Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, mahasiswa mampu :
 Menjelaskan pengertian perpindahan panas
 Menjelaskan kegunaan ilmu perpindahan panas
 Menjelaskan macam mekanisme perpindahan panas

1.1 Pengantar
Panas mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah.
Bila sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus memi1iki benda lain yang lebih
panas, demikian pula ha1nya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain
yang lebih dingin.Perpindahan panas dari suatu zat ke zat lain seringkali dijumpai
pada proses industri, dimana diperlukan pemasukan atau pengeluaran panas yang
diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu
proses berlangsung. Perpindahan panas banyak dijumpai dalam sistem rekayasa dan
dalam kehidupan sehari-hari, banyak peralatan rumah tangga biasa yang dirancang,
secara keseluruhan atau sebagian, dengan menggunakan prinsip-prinsip perpindahan
panas. Perpindahan panas memainkan peran utama dalam desain perangkat lain,
seperti radiator mobil, kolektor surya, berbagai komponen-komponen dari pembangkit
listrik, dan bahkan pesawat ruang angkasa.
Kegunaan ilmu perpindahan panas ini antara lainadalah:
 Untuk merencanakan alat-alat penukar panas (heat exchanger ).
 Untuk menghitung kebutuhan media pemanas/ pendingin pada suatu reboiler
kondensor atau dalam kolom destilasi.
 Untuk perhitungan furnace/dapur, radiasi
 Untuk perancangan keteluap/boiler
 Untuk perancangan alat-alat penguap (evaporator).
 Untuk perancangan reaktor kimia
 Untuk eksotermis butuh pendingin, untuk endotermis butuhpemanas

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 1


1.2 Mekanisme Perpindahan Panas
Prosesperpindahanpanasdiklasifikasikanmenjadi tigajenis, yangpertama
adalahkonduksi perpindahan panas jika panasmengalirdari tempat yang suhunya
tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, dengan media penghantar panastetap.
Prosestransferyangkedua adalah konveksi, yaitu perpindahan panas yang terjadi
antarapermukaan padat dengan fluida yang mengalir disekitarnya, dengan
menggunakan media penghantarberupa fluida (cairan/gas). Proses perpindahan panas
yang ketiga adalah radiasiyaitu perpindahan panasyang terjadi karena adanya
pancaran permukaan karena temperaturnya.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 2


BAB II
PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI

Capaian Pembelajaran

Setelah membaca dan mengkaji bab ini, mahasiswa mampu :


 Menjelaskan pengertian perpindahan panas konduksi
 Menjelaskan perpindahan panas konduksi pada bidang datar
 Menjelaskan perpindahan panas konduksi pada pipa
 Menjelaskan perpindahan panas konduksi pada dinding berbentuk bola

2.1 Pengantar
Jika ada perbedaan temperatur pada suatu benda, maka akan ada
perpindahan energi dari suhu tinggi ke suhu rendah, perpindahan energi
ini disebut konduksi.
Jenis konduksi panas ini dapat terjadi, misalnya melalui sudu turbin pada mesin jet
dimana permukaan luar yang terkena gas dari ruang bakar suhunya lebih tinggi dari
permukaan dalam yang memiliki pendingin udara di sebelahnya.

2.2 Perpindahan Panas Pada Bidang Datar


Gambar 2.1 menunjukkanprosesperpindahan panas pada sebuah blokdari logam
dengan luasan A, tebal x, dan memilikisatupermukaantemperatur tinggi T1dan yang
lain bertemperatur yang lebih rendah T2.

Gambar 2.1 Perpindahan panas konduksi

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 3


Laju perpindahan panas konduksi menurut Hukum Fourier’s adalah:

Qkond.=

dimana : k adalah konduktifitas panas


A adalah luasan permukaan
T1 – T2 adalah perbedaan temperatur
x adalah ketebalan benda
Konduktivitas termal ditentukan dari eksperimen, dan besarnya konduktifitas panas
pada setiap bahan berbeda, berikut konduktif berbagai macam bahan.
Tabel 1.1 Konduktifitas Bahan

Dengan cara integrasi besarnya perpindahan panas konduksi untuk benda dengan
ketebalan L adalah

Untuk menyederhanakan perhitungan persamaan perpindahan panas ini dapat


disederhanakan dengan menggunakan analog listrik(hukum Ohm), sehingga besarnya
perpindahan panas dapat dituliskan,

dimana,
Dengan pertimbangan adanya perpindahan panas konveksi dari permukaan padat
(lihat gambar 2.2) dengan luas As dan temperature Ts ke cairan yang suhunya cukup
jauh dari permukaan yaitu T∞. Dengan h koefisien konveksi perpindahan panas, sesuai
dengan hukum Newton yaitu dapat disederhanakan menjadi

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 4


dimana,

Gambar 2.2Skema Tahanan Konveksi


Tahanan panas keseluruhan untuk dinding dengan tebal L, luasan A yang terkena
konveksi pada ke dua permukaan dengan temperatur T1 dan T2 dan kooefisien
perpindahan panas h1 dan h2 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3 Tahanan Panas Keseluruhan Pada Dinding Yang Terkena Konveksi

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 5


Dengan kondisi ini besarnya laju panas yang mengalir adalah

dapat disederhanakan menjadi

hasilnya adalah

dimana
Kadang-kadang besarnya perpindahan panas yang melalui media dinyatakan sesuai
dengan hukum Newton’s yaitu , dimana U koofisien perpindahan panas
menyeluruh, koefisien perpindahan panas menyeluruh dinyatakan dengan W/m2.oC
(Btu/h.ft2.oF). Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (Overall Heat Transfer
Coefficient, U) adalah merupakan aliran panas menyeluruh sebagai hasil gabungan
proses konduksi dan konveksi.
untuk kasus diatas

sehingga besarnya

Apabila dinding dikelilingi oleh gas atau ada efek radiasi, maka bisa dipertimbangkan
laju perpindahan panas radiasi antara permukaan emisivitas e dan luas As pada suhu Ts
dan temperatur sekitarnya Tsurr. (lihat gambar 2.4)

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 6


dimana,
Besarnya koofisien perpindahan panas radiasi adalah

Besarnya kooefisien total perpindahan panas total adalah

Gambar 2.4 Skema Tahanan Konveksi dan Radiasi Pada Suatu Permukaan

2.3 Konduksi Pada Susunan Bidang Datar Berlapis


Aliran panas dilewatkan pada bidang datar yang disusun berlapis-lapis dengan bahan
yang berbeda-beda.Aliran panas masuk dengan suhu T∞1 dan keluar dengan suhu
T∞2.Suhu antar muka masing-masingnya adalahT1 dan T2.

Gambar 2.5 Perpindahan Panas Pada Dua Dinding

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 7


Tahanan total perpindahan panas dari kondisi diatas adalah

2.4 Perpindahan Panas Pada Bidang Yang Disusun Paralel Dan Gabungan Seri-
Paralel

Konsep tahanan panas atau analogi listrik juga dapat digunakan untukmemecahkan
masalah perpindahan panas yang melibatkan lapisan paralel atau gabunganseri-
paralel.

Gambar 2.6 Perpindahan Panas Untuk Bidang Dengan Susunan Paralel

Besarnya perpindahan panas total adalah jumlah dari perpindahan panas setiap lapisan
atau dirumuskan

dengan menggunakan analog listrik diperoleh

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 8


dimana

untuk kombinasi seri dan paralel seperti gambar 2.6, besarnya panas perpindahan
panas adalah

Gambar 2.7 Bidang Datar Dengan Susunan Kombinasi Paralel Dan Seri

dimana

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 9


2.5 Perpindahan Panas Konduksi Pada Pipa
Panas pada pipa akan terus-menerus hilang ke luar melalui dinding pipa, perpindahan
ini dalam arah radial. Suatu silinder panjangberongga dengan jari-jari dalam r1, jari-
jari luar r2 dan panjang L dialiri panas sebesar Q . Suhu permukaan dalam T1 dan suhu
permukaan luar T2

Gambar 2.8. Perpindahan Panas Konduksi Pada Pipa

Berdasarkan hukum Fourier, konduksi panas untuk perpindahan panas melalui lapisan
silinder dapat dinyatakan sebagai

dapat disederhanakan menjadi

dimana :
Dengan mempertimbangkan adanya pengaruh konveksi, maka besarnya perpindahan
panas adalah

dimana untuk silinder/pipa

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 10


2.6 Perpindahan Panas Pada Pipa Berlapis

Gambar 29 Perpindahan Panas Pada Pipa Berlapis


Dengan cara yang sama besarnya tahan panas total untuk silinder berlapis adalah

2.7Perpindahan Panas Pada Dinding Berbentuk Bola

Gambar 2.10 Peprpindahan Panas Pada Pipa Dengan Mempertimbangkan


Konduksi Dan Konveksi

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 11


Contoh 2.1
Satu permukaan pelat tembaga yang tebalnya 3 cm, dijaga suhunya pada 400 oC, dan
permukaan satu lagi pada 100 oC. Berapa banyak panas yang dipindahkan
pada pelat?. Konduktivitas termal tembaga adalah 370 W/m.oC pada 250 oC.
Penyelesaian :
Sesuai dengan hukum Forier,

Contoh soal 2.2


Udara dengan suhu 20 oC meniup pelat panas ukuran 50 x 75 cm yang dijaga suhunya
pada 250 oC. Koefisien perpindahan panas konveksi adalah 25 W/m2oC.
Hitunglah perpindahan panas.
Penyelesaian :

Contoh soal 2.3


Sebuah dinding tinggi 3 m, lebar 5 m dan tebal 0,3 m dengan konduktifitas panas 0,9
W/m · °C (gambar 2.11). Pada hari tertentu, suhu permukaan bagian dalam dan luar
masing-masing adalah 16 °C dan 2 °C.Tentukan laju kehilangan panas yang melalui
dinding pada hari itu.

Gambar 2.11 Skema Contoh Soal 2.4

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 12


Penyelesaian :
Luas dinding =3 x 5 = 15 m2

Besarnya perpindahan panas

dapat juga menggunakan rumus tahan panas yaitu

diperoleh

Contoh soal 2.4


Sebuah dinding dengan kondisi seperti gambar berikut. Bila pengaruh rakonveksi dan
radiasi diabaikan tentukan perpindahan panas yang terjadi.

Gambar 2.12 Skema Contoh Soal 2.5

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 13


Penyelesaian :
Tahanan total yang terjadi adalah,

dan A1 = A2 = A3 = A, didapatkan,

Untuk tahanan seri, besarnya RA = AR1 +AR2 +AR3 = 0,42 + 0,14 + 0,42 = 0,98
m2K/W

Contoh 2.6
Sebuah pintu refrigerator/pendingin dengan lapisan plastik 5 mm, foam 80 mm, dan
baja 1 mm. Ukuran pintu, tinggi 2,1 m dan lebar 0,8 m. Hitung laju perpindahan
panas, jika temperatur pada bagian dalam 18oC. Tentukan juga temperatur antara baja
dan foam. (k baja =26 W/m oK, k plastik =1,19 W/m oK, dan k foam = 0,05 W/m oK)

T1oC T2oC
18oC
-15oC

foam

baja
plastik

1 mm 80 5 mm
mm

Gambar 2.13 Skema Contoh Soal 2.6

Penyelesaian :

Perpindahan panas dapat dihitung dengan menggunakan


Q = (T1-T4)/Σ(x/kA)
 Untuk baja x/kA = 0.001/26.2.1.0,8 = 2.28938E-05
 Untuk foam x/kA = 0.08/0.05.2.1.0,8 = 0.952380952

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 14


 Untuk foam x/kA = 0.005/3,95.2.1.0,8 = 0.000753466
Σ(x/kA) = 0.953157312
Q = (18-(-15)/ 0.953157312 = 34.6217771
Perpindahan panas antara lapisan dapat dihitung menggunakan persamaan
Q = kA (T1 – T2)/x12
Laju aliran panas untuk baja
34.6217771 = 26.2,1.0,8 (18-T1)/1x10-3
T1 = 17.99920738 oC

Contoh 2.7
Sebuah jendela kaca tinggi 0,8 m, lebar 1,5 m, tebal 8 mm, tinggi 1,5 m dengan
konduktifitas pans k = 0,78 W/m oC. Tentukan perpindahan panas yang terjadi jika
temperatur bagian dalam ruangann 20oC dan temperatur bagian luar 10oC. Dimisalkan
kooefisien konveksi bagian dalam (h1 = 10 W/m2 oC) dan bagian luar (h2 = 40 W/m2
o
C) serta konduktifitas panas bahan kaca 0,78 W/m oC

Penyelesaian :

Gambar 2.14 Skema Contoh Soal 2.7

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 15


Luasan permukaan kaca = 0,8 x 1,5 = 1,2 m2
Besarnya tahan panas masing-masing adalah

tahanan total

diperoleh besarnya perpindahan panas

Contoh soal 2.8


Suatu jendela tinggi 0,8 m dan lebar 1,5 m, terdiri dari dua lapisan kaca dengan tebal
4 mm (k = 0,78 W/m oC) yang dipisahkan oleh ruangan udara dengan lebar 10 mm (k
udara = 0,026 W/m oC). Tentukan perpindahan panas yang terjadi jika temperatur
ruangan dijaga 20 oC dan temperatur diluar ruangan 10oC.Dimisalkan kooefisien
konveksi permukaan dalam 10 W/m2 oC dan luar ruangan 40 W/m2oC.
Penyelesaian

Gambar 2.15 Skema Contoh Soal 2.8

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 16


Luas permukaan kaca = 0,8 x 1,5 = 1,2 m2
Besarnya tahanan panas masing-masing

Tahanan total

Diperoleh besarnya perpindahan panas

Contoh soal 2.9


Sebuah dinding tinggi 3 m, lebar 5 m terdiri dari susunan batu bata (16 cm x 22 cm)
dengan k = 0,72 W/m·° C) yang dipisahkan oleh lapisan plester dengan tebal 3 cm (k
= 0,22 W/m ° C). Pada bagian dalam dan luar dilapis plester dengan tebal 2 cm. Pada
bagian dalam dinding dilapis lagi dengan busa tebal 3 cm dan k = 0,026 W/m oC.
o o
Temperatur ruangan 20 C dan luar ruangan 10 C dan koefisien konveksi
perpindahan panas pada bagian dalam dan sisi luar adalah h1 = 10 W/m2 ° C dan h2=
25 W/m2 °C. Dengan asumsi mengabaikan radiasi, tentukan laju perpindahan panas
yang melalui dinding.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 17


Penyelesaian :
Sebagai pertimbangan agar semua komponen dinding terwakili diambil ukuran
dinding lebar 1 m dan tinggi 0,25m.

Gambar 2.16 Skema Contoh Soal 2.9


Tahanan untuk masing-masing komponen dinding adalah

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 18


Tahanan total untuk komponen paralel adalah

Tahanan total gabungan

Besarnya perpindahan panas untuk luasan 0,25 m2 adalah

Untuk per m2, Q = 17,5 Watt, selanjutnya untuk luasan 5 x 3 = 15 m2

Dalam kasus ini diagram tahanannya dapat digambar seperti gambar berikut

Gambar2.17 Alternatif Diagram Untuk Contoh soal 2.9

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 19


Contoh soal 2.10
Pipa baja menyalurkan uap dengan tekanan 50 bar, temperatur 264oC. Pipa
mempunyai diameter dalam 120 mm dan ketebalan dinding 15 mm dengan lapisan :
 20 mm diatomaceous
 40 mm magnesia
 10 mm bahan pengikat
Hitung laju perpindahan panas per-meter panjang pipa dengan asumsi temperatur
dinding pipa bagian dalam sama dengan temperatur uap dan temperatur bagian luar
lapisan pengikat sama dengan temperatur udara luar yaitu 19oC.
 k baja = 14 W/mK
 k diatomaceouis = 0.36 W/mK
 k magnesia = 0,24 W/mK
 k bahan pengikat = 1 W/m K

Gambar 2.18 Skema Contoh Soal 2.10

Penyelesaian :

Besarnya tahanan untuk per-meter panjang pipa adalah


Tahanan panas pada bahan pengikat
Rpengikat = (loge r2/r1)/2πk
= (loge145/135)/2π.1 = 0.011379
Tahanan panas pada magnesia
R magnesia = (loge r2/r1)/2πk
= (loge135/95)/2π.0.24=0.233146

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 20


Tahanan panas pada diatomeceous
R diatom = (loger2/r1)/2πk
= (loge95/75)/2π.0.36= 0.10456
Tahanan panas pada pipa baja
R pipa = (loge r2/r1)/2πk
= (loge75/60)/2π.14= 0.002538
tahanan panas total (R tot)
R tot= 0.233146 + 0.233146 + 0.10456 + 0.002538 = 0.351623
Diperoleh laju perpindahan panas
Q= (perbedaan temperatur)/total tahanan panas
Q = (264 – 19)/0,351623 = 696.7694

Contoh soal 2.12


Uap pada 320 ° C mengalir dalam pipa besi cor (k= 80 W / m· ° C) dengan diameter
dalam (D1) = 5 cm dan diameter luar (D2) = 5,5 cm. Pipa ditutupi dengan insolasi
glass woll tebal 3 cm dengan k= 0,05 W / m ·° C, Temperatur lingkungan (T) = 5oC
dengan konveksi alami dan radiasi, koefisien perpindahan konveksi diluar pipa h2 =18
W/m2 ·° C, koofisien konveksi bagian dalam pipa h1 = 60 W/m2 · ° C. Tentukan
kehilangan panas dari uap persatuan panjang pipa.

Gambar 2.20 Skema Contoh Soal 2.12

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 21


Penyelesaian :
Diambil untuk per-meter panjang pipa diperoleh luasan permukaan masing-masing
adalah

Besarnya tahanan panas masing-masing adalah

Tahanan total adalah

Diperoleh besarnya kehilangan panas yang mengalir adalah

Soal-soal
2.1. Sebuah jencela dengan ukuran 1,2-m-tinggi dan 2-m-lebar terdiri dari dua lapisan
kaca dengan 3 mm (k= 0,78 W / m ° C) dipisahkan oleh ruang udara dengan lebar 12
mm (k udara = 0,026 W / m ° C). Tentukan perpindahan panas yang melalui jendela
ganda bila ruangan dipertahankan pada 24 °C sedangkan suhu di luar ruangan adalah?
5°C.
Koefisien perpindahan panas konveksi di dalam dan luar permukaan jendela h1 =10
W/m2· ° C dan h2 = 25 W/m2· ° C, (perpindahan panas radiasi diabaikan).
Jawab : Q = 114 W

2.2 Sebuah jendela kaca tebal 1 cm dan memiliki luasan 3 m2 . Suhu di permukaan
luar adalah 108oC. Gelas memiliki konduktivitas (k) = 1,4 W / m. K. Pperpindahan
panas yang mengalir adalah 3 kW. Hitung suhu di permukaan bagian dalam dari kaca.
Jawab : t = 17, 1 oC

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 22


2.3 Sebuah dinding tungku persegi panjang terbuat dari tanah liat tahan api (k = 1,8
W/m oK), dan ukuran dinding (tinggi, H = 3 m, lebar, W =1,2 m, tebal, L = 0,17 m).
Suhu permukaan dalam (TH) =1592oK, dan dari permukaan luar (TC) =1364oK.
Tentukan laju perpindahan panas yang terjadi
Jawab : Q = 8691 Watt

2.4 Sebuah pipa menggunakan lapisan isolasi dengan tebal 2cmkalsium silikat (k =
0,06 W / m · K) mengalirkan cairan panas. Diameter dalam pipa 5,25 cm dan
diameter luar 6,03 cm. Jika temperatur bagian dalam pipa 150◦C dan temperatur
bagian luar lapisan pipa dijaga 25◦C, Tentukan :(a) kehilangan panas per satuan
panjang pipa, (b) temperatur bagian nluar pipa.
Jawab : Q =92.6 W/m, t = 149.95 ◦C

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 23


BAB III
PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, mahasiswa mampu :
 menjelaskan proses konveksi bebas
 menghitung koefisien konveksi dan laju aliran perpindahan kalor untuk
konveksi bebas pada permukaan
 menjelaskan proses konveksi paksa
 membedakan antara aliran eksternal dan internal
 menghitung koefisien konveksi dan laju aliran perpindahan kalor pada aliran
melintasi permukaan rata, aliran melintang silinder dan bola, aliran melintang
berkas pipa, serta aliran dalam pipa

3.1 Pengantar
Pada benda padat perpindahan kalor yang terjadi pasti berupa konduksi,
sedangkan pada fluida perpindahan kalor dapat berupa konduksi ataupun
konveksi tergantung ada-tidaknya gerakan fluida. Jika tidak terdapat gerakan
fluida maka yang terjadi adalah proses perpindahan kalor konduksi, sedangkan
jika terdapat gerakan fluida maka dikatakan terjadi proses perpindahan kalor
konveksi.
Berdasarkan sumber gerakan fluida konveksi dibagi lagi menjadi konveksi
paksa dan konveksi bebas. Konveksi paksa terjadi jika gerakan fluida disebabkan
oleh suatu sumber gerak eksternal, misalnya pompa, fan, atau juga angin. Pada
konveksi bebas gerakan fluida disebabkan oleh perbedaan bobot molekul fluida
akibat perbedaan temperatur. Molekul fluida yang lebih tinggi temperaturnya
mempunyai bobot lebih ringan sehingga akan cenderung naik, dan digantikan
oleh molekul fluida lainnya yang bertemperatur lebih rendah dan tentunya bobot
yang lebih berat. Gambar 3.1 menunjukkan perpindahan kalor yang dapat terjadi
dari suatu permukaan yang panas ke udara sekitarnya.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 24


Gambar 3.1 Perpindahan Panas Pada Permukaan Dengan Cara Konveksi Dan
Konduksi

3.2 Perpindahan Panas Konveksi Bebas


Konveksi bebas adalah perpindahan kalor konveksi dengan gerakan fluida
yang terjadi dihasilkan oleh perbedaan massa jenis fluida akibat perbedaan
temperaturnya. Selain itu laju perpindahan kalor konveksi bebas juga dipengaruhi
orientasi, sebagai contoh laju aliran kalor pada plat horisontal yang menghadap ke
atas nilainya berbeda (lebih besar) dibanding plat horisontal yang menghadap
ke bawah. Pada peristiwa konveksi bebas biasanya perpindahan kalor radiasi
tidak dapat diabaikan, karena nilai laju perpindahan kalor keduanya tidak terlalu
jauh berbeda. Contoh proses konveksi bebas terdapat pada kondenser dan
evaporator pada lemari pendingin, serta radiator pemanas ruang.
Untuk menganalisa konveksi bebas perlu menggunakan beberapa bilangan tak
berdimensiseperti bilangan Nuselt, grashoff, Prandtl, dan Rayleigh.
- Bilangan Nuselt
Persamaan.bilangan Nusselt untuk konveksi bebas merupakan fungsi dari dua
bilangan tak berdimensi lainnya, yaitu bilangan Grashof dan bilangan Prandtl

dengan h koefisien perpindahan kalor konveksi, δ panjang karakteristik yang


nilainya tergantung geometri benda, k konduktivitas termal, Gr bilangan Grasshoff

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 25


serta C dan n adalah suatu konstanta yang nilainya dipengaruhi geometri benda dan
karakteristik aliran.
- Bilangan Grashoff
Bilangan Grashof adalah parameter yang menunjukkan perbandingan antara gaya
pengapungan dan gaya viskos, yang mempengaruhi gaya gesek antara fluida dengan
permukaan suatu benda.

Gambar 3.2 Bilangan Grashof Sebagai Perbandingan Gaya Apung Dan Gaya
Viskos.

Persamaan untuk menghitung bilangan Grashof adalah

dengan g percepatan gravitasi (9.8 m/s2), β koefisien ekspansi termal (1/K),


serta ν viskositas kinematik fluida (m2/s). Koefisien ekspansi termal gas ideal
nilainya berbanding terbalik dengan temperatur ideal gas

dengan T adalah temperatur absolut dalam Kelvin. Bilangan Grashof pada konveksi
bebas mempunyai peranan yang mirip dengan bilangan Reynold pada konveksi
paksa, yaitu menentukan apakah aliran fluida yang terjadi laminar atau turbulen.
Saat suatu permukaan terkena aliran eksternal sebenarnya kedua proses konveksi,
yaitu konveksi paksa dan bebas, terjadi bersamaan. Untuk menentukan proses
konveksi mana yang perlu diperhatikan maka digunakan koefisien
Jika lebih keci dari 1, maka konveksi bebas dapat diabaikan dan jika

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 26


lebih besar dari 1 maka konveksi bebas lebih dominan dan konveksi paksa dapat
diabaikan. Jika sama dengan 1, maka kedua proses konveksi harus
diperhitungkan.
- Bilangan Rayleigh
Karena persamaan bilangan Nusselt biasanya melibatkan bilangan Prandtl dan
bilangan Grashof, maka terdapat bilangan tak berdimensi lain yang merupakan
perkalian dari bilangan Prandtl dan Grashof, yaitu bilangan Rayleigh

3.2.1 Konveksi Bebas Pada Permukaan


Untuk menghitung perpindahan panas konveksi bebas pada suatu permukaan
perlu dihitung lebih dulu bilangan Rayleigh dan Nuselt, dari bilangan Nuselt dapat
dihitung kooefisien konveksi yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung
jumlah panas yang mengalir.
Untuk kondisi geometri yang berbeda besarnya bilangan Rayleigh dan Nuselt dapat
menggunakan persamaan seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Persamaan Bilangan Nusselt Dan Panjang Karakteristik Untuk
Konveksi Bebas

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 27


Contoh Soal 3.1
Suatu pipa air panas horisontal berdiameter 8 cm melalui ruang yang
bertemperatur 18ºC. Jika temperatur permukaan luar pipa adalah 70ºC, hitung
laju rugi-rugi kalor dari pipa melalui konveksi bebas.

Gambar 3.3 Skema untuk Contoh 3.1


Penyelesaian :

Bilangan Nuselt
Perpindahan kalor yang terjadi pada suatu lapisan fluida terjadi melalui proses
konduksi dan konveksi. Bilangan Nusselt menyatakan perbandingan antara
perpindahan kalor konveksi pada suatu lapisan fluida dibandingkan dengan
perpindahan kalor konduksi pada lapisan fluida tersebut.

Contoh soal 3.2


Suatu plat tipis berukuran 0.6m × 0.6m diletakkan pada ruang dengan
temperatur 30ºC. Satu sisi permukaan plat diisolasi, sedang sisi lainnya dijaga
temperaturnya pada 74ºC. Hitung laju perpindahan kalor jika posisi plat adalah
vertikal.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 28


Gambar 3.4 Skema Untuk Contoh 6-2
Penyelesaian :

Contoh soal3.3
Suatu plat tipis berukuran 0.6m × 0.6m diletakkan pada ruang dengan
temperaturnya pada 74ºC. Hitung laju perpindahan kalor jika posisi plat adalah
menghadap ke atas

Gambar 3.5 Skema Untuk Contoh 3.3

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 29


Penyelesaian

Contoh soal 3.4


Suatu plat tipis berukuran 0.6m × 0.6m diletakkan pada ruang dengan
temperatur 30ºC. Satu sisi permukaan plat diisolasi, sedang sisi lainnya dijaga
temperaturnya pada 74ºC. Hitung laju perpindahan kalor jika posisi plat adalah
menghadap ke bawah.

Gambar 3.6 Skema Untuk Contoh 3.4


Penyelesaian

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 30


Koofisien konveksi

3.2.2 Konveksi Bebas dalam Ruang


- Ruang Persegi panjang vertikal

Gambar 3.7 Konveksi Bebas Pada Persegi Panjang Vertikal

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 31


Persegi panjang horisontal, temperatur permukaan bawah lebih tinggi di banding
temperatur permukaan atas

Gambar 3.8 Konveksi Bebas Pada Persegi Panjang Horisontal

Untuk ruang Persegi panjang horisontal, temperatur permukaan bawah lebih rendah
dibanding temperatur permukaan atas
Bilangan Nusselt untuk gas dan cairan Nu = 1

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 32


Silinder Konsentrik

Gambar 3.9Konveksi Bebas Antara Dua Permukaan Pada Silinder Kosentrik

3.2.5 Bola Konsentrik

Gambar 3.10 Konveksi Bebas Antara Dua Permukaan Bola Kosentrik

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 33


Contoh soal 3.5
Jendela lapis ganda setinggi 0.8m dan lebar 2m terdiri dari dua lembar kaca yang
dipisahkan oleh celah udara selebar 2cm pada tekanan atmosfer. Jika temperatur
pada celah udara terukur 12ºC dan 2ºC, hitung laju aliran kalor melalui jendela

Gambar 3.11 Skema untuk Contoh 3.5


Penyelesaian :

Contoh soal 3.6


Dua bola kosentrik masing-masing berdiameter D1=20cm dan D2=30 cm
dipisahkan oleh udara bertekanan 1 atm. Temperatur permukaan masing-masing
bola adalah T1=320 K dan T2=280 K. Hitung laju aliran kalor dari bola dalam ke
bola luar.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 34


Gambar 3.12 Skema untuk Contoh 3.6
Penyelesaian :

3.3 Konveksi Paksa


Konveksi paksa terjadi jika gerakan fluida disebabkan oleh suatu sumber
gerak eksternal, misalnya pompa, fan, atau juga angin. Secara umum aliran
fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan aliran internal. Aliran
eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda. Contohnya adalah
aliran fluida melintasiplat atau melintang pipa. Aliran internal adalah aliran fluida
yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam pipa. Perbedaan
antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu pipa ditunjukkan pada
gambar 3.13.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 35


Gambar 3.13 Aliran Eksternal Udara Dan Aliran Internal Air Pada Suatu Pipa

Pada konveksi paksa untuk mengurangi jumlah variabel yang terlibat dalam
perhitungan, maka sering digunakan bilangan tak berdimensi yang merupakan
kombinasi dari beberapa variabel.

- Bilangan Nuselt
Perpindahan kalor yang terjadi pada suatu lapisan fluida terjadi melalui proses
konduksi dan konveksi. Bilangan Nusselt menyatakan perbandingan antara
perpindahan kalor konveksi pada suatu lapisan fluida dibandingkan dengan
perpindahan kalor konduksi pada lapisan fluida tersebut.

dengan h adalah koefisien konveksi, δ panjang karakteristik, dan k adalah koefisien


konduksi. Semakin besar nilai bilangan Nusselt maka konveksi yang terjadi
semakin efektif. Bilangan Nusselt yang bernilai 1 menunjukkan bahwa
perpindahan kalor yang terjadi pada lapisan fluida tersebut hanya melalui
konduksi.

- Bilangan Reynold
Suatu aliran fluida dapat berupa aliran laminar, turbulen, ataupun transisi. Pada aliran
laminar molekul molekul fluida mengalir mengikuti garis-garis aliran secara
teratur. Aliran turbulen terjadi saat molekul-molekul fluida mengalir secara acak

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 36


tanpa mengikuti garis aliran. Aliran transisi adalah aliran yang berada di antara
kondisi laminar dan turbulen, biasanya pada kondisi ini aliran berubah-ubah
antara transien dan turbulen sebelum benar-benar memasuki daerah turbulen
penuh. Gambar 3.16menunjukkan perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
pada percobaan menggunakan jejak tinta. Pada aliran laminar maka jejak tinta
berbentuk lurus dan teratur, sedangkan pada aliran turbulen aliran tinta menyebar
secara acak.

Gambar 3.14 Jenis-Jenis Aliran Fluida

Untuk membedakan antara aliran laminar, transisi, dan turbulen maka digunakan
bilangan tak berdimensi, yaitu bilangan Reynolds, yang merupakan perbandingan
antara gaya inersia dengan gaya viskos

dengan V∞ adalah kecepatan aliran fluida (m/s) dan δ panjang karakteristik (m).
Panjang karakteristik ditunjukkan oleh jarak x dari ujung plat pada aliran melintasi
plat rata serta diameter D untuk silinder atau bola. Viskositas kinematika ν adalah
perbandingan antara viskositas dinamik dengan massa jenisnya.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 37


Nilai bilangan Reynolds yang kecil menunjukkan aliran bersifat laminar
sedangkan nilai yang besar menunjukkan aliran turbulen. Nilai bilangan Reynolds
saat aliran menjadi turbulen disebut bilangan Reynolds kritis yang nilainya
berbeda-beda tergantung bentuk geometrinya.

- Bilangan Prandtl
Bilangan tak berdimensi selanjutnya adalah Bilangan Prandtl yang merupakan
perbandingan antara ketebalan lapis batas kecepatan dengan ketebalan lapis batas
termal. Bilangan Prandtl dinyatakan dengan persamaan

ν adalah momentum difusivitas molekul, α adalah kalor difusivitas molekul, adalah


viskositas fluida,Cp adalah kalor spesifik fluida, dan k adalah konduktivitas termal.
Nilai bilangan Prandtl berkisar pada nilai 0,01 untuk logam cair, 1 untuk gas, 10
untuk air, dan 10000untuk minyak berat. Difusivitas kalor akan berlangsung dengan
cepat pada logam cair (Pr < 1) danberlangsung lambat pada minyak (Pr > 1).
Pada umumnya nilai bilangan Prandtl ditentukan menggunakan tabel sifat zat.
Tabel 3.2 menunjukkan rentang nilai bilangan Prandtl untuk beberapa jenis fluida

Tabel 3.2 Nilai Bilangan Prandtl

3.3.1 Konveksi Paksa Melintasi Permukaan Rata


Bilangan Nusselt rata-rata untuk aliran melintasi plat rata dapat dinyatakan dengan
persamaan umum

dengan C, m, dan n adalah konstantadan L adalah panjang plat pada arah aliran.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 38


Gambar 3.15 Aliran Melintasi Permukaan Rata

Bilangan Reynold untuk aliran melintasi plat rata adalah

Pada aliran melintasi plat rata nilai bilangan Reynolds kritis adalah 5×105
Untuk Re < 5×105 maka persamaan yang digunakan adalah persamaan aliran
laminar sedangkan jika Re > 5×105 maka persamaan yang digunakan adalah
persamaan aliran turbulen atau kombinasi laminar dan turbulen.
Gaya hambat yang terjadi pada aliran fluida untuk kasus plat rata dapat
dihitung menggunakan persamaan

dengan Cf adalah koefisien gesek atau koefisien hambat.


Temperatur fluida pada lapis batas termal mempunyai nilai yang bervariasi dari
Ts pada permukaan hingga T∞ pada sisi luar lapis batas. Karena sifat fluida
juga bervariasi terhadap temperatur, maka untuk penentuan sifat-sifat fluida pada
perhitungan didasarkan pada temperatur film Tf, yaitu

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 39


Aliran Kombinasi Laminer dan Turbulen
Seringkali pada aliran melintasi plat rata, panjang plat melebihi panjang kritis
sehingga aliran telah turbulen namun masih belum cukup panjang untuk dapat
mengabaikan aliran laminar. Pada kasus ini maka digunakan persamaan koefisien
gesek rata-rata

Contoh soal 3.7


Oli mesin pada 60°C mengalir melintasi plat sepanjang 5 m yang
bertemperatur 20°C dengan kecepatan 2 m/s. Hitung gaya hambat dan laju aliran
kalor total jika lebar plat adalah 1 m.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 40


Gambar 3.16 Diagram untuk Contoh 3.7

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 41


Contoh soal 3.8
Tekanan atmosfer pada suatu daerah adalah 83.4 kPa. Udara 20°C mengalir dengan
kecepatan 8m/s pada plat rata berukuran 1.5 m × 6 m yang bertemperatur 134°C.
Hitung laju perpindahan kalor jika udara mengalir sepanjang sisi panjang plat (sisi 6
m).

Gambar 3.17Skema untuk Contoh 3.8

Penyelesaian
Sifat udara pada tekanan 1 atm dan temperatur rata-rata (134+20)/2 = 77 oC = 340
o
Kadalah

Sifat k, , Cp, dan Pr untuk gas ideal tidak dipengaruhi oleh tekanan, namun ν
dan α berbanding terbalik dengan tekanan, sehingga

Bilangan Reynold

Re > 5×105 namun tidak cukup besar sehingga digunakan persamaan kombinasi
aliran laminar dan turbulen untuk menghitung bilangan Nusselt rata-rata

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 42


Koefisien perpindahan kalor konveksi

Laju perpindahan kalor konveksi

Contoh soal 3.9


Seperti pada Contoh 3.8 namun kali ini hitung laju perpindahan kalor kalor jika
udara mengalir sepanjang sisi pendek plat (sisi 1.5 m).

Gambar 4.18 Perbandingan perpindahan kalor untuk arah aliran yang berbeda

Penyelesaian :

Catatan : Jika dibandingkan dengan Contoh 5-2 maka dapat diambil kesimpulan
bahwa arah aliran fluida berpengaruh terhadap perpindahan kalo yang terjadi.
5.3 Aliran Melintang Silinder dan Bola
Secara praktis sering ditemui aliran melintang silinder dan bola, misalnya pada
penukar kalor jenis aliran silang. Bilangan Reynolds pada aliran melintang silinder
dan bola adalah

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 43


3.3.2 Konveksi Paksa Melintasi Permukaan Bola
Secara praktis sering ditemui aliran melintang silinder dan bola, misalnya pada
penukar kalor jenis aliran silang. Bilangan Reynolds pada aliran melintang silinder
dan bola adalah

Gambar 3.19 Pola Aliran Melintang Silinder Atau Bola


Pada aliran melintang silinder dan bola nilai bilangan Reynolds kritis adalah 2×105.
Untuk Re < 2×105maka aliran yang terjadi adalah laminar Re > 2×105 aliran yang
terjadi adalah aliran turbulen. Bilangan Nusselt rata-rata untuk aliran melintang
silinder ditentukan menggunakan persamaan Churchill Bernstein

Selain menggunakan persamaan (5.19), Zhukaskas dan Jacob juga mengusulkan


alternatif persamaan yang lebih sederhana untuk aliran melintang silinder yaitu

C dan m adalah konstanta yang nilainya dapat dilihat pada Tabel 5-2 untuk berbagai
macam bentuk penampang silinder selain lingkaran.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 44


Tabel 3.3 Bilangan Nusselt rata-rata untuk berbagai penampang saluran pada
aliran laminar

Contoh soal 3.10


Pipa berisi uap air berdiameter 10 cm bertemperatur permukaan 110°C
melewati daerah berangin. Hitung laju rugi kalor per meter panjang pipa jika
udara pada tekanan 1 atm dan 4°C serta angin bertiup pada kecepatan 8 m/s.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 45


Gambar 3.20 Skema untuk Contoh 3.10

Penyelesaian
Sifat udara dihitung pada temperatur film Tf = (Ts +T)/2 =(110 + 4)/2 =57 oC =
330oK adalah

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 46


Contoh soal 3.11
Suatu bola terbuat stainless steel (ρ=8055kg/m3, Cp=480J/kg.°C) mempunyai
temperatur seragam 300°C. Bola dikenai aliran udara pada 1 atm dengan kecepatan
3m/s. Hitung laju aliran kalor dari bola ke udara.

Gambar 3.21 Skema untuk Contoh 3.11


Penyelesaian

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 47


3.3.3Konveksi Paksa Pada Aliran Melintang Berkas Pipa
Aliran melintang berkas pipa sering kali terjadi pada penukar kalor jenis
kondenser dan evaporator. Pada perangkat penukar kalor tersebut suatu fluida
mengalir pada beberapa buah pipa sedangkan fluida lainnya melintang tegak lurus
pipa. Pada kasus seperti ini perhitungan tidak dapat dilakukan dengan menghitung
untuk satu pipa kemudian mengalikannya dengan jumlah pipa. Hal ini dikarenakan
pola aliran sangat dipengaruhi oleh pipa-pipa tersebut sebagai suatu kesatuan.

Gambar 3.22 Susunan Berkas Pipa Segaris Dan Berselang-Seling

Berkas pipa biasanya mempunyai susunan segaris (in-line) atau berselang-seling


(staggered) pada arah aliran (Gambar 3.24). Panjang karakteristik yang digunakan
adalah diameter luar D. Susunan pipa ditentukan oleh sela (pitch), yaitu sela
transversal ST, sela longitudinal SL, dan sela diagonal SD. Untuk menghitung sela
diagonal digunakan persamaan

Kecepatan aliran fluida yang melintang berkas pipa akan bertambah dibandingkan
dengan kecepatan awalnya, sehingga dalam perhitungan bilangan Reynold digunakan
kecepatan maksimal

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 48


Kecepatan maksimal fluida melintang berkas pipa dipengaruhi oleh susunan
berkas pipa. Untuk susunan segaris dan selang seling maka kecepatan maksimal
fluida adalah

Sedangkan kecepatan maksimal fluida pada susunan selang-seling dengan


adalah

Tabel 3.4 Bilangan Nusselt rata-rata untuk NL>16 dan 0.7 < Pr < 500

alam perhitungan bilangan Nusselt rata-rata digunakan persamaan umum hasil


eksperimen yang diusulkan oleh Zukauskas

dengan C, m, dan n adalah konstanta yang tergantung pada nilai bilangan


Reynolds. Tabel 5-3 menunjukkan beberapa nilai konstanta untuk nilai bilangan
Prandtl 0.7 < Pr < 500, nilai bilangan Reynolds 0 < ReD <2×10 6, serta jumlah
pipa dalam berkas arah lognitudinal NL > 16. Semua sifat fluida ditentukan pada
temperatur rata-rata fluida

dengan Ti dan To adalah temperatur fluida sebelum dan setelah melewati berkas
pipa. Untuk jumlah pipa dalam berkas kurang dari 16 maka digunakan persamaan
koreksi

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 49


dengan F adalah faktor koreksi yang nilainya bergantung pada jumlah pipa
pada berkas seperti tercantum pada Tabel 3.5. Begitu nilai bilangan Nusselt telah
dihitung maka nilai koefisien konveksi segera dapat dihitung. Untuk menghitung
laju perpindahan kalor konveksi maka selisih temperatur yang digunakan adalah
selisih temperatur rata-rata logaritmik (LMTD)

Temperatur keluar Te dapat dihitung dengan persamaan

adalah luas permukaan perpindahan kalor dan adalah laju aliran massa fluida. N
adalah jumlah total pipa pada berkas, NT jumlah pipa pada bidang transversal,
L panjang berkas pipa, dan V kecepatan fluida sebelum melewati berkas pipa. Laju
aliran perpindahan kalor konveksi dapat dihitung menggunakan persamaan

Tabel 3.5 Faktor koreksi dalam perhitungan bilangan Nusselt rata-rata untuk
Nu < 16 dan ReD > 1000

Contoh soal 3.12


Pada suatu peranti udara dipanaskan oleh air bertemperatur 120°C yang
mengalir pada berkas pipamelintang ducting. Udara masuk ducting pada 20°C, 1
atm dan kecepatan rata-rata 4.5 m/s. Diameterluar pipa air adalah 1.5 cm dengan
susunan segaris serta ST = SL = 5 cm. Pada berkas pipa terdapat 6baris, masing-
masing terdiri dari 10 pipa. Hitung laju aliran perpindahan kalor yang terjadi
untukpanjang berkas pipa 1 m.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 50


Gambar 3.23 Skema untuk Contoh 3.12
Penyelesaian
Temperatur udara keluar ducting tidak diketahui sehingga temperatur rata-rata juga
belum diketahui. Sifat udara ditentukan berdasarkan asumsi temperatur rata-rata 60°C
dan 1 atm

Densitas udara pada temperatur masuk 20°C untuk menghitung laju aliran massa
adalah

Kecepatan maksimal dan bilangan Reynold aliran udara adalah

Bilangan Nusselt rata-rata diperoleh menggunakan persamaan yang diperoleh dari


tabel

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 51


Karena pada soal ini NL = 6 maka digunakan faktor koreksi dari tabel dan diperoleh F
= 0.945 sehingga

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 52


3.3.4 Konveksi Paksa Pada Aliran Dalam Saluran Tertutup
Pada aplikasi pendinginan dan pemanasan sering ditemui fluida yang mengalir
dalam saluran tertutup berupa pipa atau ducting. Aliran dalam saluran tertutup
ini termasuk kategori aliran internal. Perbedaannya dibandingkan aliran eksternal
yang telah dibahas adalah pada aliran eksternal fluida mempunyai permukaan
bebas sehingga lapis batas dapat berkembang dengan bebas. Pada aliran internal
fluida dilingkupi batas berupa permukaan dalam saluran sehingga terdapat batas
berkembangnya lapis batas. Pada aliran dalam saluran tertutup sesungguhnya
kecepatannya bervariasi, yaitu berkisar antara nol pada permukaan dalam saluran
hingga mencapai kecepatan maksimum pada titik tengah saluran. Untuk perhitungan
maka digunakan kecepatan rata-rata Vm yang diasumsikan konstan sepanjang aliran.
Laju aliran massa fluida dalam saluran tertutup adalahdengan ρ adalah densitas fluida
dan Ac adalah luas penampang saluran.

Gambar 3.24 Distribusi Kecepatan Aktual Dan Ideal

- Saluran Tertutup Berpenampang Lingkaran


Saluran tertutup yang paling banyak digunakan adalah pipa, yaitu saluran
dengan penampang aliran berbentuk lingkaran. Aliran dalam saluran dalam pipa
juga dapat berupa aliran laminar ataupun turbulen. Adapun bilangan Reynolds
untuk aliran alam pipa adalah

dengan Vm adalah kecepatan rata-rata fluida dan ν viskositas kinematik. Pada


aliran dalam pipa bilangan Reynolds kritis adalah 2300, sehingga

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 53


Pada aliran dalam pipa berlaku persamaan umum bilangan Nusselt rata-rata

Jika fluida memasuki suatu pipa, maka dibutuhkan panjang tertentu hingga
aliran tersebut dapat dikatakan dalam kondisi aliran penuh, yaitu mempunyai
distribusi kecepatan ataupun temperatur berbentuk parabola. Panjang masuk termal
dan hidrodinamik untuk aliran laminar adalah

- Saluran Tertutup Berpenampang Selain Lingkaran


Untuk penampang saluran tertutup selain lingkaran, maka persamaan aliran
dalam saluranberpenampang lingkaran, yaitu pipa, masih dapat digunakan dengan
mengganti variabel diameter Ddengan diameter hidrolik Dh sesuai persamaan

Ac dan p masing-masing adalah luas dan keliling penampang saluran. gambar


3.2 menunjukkandiameter hidrolik untuk saluran berpenampang lingkaran, bujur
sangkar, dan persegi panjang.

Gambar 3.25 Diameter hidrolik untuk saluran berpenampang lingkaran,


bujur sangkar, dan perseg panjang.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 54


Dalam penentuan laju aliran perpindahan kalor dan temperatur fluida keluar saluran
maka terdapat dua kondisi dinding saluran, yaitu fluks kalor dinding konstan dan
temperatur dinding konstan.

Gambar 3.26 Kondisi Fluks Kalor Permukaan Konstan


Gambar 3.26 menunjukkan pada permukaan pipa terdapat sumber kalor dengan
nilai fluks kalor konstan. Untuk kondisi fluks kalor permukaan konstan maka laju
perpindahan kalor

dan temperatur keluar

Gambar 3.27 Kondisi Temperatur Konstan

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 55


Sedangkan kondisi kedua adalah kondisi temperatur permukaan konstan (gambar
3.27 Contoh kondisi ini adalah jika permukaan luar pipa kontak dengan fluida
yang sedang mengalami perubahan fase. Untuk kondisi temperatur permukaan
konstan maka temperatur keluar adalah

Penurunan tekanan yang terjadi pada aliran dalam pipa adalah adalah

dengan f adalah faktor kekasaran, L panjang pipa, D diameter pipa, ρ densitas


fluida, dan Vm kecepatan rata-rata fluida. Pada aliran laminar faktor kekasaran
adalah

Untuk menghitung bilangan Nusselt rata-rata pada kondisi aliran laminar dapat
digunakan persamaan Sieder Tate

dengan b adalah viskositas dinamik fluida pada temperatur borongan sedangkan s


adalah viskositas dinamik fluida pada temperatur permukaan. Untuk berbagai bentuk
penampang saluran bilangan Nusselt rata-rata dapat diperoleh dari Tabel 5-5.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 56


Tabel 3.6 Bilangan Nusselt Rata-Rata Untuk Aliran Laminar Pada Berbagai
Penampang Saluran

Penurunan tekanan pada aliran turbulen menggunakan persamaaan yang sama


dengan pada aliran laminar, yaitu persamaan (5.42). Terdapat beberapa
persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung faktor kekasaran. Faktor
kekasaran untuk aliran turbulen pada pipa halus dapat menggunakan persamaan

Pada pipa berdinding kasar untuk menghitung faktor kekasaran dapat digunakan
persamaan Colebrook

atau dalam bentuk eksplisit menggunakan persamaan Haaland

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 57


Bilangan Nusselt rata-rata pada aliran dalam pipa juga terdapat beberapa persamaan.
Jika dimasukkan faktor kekasaran maka bilangan Nusselt rata-rata dapat dihitung
menggunakan persamaan Chilton-Colburn

Dengan melakukan substitusi persamaan (5.45) ke persamaan (5.48) diperoleh


persamaan Colburn untuk aliran turbulen pada pipa berdinding halus

Selain kedua persamaan tersebut, daat juga digunakan persamaan Dittus Bolter untuk
aliran turbulen

3.3.5Aliran Di Antara Dua Pipa


Salah satu jenis penukar kalor adalah jenis pipa ganda (double pipe), yang terdiri
dari dua buah pipa kosentrik (mempunyai sumbu yang sama). Pada pipa ganda
terdapat aliran dua fluida, yaitu pada pipa dalam serta di antara pipa dalam dan luar
(bagian annulus) seperti terlihat pada Gambar 3.28.

Gambar 3.28 Aliran di antara dua pipa


Untuk aliran di antara dua pipa diameter hidroliknya adalah

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 58


Tabel 3.7 Nilai Bilangan Nusselt Rata-Rata Berdasarkan Nilai Di/Do

Bilangan Nusselt untuk dinding dalam dan luar dapat dilihat pada tabel Tabel 5-
6, setelah itu untuk menghitung koefisien konveksinya digunakan persamaan

Contoh soal3.13
Air memasuki pipa tembaga berdiameter dalam 2.5cm pada 15°C dengan laju aliran
massa 0.3kg/s dan dipanaskan oleh uap yang terkondensasi di permukaan luar
pada 120°C. Jika koefisien perpindahan kalor rata-rata 800W/m2.°C, hitung
panjang pipa yang diperlukan untuk memanaskan air menjadi 115°C.
Penyelesaian
Kalor spesifik air dihitung pada temperatur rata-rata (15+115) / 2 = 65 oC adalah
4187J/kg.°C. Kalor kondensasi uap pada 120°C adalah 2203kJ/kg
Laju aliran kalor

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 59


Contoh soal 3.14
Air dipanaskan dari 15°C menjadi 65°C dan mengalir melalui pipa berdiameter dalam
3 cm sepanjang 5m. Pipa dipanaskan menggunakan elemen pemanas elektrik yang
memberikan fluks kalor seragam pada seluruh permukaan pipa. Jika sistem
pemanas ini menghasilkan air panas dengan laju aliran 10L/menit, hitung (a) daya
pemanas elektrik (b) temperatur permukaan dalam pipa pada kondisi keluar

Gambar 3.29 Skema untuk Contoh 3.14


Penyelesaian :

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 60


Re>4000 sehingga aliran bersifat turbulen, panjang masukyang jauh lebih pendek
dibanding panjang pipa,

sehingga dapat diasumsikan aliran turbulen terbentuk penuh.


Bilangan Nusselt

Contoh soal 3.15


Udara panas pada tekanan atmosfer dan 80°C memasuki saluran berpenampang
persegi 0.2m×0.2m dengan laju aliran 0.15m3/s. Dinding saluran diasumsikan
mendekati isotermal pada 60°C. Hitung temperatur udara keluar dan laju aliran
rugi-rugi kalor dari saluran ke lingkungan.

Gambar 3.30 Skema untuk Contoh 3.15

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 61


Bilangan Reynold

yang jauh lebih pendek dibanding panjang pipa, sehingga dapat diasumsikan aliran
turbulen terbentuk penuh.

Contoh soal 3.16


Minyak mentah pada 20°C mengalir pada pipa berdiameter 30cm dengan kecepatan 2
m/s. Sepanjang 200 m pipa melewati danau es yang bertemperatur 0°C. Temperatur
permukaan pipa mendekati 0°C. Dengan mengabaikan resistansi termal pipa, hitung
(a) temperatur minyak meninggalkan danau (b) laju aliran kalor dari minyak.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 62


Gambar 3.31Skema untuk Contoh 3.16
Penyelesaian :

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 63


BAB IV
ALAT PENUKAR KALOR

Capaian Pembelajaran
Menjelaskan pengertian penukar kalor beserta jenis-jenisnya.
 Melakukan analisis penukar kalor menggunakan metode LMTD dan metode
effectiveness-NTU.

4.1 Pengantar
Penukar kalor adalah perangkat yang menjadi tempat terjadinya pertukaran kalor
antara dua fluida yang mempunyai temperatur berbeda. Pada penukar kalor fluida
panas melepaskan kalor dan diterima oleh fluida dingin. Fungsi dari suatu penukar
kalor hampir sama dengan mixing chamber, namun bedanya adalah pada penukar
kalor kedua fluida tidak bercampur, sedangkan pada mixing chamber kedua fluida
bercampur. Penukar kalor mempunyai banyak aplikasi. Beberapa contoh
perangkat penukar kalor antara lain kondenser dan evaporator pada sistem
pengkondisi udara, radiator pada kendaraan, serta penukar kalor pada industri
proses dan pembangkitan tenaga.

4.2 Koefisien Perpindahan Kalor Keseluruhan


Pada suatu penukar kalor umumnya terdapat dua aliran fluida yang dipisahkan
oleh suatu dinding. Kalor berpindah dari fluida panas ke dinding melalui konveksi,
melintasi dinding dengan cara konduksi dan dari dinding ke fluida dingin kembali
melalui konveksi. Efek radiasi biasanya sudah tercakup pada koefisien perpindahan
kalor konveksi.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 64


Gambar 4-1 Jaringan Resistansi Termal Pada Dinding Pipa
Jika kedua fluida dipisahkan oleh dinding berbentuk pipa/tube (gambar 4.1)
maka resistansi termal dinding pipa adalah

Sehingga resistansi termal total adalah

Dengan adalah luas permukaan dalam pipa dan adalah luas permukaan luar pipa.
Dalam pembahasan penukar kalor persamaan laju aliran kalor lebih sering dituliskan
sebagai
Dengan U adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan dengan satuan W/m2.°C.
Hubungan antara U dengan R adalah

Dengan Ui dan Uo masing-masing adalah koefisien perpindahan kalor pada sisi


permukaan dalam dan luar. Jika dinding pipa cukup tipis dan nilai konduktivitas
termal material pipa tinggi, maka resistansi termal pipa menjadi sangat kecil dan
serta luas permukaan dalam dan luar pipa hampir sama maka persamaan diatas
dapat disederhanakan menjadi

Unjuk kerja suatu penukar kalor lama kelamaan akan menurun seiring dengan
terjadinya lapisan kerak (fouling) pada permukaan dalam dan luar pipa. Lapisan
kerak ini menambah resistansi termal pada perpindahan kalor. Kerak dapat
disebabkan antara lain oleh pengendapan zat padat yang terdapat pada fluida, karat,
dan lumut. Parameter yang digunakan untuk menyatakan pengaruh kerak pada
perpindahan kalor di suatu penukar kalor disebut faktor kerak (fouling factor). Faktor
kerak tergantung pada banyak hal, di antaranya temperatur operasi dan kecepatan
aliran fluida. Semakin tinggi temperatur operasi dan semakin rendah kecepatan
aliran fluida, maka semakin besar nilai faktor kerak. Dengan memasukkan faktor
kerak maka persamaan koefisien perpindahan kalor keseluruhan menjadi

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 65


Dengan Rf,i dan Rf,o adalah faktor kerak pada permukaan dalam dan luar pipa.
4.3 Metode LMTD (Log Mean Temperatur Difference)
Perbedaan temperatur antara fluida panas dan dingin bervariasi sepanjang
penukar kalor.Untuk itu digunakan perbedaan temperatur rata-rata untuk menghitung
laju aliran kalor sesuai persamaan

LMTD adalah perbedaan temperatur rata-rata logaritmik (log mean temperature


difference = LMTD) yang merupakan bentuk perbedaan temperatur rata-rata yang
digunakan dalam perhitungan laju aliran kalor pada penukar kalor dan
dinyatakan
sebagai

dengan LMTD adalah perbedaan temperatur antara kedua fluida pada kedua ujung
(inlet dan outlet) dari suatu penukar kalor. Gambar 8-2 menunjukkan LMTD
masing-masing untuk penukar kalor aliran paralel dan aliran berlawanan.

Gambar 4.2Penukar Kalor Pipa Ganda

Untuk temperatur inlet dan outlet tertentu LMTD untuk penukar kalor aliran
berlawanan selalu lebih besar dibandingkan dengan LMTD penukar kalor aliran
paralel, sehingga luas permukaan perpindahan kalor pada penukar kalor aliran
berlawanan selalu lebih kecil dibanding penukar aliran kalor paralel untuk laju
aliran kalor tertentu. Hal inilah yang menyebabkan penukar kalor aliran berlawanan
lebih sering digunakan. Suatu kondenser atau boiler dapat menerapkan penukar

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 66


kalor aliran berlawanan maupun paralel, karena keduanya memberikan hasil yang
sama. LMTD yang telah dipelajari sebelumnya hanya dapat diterapkan pada penukar
kalor jenis pipa ganda.
Untuk penukar kalor aliran silang dan jenis shell and tube digunakan persamaan

Dengan F adalah faktor koreksi yang tergantung pada geometri penukar kalor serta
temperatur inlet dan outlet fluida.
lm,adalah LMTD untuk penukar kalor aliran berlawanan sehingga

Nilai faktor koreksi dapat dicari menggunakan Gambar 8-5 hingga Gambar 8-6. Pada
gambar-gambar tersebut tertera nilai F adalah fungsi dari P dan R yaitu

Subskrip 1 dan 2 masing-masing menunjukkan kondisi inlet dan outlet. Pada jenis
shell and tube, T dan t masing-masing menunjukkan temperatur pada sisi shell dan
tube. Nilai P mempunyai rentang antara 0 dan 1, sedangkan nilai R bervariasi
antara 0 dan tak-hingga. R = 0 menunjukkan perubahan fase(kondensasi atau
pendidihan) pada sisi shell dan R bernilai tak-hingga menunjukkan perubahan
fase pada sisi tube. Faktor koreksi F pada kondenser dan boiler adalah selalu bernilai
1.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 67


Gambar 4.3a Faktor koreksi untuk 1 laluan shell dan kelipatan 2 laluan tube

Gambar 4.3b Faktor koreksi untuk 2 laluan shell dan kelipatan 4 laluan tube

Gambar 4.3c Faktor koreksi untuk penukar kalor aliran silang, kedua fluida
tak bercampur

Gambar 8-6 Faktor koreksi untuk penukar kalor aliran silang, salah satu
fluida bercampur, lainnya tak bercampur.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 68


Contoh soal 4.1
Uap air dalam suatu kondenser dikondensasikan pada temperatur 30°C
menggunakan air pendingin yang masuk pipa kondenser pada 14°C dan keluar pada
22°C. Luas permukaan pipa dalah 45m2 dan koefisien perpindahan kalor keseluruhan
adalah 2100 W/m2.
Hitung (a) laju aliran massa air pendingin yang diperlukan (b) laju kondensasi uap
pada kondenser

Gambar 4.4 Skema Untuk Contoh 4.1


Penyelesaian :

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 69


Sehingga laju aliran air pendingin adalah

Contoh soal 4.2


Suatu pipa ganda aliran berlawanan digunakan untuk memanaskan air dari 20°C
menjadi 80°C dengan laju aliran 1.2kg/s. Pemanasan dilakukan menggunakan air
geotermal yang bertemperatur 160°C dengan laju aliran massa 2 kg/s. Pipa
bagian dalam berdinding tipis dan berdiameter 1.5 cm. Jika koefisien
perpindahan kalor keseluruhan dari penukar kalor adalah 640 W/m2.°C, hitung (a)
temperatur air geotermal keluar penukar kalor (b) panjang penukar kalor yang
diperlukan.

Gambar 4.5 Skema Contoh Soal 4.3


Penyelesaian :

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 70


LMTD

Contoh soal 4.3


Suatu penukar kalor jenis 2 shell pass and 4 tube pass digunakan untuk memanaskan
gliserin dari 20°C menjadi 50°C menggunakan air panas yang masuk pada 80°C
dan keluar pada 40°C dalam pipa berdiameter 2 cm. Panjang total pipa adlaah 60
m.Koefisien konveksi pada sisi gliserin dan air panas masing-masing adalah 25
W/m2.°C dan 160W/m2.°C. Hitung laju perpindahan kalor pada penukar kalor
tersebut (a) sebelum ada kerak yang terjadi (b) setelah terdapat kerak dengan
faktor kerak 0.0006m2.°C/W pada luar permukaan pipa.

Gambar 4.6 Skema untuk Contoh 4.3

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 71


Penyelesaian :

Contoh soal 4.4


Pada suatu radiator mobil terdapat 40 tube yang berdiameter 0.5cm dan panjang 65
cm. Air masuk pada 90°C dengan laju 0.6 kg/s serta keluar pada 65°C. Udara
melintasi tube dan dipanaskan dari 20°C menjadi 40°C. Keduanya, air dan udara,
tidak bercampur. Hitung laju perpindahan kalor keseluruhan berdasarkan luas
permukaan dalam tube.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 72


Gambar 4.7 Skema untuk Contoh 4.4
Penyelesaian :

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 73


Koefisien perpindahan kalor keseluruhan dihitung melalui persamaan berikut

Metode LMTD ini mudah digunakan dalam analisis penukar kalor jika
temperatur inlet dan outlet fluida panas dan dingin pada suatu penukar kalor
telah diketahui. Sehingga metode ini cocok untuk digunakan menentukan ukuran
penukar kalor atau laju aliran kalor jika laju aliran massa dan temperatur pada
semua kondisi telah diketahui.

4.4 Metode Effectiveness-NTU


Pada analisis penukar kalor sering dijumpai problem penentuan laju aliran
kalor atau temperatur outlet fluida panas dan dingin jika laju aliran massa,
temperatur inlet, serta ukuran penukar kalor telah diketahui. Dalam penyelesaian
problem ini metode LMTD dapat digunakan, namun memerlukan proses iterasi.
Metode yang lebih praktis untuk penyelesaian problem ini adalah menggunakan
metode effectiveness-NTU seperti yang diusulkan oleh Kayes dan London pada tahun
1955.
Pada metode ini digunakan parameter tak-berdimensi, yaitu effectiveness

Untuk menghitung laju aliran aktual digunakan persamaan

adalah laju kapasitas kalor dari fluida panas dan dingin.


Untuk menghitung laju aliran kalor maksimum yang mungkin terjadi digunakan
persamaan

Dengan Cmin adalah nilai terkecil dari


Untuk menghitung nilai Qmaxperlu diketahui terlebih dahulu temperatur inlet fluida
panas dan dingin serta laju aliran massanya. Jika effectiveness telah dapat diketahui
maka laju aliran kalor aktual dapat diperoleh menggunakan

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 74


Sehingga laju perpindahan kalor dapat diperoleh tanpa perlu mengetahui temperatur
outlet fluida. Nilai effectiveness dapat dicari dengan dua cara, yaitu mengunakan
persamaan pada tabel ataupun melihat pada gambar. Untuk menentukan nilai
effectiveness perlu dihitung terlebih dahulu NTU dan rasio kapasitas. NTU
(Number of Transfer Unit) dihitung menggunakan persamaan

Dengan U adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan dan A adalah luas


permukaan penukar kalor. Nilai NTU menentukan ukuran penukar kalor, semakin
besar nilai NTU maka semakin besar pula ukuran penukar kalor.
Rasio kapasitas adalah

Khusus untuk penukar kalor yang melibatkan perubahan fase (kondenser dan
boiler) maka nilai effectiveness adalah

Tabel 8-1 Persamaan Untuk Menentukan Nilai Effectiveness

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 75


Tabel 8-2 Persamaan Untuk Menentukan Nilai NTU

Contoh soal 4.5


Suatu pipa ganda aliran berlawanan digunakan untuk memanaskan air dari 20°C
menjadi 80°C dengan laju aliran 1.2kg/s. Pemanasan dilakukan menggunakan air
geotermal yang bertemperatur 160°C dengan laju aliran massa 2 kg/s. Pipa
bagian dalam berdinding tipis dan berdiameter 1.5 cm. Jika koefisien perpindahan
kalor keseluruhan dari penukar kalor adalah 640 W/m2.°C, hitung (a) temperatur air
geotermal keluar penukar kalor (b) panjang penukar kalor yang diperlukan.

Gambar 4.8 Skema untuk Contoh 4.5

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 76


Penyelesaian :

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 77


Contoh soal 4.6
Oli panas didinginkan dengan air pada suatu penukar kalor berjenis 1 shell pass and 8
tube pass. Tube terbuat dari tembaga dengan diameter internal 1.4 cm. Panjang 1
laluan tube adalah 5 m serta koefisien perpindahan kalor keseluruhan adalah 310
W/m2. Air mengalir pada tube dengan laju aliran 0.2 kg/s sedangkan oli pada
shell dengan laju aliran 0.3 kg/s. Air dan oli masuk masing-masing pada temperatur
20°C dan 150°C. Hitung (a) laju aliran kalor pada penukar kalor (b)
temperatur air dan oli keluar penukar kalor.

Gambar 4.9 Skema Untuk Contoh 4.6


Penyelesaian

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 78


Maka diperoleh nilai efektivenes adalah

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 79


DAFTAR PUSTAKA

1. Cengel, Y.A, 2003, Heat Transfer, Second Edition, McGraw Hill, Singapore.
2. Donald, 1988, Schaum’s Outline Of Theory And Problems Heat Transfer
Second Edition, McGraw Hill, Ltd., New York
3. Holman, J.P., 1986. Heat Transfer Sixth Edition, McGraw Hill, Ltd.,
NewYork.
4. Bacon, D.H., 1982, Thermodinamycs For Technicians, Butterworth &Co
Ltd.

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 80


LAMPIRAN – LAMPIRAN

PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 81


PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 82
PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 83
PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 84
PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 85
PERPINDAHAN PANAS HALAMAN 86

Anda mungkin juga menyukai