Anda di halaman 1dari 10

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


SURABAYA

KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS


PADA PIPA PENUKAR KALOR
SELONGSONG ALIRAN SEARAH
VERTIKAL

Nanda Brhamsatya Eka Putra


1422200158

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


Jurnal Teknik Mesin UNTAG Surabaya

Perpindahan Kalor dan Massa 1


Dosen Pembimbing :
Ir. Gatut Priyo Utomo, M.SC

Analisis Perhitungan Perpindahan Panas Pada Material


Tim Penyusun :
Nanda Brahmastya Eka Putra / 1422200158
Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Abstrak

Telah melakukan penelitian tentang karakteristik Alat Penukar Kalor (APK) tipe selongsong
dan tabung aliran searah vertikal dengan penambahan udara ke dalam aliran air panas. Pipa yang
digunakan adalah pipa tembaga dengan panjang 0,75 m dan diameter dalm 0,0153 m. Sedangkan
selongsong dari pipa transparan (fiberglass) dengan diameter 0,941 m. Untuk mengetahui
karakteristik perpindahan panas dengan cara memvariasikan debit air panas dan debit udara
sehingga diperoleh perubahan temperatur masuk dan keluar. Pengukuran temperatur dengan
termokopel digital yang dipasang pada sisi masuk dan keluar APK. Data pengukuran
menunjukkan bahwa menambahan udara ke dalam aliran air panas mencapai 0,50 kg/s
teridentifikasi panas yang dilepaskan APK fluktuatif dan kecenderungan konstan. Tetapi, dengan
penambahan debit udara hingga mengakibatkan terbentuk lapisan film pada permukaan pipa dan
menambah tahanan termal konduksi. Sehingga laju perpindahan panas ke air pendingin menurun
drastis. Fenomena tersebut menunjukkan efektivitas APK menurun. Kata kunci: Alat penukar
kalor, Efektivitas APK dan Injeksi udara.
PENDAHULUAN dilakukan pada kondisi aliran stedi dan
model analisis adalah aliran satu fase.
Alat Penukar Kalor (APK) adalah suatu
alat untuk memindahkan panas dari suatu Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan
fluida ke fluida yang lain karena adanya kalor dari suatu zat ke zat lain dapat terjadi
perbedaan temperatur. Alat tersebut dapat dalam kehidupan sehari-hari baik
terjadi pertukaran dan pengendalian panas penyerapan atau pelepasan kalor untuk
dengan menaikkan dan menurunkan mencapai dan mempertahankan keadaan
temperatur zat dengan jalan memindahkan yang dibutuhkan dalam proses
zat bertemperatur tinggi ke zat berlangsung. Mekanisme perpindahan
bertemperatur rendah. Industri-industri panas dapat terjadi dengan tiga cara yaitu :
yang berkaitan dengan pemprosesan selalu
menggunakan APK, misalnya kondenser, A. Konduksi (conduction)
evaporator. Konduksi yaitu proses perpindahan
Tipe APK yang banyak dipakai adalah panas mengalir dari daerah bertemperatur
selongsong dan tabung (Shell and Tube tinggi ke daerah bertemperatur lebih
Heat Exchanger). Alat tersebut terdiri dari rendah dalam satu medium (padat, cair,
sebuah selongsong di bagian luar dan gas). Dalam aliran panas konduksi,
sejumlah pipa-pipa di bagian dalam. perpindahan energi terjadi karena interaksi
Temperatur fluida di dalam tube bundle molekul secara langsung tanpa adanya
berbeda dengan di luar pipa (di dalam perpindahan molekul yang cukup besar
selongsong) sehingga terjadi perpindahan
panas antara aliran fluida di dalam pipa B. Konveksi (convection)
dan di luar pip Perpindahan energi dari suatu
permukaan yang temperaturnya di atas
temperatur sekitarnya dan angkutan energi,
LANDASAN TEORI karena terjadinya dalam arah gradien
temperatur sebagai akibat gerakan massa
Daerah yang berhubungan dengan partikel-partikel zat yang mengalir.
bagian dalam pipa disebut dengan tube
side dan yang di luar dari pipa disebut C. Radiasi (radiation)
shell side. Berdasarkan uraian tersebut, Proses perpindahan panas mengalir dari
maka diperlukan studi lebih lanjut tentang benda yang bertemperatur tinggi ke benda
alat penukar panas dengan penambahan bertemperatur lebih rendah bila benda
udara ke dalam aliran air panas . tersebut terpisah di dalam ruang. Energi
Adapun tujuan penelitian yaitu untuk radiasi bergerak dengan kecepatan 3x108
mengetahui panas yang diserap dan m/s dan gejala-gejalanya seperti
dilepaskan APK dan untuk mengetahui menyerupai radiasi cahaya.
pengaruh penambahan laju aliran udara Alat Penukar Kalor Di industri, banyak
terhadap efektifitas APK. sekali peralatan penukar kalor seperti ketel
Batasan masalah yaitu alat penukar uap (boiler), pemanas lanjut (super heater),
kalor yang digunakan adalah tipe pendingin oli pelumas (oil cooler),
selongsong dan tabung vertikal dengan kondensor (condensor), dan lain-lain. Di
aliran searah ke atas. Pengukuran industri semen, peralatan utama produksi
temperatur air panas dan air pendingin seperti suspension preheater, calciner, kiln,
dan cooler sebenarnya juga merupakan alat
penukar kalor. Selain itu APK juga dapat Neraca energi dalam proses perpindahan
dipergunakan dalam industri semen seperti panas pada APK dengan memperhitungkan
pendingin minyak pelumas, pendingin panas yang diserap oleh fluida dalam
udara untuk kebutuhan jet pulse filter, dan selongsong akan sama dengan besar
lain sebagainya. dengan panas yang dipindahkan oleh
fluida dalam tabung secara konduksi
melalui dinding tabung. Analisis tersebut
Alat penukar kalor selongsong dan juga mengasumsikan bahwa tidak ada
tabung umumnya banyak digunakan dalam kehilangan kalor melalui dinding
industri proses. Sekurang-kurangnya 60 % selongsong ke udara luar.
dari semua APK yang digunakan, karena
dapat di-disain untuk enjalankan lebih
banyak variasi tekanan dan temperatur
seperti yang dijumpai dalam industri Laju perpindahan kalor yang diserap
proses. APK tersebut dapat juga oleh fluida dalam selongsong dapat
dikonstruksi dari bermacam macam dihitung dengan Persamaan (2.1).
material. Dengan : hu = koefisien perpindahan
panas konveksi uadra (W/m2 .C) Ao =
Beberapa keuntungan APK selongsong Luas penampang diding luar tabung (m2 )
dan tabung diantaranya adalah Tso= Temperatur dinding luar tabung ( oC)
konstruksinya sederhana, dapat dipisah Tmu= Temperatur rata-rata udara (oC)
satu sama lain (tidak merupakan satu Tum= Temperatur fluida masuk
kesatuan yang utuh) sehingga selongsong (oC) Tuk= Temperatur fluida
pengangkutannya relatif mudah, keluar selongsong (oC) Cpu= Panas jenis
pemakaian ruang relatif kecil, dan mudah udara (kJ/kg.C) Laju perpindahan kalor
membersihkannya. Farel H Napitupulu yang dilepaskan oleh fluida (air) dalam
dkk (2005) melakukan kajian tabung dihitung dengan persamaan (2.2):
eksperimental efektifitas alat penukar kalor Dengan : ha = koefisien perpindahan panas
selongsong dan tabung (shell and tube) konveksi air (W/m2 .C) Ai = Luas
sebagai pemanas air dengan memanfaatkan penampang diding luar tabung (m2 ) Tdi =
energi thermal gas buang motor diesel
bahwa dapat mencapai efektifitas tertinggi
0,825 dengan debit aliran air masuk
konstan sebesar 5 liter/menit.
Temperatur dinding dalam tabung (oC)
Ta = Temperatur rata-rata air (oC) Tain =
Temperatur air masuk (oC) Taout=
Analisis Perpindahan Panas Temperatur air keluar (oC) Cpa = Panas
Perpindahan kalor dan yang terjadi pada jenis air (J/kg.C) Laju perpindahan kalor
alat penukar kalor selongsong dan tabung menyeluruh dari fluida melalui dinding
sangat bergantung pada bentuk geometri tabung ke fluida dihitung dengan
dan dimensi dari tabung dan sekat (baffle), Persamaan (2.3): (2.3) Dengan : Tlm =
serta sifat-sifat fisik fluida yang mengalir Beda Temperatur rata-rata logaritmik
di dalam tabung dan selongsong. dalam Kelvin. Gambar 1. Diagram
Temperatur. Koefisien perpindahan panas
konveksi fluida (air) dalam sisi tabung
dapat dihitung dengan Persamaan (2.4) dan 2. Reservoir untuk air pendingin dan
(2.5). (untuk aliran laminar Re≤2300) (2.4) air panas.
(untuk aliran turbulen Re≥4000) (2.5) 3. Pipa PVC untuk instalasi pipa air
Dengan : ka = konduktifitas panas air pndingin dan air panas.
(W/m2 oC) n = 0,4 (untuk pemanasan) n = 4. Pompa air dingin dan air panas 5.
0,3 (untuk pendinginan). Regulator listrik untuk.
menstabilkan tegangan dan arus
pemanas air.
5. Elemen pemanas air.
6. Flowmeter, untuk mengukur debit
air dingin dan air panas
7. Termokopel digital untuk
mengukur suhu air pendingin dan
air panas yang masuk dan keluar
dari APK.
8. Katup pengatur debit aliran 10.
Kompessor.

Bahan:
Efektivitas suatu alat penukar kalor
1. Air dingin yang mengalir di dalam
merupakan salah satu hal yang sangat selongsong.
penting dalam mendesain alat penukar 2. Air panas yang mengalir di dalam
kalor. pipa-pipa.
3. Injeksi udara dari kompressor.
Hal ini disebabkan karena parameter
efektifitas tersebut merupakan suatu Prosedur Penelitian
ukuran unjuk kerja sebuah alat penukar 1. Mengalirkan air panas pada skala
kalor. Efektivitas alat penukar kalor flowmeter 1 LPM.
(heatexchanger effectiveness) dapat 2. Mengalirkan air pendingin air pada
didefinisikan dengan skala flowmeter 2 LPM.
3. Mengalirkan udara dengan
compressor
4. Penambahan debit udara dimulai
METODOLOGI PENELITIAN 5,5 LPM dengan mengatur katup
masuk pada flowmeter.
Tempat Penelitian Penelitian 5. Mengulangi prosedur 3 untuk debit
dilaksanakan di Laboratorium Pusat Riset air panas pada 2 LPM dan 3 LPM.
Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas 6. Pengambilan dapat dilakukan
Muslim Indonesia. Alat dan Bahan apabila aliran dianggap steady
Penelitian state untuk aliran air panas dan air
pendingin..
7. Pengukuran meliputi: a.
Temperatur air pendingin masuk
Alat: (Tc1). b. Temperatur air pendingin
1. Seperangkat alat penukar panas keluar (Tc2). c. Temperatur air
tipe selongsong. panas masuk (Th1). d. Temperatur
air panas keluar (Th2). e.
Mengulangi prosedur 1-6 untuk 11. Pemanas air I.
debit air panas 2 LPM dan 3 LPM. 12. Pemanas air II.
13. Termokopel.
14. Alat penukar kalor.
15. Pipa separator.
16. Separator.

PEMBAHASAN

Panas yang diserap air dingin. Kurva


besarnya kalor yang serap oleh air
pendingin pada alat penukar kalor
(APK) terhadap laju aliran massa udara
seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 3. Kurva tersebut
menggambarkan bahwa pada laju
Gambar 2 aliran udara rendah besarnya kalor
. yang diserap kecenderungan konstan,
kemudian secara perlahan-lahan
besaran-besaran tersebut akan turun.
Fenomena tersebut menunjukkan
bahwa panas yang dikandung air panas
dikonduksikan melalui pipa tidak dapat
memberikan perubahan temperatur air
pendingin signifikan walaupun laju
aliran udara meningkat.

Hal tersebut diindikasikan dapat


terjadi ketidaksetimbangan
termodinamika dalam aliran tidak
sempurna. Perpindahan panas dari air
panas ke butiran-butiran udara atau
Model alat uji APK. Gambar 3. gelembunggelembung masih kecil
sehingga dapat dipertahankan
Skema instalasi penelitian Keterangan: kesetimbangan energi panas dari air
panas dengan air pendingin. Pada laju
1. Reservoir I. aliran udara ditingkatkan panas yang
2. Reservoir II. diserap air pendingin akan menurun,
3. Pompa I untuk air panas karena sebagian panas yang dikandung
4. Pompa II untuk air pendingin. air panas diserap oleh udara yang
5. Kompressor. mengalir.
6. Katup 1.
7. Katup 2. Penambhan laju aliran udara dapat
8. Katup 3. mendukung terbentuknya sluq flow
9. Flowmeter air panas. dan terbentuk pula lapisan film pada
1. 10.Flowmeter air dingin. permukaan dinding pipa. Efek
10. Flowmeter udara.
terbentuknya lapisan film tersebut
dapat menyebabkan lapis batas termal tinggi, sebanding dengan penyerapan
sangat tinggi sehingga perpindahan panas air pendingin.
panas menjadi lambat, dimungkinkan
serapan panas air pendingin turun Hal tersebut mengikuti hukum
drastis. Fourier’s tentang pendinginan bahwa
Artinya bahwa terjadi penurunan gradien temperatur dT/dx akan
perpindahan panas di permukaan pipa. mempengaruhi proses perpindahan
Peningkatan laju aliran udara akan panas. Panas yang dilepaskan APK. Kurva
menambah fraksi hampa atau void di kalor yang dilepaskan air panas melalui
dalam pipa akan mempengaruhi koefisien permukaan pipa secara konduksi terhadap
perpindahan panas konveski dan daya laju aliran massa udara yang diperlihatkan
hantar panas oleh udara yang dapat pada Gambar 4.
menyebabkan temperatur permukaan
pipa menurun. Pada laju aliran udara rendah
Dengan penambahan laju aliran udara menggambarkan suatu kurva yang
terus menerus diatas 0,5 kg/s memberikan karakteristik perpindahan
menyebabkan sebagian panas diserap panas yaitu besarnya energi panas yang
oleh udara dan sebagian dikonduksikan dilepaskan oleh air panas kecenderungan
melalui permukaan pipa. Dengan konstan, walaupun laju aliran udara
demikian panas yang diserap air ditingkatkan. Pada kondisi tersebut
pendingin menurun. Berarti batas kritis potensial penggerak aliran panas yang
laju aliran udara untuk suatu proses menyebabkan L/Ap setara dengan
teridentifikasi dengan terbentuknya tahanan termal (thermal resistance) dan
tahanan termal konduksi lapisan film pada besarnya tidak berubah terhadap
permukaan pipa. penambahan laju aliran udara, sehingga
perbedaan temperatur juga tidak berubah
signifikan (ΔT).

Kondisi tersebut akan mempengaruhi


rambatan panas konduksi. Tetapi pada laju
aliran udara sebesar 0,5 kg/s dan fraksi
hampa di dalam aliran meningkat dapat
mengurangi besarnya panas konduksi
yang merambat ke permukaan pipa.
Penambahan laju aliran udara di atas 0,5
Gambar 3. Kurva penyerapan
kg/s akan meningkatkan koefisien
panas.
perpindahan panas konveksi, tetapi daya
serap air pendingin menurun. Karena
Pelepasan panas untuk laju aliran 1
konveksi juga menghasilkan pemindahan
LPM yang ditunjukkan oleh energi dari daerah yang bertemperatur
perbedaaan suhu antara temperatur air tinggi ke daerah bertemperatur lebih
panas masuk dan keluar lebih besar, rendah.
perbedaaan temperatur tersebut
mengindikasikan laju penyerapan
panas terhadap air pendingin besar.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
potensi air panas untuk melepaskan
panas yang dikandungnya cukup
Gambar 4. Kurva pelepasan panas. Tahanan termal yang terjadi dapat
berlangsung dengan konveksi air
Bila pola aliran berubah menjadi pol panas, konduksi pada pipa dan
aliran pluq flow artinya bahwa terdapat konveksi pada air pendingin akan
lapisan film pada permukaan dinding mempengaruhi laju perpindahan panas.
pipa dan pada sisi tengah pipa mengalir Tentu saja diperoleh dengan gradien
udara dengan menyerupai bentuk temperatur diupayakan tinggi antara
peluru. permukaan pipa bagian dalam dan luar.
Lapisan film tersebut akan Gradien temperatur tinggi
menambah tahanan termal konduksi, mengambarkan penurunan temperatur
sehingga proses perpindahan energi terhadap ketebalan pipa tinggi, pada
panas dengan tumbukan elastis (elastic proses pertukaran air temperatur tinggi
impact) pada lapisan material pipa terhadap air temperatur lebih rendah
menjadi rendah. pada permukaan luar pipa dapat
Sehingga pertukaran panas dari air berlangsung cepat.
temperatur tinggi ke air temperatur
lebih rendah lebih lambat. Efektivitas Hal tersebut merupakan indikator
Alat Penukar kalor Efektivitas dapat kinerja APK. Penambahan laju aliran
dinyatakan dengan perbandingan panas air panas menunjukkan bahwa terjadi
minimum terhadap laju pertukaran penurunan efektivitas APK. Selain itu,
panas maksimum yang mungkin terjadi memperlihatkan pula unjuk kerja
pada APK. (performance) alat APK dengan
Nilai efektivitas adalah suatu penambahan debit air panas 1 LPM
parameter untuk mengklasifikasi unjuk relatif lebih baik, jika dibandingkan
kerja (performance) suatu alat penukar dengan debit 2 LPM dan 3 LPM.
panas. Bila APK berfungsi baik akan Sedangkan penambahan laju aliran
memberikan nilai efektivitas yang udara tidak signifikan dapat
tinggi berarti proses perpindahan panas mempengaruhi efektivitas APK. Hasil
berlangsung baik. Perhitungan perhitungan dapat diuraikan bahwa
efektivitas alat penukar kalor yang pada laju aliran udara sebesar 0,11
dikurvakan seperti yang diperlihatkan kg/s–0,8 kg/s dengan debit aliran air
pada Gambar 5. panas sebesar 1 LPM, maka efektivitas
APK adalah sebesar 0,765. Namun
pertambahan debit aliran air panas
sebesar 2 LPM, diperoleh nilai
efektivitas APK mengalami penurunan
dengan nilai efektivitas APK sebesar
0.59, selanjutnya pada debit aliran air
panas 3 LPM diperoleh efektivitas
APK sebesar 0,47.

KESIMPULAN

Penambahan debit udara ke dalam


aliran air panas dapat menurunkan
penyerapan panas dan teridentifikasi
pula bahwa kondisi tersebut
menunjukkan unjuk kerja APK
menurun, terutama terbentuknya
lapisan film pada permukaan pipa.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Bejan, Heat Transfer, John


Wiley & Sons, Inc, 1993. Ekadewi A.
Handoyo, 2000, Pengaruh Kecepatan
Aliran Terhadap Efektivitas Shell and
Tube Heat Exchanger, Jurnal Teknik
Mesin Universitas Kristen Petra.
Jakarta. Sugiyanto. 2005. Analisis Alat
Penukar Kalor Tipe Shell and Tube
Dan Aplikasi Perhitungan Dengan
Microsoft Visual Basic 6.0, Jurnal,
Jurusan Mesin Fakultas Teknologi
Industri Universitas Gunadarma.
Depok. Jakarta. Sitompul, Tunggul M,
Alat Penukar Kalor, PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 1993.

Anda mungkin juga menyukai