Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP

INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUKURAN


PENGUKURAN TEMPERATUR
EFEK SEEBECK (TM2)



DISUSUN OLEH: KELOMPOK II
DOSEN PEMBIMBING: Ir. A. HUSAINI, M.T
KELAS: 2.KA
JURUSAN : TEKNIK KIMIA
NAMA ANGGOTA: 1. DORIE KARTIKA (061330400295)
2. ELVANIA NOVIANTI (061330400299)
3. ASTRI HANDAYANI (061330400290)
4. NURUL AGUSTINI (061330400306)
5. RADEN AYU WILDA. A (061330400309)
6. IRDA AGUSTINA (061330400301)
7. BERYL KHOLIF. A (061330400292)

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telpon : +620711353414
Fax: +62711355918 Web : http :// www.polsri.ac.id atau
http://www.polisriwijaya.ac.id Email : info@polsri.ac.id
PENGUKURAN TEMPERATUR
EFEK SEEBECK (TM2)

I. TUJUAN
Mempelajari efek seebeck pada rangkaian termokopel

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan
- Satu set peralatan temperatur measurement bench
- Rangkaian termokopel
- Termometer merkuri
- Gelas kimia 2 liter
Bahan yang digunakan
- Aquadest
- Es batu

III. DASAR TEORI
Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk
mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik
(voltase). Termokopel bekerja berdasarkan pembangkitan tenaga listrik pada titik
sambung dua logam yang tidak sama (titik panas/titik ukur), yang lain dari logam
tersebut sering disebut titik referensi (titik dingin) dimana temperaturnya konstan.
Pada umumnya, termokopel digunakan untuk mengukur temperatur
menjadi sinyal listrik. Bila antara titik referensi dan titik ukur terdapat perbedaan
temperatur, maka akan timbul 66 L yang menyebabkan adanya arus pada
rangkaian. Termokopel ada dasarnya adalah dua logam penghantar arus listrik dari
bahan yang berbeda. Salah satu ujungnya di las mati dan ujung yang satunya
dibiarkan terbuka untuk sambungan kelingkaran pengukuran. Sambungan yang di
las mati disebut measuring junction, sedangkan yang satunya disebut referensi
junction.
Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia Thomas Johan Seebeck
menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan
panas secara gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut
termolektrolik. Untuk mengukur perubahan panas ini gabungan 2 macam
konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda pada ujung benda pada yang
diukur konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan
mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur
benda. Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sedikitakan
menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan
memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur.
Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvdt tiap derajat Celsius
untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern.

Sensor merupakan piranti yang digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur magnitude sesuatu. Sensor merupakan tranduser yang digunakan untuk
mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, menjadi tegangan dan arus listrik.
Sensor dikategorikan sebagai pengukur dan mempunyai peranan penting dalam
pengendalian proses pabrikasi otomatis.

Termokopel merupakan sensor suhu yang terdiri atas sepasang penghantar
yang berbeda disambung las atau dileburkan bersama pada satu sisi membentuk
penghantar hot atau sambungan pengukuran yang ada ujung ujung bebasnya
untuk menghubungkan dengan penghantar cold atau sambungan referensi.
Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Perbedaan suhu antara sambungan pengukuran dan sambungan referensi
alat ini berfungsi sebagai termokopel dan bisa membangkitkan tegangan dc yang
kecil. Tegangan output termokopel hampir berbanding lurus dengan perbedaan
suhu antara sambungan pengukuran (hot) dan sambungan referensi (cold).
Perbandingan yang konstan dinamakan Koefisien Seeback dan berkisar antara 5
sampai 50 V per derajat celcius.

Disini saya tidak akan membahas lebih jauh tentang teori termokopel ini
secara luas, cukup anda mengetahui bahwa termokopel adalah sebagai sensor
suhu yang mampu mengukur suhu sangat tinggi sehingga sensor suhu termokopel
ini sering digunakan untuk industri pengolahan minyak atau baja, termasuk
pengukuran suhu, gas buang turbin, mesin diesel, dan proses industri lainnya.


Tipe-Tipe dan Jenis Termokopel

Ketika memilih termokopel kita harus juga mempertimbangankan jenis
pengisolasian dan konstruksi probenya. Karena semua ini akan memiliki efek
pada suhu kisaran, akurasi suhu terukur, dan keandalan pembacaannya. Di bawah
ini dapat dilihat jenis-jenis termokopel yang secara umum dipakai dikalangan
industri.

Tipe K (Chromel / Alumel)
Tipe K adalah termokopel yang berbiaya murah dan umum digunakan,
karena popularitasnya itu termokopel jenis ini tersedia dalam berbagai macam
probe.termokopel tersedia untuk rentang suhu di -200 C sampai +1200 C.
Sensitivitasnya adalah kira-kira 41 v / C.

Tipe E (Chromel / konstanta)
Tipe E memiliki output yang tinggi (68 v / C) yang membuatnya cocok
untuk digunakan pada suhu rendah (cryogenic). Properti lainnya dari tipe E ini
adalah tipe non magnetik.


Tipe J (Iron / konstanta)
Jangkauan pengukurnnya terbatas, hanya -40 hingga 750 C membuat
termokopel jenis ini kurang populer dibandingkan dengan tipe K. Termokopel tipe
J ini tidak boleh digunakan di atas 760 C.

Tipe N (Nicrosil / Nisil)
Stabilitas tinggi dan ketahanannya terhadap oksidasi suhu tinggi membuat
tipe N cocok untuk pengukuran suhu tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu
di atas 1200 C. Sensitifitasnya sekitar 39 V/C pada 900 C, sedikit di bawah
tipe K. Tipe N merupakan perbaikan dari tipe K

Termokopel tipe B, R dan S adalah termokopel 'logam mulia'. Semuanya
(tipe B,R,S) adalah yang paling stabil dari semua termokopel yang ada, namun
karena sensitivitasnya yang rendah (kira-kira 10 v / C), mereka biasanya hanya
digunakan untuk pengukuran suhu tinggi (> 300 C).

Tipe B (Platinum / Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1800 C. Disebut
termokopel "B" karena bentuk suhu / tegangan kurva mereka yang menyerupai
huruf "B", dan memberikan output yang sama pada 0 C dan 42 C. Hal ini
membuat mereka tidak bisa ddigunakan pada suhu di bawah 50 C.

Type R (Platinum / Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600 C. Sensitivitasnya
yang rendah (10 v / C) dan biayanya yang tinggi, membuat termokopel ini tidak
cocok untuk digunakan pada pengukuran umum.

Type S (Platinum / Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600 C. Sensitivitasnya
yang rendah (10 v / C) dan biayanya yang tinggi membuat mereka tidak cocok
untuk digunakan pada pengukuran umum. Karena tipe S sangat tinggi
stabilitasnya, maka sering digunakan sebagai standar kalibrasi untuk titik leleh
emas (1064.43 C).

Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara 200 to 350 C. Konduktor positif terbuat
dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat
pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas
~43 V/C

Ketika memilih jenis termokopel, anda harus memastikan bahwa peralatan
ukur anda tidak membatasi rentang suhu yang dapat diukur. Kisaran suhu yang
dapat diukur adalah 8 channel Pico TC-08. Perhatikan juga bahwa termokopel
dengan sensitivitas rendah (B, R dan S), memiliki resolusi yang lebih rendah.

Hubungan Tegangan dan Suhu
Hubungan antara perbedaan suhu dengan tegangan yang dihasilkan
termokopel bukan merupakan fungsi linier melainkan fungsi interpolasi
polinomial

Koefisien an memiliki n antara 5 dan 9. Agar diperoleh hasil pengukuran
yang akurat, persamaan biasanya diimplementasikan pada kontroler digital atau
disimpan dalam sebuah tabel pengamatan. Beberapa peralatan yang lebih tua
menggunakan filter analog.
Penggunaan Termokopel
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu
yang luas, hingga 2300C. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana
perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya
rentang suhu 0--100 C dengan keakuratan 0.1 C. Untuk aplikasi ini, Termistor
dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :

Industri besi dan baja
Pengaman pada alat-alat pemanas
Untuk termopile sensor radiasi
Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.

IV. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan peralatan temperature measurement bench, thermometer
merkuri dan rangkaian termokopel
2. Mengisi ketel dengan air bersih hingga 2/3 penuh, isi juga termos dengan
air dingin temperature ruang (25 - 28
o
C )
3. Menghubungkan kedua ujung kabel penghubung termokopel kebagian
socket putih
4. Meletakkan salah satu termokopel satunya dibagian termos air dingin
5. Mengatur power regulator pada posisi 5
6. Meletakkan thermometer merkuri pada ketel dan termos, catat temperature
yang ditunjukkan kedua thermometer
7. Menghidupkan power untuk ketel dan termos, catat milivolt yang terbaca
untuk setiap kenaikan temperature 5 sampai 10
o
C pada termometer
merkuri di ketel
8. Mematikan power apabila air ketel telah mendidih
9. Mengulangi dengan prosedur yang sama untuk temperature di termos yang
berisi air dingin (0 5
o
C)
10. Menganalisis percobaan

V. DATA PENGAMATAN
1. Temperatur air panas dan air biasa (30C)
no T1 (air biasa) (C) T2 (air panas)
(C)
T (C) Volmeter (mv)
1 30 30 0 0,01
2 30 32 2 0,02
3 30 34 4 0,02
4 30 36 6 0,03
5 30 38 8 0,04
6 30 40 10 0,05
7 30 42 12 0,07
8 30 44 14 0,07
9 30 46 16 0,08
10 30 48 18 0,09
11 30 50 20 0,10
12 30 52 22 0,11
13 30 54 24 0,12
14 30 56 26 0,13
15 30 58 28 0,14
16 30 60 30 0,15
17 30 62 32 0,16
18 30 64 34 0,16
19 30 66 36 0,17
20 30 68 38 0,19
21 30 70 40 0,19
22 30 72 42 0,20
23 30 74 44 0,21
24 30 76 46 0,22
25 30 78 48 0,23
26 30 80 50 0,24
27 30 82 52 0,25
28 30 84 54 0,26
29 30 86 56 0,27
30 30 88 58 0,28
31 30 90 60 0,29
32 30 92 62 0,30
33 30 94 64 0,30
34 30 96 66 0,31
35 30 98 68 0,31
36 30 100 70 0,31

2. Temperatur air panas dan air es (0-5C)
no T1 (air es) (C) T2 (air panas)
(C)
T (C) Volmeter (mv)
1 4 30 0 0,14
2 4 32 2 0,15
3 4 34 4 0,15
4 4 36 6 0,15
5 4 38 8 0,16
6 4 40 10 0,16
7 4 42 12 0,16
8 4 44 14 0,16
9 4 46 16 0,17
10 4 48 18 0,18
11 4 50 20 0,19
12 4 52 22 0,20
13 4 54 24 0,21
14 4 56 26 0,21
15 4 58 28 0,22
16 4 60 30 0,23
17 4 62 32 0,25
18 4 64 34 0,25
19 4 66 36 0,26
20 4 68 38 0,27
21 4 70 40 0,28
22 4 72 42 0,29
23 4 74 44 0,30
24 4 76 46 0,31
25 4 78 48 0,33
26 4 80 50 0,34
27 4 82 52 0,35
28 4 84 54 0,37
29 4 86 56 0,38
30 4 88 58 0,39
31 4 90 60 0,40
32 4 92 62 0,41
33 4 94 64 0,41
34 4 96 66 0,42
35 4 98 68 0,42
36 4 100 70 0,43



Grafik pada Pengukuran air panas dan air dingin


Grafik pada pengukuran air panas dan air es


70, 3.1
y = 0.0458x + 0.0814
R = 0.9971
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80
T
e
g
a
n
g
a
n

Beda temperatur
Grafik Beda Temperatur vs Tegangan
tegangan
y = 0.0457x - 0.0918
R = 0.9789
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
0 20 40 60 80 100 120
T
e
g
a
n
g
a
n

Beda Temperatur
Grafik Beda Temperatur dengan Tegangan
tegangan
VI. ANALISA PERCOBAAN
Praktikum ini adalah tentang pengukuran temperatur measurement efek
seebeck dengan menggunakan termokopel sebagai alat untuk menonversikan
tegangan menjadi temperatur. Termokopel ini adalah dua buah kawat logam
berbeda yang ujung-ujungnya disatukan. Syarat-syarat logam yang dapat
digunakan untuk termokopel adalah logam-logam tersebut dapat mengubah sinyal
tegangan menjadi temperatur. Biasanya logam yang dapat digunakan adalah
platina aurum dan nikel chrome.
Setelah dilakukan praktikum dapat dianalisa bahwa termokopel bekerja
berdasarkan prinsip bahwa apabila dua buah kawat logam yang ujung-ujungnya
berada pada bagian panas dan ujung satunya berada pada bagian dingin, maka
akan terjadi gerakan elektron-elektron dari ujung yang lebih panas ke ujung yang
lebih dingin. Gerakan elektron-elektron ini menyebabkan adanya tegangan. Hal
ini dibuktikan saat termokopel diletekkan ujungnya pada air panas dan satunya
pada air dingin pada voltmeter terbaca tegangan akibat perbedan suhu di antara
kedua ujung termokopel. Hal ini sesuai dengan efek seebeck yang menyatakan
bahwa bila kedua ujung termokopel diltetakkan pada suhu yang berbeda maka
akan terjadi alliran elektron yang menghasilkan tegangan. Tegangan ini akan
sebanding dengan harga suhu. Semakin tinggi temperatur, maka tegangan akan
semakin tinggi. Sehingga dari kedua data ini dihasilkan kurva hubungan yang
linear.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa;
1. Tegangan yang ditimbulkan oleh termokopel akibat perbedaan suhu antara
air panas dan air dingin pada ujung termokopel berbanding lurus dengan
beda temperatur.
2. Semakin tinggi beda suhu antara air dingin dan air panas menyebabkan
tegangan semakin tinggi, seperti pada air dingin tegangannya lebih tinggi
dibandingkan air biasa.
3. Pada saat penentuan suhu memerlukan waktu yang relatif cepat
dibandingkan pada saat penentuan penurunan suhu.
4. Grafik hubungan temperatur dan tegangan berbentuk grafik least square
(linear/garis lurus).


VIII. DAFTAR PUSTAKA
Febri. 2012. Pengukuran Temperatur Efek Seebeck. http://febri1ka.blogspot.com.
. Diakses pada 22 Juni 2014.
Jobsheet. 2014. Penuntun Praktikum Instrumentasi dan teknik Pengukuran.
Palembang: POLSRI.
Wikipedia ensiklopedia bebas. Termokopel. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses
pada 22 Juni 2014.
2013. Termokopel sebagai Perangkat Sensor Suhu. http://electric-
mechanic.blogspot.com. Diakses pada 22 Juni 2014.


IX. GAMBAR ALAT

Anda mungkin juga menyukai