Anda di halaman 1dari 12

FLUIDA

Oleh: Rima Putri Febriana

A. Fluida Statis
Fluida adalah zat yang bisa mengalir. Contohnya adalah zat cair dan zat gas. Sedangkan
statis artinya diam. Berarti fluida statis mempelajari tentang sifat-sifat fluida (zat alir) yang
diam. Besaran-besaran yang dimiliki oleh fluida statis dapat kalian cermati penjelasan
berikut.
1. Tekanan Hidrostatis
Untuk mengetahui tekanan hidrostatis itu dapat dilihat pada
Gambar 1. Sebuah bejana berisi air yang diam. Mengapa di
titik A ada tekanan hidrostatis. Sesuai definisinya, tekanan
adalah besarnya gaya persatuan luas maka di titik A terasa ada
tekanan karena ada gaya berat dari air di atasnya.
Berarti tekanan hidrostatis di titik A dapat ditentukan
sebagai berikut.
𝑊 𝑚. 𝑔 𝜌. 𝑉. 𝑔 𝜌. 𝐴. ℎ. 𝑔
Gambar 1. Air dalam 𝑃ℎ = = = =
𝐴 𝐴 𝐴 𝐴
Bejana
𝑃ℎ = 𝜌. 𝑔. ℎ

dengan : 𝑃ℎ = tekanan hidrostatis (Pa)


𝜌 = massa jenis fluida (kgm2)
h = kedalaman fluida (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Kemudian yang perlu diperhatikan berikutnya adalah pada titik A itu dipengaruhi
oleh dua tekanan yaitu tekanan hidrostatis dan tekanan udara, sehingga berlaku
hubungan berikut.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝑢 + 𝑃ℎ
dengan : 𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = tekanan total (Pa)
𝑃𝑢 = tekanan udara (Pa)
𝑃ℎ = Tekanan hidrostatis (Pa)
2. Hukum Pascal
Seorang ilmuwan dari Perancis, Blaise Pascal
(1623-1662) telah menyumbangkan sifat fluida statis
yang kemudian dikenal sebagai hukum Pascal. Bunyi
hukum Pascal itu secara konsep dapat dijelaskan
sebagai berikut.
“Jika suatu fluida diberikan tekanan pada suatu
tempat maka tekanan itu akan diteruskan ke segala
arah sama besar.”
Dari hukum Pascal di atas dapat ditentukan
perumusan untuk bejana berhubungan pada Gambar 2
seperti berikut.
Gambar 2. Bejana 𝑃1 = 𝑃2
berhubungan
𝐹1 𝐹2
=
𝐴1 𝐴2
Dengan:
𝑃1 = Tekanan pada penampang 1 (Pa)
𝑃2 = Tekanan pada penampang 2 (Pa)
𝐹1 = Gaya pada penampang 1 (N)
𝐹2 = Gaya pada penampang 2 (N)
𝐴1 = Luas penampang 1 (m2)
𝐴2 = Luas penampang 2 (m2)
3. Gaya Archimedes
Archimedes adalah seorang ilmuwan yang hidup
sebelum masehi (287-212 SM). Archimedes telah
menemukan adanya gaya tekan ke atas atau gaya apung
yang terjadi pada benda yang berada dalam fluida (air).
Pandangan Archimedes dapat dirumuskan sebagai
berikut.
“Jika benda dimasukkan dalam fluida maka benda akan
Gambar 3. Benda dalam air
merasakan gaya apung yang besarnya sama dengan
berat fluida yang dipindahkan.”
Perhatikan Gambar 3, sebuah balok dimasukkan ke dalam air. Saat volume balok
tercelup sebesar VT maka fluida itu akan berpindah dengan volume sebesar VT juga,
berarti gaya tekan ke atas yang dirasakan balok sebesar:
𝐹𝐴 = 𝑤𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐹𝐴 = 𝑚𝑎𝑖𝑟 . 𝑔
𝐹𝐴 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 . 𝑉𝑇 . 𝑔
Dengan:
𝐹𝐴 = gaya tekan ke atas (N)
𝜌𝑎𝑖𝑟 = massa jenis fluida air (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
VT = volume fluida yang dipindahkan atau volume benda tercelup
Gaya Archimedes arahnya ke atas maka pengaruhnya akan mengurangi berat benda
yang tercelup. Pengaruh ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝐹𝐴 = 𝑤𝑢 − 𝑤𝑎
Dengan:
𝐹𝐴 = gaya tekan ke atas (N)
𝑤𝑢 = berat benda di udara (N)
𝑤𝑎 = berat benda di air (N)

Keadaan Benda
Apakah pengaruh pengurangan berat benda oleh gaya Archimedes? Kalian sudah
banyak melihat kejadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika benda dimasukkan
dalam fluida atau air maka akan ada tiga kemungkinan keadaannya, yaitu: tenggelam,
terapung dan melayang.

Gambar 4. Tiga keadaan benda dalam fluida


a) Benda akan tenggelam dalam fluida jika gaya tekan keatasnya tidak mampu menahan
beratnya.
𝐹𝐴 < 𝑤
b) Benda melayang dalam fluida jika gaya tekan keatasnya sama dengan berat bendanya.
𝐹𝐴 = 𝑤
c) Benda terapung dalam fluida jika gaya tekan keatasnya lebih besar dari berat bendanya.
𝐹𝐴 > 𝑤
B. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak. Besaran- besaran apa yang perlu dipelajari
pada fluida dinamis itu? Jawabannya dapat kalian pelajari pada penjelasan berikut.
1. Kontinuitas
Pada fluida yang bergerak memiliki besaran yang dinamakan debit. Debit adalah
laju aliran air. Besarnya debit menyatakan banyaknya volume air yang mengalir tiap
detik.
𝑉
𝑄=
𝑡
dengan:
Q = debit (m3/s)
V = volume air yang mengalir (m3)
t = waktu aliran (s)
Apabila melalui sebuah pipa maka volume air yang mengalir memenuhi V = A . S.
Jika nilai ini disubstitusikan ke persamaan diatas dapat diperoleh definisi baru sebagai
berikut.
𝑆
𝑄 = 𝐴.
𝑡
𝑄 = 𝐴. 𝑣
Dengan:
Q = debit (m3/s)
A = luas penampang (m2)
S = Panjang pipa (m)
t = waktu aliran (s)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
Pipa aliran fluida atau air
biasanya memiliki penampang
yang tidak sama. Contohnya pipa
PDAM. Pipa aliran yang ada di
jalan-jalan besar diameternya bisa
Gambar 5. Pipa berbeda penampang menjadi 30 cm tetapi saat masuk di
perumahan bisa mengecil menjadi
10 cm dan mencapai kran di rumah tinggal 20 cm. Jika air mengalir tidak termanfaatkan
maka akan berlaku kekekalan debit atau aliran fluida dan dinamakan kontinuitas.
Kontinuitas atau kekekalan debit ini dapat dituliskan sebagai berikut. Cermati
persamaan tersebut.
𝑄1 = 𝑄2
𝐴1 . 𝑣1 = 𝐴2 . 𝑣2
2. Azas Bernoulli
Azas Bernoulli adalah
hukum yang berlandaskan
pada hukum kekekalan
energi yang dialami oleh
aliran fluida. Azas Bernouli
menyatakan bahwa jumlah

Gambar 6. Skema persamaan bernoulli tekanan (P), energi kinetik


per satuan volume, dan
energi potensial per satuan volume memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang
suatu garis lurus.
Di ujung pipa satu, mengalir air dengan volume ∆𝑉, bila kerapatan air adalah 𝜌
maka massa pada volume tersebut adalah ∆𝑚 = ∆𝑉𝜌. Tenaga potensial yang dimiliki
massa adalah 𝑈 = ∆𝑚𝑔ℎ. Fluida tak termampatkan maka pada ujung yang lainnya
keluar air dengan volume yang sama dan massa yang sama. Ujung kedua memiliki
ketinggian yang berbeda dengan ujung pertama. Dengan demikian, tenaga potensialnya
berbeda meskipun massanya sama. Jika massa ∆𝑚 bergerak dari ujung 1 ke ujung 2
maka massa mengalami perubahan tenaga potensial sebesar,
∆𝑈 = ∆𝑚𝑔ℎ1 − ∆𝑚𝑔ℎ2 = 𝜌∆𝑉𝑔(ℎ2 − ℎ1 )
Perubahan tenaga kinetik massa:
1 1 1
∆𝐾 = ∆𝑚𝑣2 2 − ∆𝑚𝑣1 2 = 𝜌∆𝑉(𝑣2 2 − 𝑣1 2 )
2 2 2
Saat fluida di ujung kiri fluida mendapat tekanan P1 dari fluida di sebelah kirinya, gaya
yang diberikan oleh fluida di sebelah kirinya adalah F1= P1A1. Kerja yang dilakukan
oleh gaya ini adalah:
𝑊1 = 𝐹1 ∆𝑥1 = 𝑃1 𝐴1 ∆𝑥1 = 𝑃1 ∆𝑉
Pada saat yang sama fluida di bagian kanan memberi tekanan kepada fluida ke arah
kiri. Besarnya gaya karena tekanan ini adalah 𝐹2 = −𝑃2 𝐴2 . Kerja yang dilakukan gaya
ini.
𝑊2 = 𝐹2 ∆𝑥2 = 𝑃2 𝐴2 ∆𝑥2 = 𝑃2 ∆𝑉
Kerja total yang dilakukan gaya di sebelah kiri dan sebelah kanan ini adalah:
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃1 ∆𝑉 − 𝑃2 ∆𝑉 = (𝑃1 − 𝑃2 )∆𝑉
Teorema kerja dan energi:
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝑈 + ∆𝐾
Kita telah mengetahui perubahan tenaga potensial dan tenaga kinetiknya, dengan
memasukkannya ke persamaan di atas kita mendapatkan:
1
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝑃1 − 𝑃2 )∆𝑉 = 𝜌∆𝑉𝑔(ℎ2 − ℎ1 ) + 𝜌∆𝑉(𝑣2 2 − 𝑣1 2 )
2
kita bagi kedua ruas dengan ∆𝑉 kita memperoleh:
1
(𝑃1 − 𝑃2 ) = 𝜌𝑔(ℎ2 − ℎ1 ) + 𝜌(𝑣2 2 − 𝑣1 2 )
2
kita bisa mengubah persamaan tersebut menjadi:
1 1
𝑃1 + 𝜌𝑔ℎ1 + 𝜌𝑣1 2 = 𝑃2 + 𝜌𝑔ℎ2 + 𝜌𝑣2 2
2 2
Persamaan di atas dapatkita tuliskan sebagai:
1
𝑃 + 𝜌𝑔ℎ + 𝜌𝑣 2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
2
3. Penerapan Azas Bernoulli
Beberapa peristiwa atau alat yang menerapkan prinsip hukum Bernoulli, antara lain,
tangki berlubang (penampungan air), venturimeter, tabung pitot, dan gaya angkat
pesawat terbang.
1) Tangki Berlubang
Perhatikan Gambar 7! Pada titik A, kecepatan
fluida turun relatif kecil sehingga dianggap nol (v1 =
0). Titik A dan titik B terhubung dengan tekanan
udara luar sehingga tekanan di titik A sama dengan
tekanan di titik B. Oleh karena itu persamaan
Bernoulli menjadi sebagai berikut.

1 1
Gambar 7. Skema 𝑃1 + 𝜌𝑣1 2 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑃2 + 𝜌𝑣2 2 + 𝜌𝑔ℎ2
2 2
persamaan Bernoulli untuk 1
fluida dalam tangki dan 0 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝜌𝑣2 2 + 𝜌𝑔ℎ2
2
terdapat kebocoran dalam
1
ketinggian tertentu. 𝑔(ℎ1 − ℎ2 ) = 𝑣2 2
2
𝑣 = √2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )

Gambar 8. Lintasan air (fluida) pada tangki berlubang


Perhatikan Gambar 8! Jika air keluar dari lubang B dengan kelajuan v yang jatuh
di titik D, maka terlihat lintasan air dari titik B ke titik D berbentuk parabola.
Berdasarkan analisis gerak parabola, kecepatan awal fluida pada arah mendatar
sebesar 𝑣 = √2𝑔ℎ. Sedangkan kecepatan awal pada saat jatuh (sumbu Y)
merupakan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dengan percepatan ay = g.
1
Berdasarkan persamaan jarak 𝑌 = 𝑣0𝑦 𝑡 + 2 𝑔𝑡 2 dengan 𝑌 = 𝐻 – ℎ, 𝑣0𝑦 = 0,

maka akan diperoleh persamaan untuk menghitung waktu yang diperlukan air dari
titik B ke titik D sebagai berikut.
1
𝐻 − ℎ = 0 + 𝑔𝑡 2
2
2(𝐻 − ℎ)
𝑡=√
𝑔

Gerak air (fluida) pada sumbu X merupakan gerak lurus beraturan (GLB)
sehingga berlaku persamaan:
𝑋 = 𝑣0𝑥 𝑡
Karena 𝑣0𝑥 = 𝑣 = √2𝑔ℎ, maka:

2(𝐻 − ℎ)
𝑅 = 𝑋 = √2𝑔ℎ√ = √4ℎ(𝐻 − ℎ)
𝑔

𝑅 = 2√ℎ(𝐻 − ℎ)
2) Venturimeter
Tabung venturi adalah venturimeter, yaitu alat yang dipasang pada suatu pipa
aliran untuk mengukur kelajuan zat cair. Ada dua jenis venturimeter, yaitu
venturimeter tanpa manometer dan venturimeter menggunakan manometer yang
berisi zat cair lain.
a) Venturimeter Tanpa Manometer

Gambar 9. Venturimeter tanpa sistem manometer


Gambar 9 menunjukkan sebuah venturimeter yang digunakan untuk
mengukur kelajuan aliran dalam sebuah pipa. Untuk menentukan kelajuan
aliran v1 dinyatakan dalam besaran-besaran luas penampang A1 dan A2 serta
perbedaan ketinggian zat cair dalam kedua tabung vertikal h. Zat cair yang akan
diukur kelajuannya mengalir pada titik-titik yang tidak memiliki perbedaan
ketinggian (h1 = h2) sehingga berlaku persamaan berikut.
1
𝑝1 − 𝑝2 = 𝜌(𝑣2 2 −𝑣1 2 )
2
Berdasarkan persamaan kontinuitas diperoleh persamaan sebagai berikut.
𝐴2 . 𝑣2 𝐴1 . 𝑣1
𝐴1 . 𝑣1 = 𝐴2 . 𝑣2 → 𝑣1 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑣2 =
𝐴1 𝐴2
1
Jika persamaan ini Anda masukan ke persamaaan 𝑝1 − 𝑝2 = 2 𝜌(𝑣2 2 −𝑣1 2 )

maka diperoleh persamaan seperti berikut


1 𝐴1 2 2
𝑝1 − 𝑝2 = 𝜌 [( ) 𝑣1 − 𝑣1 2 ]
2 𝐴2
1 2
𝐴1 2
𝑝1 − 𝑝2 = 𝜌𝑣1 [( ) − 1]
2 𝐴2
Pada Gambar 9 terlihat perbedaan ketinggian vertikal cairan tabung pertama
dan kedua adalah h. Oleh karena itu selisih tekanan sama dengan tekanan
hidrostatis cairan setinggi h.
𝑝1 − 𝑝2 = 𝜌𝑔ℎ
Dengan menggabungkan kedua persamaan yang melibatkan perbedaan
tekanan tersebut diperoleh kelajuan aliran fluida 𝑣1 .

2𝑔ℎ
𝑣1 =
√ 𝐴1 2
(𝐴 ) − 1
2

2𝑔ℎ
𝑣2 =
√ 𝐴 2
1 − (𝐴2 )
1

b) Venturimeter dengan Manometer

Gambar 10. Venturimeter dengan sistem manometer


Pada prinsipnya venturimeter dengan manometer hampir sama dengan
venturimeter tanpa manometer. Hanya saja dalam venturimeter ini ada tabung
U yang berisi raksa. Perhatikan Gambar 10! Berdasarkan penurunan rumus
yang sama pada venturimeter tanpa manometer, diperoleh kelajuan aliran fluida
𝑣1 adalah sebagai berikut.
2𝜌𝑟 𝑔ℎ
𝑣1 =
√ 𝐴 2
𝜌𝑢 [(𝐴1 ) − 1]
2

2𝜌𝑟 𝑔ℎ
𝑣2 =
√ 𝐴 2
𝜌𝑢 [1 − (𝐴2 ) ]
1

Keterangan:
𝜌𝑟 : massa jenis raksa
𝜌𝑢 : massa jenis udara
3) Tabung pitot
Alat ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kelajuan gas
adalah tabung pitot. Perhatikan
Gambar 11! Gas (misalnya udara)
mengalir melalui lubanglubang di
titik a. Lubang-lubang ini sejajar
dengan arah aliran dan dibuat cukup
jauh di belakang sehingga kelajuan
dan tekanan gas di luar lubang-
lubang tersebut mempunyai nilai Gambar 11. Diagram penampang
sebuah pitot
seperti halnya dengan aliran bebas.
Jadi, va = v (kelajuan gas) dan tekanan pada kaki kiri manometer tabung pilot
sama dengan tekanan aliran gas (Pa).
Lubang dari kaki kanan manometer tegak lurus terhadap aliran sehingga
kelajuan gas berkurang sampai ke nol di titik b (vb = 0). Pada titik ini gas berada
dalam keadaan diam. Tekanan pada kaki kanan manometer sama dengan
tekanan di titik b (pb). Beda ketinggian titik a dan b dapat diabaikan (ha = hb),
sehingga perbedaan tekanan yang terjadi menurut persamaan Bernoulli adalah
sebagai berikut.
1
𝑃𝑎 + 𝜌𝑣𝑎 2 = 𝑃𝑏 + 0
2
1
𝑃𝑏 −𝑃𝑎 = 𝜌𝑣𝑎 2
2
Perbedaan tekanan ini sama dengan tekanan hidrostatika fluida (raksa) pada
manometer.
𝑃𝑏 −𝑃𝑎 = 𝜌𝑟 𝑔ℎ
Oleh karena itu, kecepatan aliran gas 𝑣𝑎 = v dapat dirumuskan sebagai berikut.

2𝜌𝑟 𝑔ℎ
𝑣=√
𝜌

4) Gaya Angkat Sayap pada Pesawat Terbang

Gambar 12. Garis-garis arus di sekitar saya pesawat terbang.


Pesawat terbang dapat terangkat ke udara karena kelajuan udara yang melalui
sayap pesawat. Pesawat terbang tidak seperti roket yang terangkat ke atas karena
aksi-reaksi antara gas yang disemburkan roket itu sendiri. Roket menyemburkan
gas ke belakang, dan sebagai reaksinya gas mendorong roket maju. Jadi, roket dapat
terangkat ke atas walaupun tidak ada udara, tetapi pesawat terbang tidak dapat
terangkat jika tidak ada udara.
Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih
tajam dan sisi bagian atas yang lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya.
Perhatikan Gambar 12! Garis arus pada sisi bagian atas lebih rapat daripada sisi
bagian bawahnya. Artinya, kelajuan aliran udara pada sisi bagian atas pesawat v2
lebih besar daripada sisi bagian bawah sayap v1. Sesuai dengan asas Bornoulli,
tekanan pada sisi bagian atas p2 lebih kecil daripada sisi bagian bawah p1 karena
kelajuan udaranya lebih besar. Dengan A sebagai luas penampang pesawat, maka
besarnya gaya angkat dapat diketahui melalui persamaan berikut.
𝐹1 − 𝐹2 = (𝑃1 − 𝑃2 )𝐴
1
𝐹1 − 𝐹2 = 𝜌(𝑣2 2 −𝑣1 2 )𝐴
2
Pesawat terbang dapat terangkat ke atas jika gaya angkat lebih besar daripada
berat pesawat. Jadi, suatu pesawat dapat terbang atau tidak tergantung dari berat
pesawat, kelajuan pesawat, dan ukuran sayapnya
Makin besar kecepatan pesawat, makin besar kecepatan udara. Hal ini berarti
gaya angkat sayap pesawat makin besar. Demikian pula, makin besar ukuran sayap
makin besar pula gaya angkatnya. Supaya pesawat dapat terangkat, gaya angkat
harus lebih besar daripada berat pesawat (F1 – F2) > m g. Jika pesawat telah berada
pada ketinggian tertentu dan pilot ingin mempertahankan ketinggiannya (melayang
di udara), maka kelajuan pesawat harus diatur sedemikian rupa sehingga gaya
angkat sama dengan berat pesawat (F1 – F2) = m g. Supaya pesawat dapat turun,
gaya angkat harus lebih kecil daripada berat pesawat (F1 – F2) < m g

Anda mungkin juga menyukai