kelebihan dan kelemahannya:
 Kelebihan
Dapat diperolehnya senyawa tertamda yang mempunyai isomer optik
yang sesuai dengan bentuk alamiahnya.
 Kelemahannya
Sangat sulit mendapatkan senyawa tertanda yang murni, karena selalu
diikuti oleh senyawa tertanda lain yang berada dalam satu seri
Contoh biosintesis:
1. Pembuatan metionin dan sistein bertanda sulfur -35(S-35)

Radionuklida S-35 dalam bentuk Na225 SO ditambahkan ke dalam media


khusus yang digunakan untuk tumbuhnya ragi Saccharomyces cereviside, sehingga S-
35 akan tertambat(terinkorpoorasi) dalam protein dalam ragi tersebut.
Melalui proses hidrolisis, isolasi dan pemurnian dengan beberapa tahap kromatgrafi
menggunakan bahan penyerap resin penukar ion, akan diperoleh senyawa bertanda L-
S metionin dan L- 35S sistem dalam bentuk murni dengan aktivitas spesifik yang cukup
tinggi.

2. Pembuatan karbohidrat/asam animo bertanda Carbon-14(C-14)

Pembiakan ganggang hijau (algae) Chlorella, yang disinari dalam udara


14
(ambient) yang mengandung gas CO12 . Radionuklida C-14 akan tertambat baik
dalam protein maupun karbohidrat dari ganggang tersebut. Setelah dihidrolisis,
diisolasi dan melalui pemurnian yang rumit dan panjang, diperoleh karbohidrat (gula)
atau asam animo bertanda C-14 yang murni.

3. Reaksi Pertukaran Isotonik

Reaksi pertukaran isotonic adalah pergantian suatu atom dalam suatu molekul
dengan isotope radioaktifnya. Dalam mekanisme reaksi pertukaran ini, pada beberapa
hal tertentu diperlukan suatu tambahan energy aktifasi dari luar. Sumber energy yang
dapatdipergunakan adalah:
 Pengocokan dan pemanasan
 Penambahan katalisator
 Eksitasi vibrasi (dengan pengaduk ultrasonik)
 Gelombang micro
 Penyinaran dengan sinar ultraviolet
Contoh:
Pembuatan homon triiodositoronin (T3) dan tiroksin (T4) bertanda iodium
radioaktif (I-131 atau I-125)
Rumus umumnya:
R-1 + 1* ͢ R-1* + 1

Jawab:

Penandaan T3 dan T4 dengan I-125, reaksi penukaran terjadi pada atom 1 yang
berada pada posisi 3* dari T3, dan posisi 3* dan 5* pada T4.

Dalam metode ini, umumnya rendemen penandaan agak rendah, dan ini biasanya
diperbaiki dengan penambahan bahan oksidator, yang kemudian ditambahkan reduktor
untuk menghentikan reaksi. Oksidator yang biasa digunakan adalah kloramin –T, iodpgen,
hydrogen peroksida, seperti peroksidase, laktoperoksidase, dan glukosa peroksidase,
sedangkan reduktor biasanya senyawa sulfit atau biosulfit.
Untuk pembuatan masing-masing molekul, semua kondisi pekerjaan harus sudah
diketahui dengan pasti, seperti:
- sifat dari pelarut
- temperature reaksi yang harus digunakan
- penyinaran dengan sinar ultra violet
- lamanya kontak atau reaksi
- hubungan konsentrasi dari pelarut dan senyawa yang akan ditandai
- konsentrasi larutan perumut yang digunakan, dll.

Keuntungan metode ini adalah

- mekanisme reaksi dapat diketahui dengan mudah, karena merupakan reaksi kimia yang
umum telah di kenal.

- senyawa bertanda yang diperoleh sangat murni.

- dapat dipilih salah satu atau beberapa atom stabil diganti dengan atom radoisotopnya.

- metode pemurnian tidak terlalu sulit

4. Sistem Khusus

Adalah metode pembuatan senyawa bertanda, dimana perunutnya adalah


radionuklida yang mempunyai waktu paruh pendek. Misalnya Tc-99m (T1/2 6jam), In-
113m (T1/2 =1,7jam), C-11 (T1/2 =20,4menit), F-18(T1/2 =110menit) dan I-123(T1/2
=13,3jam).

a. Pembuatan senyawa bertanda C-11, F-18

Ketiga radiosotop ini diproduksi dari siklotron atau akselerator linier. Suatu inti
stabil dari molekul kimia yang biasanya sederhana, dibombardir dengan partikel
bermuatan seperti electron, proton, deutron dan partikel alfa. Problem utama yang
timbul dalam penggunaan radiosotop ini adalah bagaimana mengurangi waktu dari
mulai radioisotope ini dibuat oleh produsen sampai senyawa bertandanya dapat
digunakan oleh pemakai, baik untuk pengunaan medical atau biolaogis, yang
disebabkan oleh T yang pendek. Untuk hal ini perlu dicari suatu metode pembuatan
dan pemurnian yang sangat cepat.
1. Radiosotop C-11dibuat dengan gas N (nitrogen) yang stabil dibombardir
dengan proton pada 50 MeV

11
14N(p,alfa ) C
gas CO yang diperoleh diabsorpsi oleh senyawa barium (BaO),
11
dan dapat diubah dengan adanya gas H2 menjadi CN

11
11C +N2 + H2 H- CN
11
H CN yang terjadi dapat digunakan untuk
pembuatan senyawa bertanda lain, contohnya C-1-dopamin.

2. Radioisotop F-18 diperoleh dari akselerator melalui reaksi nuklir gas oksigen
atau air yang dibombardir dengan inti helium.
3. 160(|5He,x) 18F atau 16O (4He,x) 18F

Sumber:
Rosilawati,elly.2017.penggunaan radiofarmaka untuk diagnosa dan terapi di
indonesia dan asas keamanan penggunaan obat. Jurnal hukum kedokteran.vol3 no.1
Bunjali,bunbun.2002. kimia inti. Bandung:ITB
Duyeh, setiawan.2010. radiokimia teori dasar aplikasi teknih nuklir.bandung:widya
padjadjaran
Yulianti, anita.2013. radioaktif dalam berbagai kehidupan. Jurnal farmasi. Vol2
no.2
Yudhi.2009. nuklir dibidang kedokteran dan kesehatan. Jurnal kedokteran.vol 4
no.2

Anda mungkin juga menyukai