KE-2C
19
1. PENDAHULUAN
Perpindaqhan panas secara konveksi antara permukaan padat panas dan cairan
dingin di sekitarnya diatur oleh hukum pendinginan Newton yang menyatakan bahwa
"laju perpindahan panas konveksi berbanding lurus dengan perbedaan suhu antara
permukaan ya ng panasdan cairan dan juga berbanding lurus dengan bidang
kontakeksposur di antara mereka ". Hukum pendingin Newton dapat dinyatakan sebagai
Qc = h A (Ts – )
Keterangan :
Ts = Temperatur panas permukaan
T~ = Temperatur cairan
H = Koefisien perpindahan panas konveksi
A = Luas penampang
Oleh karena itu, perpindahan panas konveksi dapat ditingkatkan dengan beberapa cara
seperti berikut
1. Meningkatkan perbedaan suhu (Ts) antara permukaan dan cairan.
2. Meningkatkan koefisien perpindahan panas konveksi dengan meningkatkan aliran atau
kecepatan aliran fluida di atas penampang.
3. Meningkatkan area kontak atau paparan antara permukaan dan cairan.
2. SIRIP (FIN)
a. Pengertian sirip
Sirip adalah permukaan yang diperpanjang atau menonjol dari permukaan atau
tubuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan laju perpindahan panas antara permukaan
dan cairan sekitarnya dengan meningkatkan area perpindahan panas.
b. Aplikasi sirip
Sirip sering diaplikasikan untuk meningkatkan perpindahan panas dari permukaan.
Contoh pengaplikasian sirip adalah :
c. Jenis sirip
Sirip dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Sirip memanjang
2. Sirip radial
3. Pin sirip
Gambar 2. Jenis-jenis sirip
(a) Sirip memanjang - Profil persegi panjang ,(b) Sirip memanjang - Profil persegi
panjang, (c) Sirip memanjang - Profil trapezium, (d) Sirip memanjang - Parabola cekung
(e) Sirip radial - Profil segi empat, (f) Sirip radial - Profil berbentuk segitiga,
(g) Sirip pin – Silinder, (h) Sirip pin - Profil meruncing, (i) Sirip pin - Parabola cekung
Qx = -k Ac
Dimana
k = konduktivitas termal dari bahan fin
Ac = Luas penampang sirip
Qkonv = perpindahan panas melalui konveksi dari permukaan elemen ke cairan
Akonv = keliling x panjang sirip elemen = P dx
T = suhu elemen diferensial
Untuk luas penampang fin adalah merata (uniform) atau konstan, maka:
Pdx = dAs
Bila, m2
Sehinnga, = C1 emx + C2 e-mx
Untuk mendapatkan C1 dan C2 maka perlu ditetapkan kondisi batas, pertama yaitu
kondisi batas pada basis fin (x=0):
Sedangkan kondisi batas untuk ujung fin dapat dikategorikan menjadi 4 kondisi yaitu:
A) Fin tak hingga
B) Konveksi di ujung fin dapat diabaikan dan ujung fin dianggap adiabatis;
C) Terjadi konveksi di ujung fin Panjang
D) Temperatur di ujung fin ditentukan
Distribusi Temperatur
Pada penerapan kondisi batas di pangkal (x = 0), kita mendapatkan distribusi temperatur
sirip sebagai
T = To – T~ e-mx + T~
Qfin = (To-T~)
Dalam banyak kasus, bentuk geometris fin dan peranan penting kondisi batas tertentu
terhadap distribusi temperatur adalah sangat komplek. Oleh karena itu, diperkenalkan dua
parameter yang dapat menentukan karakteristik atau performance atas pengaplikasian fin
dalam meningkatkan proses perpindahan panas, yaitu: efisiensi fin dan efektivitas fin
a. EFISIENSI SIRIP
Didefinisikan sebagai jatah laju transfer panas aktual yang terjadi melalui sirip dan
Tingkat maksimum transfer panas yang bisa terjadi melalui sirip yaitu ketika
seluruh sirip berada pada suhu atau suhu dasarnya.
Seluruh sirip akan berada pada suhu akarnya hanya ketika bahan sirip memiliki
konduktivitas termal yang tak terbatas.
Didefinisikan sebagai rasio antara tingkat perpindahan panas dengan sirip dan tingkat
perpindahan panas tanpa sirip.
ε=
ε = Tanh mL
di mana, daerah Ar pada akar yang setara dengan luas penampang sirip (Ac).
Dimana
ε < 1, Fin bertindak sebagai isolasi (jika konduktivitas termal (k) dari bahan fin
rendah)
ε > 1, Perpindahan panas akan meningkat.
ε = 1, Fin tidak mempengaruhi perpindahan panas sama sekali
9. CONTOH SOAL
Penyelesaian :
Kita dapat menggunakan metode penyelesaian kira-kira dengan menyambung sirip itu
dengan suatu perpanjangan fiktif t/2 dan kemudian menghitung perpindahan kalor
dari sirip yang ujungnya diisolasi
Untuk kedalaman 1 m,
K = 205 W/ m K
= = 0,094
mL = L = ( 0,025) = 0,5847