SENSOR PASIF
Sensing elemen pasif adalah sensor atau komponen yang mengubah energi atau
besaran yang dideteksi atau diukur menjadi energi atau besaran listrik
memerlukan catu daya atau sumber dari luar. Pada proses pengubahan suatu
bentuk energi ke bentuk energi listriknya, memerlukan catu daya atau sumber
energi listrik dari luar. Prinsip kerja dari jenis sensor pasif dalam mengubah
energi atau besaran yang diukur menjadi energi listriknyaq tidak langsung, tetapi
melalui perantara besaran yang lain. Contoh LDR (light dependence resistor) bila
dikenai cahaya, maka nilai resistansinya akan berubah. Dari peubahan resistansi
LDR ini dengan bantuan rangkaian jembatan wheatstoon atau rangkaian penguat
transistor, diubah menjadi peubahab tegangan atau arus listrik.
Contoh yang lain seperti thermistor bila dipanaskan, maka nilai resistansi dari
thermistor tersebut akan berubah. Dengan bantuan rangkaian jembatan wheatstoon atau
rangkaian penguat transistor, peubahan nilai tahanan thermistor ini diubah menjadi
peubahan nilai arus atau tegangan listrik.
Sensing elemen yang termasuk sensing elemen pasif, antara lain adalah:
1. Resistif Sensor, seperti: RTD, LDR, Thermistor dan strain gauge;
2. Kapasitif Sensor;
3. Induktif sensor; dan
4. Couple Induktif.
1. Resistance Temperatur Detector (RTD)
Material yang digunakan sebagai sensor pada umumnya adalah pelatinum yang di desain
memiliki hambatan 100 ohm pada suhu 00 C, dikenal dengan nama, PT-100. Material sensor
lainnya seperti tembaga (Cu) dan Nikel (Ni) yang memiliki hambatan 10, 40, 100, dan 120
ohm juga digunakan pada aplikasi khusus tertentu. Platinum memiliki stabilitas pada range
suhu yang terbesar yaitu hingga 6000 c. Nikel memiliki range suhu yang terbatas karena
jumlah peubahan resistansi per derajat peubahan suhu menjadi sangat non-linear pada suhu
lebih dari 572°F (300°C). Tembaga memiliki hubungan suhu resistansi yang sangat linear,
namun tembaga mengoksidasi pada suhu moderat dan tidak dapat digunakan lebih dari 302 ° F
(150 ° C).
d. Material Sensor RTD
Kinerja elemen hambatan didasarkan pada prinsip bahwa hambatan listrik sebuah
konduktor berubah ketika terjadi peubahan temperature dan besarnya peubahan ini
per 1 Temperatur. Koefisien temperature yang paling umum adalah 0.00385 Ω/ Ω/ oC,
sesuai dengan IEC 60751.
e. Koneksi Kabel RTD
Elemen RTD umumnya diletakkan di suatu rangkaian jembatan Wheatstone sehingga
peubahan hambatan elemen RTD dapat dideteksi oleh rangkaian elektronik dengan
terjadinya peubahan tegangan pada output rangkaian jembatan wheatstone tersebut.
Berdasarkan jumlah koneksi kabel yang digunakan untuk menghubungkan elemen RTD
dengan rangkaian jembatan wheatstone ini, koneksi kabel RTD dibagi menjadi 3 tipe:
1) 2-Wire
RTD tipe 2-Wire merupakan koneksi yang paling sederhana, hanya terdiri dari 2 kabel,
namun hanya dapat digunakan jika total hambatan kabel rendah dibandingkan peubahan
hambatan dari RTD. RTD tipe ini rentan terhadap kesalahan akibat efek temperature
lingkungan yang dihasilkan oleh kabel ekstensi.
e. Koneksi Kabel RTD
2) 3-Wire
Tipe ini merupakan tipe yang paling sering digunakan, praktis, dan cukup akurat
untuk aplikasi industri. Pada RTD 3-wire ini terdapat kompensasi peubahan hambatan
kabel ekstensi karena peubahan temperature lingkungan dan panjang kabel.Akurasi
RTD tipe ini lebih baik dibandingkan RTD tipe 2-Wire karena ada tambahan 1 kabel
yang berfungsi sebagai hambatan kompensasi untuk mengurangi kesalahan pengukuran
akibat kabel ekstensi.RTD tipe ini dapat diinstal pada jarak yang lebih jauh (< 600 m)
dengan transmitter Dari pada RTD 2-wire.
3) 4-Wire
4-Wire merupakan RTD yang paling mahal, namun memiliki akurasi yang paling baik
diantara RTD lainnya. Kabel keempat berfungsi menambah kompensasi kabel
ekstensi sehingga menghasilkan akurasi yang lebih tinggi.
2. Thermistor
a. Pengertian
Asal kata Thermistor dalam bahasa inggris yaitu Thermo dan Resistor yang
bermakna Thermally Sensitive Resistor yaitu resistor yang akan berubah nilai
resistansinya bila dikenai peubahan suhu/ temperatur. Sehingga Thermistor adalah
komponen atau sensor elektronika yang berguna ataupun dipakai sebagai pengukur
peubahan suhu, termistor juga adalah komponen semikonduktor yang memiliki tahanan
(resistansi) yang dapat berubah dengan suhu/ temperature. Ada dua jenis termistor,
yaitu: PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negatif Temperature
Coefficient). Termistor PTC adalah jenis termistor yang nilai resistansinya
meningkat dengan meningkatnya suhu. Sedangkan, termistor NTC adalah jenis
termistor yang tahanannya atau resistansinya menurun ketika suhu meningkat.
Dalam kesempatan sekarang ini, akan membahas tentang Thermistor NTC, karena yang
bersifat PTC nya sudah dibahas atau diwakili oleh RTD, dimana RTD sifatnya positif
temperature coeficien (PTC). Berikut ini gambar simbol termistor NTC.
2. Thermistor
Thermistor NTC adalah thermistor yang pertama kali ada dan ditemukan pada
tahun 1833 oleh Michael Faraday. Faraday melaporkan perilaku dari semikonduktor
sulfida perak, ia melihat resistansi dari sulfida perak yang menurun drastis karena
suhu meningkat. Namun, karena sulitnya pembuatan termistor tersebut serta aplikasi-
aplikasinya untuk teknologi terbatas, pembuatan termistor secara komersil belum dimulai.
Pembuatan termistor secara komersil baru dibuat oleh Samuel Ruben pada tahun 1930.
2. Thermistor
Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat tinggi, tetapi dapat diubah
menjadi bahan semikonduktor dengan menambahkan beberapa unsur lain yang mempunyai
valensi yang berbeda disebut dengan doping dan pengaruh dari resistansinya dipengaruhi
peubahan temperatur yang diberikan. Thermistor logam oksida digunakan dalam daerah
200K sampai 700K. Untuk digunakan pada temperatur yang sangat tinggi, thermistor
dibuat dari Al2O3, BeO, MgO.
2. Thermistor
c. Prinsip Kerja Thermistor
Prinsipnya kerja Termistor adalah memberikan peubahan resistansi yang sebanding
dengan peubahan suhu. Peubahan resistansi yang besar terhadap peubahan suhu yang
relatif kecil menjadikan termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki
ketelitian dan ketepatan yang tinggi.
Thermistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture),
kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel, berpengaruh terhadap karakteristik
termistor, sehingga pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan
tertentu. Dimana termistor merupakan salah satu jenis sensor suhu yang
mempunyai koefisien temperatur yang tinggi. Hubungan temperature dan
hambatan pada thermistor
2. Thermistor
3. Light Dependence Resistance (LDR)
a. Pengertian
LDR atau Light Dependent Resistor, yaitu resistor yang besar resistansinya
bergantung terhadap intensitas cahaya yang menyelimuti permukaannya. LDR,
dikenal dengan banyak nama: foto-resistor, foto-konduktor atau sel foto-
konduktifl dan yang sering digunakan dalam literatur adalah fotoresistor. Simbol
yang digunakan untuk Foto-resistor atau LDR adalah resistor yang diberi anak
panah arah ke dalam menunjukkan bahwa resistor tersebut sensitif terhadap cahaya.
Simbol dasar Foto-resistor/ LDR memiliki persegi panjang yang digunakan untuk
menunjukkan fungsi resistansi-nya, dan kemudian memiliki dua panah masuk, sama
seperti yang digunakan untuk foto-dioda dan foto-transistor, untuk menunjukkan
sensitivitasnya terhadap cahaya. Sebagian menggunakan lingkaran pada resistor-
nya, sebagian lagi tidak. Simbol Foto-resistor atau LDR yang lebih umum
digunakan adalah resistor yang menggunakan lingkaran di sekitarnya.
3. Light Dependence Resistance (LDR)
3. Light Dependence Resistance (LDR)