Anda di halaman 1dari 6

APLIKASI RADIOISOTOP/RADIONUKLIDA DALAM BERBAGAI BIDANG

KEHIDUPAN MANUSIA
Oleh:
Rima Putri Febriana
NIM 1505009

A. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Kesehatan/Kedokteran


Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga dapat
digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara radiasi
mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional
(menggunakan bahan kimia), yaitu sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan
mikroorganisme., sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia, dan karena
dikemas dulu baru disterilkan maka alat tersebut tidak mungkin tercemar bakteri lagi
sampai kemasan terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu disterilkan dulu baru
dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada kemungkinan terkena bibit penyakit.
Selain untuk sterilisasi alat kedokteran, Radioisotop juga dapat digunakan untuk
terapi tumor atau kanker. Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi.
Sebenarnya, baik sel normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel
kanker atau tumor ternyata lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker
atau tumor dapat dimatikan dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker
tersebut (Wiyatmo, 2015). Radiasi dapat menghambat proses pembelahan sel yang dapat
menimbulkan kematian pada sel dan jaringan itu bila penghambatan berlangsung secara
terus-menerus. Seperti diketahui jaringan atau sel-sel kanker memiliki daya pembelahan
diri yang jauh lebih tinggi dari pada sel-sel normal dan sehat. Maka menurut hukum
bergonnie _tribondau, golongan sel-sel kanker ini bersifat lebih radiosensitif dari pada
sel-sel normal. Jadi dengan jalan merasiasi maka penyakit kanker (tumor) pada jaringan
atau organ tertentu dapat disembuhkan. Berbagai kelainan metabolisme di dalam tubuh,
termasuk di dalamnya ialah adanya metabolisme sel kanker, dapat diketahui dengan cepat
melalui PET. Salah satu bentuk perbedaan sel kanker dengan sel normal di sekelingnya
ialah pada metabolisme glukosa. Sel kanker mengonsumsi glukosa dalam jumlah yang
lebih besar dari sel di sekelilingnya. Secara umum, kecepatan pertumbuhan sel kanker
yang mencerminkan tingkat keganasannya sebanding dengan tingkat konsumsi glukosa.
Bentuk metabolisme glukosa di dalam tubuh ini dapat dideteksi menggunakan bahan
radioisotop 18FDG (18F-2-fluoro-2-deoxy-D-glucose) (Senduk dkk., 2015).
Radioisotop juga dapat digunakan untuk mempelajari sirkulasi darah serta fungsi
organ dan kelenjar tubuh. Sirkulasi dalam tubuh dapat diamati dengan bantuan
radioisotop 24Na. Sesaat 24NaCl diinjeksikan kedalam tubuh dapat diketahui
perjalnannya ke seluruh pembuluh darah. Pada daerah dimana sirkulasi darah tidak
mengalami hambatan, harga cacahan disitu rata-rata cukup tinggi. Sedangakan pada
daerah dimana terdapat penyempitan pembuluh darah harga cacahan jadi relatif rendah,
atau terjadi hambatan pada sirkulasi darah.
Untuk pemeriksaan kelenjar gondok digunakan Na-I-131 atau Pertechnetate-Tc-99m.
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk diagnosa penyakit gondok endemik. Hal ini
disebabkan kerana kurangnya kandungan Iodium pada makanan atau minuman penderita.
Jika kandungan iodium dalam makanan atau minuman sangat rendah, kebutuhan iodium
dalam tubuh tidak terpenuhi. Akibatnya bila diberi Na-I-131 atau pertechnetate Tc-99m,
sebagian besar akan diserap oleh kelenjar gondok. Hasil pemeriksaan selanjutnya
dibandingkan dengan harga normal, dan akan nampak adanya daerah yang menunjukkan
aktifitas tinggi.(hot nodule), aktivitas rendah (cold nodule) atau adanya kelainan anatomis
disekitar kelenjar gondok (Suyatno, 2010).
Senyawa Hippuran – I – 131 yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh
balik lengan dengan cara di suntikan dan dideteksi pada daerah ginjal kiri dan kanan,
dapat memberikan informasi mengenai fungsi ginjal. Hasil pemeriksaan ditampilkan
dalam bentuk kurve dan penilaian terhadap fungsi ginjal di dasarkan pada kecepatan
setiap fase dan bentuk kurva (Suyatno, 2010).
Radioisotop yang digunakan pada pemeriksaan fungsi hati adalah Tc-99m, Au-98, I-
131, NaI-131 yang dimasukkan dalam tubuh dan dengan bantuan scanner dapat diperoleh
hasil berupa gambaran yang dapat memberikan informasi antara lain ukuran hati, adanya
kelainan disekitar jaringan hati, respon jaringan hati terhadap hasil pengobatan penyakit
hati, dan adanya kelainan bawaan hati (Suyatno,2010).
B. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Pertanian
Radioisotop dapat digunakan untuk merunut gerakan pupuk di sekitar tanaman
setelah ditabur. Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat
ditelusuri dengan mencampurkan radioisotop fosfor-32 (P-32) ke dalam senyawa fosfat di
dalam pupuk. Dengan cara ini dapat diketahui pola penyebaran pupuk dan efektifitas
pemupukan.
Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di laboratorium
dibiakkan hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama tersebut lalu
diradiasi sehingga serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama dilepas di daerah
yang terserang hama. Diharapkan akan terjadi perkawinan antara hama setempat dengan
jantan mandul dilepas. Telur hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas. Dengan
demikian reproduksi hama tersebut terganggu dan akan mengurangi populasi. (Arma,
2004).
Pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan menggunakan radiasi. Misalnya
pembentukan bibit unggul padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis yang bervariasi,
dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah yang mematikan.
Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditanam berkelompok menurut
ukuran dosis radiasinya. Radioisotop ini digunakan untuk memicu terjadinya mutasi pada
tanaman. Dari proses mutasi ini diharapkan dapat diperoleh tanaman dengan sifat-sifat
yang menguntungkan, misalnya tanaman padi yang lebih tahan terhadap hama dan
memiliki tunas lebih banyak. Selain itu, radioisotop juga dapat digunakan untuk
memperpanjang masa simpan produk-produk pertanian (Sutresna, 2007).
Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan makanan, misalnya kentang
dan bawang jika disimpan lama akan bertunas. Jadi sebelum bahan tersebut di simpan
diberi radiasi dengan dosis tertentu sehingga tidak akan bertunas, dengan dernikian dapat
disimpan lebih lama. (Arma, 2004).
Untuk melaksanakan pemupukan pada waktu yang tepat, dapat digunakan nitrogen-
15 (N-15). Pupuk yang mengandung N-15 dipantau dengan alat pencacah. Jika pencacah
tidak mendeteksi lagi adanya radiasi, berarti pupuk sudah sepenuhnya diserap oleh
tanaman. Pada saat itulah pemupukan berikutnya sebaiknya dilakukan. Dari upaya ini
akan diketahui jangka waktu pemupukan yang diperlukan dan sesuai dengan usia
tanaman (Sutresna, 2007).
C. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Pertambangan
Radioisotop memberikan manfaat besar pula di bidang pertambangan. Pada
pertambangan minyak bumi, radioisotop membantu mencari jejak air di dalam lapisan
batuan. Pada pengeboran minyak bumi biasanya hanya sebagian dari minyak bumi yang
dapat diambil dengan memanfaatkan tekanan dari dalam bumi. Jika tekanan telah habis
atau tidak cukup, diperlukan tekanan tambahan untuk mempermudah pengambilannya.
Penambahan tekanan ini dapat dilakukan dencan cara membanjiri cekungan minyak
dengan air yang dikenal dengan flooding. Air disuntikkan ke dalamnya melalui
pengeboran sumur baru. Pada proses penyuntikan air ini perlu kepastian bahwa air yang
dimasukkan ke dalam lapisan batuan benar-benar masuk ke cekungan minyak yang
dikehendaki. Di sini lah radioisotop memainkan peran. Radioisotop kobal-57, kobal-58
dan kobal-60 dalam bentuk ion komplek hexacyanocobaltate merupakan solusinya. Ion
ini akan bergerak bersama-sama dengan air suntikan sehingga arah gerakan air tersebut
dapat diketahui dengan mendeteksi keberadaan radioisotop kobal tersebut. Radiosotop
kobal-60 dalam bentuk hexacyanocobaltate telah berhasil dibuat di Kawasan Puspiptek
Serpong Tangerang dan siap untuk didayagunakan. Tritium radioaktif dan cobalt 60
digunakan untuk merunut alur-alur minyak bawah tanah dan kemudian menentukan
srategi yang paling baik untuk menyuntikkan air ke dalam sumur-sumur. Hal ini akan
memaksa keluar minyak yang tersisa di dalam kantung-kantung yang sebelumnya belum
terangkat. Berjuta-juta barrel tambahan minyak mentah telah diperoleh dengan cara ini
(Bangkit Sanjaya, 2009).
D. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Industri
Radioisotop dapat digunakan dalam Teknik radiografi. Teknik radiografi merupakan
teknik yang sering dipakai terutama pada tahap-tahap konstruksi. Pada sektor industri
minyak bumi, teknik ini digunakan dalam pengujian kualitas las pada waktu pemasangan
pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak. Selain bagianbagian konstruksi besi yang
dianggap kritis, teknik ini digunakan juga pada uji kualitas las dari ketel uap tekanan
tinggi serta uji terhadap kekerasan dan keretakan pada konstruksi beton. Radioisotop
yang sering digunakan adalah kobal-60 (60Co). Dalam bidang industri, radioisotop
digunakan juga sebagai perunut misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam pipa
serta membersihkan pipa, yang dapat dilakukan dengan menggunakan radioisotop
iodoum-131 dalam bentuk senyawa CH3131l. Radioisotop seng-65 (65Zn) dan fosfor-32
merupakan perunut yang sering digunakan dalam penentuan efisiensi proses industri,
yang meliputi pengujian homogenitas pencampuran serta residence time distribution
(RTD). Sedangkan untuk kalibrasi alat misalnya flow meter, menentukan volume bejana
tak beraturan serta pengukuran tebal material, rapat jenis dan penangkal petir dapat
digunakan radioisotop kobal-60, amerisium-241 (241Am) dan cesium-137(137Cs)
(BATAN, 2013).
E. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Hidrologi
Radioisotop dapat digunakan untuk menguji kecepatan aliran sungai atau aliran
lumpur. Radioisotop ini dapat digunakan untuk mengukur debit air. Biasanya, radioisotop
natrium-24 (Na-24) digunakan dalam bentuk garam NaCl. Dalam penggunaannya, garam
ini dilarutkan ke dalam air atau lumpur yang akan diteliti debitnya. Pada tempat atau
jarak tertentu, intensitas radiasi diperiksa, sehingga rentang waktu yang diperlukan untuk
mencapai jarak tersebut dapat diketahui (Arma, 2004). Teknik hidrologi yang
menggunakan radioisotop mampu secara akurat melacak dan mengukur ketersediaan air
dari suatu sumber air di bawah tanah. Teknik tersebut memungkinkan untuk melakukan
analisis, pengelolaan dan pelestarian sumber air yang ada dan pencarian sumber air baru.
Teknik ini dapat memberikan informasi mengenai asal, usia dan distribusi, hubungan
antara air tanah, air permukaan dan sistem pengisiannya.
Selain itu Radiosotop juga dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran pada pipa
bawah tanah. Untuk mendeteksi kebocoran pada pipa-pipa yang ditanam di bawah tanah,
biasanya digunakan radioisotop Na-24 dalam bentuk garam NaCl atau Na2CO3 .
Radioisotop Na-24 ini dapat memancarkan sinar gamma yang bisa dideteksi dengan
menggunakan alat pencacah radioaktif Geiger Counter. Untuk mendeteksi kebocoran
pada pipa air, garam yang mengandung radioisotop Na-24 dilarutkan ke dalam air.
Kemudian, permukaan tanah di atas pipa air diperiksa dengan Geiger Counter. Intensitas
radiasi yang berlebihan menunjukkan adanya kebocoran. Radioisotop juga dapat
digunakan untuk menguji kebocoran sambungan logam pada pembuatan rangka pesawat
(Sutresna, 2007). Pemanfaatan lainnya sebagai perunut adalah untuk mencari kebocoran
pada bendungan dan saluran irigasi, mempelajari pergerakan air dan lumpur pada daerah
pelabuhan dan bendungan, laju alir, serta laju pengendapan. Selain radiasi gamma, radiasi
neutron banyak juga digunakan untuk mengukur kelembaban permukaan tanah.

F. Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Arkeologi


Radioisotop berperan dalam menentukan usia sebuah fosil. Usia sebuah fosil dapat
diketahui dari jejak radioisotop karbon-14. Ketika makhluk hidup masih hidup,
kandungan radioisotop karbon-14 dalam keadaan konstan, sama dengan kandungan di
atmosfer bumi yang terjaga konstan karena pengaruh sinar kosmis pada sekitar 14 dpm
(disintegrations per minute) dalam 1 gram karbon. Hal ini dikarenakan makhluk hidup
tersebut masih terlibat dalam siklus karbon di alam. Namun, sejak makhluk hidup itu
mati, dia tidak terlibat lagi ke dalam siklus karbon di alam. Sebagai akibatnya,
radioisotop karbon-14 yang memiliki waktu paro 5730 tahun mengalami peluruhan terus
menerus. Usia sebuah fosil dapat diketahui dari kandungan karbon-14 di dalamnya. Jika
kandungan tinggal separonya, maka dapat diketahui dia telah berusia 5730 tahun.
Referensi
Arma, A. J. A. 2004. Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi Kesehatan. USU
Digital Library.
BATAN. 2013. Radioisotop dan Radiofarmaka untuk Bidang Kesehatan, Pertanian, Hidrologi,
dan Industri. Atomos Media Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir.
Senduk, P., Danes, V. R., dan Rumampuk, J. F. 2015. Penggunaan Radioisotop Pada Deteksi
Dini Penyakit Kanker. Jurnal E-Biomedik (Ebm), 3, 2.
Suyatno, F. 2010. Aplikasi Radiasi Dan Radioisotop Dalam Bidang Kedokteran. Seminar
Nasional VI Sdm Teknologi Nuklir Yogyakarta.
Sutresna, N. 2007. Cerdas Belajar Kimia: Untuk Kelas XII SMA/MA Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama. 
Wiyatmo, Y. (2015). Pemanfaatan Bahan Radioaktif dalam Teknologi dan Kehidupan Sehari-
hari. [Online]. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/yusman-
wiyatmo-drs-msi/modulpemanfaatan-radioaktif.pdf

Anda mungkin juga menyukai