Anda di halaman 1dari 11

Kelas : D

TUGAS TEKNIK PENGUKURAN


Thermocouple

Dosen: Teddy Nurcahyadi,S.T,M.Eng


Oleh:
1.Bagas yoso kuncoro

(20130130003)

2.Wahyu sekar Hidayat

(20130130012)

3.Angga Ardinista

(20130130026)

4.Ganden Allan kaprawi

(20130130030)

5.Wildan wilantara

(20130130045)

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

Termokouple
A. Sejarah termocople
Berasal dari kata Thermo yang berarti energi panas dan
Coupleyang berarti pertemuan dari dua buah benda yang disatukan atau
dikoneksikan yang ditemukan Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia
bernama Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa sebuah konduktor
(semacam logam) yang diberi perbedaan panas secara gradien akan
menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek termoelektrik.
B. Pengertian termokople
Thermocouple adalah salah satu dari beberapa jenis sensor temperatur
yang menggunakan metode secara elektrik dan sensor ini adalah sensor yang
paling luas digunakan pada dunia penindsutrian . Sensor ini terdiri dari dua
kawat dari logam-logam yang berbeda yang kemudian dilas (dikonneksikan)
menjadi satu sama lain pada salah satu ujungnya. thermocouple memiliki
paling sedikit dua atau lebih hubungan yang berfungsi sebagai hubungan
pertama sebagai variable pengukuran (Hot Junction) dan hubungan yang
kedua sebagai referensi variable (Cold Junction) yang nantinya akan
digunakan sebagai pembanding antar element.
C. Prinsip kerja termokouple
Prinsip kerja dari thermocouple menggunakan efek seebeck ( Efek
Seebeck adalah konversi energi panas menjadi energi listrik). Arus listrik
mengalir pada rangkaian tertutup dari 2 konduktor berbeda, apabila kedua
sambungan mengalami beda temperatur. Bila rangkaian dibuka maka akan
muncul tegangan Seebeck pada kedua terminal. jadi menurut efek seebeck
ketika dua konduktor yang berbeda menerima panas maka akan
menimbulkan emf (Electricmotive Force ) yang akan menimbulkan tegangan
kecil dengan kisaran range 1 hingga 70 microvolt untuk setiap derajat
kenaikan suhu. Dan kemudian akan dikonversikan sesuai dengan reference
table yang telah ada (table ini sesuai dengan tipe dari thermocoupe yang
dipakai).

tentunya thermocouple memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga dalam


pemakaiannya perlu ditempatkan sesuai dengan penggunaannya sehingga
bisa mendapatkan hasil yang lebih baik. berikut kelebihan dan kekurangan
dari thermocouple yang saya dapatkan dari beberapa sumber referensi saya.

Kelebihan
Biaya pengadaan awal : rendah
Tidak ada bagian yang bergerak (No moving parts)
Range pengukuran : lebar (0 ~ 5000F)
Response time singkat / pendek
Repeatability : cukup baik

Kekurangan
Hubungan temperature dan tegangan tidak linear penuh
Sensitivitas rendah, umumnya 50 V/C (28 V/F) atau lebih
rendah (tegangan rendah rentan dengan noise).

Accuracy pada umumnya tidak lebih baik dari pada 0.5 C (0.9F),
tidak cukup tinggi untuk beberapa aplikasi
Memerlukan suatu acuan temperatur yang dikenal, umumnya
temperature air es 0C (32F). Modern thermocouple mengacu
pada suatu acuan yang dihasilkan secara elektris.
D. Tipe-tipe termokople

Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya


Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy)) Termokopel
untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu 200
C hingga +1200 C.
Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy)
Tipe E memiliki output yang besar (68 V/C) membuatnya cocok
digunakan pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe
non magnetik.
Tipe J (Iron / Constantan)

Rentangnya terbatas (40 hingga +750 C) membuatnya kurang


populer dibanding tipe K. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52
V/C.
Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy)/Nisil (Ni-Si alloy)
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N
cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat
mengukur suhu di atas 1200 C. Sensitifitasnya sekitar 39 V/C pada
900C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K.
Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil,
tetapi karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 V/C) mereka biasanya hanya
digunakan untuk mengukur temperatur tinggi (>300 C).
Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 C. Tipe B memberi output yang
sama pada suhu 0C hingga 42C sehingga tidak dapat dipakai di
bawah suhu 50C.
Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 C. sensitivitas rendah (10 V/C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan
umum.
Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 C. sensitivitas rendah (10 V/C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan
umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk
standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 C).
Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara 200 to 350 C. Konduktor positif
terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering
dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat
tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 V/C.
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang
luas, hingga 1800 K. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana
perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya
rentang suhu 0C hingga 100 C dengan keakuratan 0,1 C. Untuk aplikasi ini,

termistor dan RTD lebih cocok. Adapun contoh penggunaan termokopel yang
umum dikenal antara lain

Untuk industri besi dan baja


Pengaman pada alat-alat pemanas
Untuk termopile sensor radiasi
Pembangkit listrik tenaga panas radioisotope, salah satu aplikasi
termokopel.

Pelapis dinding termokopel (termowell)


Terbagi atas 3 yaitu
Eksposed junction (dimana kawat termokopel tidak terproteksi tetapi
memiliki waktu tanggap yang cepat)
Ungrounded junction (kawat terproteksi denganbaik tetapi memiliki
waktu tanggap yang lebih lambat)
Grounded junction (kawat terproteksi dan waktu tanggap cepat).

Penggunaan thermowell menyebabkan penambahan kawat penyambung sebagai


cold junctionnya. Berdasarkan hukum termoelektrik maka kawat penghubung
harus memiliki perilaku termoelektrik yang sama dengan material termokopel.
Untuk base metal kawat penyambungnya adalah termokopel sejenis tetapi untuk
nobel metal, biasanya menggunakan ekstension wire yaitu kawat (dari bahan yang
jauh lebih murah dari termokopel) yang memiliki karakteristik termoelektrik yang
sama dengan termokopel pada temperatur kamar.

E. Kalibrasi
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional
maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan bahanbahan acuan tersertifikasi.
Tujuan Kalibrasi
Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat
dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar
primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan
yang tak terputus.
Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional
penunjukan suatu instrument ukur.
Menjamin hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional
maupun Internasional.
Manfaat Kalibrasi
Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai
dengan spesefikasinya
Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri
pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar
dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.

Prinsip Dasar Kalibrasi


Obyek Ukur (Unit Under Test)
Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar
(Mengacu ke standar kalibrasi internasional atau prosedur yg
dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi))
Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai
kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat))
Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol,
Gangguan faktor lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber
ketidakpastian pengukuran)
Hasil Kalibrasi antara lain:
Nilai Obyek Ukur
Nilai Koreksi/Penyimpangan
Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin
terjadi dalam pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang
diukur & analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan
semua sumber ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan
yang digunakan serta besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pengukuran)
Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
Persyaratan Kalibrasi
Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional
Metoda kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional
Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi
dari laboratorium yang terakreditasi
Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban,
tekanan udara, aliran udara, dan kedap getaran
Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak
Kalibrasi diperlukan untuk:
Perangkat baru
Suatu perangkat setiap waktu tertentu
Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
F. Cara kalibrasi termokopel

Termokopel merupakan sebuah alat yang biasa digunakan untuk mengukur


suhu yang pada umumnya sebagai termometer digital, karena termokopel
memiliki output berupa arus listrik sehingga pengkonversiannya dapat secara
digital.
Termokopel secara sederhana merupakan perpaduan antara dua logam yang
berbeda jenis, yang persambungan (kopel) kedua logam diberikan
pengkondisian suhu yang berbeda (panas dan dingin). Setting alat untuk
melakukan kalibrasi termokopel yaitu, misal kita sebut saja logam A dan logam
B merupakan bahan logam pada termokopel. Ujung logam A dan B disambung
dan ujung-ujung yang lain dihubungkan ke alat ukur listrik dan dimasukkan ke
dalam kondisi suhu dingin, dan untuk ujung yang dikopel ditempatkan pada
kondisi suhu panas.
Kalibrasi merupakan suatu cara untuk menstandarkan suatu alat ukur
terhadap alat ukur standar, dalam hal ini termokopel (sebagai alat ukur suhu)
distandarkan dengan termometer. Kalibrasi sering disalahgunakan
penyebutannya untuk mengenolkan suatu alat ukur, hal ini salah besar,
memposisikan alat ukur pada posisi nol-nya (pengenolan) memiliki sebutan
sendiri yaitu Tera atau Mentera. Pengkalibrasian dilakukan dengan syarat
ada alat ukur standar yang digunakan sebagai patokan nilai yang akan
ditentukan pada alat ukur yang dikalibrasi. Untuk kalibrasi termokopel ini, suhu
pada persambungan dua logam (kopel) diukur juga dengan thermometer.
Proses pengkalibrasian termokopel yaitu, setelah setting alat diatas selesai
maka langkah awal adalah mengukur suhu air yang didalamnya diletakkan
bagian persambungan (kopel) dari termokopel dengan termometer, setelah
termometer menunjukkan suhu puncak air maka langkah selanjutnya adalah
mengamati besarnya tegangan yang ditimbulkan termokopel pada voltmeter.
Langkah berikutnya yaitu membandingkan suhu yang ditunjukkan oleh
termometer dengan tegangan yang ditimbulkan termokopel, nilai tegangan
itulah konversi suhu yang diukur. Jadi, nilai tegangan itu setara dengan suhu
yang terukur oleh termometer, sehingga didapatkan nilai tegangan sekian =
suhu sekian, dan proses kalibrasi telah selesai. Dan untuk menentukan suhu
berikutnya maka suhu air diturunkan dan disetarakan dengan tegangan yang
timbul, jadi akan didapatkan nilai tegangan dan nilai suhu pada setiap
penurunan suhu air. Proses pengkalibrasian dilakukan seperti pada langkah
awal yaitu, tegangan sekian setara suhu sekian. Hasil akhirnya kita

mendapatkan alat ukur baru yaitu termokopel yang telah sesuai nilainya dengan
termometer yang digunakan untuk mengkalibrasi.
Untuk memahami bagaimana sebuah sambungan logam pada termokopel
dapat menimbulkan tegangan listrik kita bias meninjaunya dari sisi pergerakan
atom-atom logam yang digunakan pada termokopel. Suatu logam apabila
dipanaskan maka akan mengalami pemuaian, baik memuai panjang maupun
memuai lebar (volum). Pemuaian ini diakibatkan oleh pergerakan atom-atom
atau elektron dari suhu tinggi menuju ke suhu yang lebih rendah. Pergerakan ini
banyak sedikitnya atau cepat lambatnya tergantung pada bahan logam itu
sendiri, artinya logam satu dengan logam lainnya memiliki kecepatan muai
yang berbeda-beda. Hal ini dapat kita amati pada bimetal (dua keping logam
yang dipadu), ketika bimetal ini dipanaskan maka yang tadinya lurus akan
membengkok kearah logam yang pemuaiannya lebih lambat. Jadi, pada logam
termokopel yang berbeda jenis akan memiliki kecepatan alir elektron yang
berbeda pula, hal inilah yang kemudian menyebabkan beda potensial di ujungujung logam tersebut, yang mana telah dihubungkan ke alat ukur listrik
sehingga timbul tegangan listrik di ujung-ujung logam tersebut.
Termokople banyak digunakan sebagai alat ukur suhu di dunia industri,
salah satu keuntungannya yaitu mampu mengukur suhu yang sangat tinggi dan
juga suhu rendah, hal ini telah menggeser termometer yang hanya mampu
menunjukkan suhu yang terbatas dan pembacaan manual kepada system
pembacaan secara digital. Termokopel juga dimungkinkan dapat digunakan
sebagai alternatif pembangkitan listrik, namun sampai saat ini belum bias
diwujudkan mengingat efisiensinya yang rendah, dimana pembangkitan suhu
tidak sebanding dengan tegangan yang didapatkan. Namun termokopel ini dapat
diaplikasikan sebagai pembangkit listrik untuk energy panas buangan yang
tidak termanfaatkan, seperti pada freezer, kenalpot kendaraan, atau pada tungku
penghangat. Hal ini masih dalam taraf pengembangan kea rah efisiensi yang
lebih baik, yaitu mencari paduan logam yang sesuai sehingga tegangan yang
timbul memiliki efisiensi yang tinggi.
G. Ayat yang mengatur tentang teknik pengukuran.
Allah SWT berfirman:

Maksudnya:
Allah adalah cahaya seluruh langit dan bumi. Perumpamaan cahaya
Allah adalah seperti sebuah tempat pelita yang di dalamnya ada pelita
besar. Pelita itu berada dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang
(yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang penuh berkah, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api
(lantaran minyak itu sangat bening berkilau). Cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis). Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa
yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An Nur: 35)

Anda mungkin juga menyukai