Anda di halaman 1dari 8

Sensor temperature/ suhu adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan

panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. Sensor
temperature mempunyai banyak macamnya, seperti termokopel, RTD, thermistor, infrared
pyrometer, dioda (IC hybrid), bimetal, dan lain sebagainya.

Sensor suhu Termokopel (termocouple)


Termokopel adalah sensor suhu yang terdiri dari 2 jenis kawat logam konduktor yang digabung pada
ujungnya sebagai ujung pengukuran. Konduktor ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu dan dari
perbedaan suhu antara ujung termokopel/ujung pengukuran dengan ujung kedua kawat logam
konduktor yang terpisah, akan menghasilkan tegangan listrik karena terjadinya efek termo elektrik.
Termokopel dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup luas dengan batas
kesalahan pengukuran kurang dari 1⁰ C.

Termokopel / thermocouple merupakan sensor suhu yang paling sering atau kebanyakan digunakan
pada boiler, mesin press, oven, dan lain sebagainya. Termokopel dapat mengukur temperatur dalam
jangkauan suhu yang cukup luas dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1⁰ C.
Termokopel terdiri dari 2 jenis kawat logam konduktor yang digabung pada ujungnya sebagai ujung
pengukuran. Konduktor ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu dan dari perbedaan suhu antara
ujung termokopel/ujung pengukuran dengan ujung kedua kawat logam konduktor yang terpisah akan
menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek termo elektrik. Perbedaan ini umumnya
berkisar antara 1 hingga 70 microvolt setiap perbedaan satu derajat celcius untuk kisaran yang
dihasilkan dari kombinasi logam modern. Jadi sangat penting untuk di ingat bahwa termokopel hanya
mengukur perbedaan temperatur diantara 2 titik, bukan temperatur absolut. Jadi temokopel tidak bisa
digunakan untuk mengukur suhu ruangan karena tidak ada perbedaan antara ujung pengukuran
dengan ujung referensi / ujung pada kedua kawat logam.
Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya
1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200 °C hingga
+1200 °C.
1. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))
Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada
temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
1. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer dibanding tipe K
Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
1. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran
suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya
sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K
Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki karakteristik
yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena sensitifitasnya
rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur temperatur
tinggi (>300 °C).
1. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu 0 °C
hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 °C.
1. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi
membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
1. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi
membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi
Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).
1. Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan
yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak
penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C

Termokopel hanya sebuah sensor suhu jadi dalam berbagai aplikasi seperti pada pengaturan
suhu boiler, penggunaan termokopel biasanya digabung atau dihubungkan dengan temperatur
controller sebagai pembaca dan pengatur temperatur boiler tersebut. Termokopel paling
cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas, hingga 2300°C. Sebaliknya,
kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan
akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang suhu 0--100 °C dengan keakuratan 0.1 °C

Sensor RTD (Resistance Temperature Detector )


RTD adalah sensor suhu yang pengukurannya menggunakan prinsip perubahan resistansi atau
hambatan listrik logam yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Dimana ketika suhu meningkat,
maka resistansi elemen RTD juga akan meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang
menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus dengan resistansinya. RTD adalah salah satu sensor
suhu yang paling banyak digunakan dalam otomatisasi dan proses kontrol.

RTD yang merupakan singkatan dari Resistance Temperature Detector adalah sensor suhu yang
pengukurannya menggunakan prinsip perubahan resistansi atau hambatan listrik logam yang
dipengaruhi oleh perubahan suhu. RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling banyak digunakan
dalam otomatisasi dan proses kontrol.

Pada tipe elemen wire-wound atau tipe standar, RTD terbuat dari kawat yang tahan korosi,
yang dililitkan pada bahan keramik atau kaca, yang kemudian ditutup dengan selubung probe
sebagai pelindung. Selubung probe ini biasanya terbuat dari logam inconel (logam dari
paduan besi, chrom, dan nikel). Inconel dipilih sebagai selubung dari RTD karena tahan
korosi dan Ketika ditempatkan dalam medium cair atau gas, selubung inconel cepat dalam
mencapai suhu medium tersebut. Antara kawat RTD dan selubung juga terdapat keramik
(porselen isolator) sebagai pencegah hubung pendek antara kawat platina dan selubung
pelindung. Perhatikan gambar dibawah ini.

Sedangkan jenis logam untuk kawat dari RTD umumnya adalah platina. Kawat RTD
biasanya juga terbuat dari tembaga dan nikel. Namun platina adalah bahan yang paling umum
digunakan, karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dan rentang suhu yang lebih luas.

Bagaimana prinsip kerja RTD?


Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi elemen tersebut juga akan meningkat.
Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus
dengan resistansinya. elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi mereka
dalam ohm pada nol derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω
(RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD harus menunjukkan nilai
resistansi 100 Ω.

Dalam prakteknya, arus listrik akan mengalir melalui elemen RTD (elemen resistor) yang
terletak pada tempat atau daerah yang mana suhunya akan diukur. Nilai resistansi dari RTD
kemudian akan diukur oleh instrumen alat ukur, yang kemudian memberikan hasil bacaan
dalam suhu yang tepat, pembacaan suhu ini didasarkan pada karakteristik resistansi yang
diketahui dari RTD.
1. Wire-wound

Seperti yang dijelaskan pada sebelumnya, wire-wound merupakan tipe elemen yang terdiri
dari kumparan kawat logam (platina) yang melilit keramik atau kaca, yang ditempatkan atau
ditutup dengan selubung probe sebagai pelindung.
2. Thin-film
Thin-film merupakan tipe elemen RTD yang terdiri dari lapisan bahan resistif yang sangat
tipis (umumnya platina), yang diletakkan pada substrat keramik yang kemudian dilapisi
dengan epoxy atau kaca sebagai segel atau pelindungnya.

Kelebihan dan kekurangan RTD bila dibandingkan dengan Thermocouple

 Rentang pengukuran: RTD dapat mengukur suhu hingga 1000⁰ C, akan tetapi sulit
mendapatkan pengukuran yang akurat dari RTD dengan suhu diatas 400⁰ C.
Termokopel dapat mengukur suhu sampai 1700⁰ C. Umumnya RTD digunakan pada
suhu dibawah 850⁰ C, dan bila suhu diatas 850⁰ C biasanya menggunakan
termokopel. Pengukuran suhu di industri biasanya 200⁰ C sampai 400⁰ C, sehingga
RTD mungkin menjadi pilihan terbaik dalam kisaran suhu tersebut.
 Waktu respon (response time): RTD mempunyai respon yang cepat terhadap
perubahan suhu akan tetapi kemampuan termokopel dalam merespon suhu jauh lebih
cepat.
 Getaran (vibration): termokopel tidak terpengaruh terhadap getaran, sedangkan RTD
terpengaruh bila ada getaran atau goncangan, sehingga bila RTD diperlukan maka
RTD thin-film biasa digunakan karena RTD thin-film lebih tahan terhadap getaran
bila dibandingkan dengan RTD standar.
 Pemanasan sendiri (self-heating): sebuah RTD terdiri dari kawat atau pelapis yang
sangat halus dan membutuhkan tegangan dari power supply, sedangkan termokopel
tidak memerlukan. Meskipun arus yang diperlukan hanya sekitar 1 mA sampai 10
mA, hal ini dapat menyebabkan elemen platina RTD “memanas”. Sehingga
mempengaruhi tingkat akurasi pengukuran. Hal ini mungkin terjadi bila kabel
ekstensi panjang digunakan, sehingga daya yang lebih besar mungkin diperlukan
untuk mengatasi hambatan atau resistansi kabel, dan hal ini mengakibatkan masalah
pemanasan sendiri (self-heating) meningkat.
 Akurasi pengukuran: secara umum RTD lebih akurat daripada termokopel. RTD
menghasilkan akurasi hingga 0,1⁰ C sedangkan termokopel hanya 1⁰ C.
 Stabilitas: stabilitas jangka panjang dari RTD sangat baik, yang berarti pembacaan
yang akan berulang dan stabil dalam waktu yang lama. Sedangkan termokopel
cenderung tidak stabil karena EMF yang dihasilkan oleh termokopel dapat berubah
dari waktu ke waktu karena oksidasi, korosi, dan perubahan lain dalam sifat metalurgi
dari elemen sensor atau penginderaan.
 Harga: meskipun ini bukan masalah teknis tapi mungkin ini penting, termokopel
memiliki harga yang jauh lebih murah daripada RTD.

Sensor Termistor (Thermistor)


Termistor (thermistor) adalah komponen semikonduktor yang memiliki tahanan (resistansi) yang
dapat berubah dengan suhu/temperature. Thermistor merupakan singkatan dari thermally sensitive
resistor, yang berarti resistor yang peka atau sensitif terhadap suhu. Ada dua jenis termistor, yaitu:
PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient ). Termistor PTC
adalah jenis termistor yang nilai resistansinya meningkat dengan meningkatnya suhu. Sedangkan,
termistor NTC adalah jenis termistor yang tahanannya atau resistansinya menurun ketika suhu
meningkat.

Sensor infrared pyrometer


Pirometer inframerah (Infrared pyrometer) adalah sensor suhu yang dapat mengukur suhu dari jarak
jauh tanpa melakukan kontak langsung dengan objek yang akan diukur. Infrared pyrometer
merupakan device pengukur suhu yang juga biasa disebut sebagai termometer radiasi termal. Sensor
ini menggunakan cahaya inframerah untuk mengukur atau mendeteksi radiasi panas (thermal)
benda. jadi bisa dikatakan, infrared pyrometer adalah sensor yang digunakan untuk mengukur suhu
tanpa kontak ketika sensor tipe probe atau sensor dengan kontak langsung, seperti termokopel,
RTD, dan lain sebagainya, tidak bisa digunakan atau tidak bisa menghasilkan data yang akurat karena
berbagai alasan.

Sensor suhu IC (IC temperature sensor)


Sensor suhu IC merupakan sensor temperature yang prinsip kerjanya didasarkan pada sifat atau
perilaku PN junction silikon terhadap suhu/ temperature. Dimana tegangan maju PN junction akan
menurun dengan meningkatnya suhu, sehingga pada beberapa sensor suhu IC akan menghasilkan
sinyal output (tegangan, arus) yang berbanding lurus dengan suhu/ temperatur.

Sensor suhu IC (IC temperature sensor) adalah sensor suhu yang prinsip kerjanya didasarkan
pada sifat atau perilaku semikonduktor PN junction silikon yang sangat sensitif terhadap
suhu/ temperature. Kesensitifan PN junction ini mungkin menjadi kerugian dalam banyak
aplikasi, akan tetapi perilaku ini akan sangat menguntungkan bila digunakan dalam perangkat
sensor suhu.

Sensor suhu IC akan menghasilkan sinyal output (tegangan, arus) yang berbanding lurus atau
linier dengan temperatur. Sensor suhu IC biasa digunakan dalam suhu kisaran –50⁰ C sampai
150⁰ C. Sensor suhu IC dibedakan menjadi 4 tipe dasar:

1. Sensor IC AD590/592, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal arus


keluaran yang linier 1µA/⁰K
2. Sensor IC LM335, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan
yang linier 10mV/⁰K
3. Sensor IC LM34, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan
yang linier 10mV/⁰F
4. Sensor IC LM35, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan
yang linier 10mV/⁰C
Kelebihan dan kekurangan sensor suhu IC

Kelebihan sensor suhu IC:

1. Menghasilkan sinyal output (tegangan atau arus) yang sangat linier dengan perubahan
suhu
2. Sinyal output tegangan/arus tinggi sehingga tidak membutuhkan sirkuit tambahan
3. Harganya yang murah
4. Dapat membaca temperatur secara langsung (1000mV = 100⁰C dan 298µA = 298⁰K
atau 25⁰C) pada beberapa perangkat analog

Kekurangan sensor suhu IC:

1. Rentang suhu yang sempit, yaitu kisaran -50⁰C sampai 150⁰C


2. Memerlukan suplai daya
3. Respon lambat
4. Pemanasan sendiri
5. Konfigurasi terbatas

0
inShare

Sensor Bimetal
Bimetal adalah sensor temperatur yang sangat populer digunakan karena kesederhanaan yang
dimilikinya. Bimetal biasa dijumpai pada alat strika listrik dan lampu kelap-kelip (dimmer). Bimetal
adalah sensor suhu yang terbuat dari dua buah lempengan logam yang berbeda koefisien muainya
(α) yang direkatkan menjadi satu. karena perbedaan reaksi muai tersebut maka bimetal akan
melengkung kearah logam yang muainya lebih rendah. Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk
menjadi saklar Normally Closed (NC) atau Normally Open (NO).

Anda mungkin juga menyukai