net/publication/43329850
CITATIONS READS
4 801
1 author:
Ekadewi A Handoyo
Petra Christian University
36 PUBLICATIONS 216 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
analyzing transient conduction heat transfer in a stationary fluid which is made of water and small amount of agar-agar View project
All content following this page was uploaded by Ekadewi A Handoyo on 14 January 2021.
Abstrak
Shell-and-tube heat exchanger merupakan jenis alat penukar panas yang banyak digunakan.
Untuk membuat perpindahan panas lebih baik dan untuk menyangga tube yang ada di dalam
shell, maka sering dipasang baffle. Perpindahan panas yang lebih baik sangat diharapkan dalam
suatu heat exchanger. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan baffle
terhadap efektifitas dan penurunan tekanan dalam heat exchanger. Dari hasil penelitian didapat
bahwa efektifitas meningkat dengan dipasangnya baffle. Efektifitas meningkat seiring dengan
mengecilnya jarak antar baffle hingga suatu jarak tertentu, kemudian menurun.
Abstract
didefinisikan sebagai perbandingan antara Laju aliran massa udara diubah-ubah untuk
perpindahan panas yang diharapkan (nyata) jarak antar baffle yang sama dan kemudian
dengan perpindahan panas maksimum yang jarak antar baffle diubah-ubah untuk variasi
mungkin terjadi dalam heat exchanger tersebut. laju aliran massa udara yang sama seperti
pada kondisi sebelumnya.
perpindaha n panas yang diharapkan Untuk ini, maka data yang diambil saat
å =
perpindaha n panas maksimum yang mungkin eksperimen adalah:
• Jarak antar baffle,
Perpindahan panas yang diharapkan dalam • kecepatan aliran kedua fluida saat masuk
penelitian ini adalah perpindahan panas yang dan keluar heat exchanger,
diterima udara dingin: • temperatur kedua fluida saat masuk dan
keluar heat exchanger
Qudara dingin = ( .cp)udara dingin (T c,o – Tc,i) (1) • penurunan tekanan di sisi shell sebagai
akibat digunakannya baffle.
Sedang perpindahan panas maksimum yang
q Menganalisa data hasil eksperimen dan
mungkin terjadi dalam Heat exchanger ditentu-
membuat kesimpulan.
kan sebagai berikut:
Jika ( .cp)udara dingin > ( .cp)udara panas, maka Qmax =
3.2 Batasan Masalah:
( .cp )udara panas (T h,i – Tc,i) (2)
Jika ( .cp)udara dingin < ( .cp) udara panas, maka Qmax = q Fluida yang digunakan dalam eksperimen
( .cp )udara dingin (T h,i – Tc,i) (3) adalah udara yang dialirkan masuk heat
exchanger dengan bantuan blower.
Perpindahan panas maksimum mungkin q Udara panas dihasilkan dengan mengalirkan
terjadi bila salah satu fluida mengalami udara melalui elemen pemanas, sehingga
perbedaan suhu sebesar beda suhu maksimum temperatur udara panas konstan 165o C.
yang terdapat dalam Heat exchanger tersebut, q Udara yang bertemperatur lebih rendah
yaitu selisih antara suhu masuk fluida panas (disebut dingin) masuk pada temperatur
dan fluida dingin. Fluida yang mungkin kamar yang dijaga konstan 27o C.
mengalami perbedaan suhu maksimum ini ialah q Shell-and-tube heat exchanger yang
fluida yang mempunyai nilai kapasitas panas digunakan berasal dari Tugas Akhir
( .cp ) minimum. No.00.54.411 atas nama Hendri Koesijono,
dengan spesifikasi seperti pada bagian 3.
Dengan demikian efektivitas pemanasan
q Data diambil pada saat aliran fluida
heat exchanger dalam penelitian ini adalah:
. dianggap telah steady.
( g .c p ) udara (T c, o − T c, i ) q Udara dingin mengalir dalam sisi shell dan
å =
dingin
. udara panas mengalir dalam tube-tube. Hal
( g .c p ) min (T − T c, i )
h, i ini ditentukan berdasar hasil Tugas Akhir
Laju aliran massa dapat ditentukan dengan Sdr. Henry Ariyanto (2000)
mengetahui kecepatan dan kerapatan fluida q Laju aliran massa udara dingin pada sisi
serta luas penampang aliran, yaitu: shell dibuat sama dengan laju aliran massa
udara panas di sisi tube. Hal ini dilakukan
= ρvA (5)
untuk menghilangkan pengaruh laju aliran
massa dalam perpindahan panas antara
udara panas dan udara dingin, mengingat
3. Metodologi Penelitian dan Batasan
panas jenis (c p ) udara panas hampir sama
Masalah
dengan panas jenis udara dingin. Dengan
3.1 Metodologi: membuat laju aliran massa keduanya sama,
kenaikan atau penurunan suhu benar-benar
disebabkan perpindahan panas di antaranya.
q Mempersiapkan shell-and-tube heat
exchanger yang telah dilengkapi dengan
baffle yang telah dipersiapkan Sdr. Hendri 4. Peralatan yang dipakai dan Prosedur
Koesijono. Eksperimen
q Melakukan eksperimen untuk menentukan
efektivitas heat exchanger dan besar 4.1 Peralatan yang dipakai:
penurunan tekanan di sisi shell dengan
kondisi: q Shell and tube heat exchanger dengan
spesifikasi:
Shell: 1 pass dan tube: 1 pass.
Penurunan tekanan pada sisi shell saat tidak Pengaruh penggunaan baffle terhadap
ada baffle tidak dilakukan dengan efektifitas pemanasan juga dapat dilihat dari
pertimbangan bahwa penurunan tekanan yang gambar 3. Heat exchanger yang dioperasikan
ingin dipelajari di sini adalah karena pengaruh tanpa baffle ternyata memiliki efektifitas
vaariasi jarak antar baffle. terendah. Semakin kecil jarak antar baffle yang
Dari data pada tabel 1 dilakukan dipasang membuat efektifitas meningkat
perhitungan efektivitas pemanasan dengan namun kemudian menurun. Hal ini
persamaan (4) seperti pada contoh perhitungan menunjukkan adanya nilai optimum pula untuk
di bawah: jarak baffle yang dipasang dalam suatu heat
. exchanger. Penggunaan atau penambahan baffle
( g .c p ) udara (T c, o − T c, i ) membuat kecepatan udara dingin dalam shell
å =
dingin
. meningkat karena luas penampang yang tegak
( g .c p ) min (T h, i − T c, i ) lurus dengan aliran udara semakin kecil.
Dengan bertambahnya kecepatan aliran,
(0.00118x1 .007664)(5 2.35 − 27 ) koefisien perpindahan panas akan meningkat.
å = = 0.1837
(0.00118x1 .007664)(1 65 − 27 ) Oleh karena itu dengan bertambahnya jumlah
baffle yang dipasang, atau semakin kecil jarak
Hasil perhitungan efektifitas pemanasan antar baffle, efektifitas meningkat. Namun,
dari shell-and-tube heat exhanger yang dengan bertambahnya jumlah baffle membuat
digunakan dapat dilihat pada gambar 3. fraksi aliran melintang (cross flow) menurun.
Menurut Hewitt, G.F., Shires, G.L., and Bott,
0.6
T.R. (1994), perpindahan panas yang paling
efektif dalam heat exchanger adalah pada aliran
0.5 jenis melintang (cross flow). Dengan
berkurangnya fraksi aliran melintang berarti
perpindahan panas dari udara panas ke udara
0.4 no baffle
jarak 5 cm
Efektifitas
0.3
jarak 7.5 cm
jarak 10 cm
dingin menjadi berkurang. Jadi, jarak antar
jarak 15 cm baffle yang lebih kecil menaikkan koefisien
perpindahan panas namun mengurangi fraksi
0.2 jarak 20 cm
jarak 20 cm
5. Kesimpulan
Daftar Pustaka