0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
48 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas aplikasi radioisotop dan radionuklida dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kesehatan, pertanian, pertambangan, dan industri. Radioisotop digunakan untuk sterilisasi alat medis, terapi kanker, diagnosa penyakit, pelacakan sirkulasi darah, dan mempelajari fungsi organ. Di bidang pertanian, radioisotop membantu merunut gerakan pupuk, mengendalikan hama, dan pembentukan bibit
Dokumen tersebut membahas aplikasi radioisotop dan radionuklida dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kesehatan, pertanian, pertambangan, dan industri. Radioisotop digunakan untuk sterilisasi alat medis, terapi kanker, diagnosa penyakit, pelacakan sirkulasi darah, dan mempelajari fungsi organ. Di bidang pertanian, radioisotop membantu merunut gerakan pupuk, mengendalikan hama, dan pembentukan bibit
Dokumen tersebut membahas aplikasi radioisotop dan radionuklida dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kesehatan, pertanian, pertambangan, dan industri. Radioisotop digunakan untuk sterilisasi alat medis, terapi kanker, diagnosa penyakit, pelacakan sirkulasi darah, dan mempelajari fungsi organ. Di bidang pertanian, radioisotop membantu merunut gerakan pupuk, mengendalikan hama, dan pembentukan bibit
APLIKASI RADIOISOTOP/RADIONUKLIDA DALAM BERBAGAI BIDANG
KEHIDUPAN MANUSIA Oleh: Rima Putri Febriana NIM 1505009
A. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Kesehatan/Kedokteran
Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga dapat digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara radiasi mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional (menggunakan bahan kimia), yaitu sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme., sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia, dan karena dikemas dulu baru disterilkan maka alat tersebut tidak mungkin tercemar bakteri lagi sampai kemasan terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu disterilkan dulu baru dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada kemungkinan terkena bibit penyakit. Selain untuk sterilisasi alat kedokteran, Radioisotop juga dapat digunakan untuk terapi tumor atau kanker. Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut (Wiyatmo, 2015). Radiasi dapat menghambat proses pembelahan sel yang dapat menimbulkan kematian pada sel dan jaringan itu bila penghambatan berlangsung secara terus-menerus. Seperti diketahui jaringan atau sel-sel kanker memiliki daya pembelahan diri yang jauh lebih tinggi dari pada sel-sel normal dan sehat. Maka menurut hukum bergonnie _tribondau, golongan sel-sel kanker ini bersifat lebih radiosensitif dari pada sel-sel normal. Jadi dengan jalan merasiasi maka penyakit kanker (tumor) pada jaringan atau organ tertentu dapat disembuhkan. Berbagai kelainan metabolisme di dalam tubuh, termasuk di dalamnya ialah adanya metabolisme sel kanker, dapat diketahui dengan cepat melalui PET. Salah satu bentuk perbedaan sel kanker dengan sel normal di sekelingnya ialah pada metabolisme glukosa. Sel kanker mengonsumsi glukosa dalam jumlah yang lebih besar dari sel di sekelilingnya. Secara umum, kecepatan pertumbuhan sel kanker yang mencerminkan tingkat keganasannya sebanding dengan tingkat konsumsi glukosa. Bentuk metabolisme glukosa di dalam tubuh ini dapat dideteksi menggunakan bahan radioisotop 18FDG (18F-2-fluoro-2-deoxy-D-glucose) (Senduk dkk., 2015). Radioisotop juga dapat digunakan untuk mempelajari sirkulasi darah serta fungsi organ dan kelenjar tubuh. Sirkulasi dalam tubuh dapat diamati dengan bantuan radioisotop 24Na. Sesaat 24NaCl diinjeksikan kedalam tubuh dapat diketahui perjalnannya ke seluruh pembuluh darah. Pada daerah dimana sirkulasi darah tidak mengalami hambatan, harga cacahan disitu rata-rata cukup tinggi. Sedangakan pada daerah dimana terdapat penyempitan pembuluh darah harga cacahan jadi relatif rendah, atau terjadi hambatan pada sirkulasi darah. Untuk pemeriksaan kelenjar gondok digunakan Na-I-131 atau Pertechnetate-Tc-99m. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk diagnosa penyakit gondok endemik. Hal ini disebabkan kerana kurangnya kandungan Iodium pada makanan atau minuman penderita. Jika kandungan iodium dalam makanan atau minuman sangat rendah, kebutuhan iodium dalam tubuh tidak terpenuhi. Akibatnya bila diberi Na-I-131 atau pertechnetate Tc-99m, sebagian besar akan diserap oleh kelenjar gondok. Hasil pemeriksaan selanjutnya dibandingkan dengan harga normal, dan akan nampak adanya daerah yang menunjukkan aktifitas tinggi.(hot nodule), aktivitas rendah (cold nodule) atau adanya kelainan anatomis disekitar kelenjar gondok (Suyatno, 2010). Senyawa Hippuran – I – 131 yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh balik lengan dengan cara di suntikan dan dideteksi pada daerah ginjal kiri dan kanan, dapat memberikan informasi mengenai fungsi ginjal. Hasil pemeriksaan ditampilkan dalam bentuk kurve dan penilaian terhadap fungsi ginjal di dasarkan pada kecepatan setiap fase dan bentuk kurva (Suyatno, 2010). Radioisotop yang digunakan pada pemeriksaan fungsi hati adalah Tc-99m, Au-98, I- 131, NaI-131 yang dimasukkan dalam tubuh dan dengan bantuan scanner dapat diperoleh hasil berupa gambaran yang dapat memberikan informasi antara lain ukuran hati, adanya kelainan disekitar jaringan hati, respon jaringan hati terhadap hasil pengobatan penyakit hati, dan adanya kelainan bawaan hati (Suyatno,2010). B. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Pertanian Radioisotop dapat digunakan untuk merunut gerakan pupuk di sekitar tanaman setelah ditabur. Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat ditelusuri dengan mencampurkan radioisotop fosfor-32 (P-32) ke dalam senyawa fosfat di dalam pupuk. Dengan cara ini dapat diketahui pola penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan. Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di laboratorium dibiakkan hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama tersebut lalu diradiasi sehingga serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama dilepas di daerah yang terserang hama. Diharapkan akan terjadi perkawinan antara hama setempat dengan jantan mandul dilepas. Telur hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas. Dengan demikian reproduksi hama tersebut terganggu dan akan mengurangi populasi. (Arma, 2004). Pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan menggunakan radiasi. Misalnya pembentukan bibit unggul padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis yang bervariasi, dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah yang mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditanam berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya. Radioisotop ini digunakan untuk memicu terjadinya mutasi pada tanaman. Dari proses mutasi ini diharapkan dapat diperoleh tanaman dengan sifat-sifat yang menguntungkan, misalnya tanaman padi yang lebih tahan terhadap hama dan memiliki tunas lebih banyak. Selain itu, radioisotop juga dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan produk-produk pertanian (Sutresna, 2007). Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan makanan, misalnya kentang dan bawang jika disimpan lama akan bertunas. Jadi sebelum bahan tersebut di simpan diberi radiasi dengan dosis tertentu sehingga tidak akan bertunas, dengan dernikian dapat disimpan lebih lama. (Arma, 2004). Untuk melaksanakan pemupukan pada waktu yang tepat, dapat digunakan nitrogen- 15 (N-15). Pupuk yang mengandung N-15 dipantau dengan alat pencacah. Jika pencacah tidak mendeteksi lagi adanya radiasi, berarti pupuk sudah sepenuhnya diserap oleh tanaman. Pada saat itulah pemupukan berikutnya sebaiknya dilakukan. Dari upaya ini akan diketahui jangka waktu pemupukan yang diperlukan dan sesuai dengan usia tanaman (Sutresna, 2007). C. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Pertambangan Radioisotop memberikan manfaat besar pula di bidang pertambangan. Pada pertambangan minyak bumi, radioisotop membantu mencari jejak air di dalam lapisan batuan. Pada pengeboran minyak bumi biasanya hanya sebagian dari minyak bumi yang dapat diambil dengan memanfaatkan tekanan dari dalam bumi. Jika tekanan telah habis atau tidak cukup, diperlukan tekanan tambahan untuk mempermudah pengambilannya. Penambahan tekanan ini dapat dilakukan dencan cara membanjiri cekungan minyak dengan air yang dikenal dengan flooding. Air disuntikkan ke dalamnya melalui pengeboran sumur baru. Pada proses penyuntikan air ini perlu kepastian bahwa air yang dimasukkan ke dalam lapisan batuan benar-benar masuk ke cekungan minyak yang dikehendaki. Di sini lah radioisotop memainkan peran. Radioisotop kobal-57, kobal-58 dan kobal-60 dalam bentuk ion komplek hexacyanocobaltate merupakan solusinya. Ion ini akan bergerak bersama-sama dengan air suntikan sehingga arah gerakan air tersebut dapat diketahui dengan mendeteksi keberadaan radioisotop kobal tersebut. Radiosotop kobal-60 dalam bentuk hexacyanocobaltate telah berhasil dibuat di Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang dan siap untuk didayagunakan. Tritium radioaktif dan cobalt 60 digunakan untuk merunut alur-alur minyak bawah tanah dan kemudian menentukan srategi yang paling baik untuk menyuntikkan air ke dalam sumur-sumur. Hal ini akan memaksa keluar minyak yang tersisa di dalam kantung-kantung yang sebelumnya belum terangkat. Berjuta-juta barrel tambahan minyak mentah telah diperoleh dengan cara ini (Bangkit Sanjaya, 2009). D. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Industri Radioisotop dapat digunakan dalam Teknik radiografi. Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada tahap-tahap konstruksi. Pada sektor industri minyak bumi, teknik ini digunakan dalam pengujian kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak. Selain bagianbagian konstruksi besi yang dianggap kritis, teknik ini digunakan juga pada uji kualitas las dari ketel uap tekanan tinggi serta uji terhadap kekerasan dan keretakan pada konstruksi beton. Radioisotop yang sering digunakan adalah kobal-60 (60Co). Dalam bidang industri, radioisotop digunakan juga sebagai perunut misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam pipa serta membersihkan pipa, yang dapat dilakukan dengan menggunakan radioisotop iodoum-131 dalam bentuk senyawa CH3131l. Radioisotop seng-65 (65Zn) dan fosfor-32 merupakan perunut yang sering digunakan dalam penentuan efisiensi proses industri, yang meliputi pengujian homogenitas pencampuran serta residence time distribution (RTD). Sedangkan untuk kalibrasi alat misalnya flow meter, menentukan volume bejana tak beraturan serta pengukuran tebal material, rapat jenis dan penangkal petir dapat digunakan radioisotop kobal-60, amerisium-241 (241Am) dan cesium-137(137Cs) (BATAN, 2013). E. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Hidrologi Radioisotop dapat digunakan untuk menguji kecepatan aliran sungai atau aliran lumpur. Radioisotop ini dapat digunakan untuk mengukur debit air. Biasanya, radioisotop natrium-24 (Na-24) digunakan dalam bentuk garam NaCl. Dalam penggunaannya, garam ini dilarutkan ke dalam air atau lumpur yang akan diteliti debitnya. Pada tempat atau jarak tertentu, intensitas radiasi diperiksa, sehingga rentang waktu yang diperlukan untuk mencapai jarak tersebut dapat diketahui (Arma, 2004). Teknik hidrologi yang menggunakan radioisotop mampu secara akurat melacak dan mengukur ketersediaan air dari suatu sumber air di bawah tanah. Teknik tersebut memungkinkan untuk melakukan analisis, pengelolaan dan pelestarian sumber air yang ada dan pencarian sumber air baru. Teknik ini dapat memberikan informasi mengenai asal, usia dan distribusi, hubungan antara air tanah, air permukaan dan sistem pengisiannya. Selain itu Radiosotop juga dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran pada pipa bawah tanah. Untuk mendeteksi kebocoran pada pipa-pipa yang ditanam di bawah tanah, biasanya digunakan radioisotop Na-24 dalam bentuk garam NaCl atau Na2CO3 . Radioisotop Na-24 ini dapat memancarkan sinar gamma yang bisa dideteksi dengan menggunakan alat pencacah radioaktif Geiger Counter. Untuk mendeteksi kebocoran pada pipa air, garam yang mengandung radioisotop Na-24 dilarutkan ke dalam air. Kemudian, permukaan tanah di atas pipa air diperiksa dengan Geiger Counter. Intensitas radiasi yang berlebihan menunjukkan adanya kebocoran. Radioisotop juga dapat digunakan untuk menguji kebocoran sambungan logam pada pembuatan rangka pesawat (Sutresna, 2007). Pemanfaatan lainnya sebagai perunut adalah untuk mencari kebocoran pada bendungan dan saluran irigasi, mempelajari pergerakan air dan lumpur pada daerah pelabuhan dan bendungan, laju alir, serta laju pengendapan. Selain radiasi gamma, radiasi neutron banyak juga digunakan untuk mengukur kelembaban permukaan tanah.
F. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Arkeologi
Radioisotop berperan dalam menentukan usia sebuah fosil. Usia sebuah fosil dapat diketahui dari jejak radioisotop karbon-14. Ketika makhluk hidup masih hidup, kandungan radioisotop karbon-14 dalam keadaan konstan, sama dengan kandungan di atmosfer bumi yang terjaga konstan karena pengaruh sinar kosmis pada sekitar 14 dpm (disintegrations per minute) dalam 1 gram karbon. Hal ini dikarenakan makhluk hidup tersebut masih terlibat dalam siklus karbon di alam. Namun, sejak makhluk hidup itu mati, dia tidak terlibat lagi ke dalam siklus karbon di alam. Sebagai akibatnya, radioisotop karbon-14 yang memiliki waktu paro 5730 tahun mengalami peluruhan terus menerus. Usia sebuah fosil dapat diketahui dari kandungan karbon-14 di dalamnya. Jika kandungan tinggal separonya, maka dapat diketahui dia telah berusia 5730 tahun. Referensi Arma, A. J. A. 2004. Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi Kesehatan. USU Digital Library. BATAN. 2013. Radioisotop dan Radiofarmaka untuk Bidang Kesehatan, Pertanian, Hidrologi, dan Industri. Atomos Media Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir. Senduk, P., Danes, V. R., dan Rumampuk, J. F. 2015. Penggunaan Radioisotop Pada Deteksi Dini Penyakit Kanker. Jurnal E-Biomedik (Ebm), 3, 2. Suyatno, F. 2010. Aplikasi Radiasi Dan Radioisotop Dalam Bidang Kedokteran. Seminar Nasional VI Sdm Teknologi Nuklir Yogyakarta. Sutresna, N. 2007. Cerdas Belajar Kimia: Untuk Kelas XII SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama. Wiyatmo, Y. (2015). Pemanfaatan Bahan Radioaktif dalam Teknologi dan Kehidupan Sehari- hari. [Online]. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/yusman- wiyatmo-drs-msi/modulpemanfaatan-radioaktif.pdf