Anda di halaman 1dari 3

Prinsip Kerja Termokopel

Termokopel merupakan salah satu aplikasi dari prinsip termodinamika, dimana termokopel
ini sering digunakan pada: Industri besi dan baja, Pengaman pada alat-alat pemanas, Untuk
termopile sensor radiasi, Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi
termopile.

Prinsip kerja dari termokopel adalah, adanya perbedaan panas secara gradien  akan
menghasilkan tegangan listrik, hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk mengukur
perubahan panas ini gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung
benda panas yang diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu,
dan mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda.
Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan
yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan
pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1
hingga 70 microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam
modern. Beberapa kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya,
ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat
penting diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan
temperatur absolut.
TERMISTOR
Nama termistor berasal dari Thermally Sensitive Resistor. Termistor ini merupakan gabungan
antara kata termo(suhu) dan resistor (alat pengukur tahanan). Termistor (Inggris: thermistor)
adalah alat atau komponen atau sensor elektronika yang dipakai untuk mengukur suhu.
Termistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930, dan mendapat hak paten di
Amerika Serikat dengan nomor #2.021.491.

Prinsip Kerja Termistor

Prinsipnya adalah memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu.
Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan
termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan yang
tinggi.Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture),
kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel, berpengaruh terhadap karakteristik termistor,
sehingga pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu. Dimana
termistor merupakan salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang
tinggi.

Prinsip Kerja Termistor

Komponen dalam termistor ini dapat mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan
temperatur. Dengan demikian dapat memudahkan kita untuk mengubah energi panas menjadi
energi listrik. Termistor dapat dibentuk dalam bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada
lingkungan yang akan dicatat suhunya. Lingkungan ini termasuk kelembaban udara, cairan,
permukaan padatan, dan radiasi dari gambar dua dimensi. Maka, termistor bisa berada dalam
alat–alat seperti disket, mesin cuci, tasbih (manik-manik), balok, dan satelit. Ukurannya kecil
dibandingikan dengan termometer lain, ukurannya
PT 100

PT100 merupakan salah satu jenis sensor suhu yang terkenal dengan keakurasiannya.
PT100 termasuk golongan RTD (Resistive Temperature Detector) dengan koefisien suhu
positif, yang berarti nilai resistansinya naik seiring dengan naiknya suhu. PT100 terbuat dari
logam platinum. Oleh karenanya namanya diawali dengan ‘PT’. Disebut PT100 karena
sensor ini dikalibrasi pada suhu 0°C pada nilai resistansi 100 ohm. Ada juga PT1000 yang
dikalibrasi pada nilai resistansi 1000 ohm pada suhu 0°C.
Menurut keakurasiannya, terdapat dua jenis PT100, yakni Class-A dan Class-B. PT100
Class-A memiliki akurasi ±0,06 ohm dan PT100 Class-B memiliki akurasi ±0,12 ohm.
Keakurasian ini menurun seiring dengan naiknya suhu.

Akurasi PT100 Class-A bisa menurun hingga ±0,43 ohm (±1,45°C) pada suhu 600°C,
dan PT100 Class-B bisa menurun hingga ±1,06 ohm (±3,3°C) pada suhu 600°C.
PT100 tipe DIN (Standard Eropa) memiliki resolusi 0,385 ohm per 1°C. Jadi resistansinya
akan naik sebesar 0,385 ohm untuk setiap kenaikan suhu 1°C. Untuk mengukur suhu secara
elektronik menggunakan sensor suhu PT100, maka kita harusmengeksitasinya dengan arus
yang tidak boleh melebihi nilai 1mA. Hal ini karena jika dialiri arus melebihi 1 mA, maka
akan timbul efek self-heating. Jadi, seperti layaknya komponen resistor, maka kelebihan arus
akan diubah menjadi panas. Akibatnya hasil pengukuran menjadi tidak sesuai lagi.

Anda mungkin juga menyukai