Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2018, VOL.05, N0.

3 18

Peningkatan Akurasi Pembacaan Sensor RTD 3 Kabel


Dengan Mempertimbangkan Resistansi
Kabel Penghantar
Novi Ayuningdyah, Eka Mandayatma , Herwandi


Abstrak - Resistance Temperatur Detector (RTD) atau dikenal I. PENDAHULUAN
sebagai detektor temperatur tahanan adalah sebuah alat yang

T
diginakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu
temperatur suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari eknologi dalam era globalisasi setiap harinya
kawat platina, tembaga, atau nikel murni, yang memberikan mengalami perkembangan teknologi tersebut terutama
nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur di dibidang industry yang membutuhkan banyak peralatan untuk
dalam kisaran suhunya. Pada pengukuran resistansi kabel mendukung hasil produksinya. Untuk menghasilkan produksi
RTD PT-100 memiliki berbagai macam metode. Ada 3 macam yang maksimal digunakan sensor sebagai pendukungnya.
metode pengukuran yang dapat digunakan yaitu pengukuran Sensor didefinisikan sebagai suatu alat yang fdapat mengubah
resistansi kabel dengan 2 wire, 3 wire, dan 4 wire. Pengukuran besara fisis menjadi besaran listrik. Sensor memiliki beberapa
resistansi ini digunakan pada industri yang memiliki jarak jenis dan karakteritik yang berbeda-beda, diantaranya adalah
yang jauh antara sensor dengan kontrol. Antara sensor dengan sensor suhu, sensor cahaya dan sensor kecepatan. Sensor
kontrol tersebut dihubungkan menggunakan kabel. Panjang cahaya digunakan untuk merubah besaran cahaya menjadi
pendeknya kabel mempengaruhi besar kecilnya nilai besaran listrik. Sensor kecepatan digunakan untuk mengubah
resistansi, semakin panjang kabel tersebut maka semakin besar besaran gerak menjadi listrik. Sedangkan sensor suhu
nilai resistansi kabel. Pengaruh panas pada lingkungan sekitar digunakan untuk merubah besaran suhu menjadi besaran
kabel akan mempengaruhi nilai resistansi kabel yang listrik.
akibatnya akan mempengaruhi hasil pengukuran RTD. Sensor suhu dalam dunia instrumentasi dan control
Rangkaian untuk pengukuran resistansi menggunakan digunakan untuk mendeteksi perubahan suhu. Ada beberapa
rangkaian jembatan Wheatstone. Rangkaian jembatan jenis sensor suhu antara lain thermocouple, resistance
Wheatstone tersusun dari empat buah hambatan. Pengukuran temperature detector (RTD), LM35 dan termistor. Dari ke
resistansi kabel 3 wire menggunakan rangkaian jembatan empat jenis sensor suhu tersebut memiliki karakteristik yang
Wheatstone lebih sering digunakan dari pada pengukuran berbeda-beda dan mempunyai kelebihan dan kekurangan
resistansi kabel 2 wire, karena nilai resistansi 3 wire tidak masing-masing. Sensor suhu yang paling sering digunakan
mengalami perubahan atau kompensasi. Pada pengujian 3 wire dalam dunia industri salah satunya adalah RTD PT100. Pada
dengan suhu 31 0C Vout pada 3 wire adalah 0,28 V dan pada sensor RTD PT100 tersebut memiliki tiga macam konfigurasi
suhu 76 0C Vout yang dihasilkan sebesar 0,29 V. Sedangkan koneksi kabel yaitu 2 wire, 3 wire dan 4 wire. Pada banyak
pada 2 wire saat dipanaskan dengan suhu yang sama yaitu 31 aplikasi, RTD perlu di hubungkan dengan kabel yang cukup
0
C menghasilkan Vout sebesar 0,27 V dan pada suhu 76 0C panjang ke pengkondisi sinyal. Kabel yang panjang akan
Vout yang dihasilkan sebesar 0,98 V. Perbedaan yang sangat berdampak pada terjadinya pertambahan resistansi oleh faktor
besar ini mengakibatkan 3 wire lebih sering digunakan karena cuaca.
menghasilkan nilai ΔV sebesar 0,01 V dari pada rangkaian 2 Tembaga (kabel) juga memiliki nilai resistansi.
wire yang menghasilkan nilai ΔV 0,71 V. Sehingga dengan 3 Resistansi sepanjang kabel tembaga ini dapat berdampak pada
wire menghasilkan hasil pengukuran yang lebih tepat. pengukuran resistansi yang dilakukan oleh instrumen alat
ukur. RTD 2 kabel (2 wire) praktis tidak memiliki perhitungan
Kata Kunci : Resistance Temperatur Detector, 2 wire, 3 wire, resistansi yang terkait dengan kabel tembaga, sehingga
4 wire, jembatan Wheatstone pendahuluan mengurangi keakuratan pengukuran elemen sensor suhu RTD.
Akibatnya RTD 2 wire umumnya hanya digunakan untuk
kebutuhan pengukuran jarak pendek. RTD 3 kabel (3 wire)
adalah spesifikasi yang paling umum yang biasa digunakan
pada aplikasi-aplikasi di industri. RTD 3 wire menggunakan
rangkaian pengukuran jembatan wheatstone untuk
mengkompensasi nilai resistansi kabel.
Novi Ayuningdyah adalah mahasiswa D4 Teknik Elektronika Politeknik Rangkaian jembatan wheatstone tersusun dari empat
Negeri Malang, email : noviayuningdyah@gmail.com buah hambaatan yaitu R1 dan R2 merupakan lengan
Eka Mandayatma dan Herwandi adalah dosen Jurusan Teknik Elektro pembanding, sedangkan R3 adalah lengan standar dan R4
Politeknik Negeri Malang adalah tahanan yang tidak diketahui besarannya. Pada keadaan
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2018, VOL.05, N0. 3 19

setimbang, galvanometer akan menunjukkan angka 0. Hal 2.2 Konfigurasi RTD 3 Wire
tersebut dikarenakan tidak ada arus yang mengalir melalui RTD 3 kabel (3 wire) merupakan spesifikasi yang
galvanometer. Konfiguurasi dalam jembatan dapat berupa paling umum yang biasa digunakan pada aplikasi-aplikasi di
wheatstone Two-Wire Connections, Three-Wire Connections, industri. RTD 3 wire dapat menggunakan rangkaian
Four-Wire Connections (Raharjo, 2014). Penelitian dengan pengukuran jembatan wheatstone untuk mengkompensasi nilai
menggunakan sensor suhu RTD PT100 3 kabel penting resistansi kabel. Nilai yang paling umum untuk pada RTD
dilakukan karena akan mempengaruhi kinerja suatu alat dalam adalah 100 Ω pada 00 C. Koefisien suhu standart dari kawat
bidang industri, metode yang tepat akan mendapat hasil yang platinum adalah α = .00385. Sedangkan untuk kawat 100 Ω
akurat dan presisi, sehingga pengukuran yang dilakukan adalah + 0,385 Ω / 0 C.
mendapatkan hasil yang baik. Berdasarkan permasalahan Terdapat kesalahan dalam pengukuran pada impedansi
tersebut penulis melakukan penelitian yang berjudul 10 Ω yang dapat dituliskan dalam rumus 10 / .385 ≈ 260 C.
“Peningkatan akurasi pembacaan sensor RTD 3 Kabel dengan Dalam perhitungan ini terdapat nilai eror yang disebabkan
mempertimbangkan resistansi kabel”. oleh adanya resistansi. Selain itu koefisien suhu kawat juga
menyebabkan kesalahan pengukuran. Untuk menghindari
adanya nilai eror ini makan diperlukan Rangkaian Jembatan
Wheatstone. Contoh rangkaian jembatan Wheatstone seperti
II. TINJAUAN PUSTAKA pada gambar 2.2.

2.1 RTD PT-100


RTD adalah singkatan dari Resistance Temperature
Detector adalah sensor suhu yang pengukurannya
menggunakan prinsip perubahan resistansi atau hambatan
listrik logam yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. PT100
adalah salah satu jenis sensor suhu yang terkenal dengan
keakurasiannya. PT100 yaitu golongan RTD (Resistive Gambar 2 Efek Lead Resistansi
Temperature Detector) dengan koefisien suhu positif, yang
berarti nilai resistansinya naik seiring dengan naiknya suhu. Terdapat kesalahan dalam pengukuran pada impedansi
PT100 terbuat dari logam platinum. Oleh karena itu namanya 10 Ω yang dapat dituliskan dalam rumus 10 / .385 ≈ 26 0 C.
diawali dengan “PT”. Disebut PT100 karena sensor ini Dalam perhitungan ini terdapat nilai eror yang disebabkan
dikalibrasi pada suhu 0°C pada nilai resistansi 100 ohm. Ada oleh adanya resistansi. Selain itu koefisien suhu kawat juga
juga PT1000 yang dikalibrasi pada nilai resistansi 1000 ohm menyebabkan kesalahan pengukuran. Untuk menghindari
pada suhu 0°C. adanya nilai eror ini makan diperlukan Rangkaian Jembatan
PT100 bertipe DIN (Standard Eropa) memiliki resolusi Wheatstone. Contoh rangkaian jembatan Wheatstone seperti
0,385 ohm per 1°C. Jadi nilai resistansinya akan naik sebesar pada gambar 3 (https://www.omega.com/techref/rtd-
0,385 ohm untuk setiap kenaikan suhu 1°C. Untuk mengukur measurement-and-theory.html)
suhu secara elektronik menggunakan sensor suhu PT100,
maka harus mengeksitasinya dengan arus yang tidak boleh
melebihi nilai 1mA. Hal ini dikarenakan jika dialiri arus
melebihi 1 mA, maka akan timbul efek self-heating. Jadi
seperti layaknya komponen resistor, kelebihan arus akan
diubah menjadi panas. Akibatnya hasil pengukuran menjadi
tidak sesuai lagi. Gambar 3 Rangkaian Jembatan Wheatstone
Saat suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi
elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan kata lain Rangkaian jembatan ini membutuhkan empat kabel
berarti kenaikan suhu logam yang menjadi elemen resistor sambungan, sumber tegangan dari catu daya, dan tiga resistor
RTD berbanding lurus dengan resistansinya. Elemen RTD yang memiliki koefisien temperatur bernilai nol. Untuk
biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi dalam ohm pada menghindari nilai eror pada tiga resistor di rangkaian jembatan
nol derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum dan agar suhu sama dengan RTD, maka RTD pada rangkaian
adalah 100 Ω (RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ jembatan ini dipisahkan dengan sepasang kabel.
C, elemen RTD harus menunjukkan nilai resistansi 100 Ω. (https://www.omega.com/techref/rtd-measurement-and-
(Anto, 2015) theory.html)

Gambar 4 Rangkaian Jembatan Wheatstone 2 kabel

Gambar 1 Konfigurasi RTD PT100


JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2018, VOL.05, N0. 3 20

Dengan hanya menggunakan 2 kabel ini memiliki Jembatan wheatstone sendiri adalah rangkaian jembatan yang
masalah yaitu impedansi pada rangkaian jembatan 2 kabel pada umumnya digunakan untuk mengukur presisi tahanan
akan mempengaruhi pembacaan suhu. Oleh karena itu efek ini dengan nilai 1 ohm sampai dengan mega ohm. Pada umumnya
dapat diminimalisir dengan menggunakan rangkaian jembatan rangkaian jembatan wheatstone ini banyak digunakan untuk
3 kabel seperti gambar 5. menghitung resistansi yang tidak diketahui dengan bantuan
dari rangkaian jembatan . dua kak yang terdapat pada
rangkaian wheatstone harus disimpan seimbang dan satu kaki
lainnya termasuk resistansi yang tidak diketahui. (Saras, 2011)

Gambar 5 Rangkaian Jembatan Wheatstone 3 kabel

Jika kabel Adan B panjangnya sama, efek impedansi


akan dibatalkan karena masing-masing berada di kaki
jembatan yang berlawanan. Kabel ketiga yaitu kawat C
sebagai pembawa arus yang sangat kecil. Rangkaian jembatan Gambar 7 Rangkaian Jembatan Wheatstone
Wheatstone pada gambar diatas menciptakan hubungan non
linier antara perubahan resistansi dan perubahan tegangan 2.4 INA125
keluar pada jembatan dengan memiliki karakteristik resistansi INA125 adalah amplifier daya kecil, dan akurasi besar
suhu non linier dari RTD dengan memerlukan persamaan dengan tegangan referensi yang presisi. INA125 menyediakan
tambahan untuk untuk mengubah tegangan keluaran jembatan pembangkitan tegangan bridge dan penguatan input diferensial
menjadi impedansi RTD yang setara. yang presisi. Resistor eksternal yang tersambung ke IC bisa
mengeset gain dari 4 sampai 10.000. INA125 diatur untuk
Rangkaian Jembatan Wheatstone tegangan offset rendah (250 µF), drift offset rendah (2 µF/0C)
danpenolakan desibel rata – rata yang tinggi (100 dB di
G=100). INA125 bekerja pada supply single (+2.7 V sampai
36 V) atau dual (± 1.35 v sampai ± 18 V).
Tegangan referensi bisa diatur sendiri menggunakan pin
dengan pilihan 2.5 V, 5 V, atau 10 V, sehingga cocok untuk
bermacam – macam transduser. Akurasi tegangan referensi
sampai ± 0.5% dengan ± 35 ppm / 0C untuk drift. Mode sleep
memungkinkan IC di shutdown beserta operasi duty cyclenya
menghemat daya. INA125 tersedia dalam bentuk plastik DIP
16 pin saja atau satu set SO-16 dengan temperatur kerja bisa
Gambar 6 Rangkaian Jembatan Wheatstone bekerja antara -400C sampai +850C sesuai kebutuhan industri.
Gambar IC INA125 dapat dilihat pada gambar 2.7.
Dengan mengganti nilai R4 dengan resistansi dari nilai
diketahui atau tidak diketahui pada rangkaian jembatan
Wheatstone yang sesuai dengan RX dan menyesuaikan resistor
lainnya, R3 untuk “menyeimbangkan” rangkaian jembatan,
akan menghasilkan keluaran tegangan nol. Kemudian kita
dapat melihat bahwa keseimbangan terjadi ketika:
R1/R2 = R3/Rx = 1 (seimbang)
Persamaan dari Jembatan Wheatstone yang dibutuhkan untuk
memberi nilai hambatan yang tidak diketahui, RX pada
keseimbangan diberikan sebagai :
Vout = (Vc - Vd) = (VR2 - VR4) = 0
Rc = dan RD =

2.3 Rangkaian Jembatan Wheatstone


Prinsip dasar dari jembatan wheatstone yaitu
keseimbangan. Sifat umum dari arus listrik ini adalah arus Gambar 8 IC INA 125
akan mengalir menuju polaritas yang lebih rendah. Jika
terdapat persamaan dari polaritas antara kedua titik maka arus Fitur – fitur yang terdapat pada INA125 adalah
tidak akan mengalir dari kedua titik tersebut. Pada rangkaian sebagai berikut :
dasar jembatan wheatstone penghubung kedua titik disebut 1. Arus quiescent rendah = 460 µA
sebagai jembatan wheatstone. (Saras, 2011) 2. Tegangan referensi presisi = 1.24 V, 2.5V, 5 V,
Rangkaian jembatan Wheatstone merupakan rangkaian atau 10 V
yang tersiri dari resistor dan catu daya (power supply). 3. Dilengkapi mode sleep
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2018, VOL.05, N0. 3 21

4. Tegangan offset terendah = maximum 250 µV


5. Drift offset terendah = 2 µA / 0C maximum
6. Arus input bias terendah = maksimum 20 nA
7. CMR tertinggi = minimal 100dB
8. Batas noise terendah = 38 nV / √ pada f = 1
kHz
9. Perlindungan input sampai ± 40 V
10. Range / rentang tegangan supply =
 Single supply = 2.7 V sampai 36 V
 Dual supply ± 1.35 v sampai ± 18 V

Dalam 2 bentuk yaitu DIP 16 pin dan set SO-16 SO IC Gambar 10 Keypad 4x4
Kegunaan IC INA125 adalah :
1. Amplifier jembatan untuk pengukuran tekanan Matrix keypad 4x4 memiliki konstruksi atau susunan
dan suhu yang simple dan hemat dalam penggunaan port
2. Kontrol proses industri mikrokontroller. Konfigurasi keypad dengan susunan bentuk
3. Otomasi pabrik matrix ini bertujuan untuk penghematan port mikrokontroller
4. Akusisi data multi channel karena jumlah key (tombol) yang dibutuhkan banyak pada
5. Sistem – sitem bertenaga baterai suatu sistem dengan mikrokontroller. (Hidayat, 2015)
6. Proses instrumentasi

2.5 LCD (Liquid Crystal Display) III. METODOLOGI


LCD (Liquid Crystal Display) merupakan jenis media
tampilan yang menggunakan kristal cair sebagai penampil 3.1 Blok Diagram Sistem
utama. LCD memunculkan gambar atau tulisan yang terdiri
dari satu buah kristal cair sebagai sebuah titik cahaya.
Walaupun disebut sebagai titik cahaya tetapi kristal cair ini
tidak memancarkan cahaya sendiri. Sumber cahaya di dalam
sebuah perangkat LCD adalah lampu neon yang berwarna
putih di bagian belakang susunan kristal cair tadi.
Titik cahaya yang berjumlah puluhan ribu bahkan jutaan
inilah yang membentuk tampilan citra. Kutub kristal cair ini
yang dilewati arus listrik akan berubah karena pengaruh
polarisasi medan magnetik yang timbul dan oleh karenanya Gambar 11 Blok Diagram Sistem
akan hanya membiarkan beberapa warna diteruskan
sedangkan warna lainnya tersaring. Dalam menampilkan Penjelasan fungsi dari masing – masing diagram blok
karakter untuk membantu menginformasikan proses dan gambar 11 adalah sebagai berikut :
control yang terjadi sering menggunakan LCD sebagai 1. Sensor Suhu (RTD PT100) digunakan sebagai
penampil informasi. pendeteksi suhu pada kabel. Dalam pembacaan temperature
ini menggunakan RTD PT100 karena pengujian 3 kabel ini
lebih presisi menggunakan PT100 karena pada saat suhu 00
maka resistansinya 100.
2. 3 Wire ini digunakan untuk mengkompensasi
perubahan resistansi kabel terhadap suhu lingkungan.
Menggunakan 3 wire ini karena nilai output akan tetap
meskipun resistansi kabel berubah (suhu dalam kondisi tetap).
3. Rangkaian Jembatan Wheatstone digunakan untuk
Gambar 9 LCD 2x16 mengkonversi perubahan resistansi menjadi tegangan.
Jembatan Wheatstone ini untuk mengukur nilai suatu
2.6 Keypad hambatan dengan cara arus yang mengalir pada galvanometer
Keypad merupakan bagian penting dari suatu perangkat sama dengan nol.
elektronika yang membutuhkan interaksi manusia. Keypad 4. Pengkondisi Sinyal (INA125 ) digunakan untuk
berfungsi sebagai interface antara perangkat (mesin) mengubah nilai tegangan sumber menjadi nilai output
elektronik dengan manusia atau dikenal dengan nama HMI tegangan yang dinginkan (0 - 5V) atau sebagai penguat
(Human Machine Interface). Matrix keypad 4x4 ini tegangan.
merupakan salah satu contoh keypad yang dapat digunakan 5. Mikrokontroler digunakan untuk mengendalikan
untuk berkomunikasi antara manusia dengan mikrokontroller. input (tegangan dari INA125, keypad) selanjutnya diproses
dan ditampilkan pada LCD.
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2018, VOL.05, N0. 3 22

6. Display LCD ( liquid crystal display ) 16x2 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMEGA16
digunakan untuk menampilkan data pembacaan suhu dan nilai
nilai kalibras dari keypad.
7. Keypad digunakan untuk masukkan nilai kalibrasi
sensor.

3.2 Design Mekanik

Gambar 12 Gambar Box Mikrokontroller


Gambar 14 Rangkaian Minimum Sistem Atmega16

Dalam perancangan minimum system, digunakan


mikrokontoler ATmega16 sebagai komponen utama yang
berfungsi sebagai kontroler. Pemilihan Atmega16 disesuaikan
dengan kapasitas program yang ingin dibuat, kemampuan
memori penyimpanan pada mikrokontroller Atmega16 cukup
besar sesuai datasheet. Sehingga pada rangkaian skripsi ini,
mikrokontroler Atmega16 yang paling sesuai.
Adapun penjelasan untuk konfigurasi pin
ATmega 16 sebagai berikut :
1. PORT B 0 – 7 digunakan sebagai I/O pada
Gambar 13 Gambar Box Kabel keypad
 PORT C 0 terhubung ke R1
Pada modul Peningkatan akurasi pembacaan sensor RTD  PORT C 1 terhubung ke R2
3 Kabel dengan mempertimbangkan resistansi kabel  PORT C 2 terhubung ke R3
spesifi alat yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
 PORT C 3 terhubung ke R4
a. Dimensi Box Kabel
 PORT C 4 terhubung ke C1
 Panjang : 30 cm
 PORT C 5 terhubung ke C2
 Lebar : 20 cm
 PORT C 6 terhubung ke C3
 Tinggi : 10 cm
b. Berat : ± 3 Kg  PORT C 7 terhubung ke C4
c. Bahan Box :Akrilik Bening
2. PORT C 0 – 6 digunakan sebagai I/O pada
d. Dimensi Box Mikrokontroler
LCD
 Panjang : 19 cm
 PORT C 0 terhubung pada RS LCD
 Lebar : 16,5 cm
 PORT C 1 terhubung pada RW LCD
 Tinggi : 10 cm
 PORT C 2 terhubung pada E LCD
e. Berat : ± 3 Kg
f. Bahan Box :Akrilik Hitam (Gelap)  PORT C 3 terhubung pada D4 LCD
 PORT C 4 terhubung pada D5 LCD
g. Dimensi Box Rangkaian  PORT C 5 terhubung pada D6 LCD
 Panjang : 8 cm  PORT C 6 terhubung pada D7 LCD
 Lebar : 8 cm 3. PORT A 0 digunakan untuk pembacaan
 Tinggi : 8 cm sensor (ADC)
h. Bahan Box :Akrilik Bening 4. PORT D 0 digunakan untuk relay (mode 3
wire/2wire)
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2018, VOL.05, N0. 3 23

3.4 Rangkaian Pengkondisi Sinyal INA 125 3.6 Rangkaian LCD


Dalam sistem ini display yang digunakan adalah Liquid
Crystal Display (LCD) 16x2 yang berarti display ini dapat
menampung 2 baris karakter, dan setiap barisnya mampu
menampung sebanyak 16 karakter. Rangkaian display ini
berfungsi untuk menampilkan data – data yang sebelumnya
telah diproses dan dikehendaki untuk ditampilkan dalam LCD
ini. Secara aktual dalam proses LCD 16x2 ini akan
menampilkan data pembacaan suhu dan nilai nilai kalibras
Gambar 15 Rangkaian Mikrokontroler dari keypad. Gambar skema untuk rangkaian LCD ditunjukkan
pada gambar 17
INA 125 adalah penguat instrumentasi dengan daya
rendah dan presisi dengan nilai referensi tegangan yang
presisi. Seperti pada datasheet, op-amp ini cocok untuk
aplikasi pembacaan sinyal dalam pengukuran suhu. INA 125
ini dapat dikonfigurasikan menggunakan catu daya ganda atau
catu daya tunggal. Dalam pengerjaan modul ini menggunakan
catu daya ganda yaitu ± 12 V.
Dalam perancangan rangkaian pengkondisi sinyal ini
menggunakan rangkaian jembatan wheatstone karena dalam Gambar 17 Skema Rangkaian LCD 16x2
percobaan ini menggunakan 3 wire atau 3 kabel sehingga
rangkaian jembatan wheatstone lebih cocok. Pada rangkaian 3.7 Perancangan Keypad 4x4
pengkondisi sinyal ini dibutuhkan arus yang kecil. Sehingga Jenis keypad yang digunakan dalam sistem ini adalah
kaki 16 yang terhubung pada kaki 4 yang menghasilkan Vref keypad matrix 4x4. Keypad disini berfungsi sebagai perangkat
sebesar 10 V diubah menjadi kaki 13 terhubung ke kaki 4 agar yang digunakan untuk masukkan nilai kalibrasi sensor.
mendapat nilai Vref sebesar 1,25 V. Gambar skematik rangkaian keypad 4x4 ditunjukkan pada
gambar 18
3.5 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Sensor Suhu
PT100
Sensor suhu yang digunakan pada alat ini adalah jenis
RTD PT100 tipe wire wound. Sensor ini terbuat dari bahan
logam platinum yang merupakan salah satu bahan yang paling
sering digunakan karena memiliki tingkat akurasi yang lebih
baik dan rentang suhu yang lebih luas. Sensor suhu ini
mimiliki output dalam satuan ohm sehingga perlu dikonversi
untuk mendapatkan keluaran dalam satuan volt dengan
menggunakan INA125. RTD PT100 merupakan jenis resistor
yang nilai resistansinya akan berubah – ubah sesuai dengan Gambar 18 Skema Keypad 4x4
kenaikan suhu. Jenis RTD ini disebut dengan PT100 karena
dikalibrasi pada suhu 00 C pada nilai resistansi 100 ohm. Nilai
dari resistansi RTD PT100 dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan (3-1) : IV. HASIL DAN ANALISA
RPT = 100 + (0.358*suhu) (3-1)
Pada gambar 3.5 sensor PT100 memiliki 3 kaki pin yang 4.1 Data Pengujian Pembacaan Suhu pada Sensor
disambungkan dengan rangkaian jembatan wheatstone.
Sensor suhu PT100 ini dihubungkan dengan resistor RA, Tabel 1 Data Pengujian Suhu pada Sensor
RB, RC sehingga membentuk rangkaian jembatan
wheatstone. No Thermometer PT 100 Datasheet
1. 300 C 111,3 112,45
2. 350 C 112,7 114,38
3. 400 C 114,8 116,31
4. 450 C 116,5 118,24
5. 500 C 117,9 120,17
6. 550 C 120 122,09
7. 600 C 121,9 124,01
8. 650 C 123,9 125,92
9. 700 C 125,9 127,84
10. 750 C 128,4 129,75
Gambar 16 Rangkaian Jembatan Wheatstone 11. 800 C 130,7 131,66
12. 850 C 132,7 133,56
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2018, VOL.05, N0. 3 24

Tabel 3 Data Pengujian Resistansi pada Kabel Saat di Panaskan


Untuk mempermudah dalam proses pembacaan dan No. Suhu Merah () Hitam () Biru () Putih ()
analisa maka dari tabel 4.1 di atas dapat dibuat dalam bentuk 1. 400 C 65  63,6  63,3  62,8 
grafik seperti yang ada di bawah ini :
65,2  63,6  63,5  62,9 
0
2. 50 C
65,9  64,2  64,4  63,3 
0
3. 60 C
Pengujian Pembacaan Suhu pada
66,7  64,8  64,9  65,2 
0
Sensor 4. 70 C
67,2  65,7  65,5  65,9 
0
5. 80 C
Resistansi

Untuk mempermudah dalam proses pembacaan dan analisa


maka dari tabel 3 dan tabel 4 di atas dapat dibuat dalam
bentuk grafik seperti yang ada di bawah ini :
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Suhu C
Grafik Resistansi Kabel
Gambar 19 GrafikData Pengujian Suhu pada Sensor 70
65

Resistansi
60
Pada tabel 1 merupakan hasil pengujian dari 0 50 100
rangkaian pada sensor suhu PT-100 dilakukan untuk
Suhu C
mengetahui apakah kinerja dari sensor PT-100 sudah sesuai
dengan yang diinginkan atau belum. Sensor suhu PT-100
digunakan untuk mengetahui apakah perubahan suhu dapat Gambar 21 Grafik Resistansi Kabel Saat di Panaskan
dibaca dengan baik oleh PT 100 yaitu dengan cara
membandingkan hasil pengukuran resistansi PT 100 dengan Dari hasil pengukuran resistansi kabel, dapat diketahui nilai
nilai pengukuran resistansi pada datasheet. Sehingga dapat resistansi kabel seperti pada rumus dibawah ini :
diketahui berapa besar error dari pengukuran PT 100.  = 0 - 1

4.2 Pengujian Sensor RTD PT 100 Setelah diberi Penguatan R1 = R0 x (1 +  x )


Tabel 2 Data Pengujian Resistansi pada Kabel pada Suhu Awal
(Kondisi Normal belum dipanaskan) Dimana
No. Suhu Output AB VA VB 0 = Temperatur Awal (0 C)
1. 300 C 0,6 V 3,9 mV 0,65 V 0,65 V 1 = Temperatur Akhir (0 C)
0  = Selisih antara temperatur akhir dengan temperatur awal
2. 40 C 1,4 V 10 mV 0,60 V 0,65 V
(0 C)
3. 50 C0
2,2 V 15,8 mV 0,66 V 0,65 V R0 = Nilai hambatan pada suhu mula – mula
4. 60 C0
3,1 V 22,5 mV 0,67 V 0,65 V R1 = Nilai hambatan setelah terjadi perubahan suhu ()
0
 = Koefisien suhu sesuai dengan jenis logam (Tembaga =
5. 70 C 3,8 V 29,6 mV 0,68 V 0,65 V 0,0039)
0
6. 80 C 4,5 V 35,5 mV 0,69 V 0,65 V
Suhu kabel mempengaruhi resistansi kabel pada saat
dipanaskan. Jika kabel tersebut dipanaskan dalam kurun waktu
Untuk mempermudah dalam proses pembacaan dan analisa
selama 15 menit, maka akan menghasilkan nilai resistansi
maka dari tabel 2 di atas dapat dibuat dalam bentuk grafik
awal sebesar 61,2  kemudian nilai resistansi tersebut menjadi
seperti yang ada di bawah ini :
65,7  pada suhu 800 C. Namun apabila dihitung
menggunakan rumus akan menghasilkan nilai resistansi
Grafik Suhu terhadap Vout sebesar 70,74 .
6
4.3 Pengujian 2 wire dan 3 wire
4
Vout

Tabel 4 Data Pengujian 3 wire dengan Suhu PT-100 tetap 31C


2 No. Suhu pada RTD Sensor Suhu Kabel Vo

0 1. 31 C 31 C 0,28 V
0 50 100 2. 31 C 35 C 0,281 V
Suhu C 3. 31 C 40 C 0,283 V
4. 31 C 45 C 0,284 V
Gambar 20 Grafik Suhu terhadap Vout
5. 31 C 50 C 0,285 V
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2018, VOL.05, N0. 3 25

6. 31 C 55 C 0,286 V berubah di salah satu sisi saja. Itu yang menyebabkan 2 wire
kurang seimbanng dibandingkan 3 wire.
7. 31 C 60 C 0,287 V
8. 31 C 65 C 0,288 V
9. 31 C 70 C 0,289 V V. PENUTUP

10. 31 C 75 C 0,29 V
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perencanaan dan pembuatan sistem alat
Dari hasil pengujian resistansi dengan menggunakan kemudian dilakukan pengujian sehingga didapatkan beberapa
rangkaian jembatan wheatstone 3 wire diatas dapat diketahui kesimpulan tentang sistem kerja dari alat yang meliputi:
nilai Vo. Dari nilai Vo tersebut kita dapat mengetahui apakah 1. Dari nilai resistansi yang mengalami kenaikan yang
ada perubahan nilai resistansi atau tidak pada saat kabel sangat besar disebabkan karena perubahan resistansi
tersebut dipanaskan hingga 72 C. Untuk mengetahui hal kabel yang yang hanya berada pada salah satu sisi
tersebut dapat dilihat melalui rumus dibawah ini : rangkaian jembatan wheatstone yang menyebabkan
perubahan yang sangat besar pada 2 wire.
VA = 2. 3 wire akan memberikan hasil yang lebih tepat
dibandingkan 2 wire. Hal ini dikarenakan perubahan
VB = resistansi kabel berada seimbang dikedua sisi rangkaian
jembatan wheatstone. Dengan kata lain apabila salah satu
 = A - B sisi berubah, maka sisi lainnya juga akan berubah.
Dari rumus diatas dapat diketahui pada pengujian pengukuran 5.2 Saran
nilai resistansi kabel 3 wire menghasilkan nilai yang seimbang Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam tugas akhir ini
karena posisi resistansi kabel berada pada kedua sisi lengan maka diharapkan dapat dikembangkan dimasa mendatang
rangkaian jembatan wheatstone. Jadi apabila kabel diantaranya:
dipanaskan, perubahan resistansi akan seimbang di kedua sisi 1. Untuk menambah data pengujian, sebaiknya suhu dalam
tersebut. 3 wire ini sangat ideal dari pada 2 wire karena nilai box dapat diatur atau dikontrol dengan menggunakan
resistansi di kedua sisi akan sama-sama berubah. PID atau Fuzzy.
2. Penggunaan heatrig untuk menguji perubahan sensor
Tabel 5 Data Pengujian 2 wire dengan Suhu PT-100 tetap 31C RTD PT-100 hingga suhu maksimal harusnya dapat
dilakukan agar bisa membandingkan antara sensor RTD
No. Suhu pada RTD Sensor Suhu Kabel Vo
PT-100 pada suhu tetap atau konstan dibandingkan
1. 31 C 31 C 0,27 V dengan sensor RTD PT-100 pada suhu yang berubah-
ubah.
2. 31 C 35 C 0,34 V
3. 31 C 40 C 0,43 V
4. 31 C 45 C 0,51 V
DAFTAR PUSTAKA
5. 31C 50 C 0,59 V
6. 31 C 55 C 0,67 V [1] Dian Saras, Analisa Jembatan Wheatstone, (Laboratorium Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
7. 31 C 60 C 0,75 V Prof Dr Hamka, Jakarta, 2011)
[2] ] Mandayatma Eka, Optimalisasi ADC dengan Rekayasa Perangkat
8. 31 C 65 C 0,83 V Keras Pada Pengukuran Suhu, (Teknik Elektro Politeknik Negeri
Malang 2015)
9. 31 C 70 C 0,91 V [3] N. Marwah (2013), Rancangan Sistem Akuisisi Data Suhu Dengan Pt-
100 Terhadap Fungsi Kedalaman Sumur Pengeboran Berbasis
10. 31 C 76 C 0,98 V Mikrokon- troler H8/3069F. (FMIPA Universitas Indonesia) Jakarta.
[4] T.K. Indratno (2015), Optimasi Diameter dan Panjang Kawat Koil
Sebagai Sensor Suhu Semen Sapi Berbasis RTD-C. Tesis Universitas
VA = Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
[5] Waskito Pamuji (2005), Kawat Selenoida sebagai Sensor Suhu
Berbasis Resistor Temperature Detector Coils (RTD-C), (Universitas
VB = Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

 = A - B
Vout =  x Av

Pada pengujian 2 wire menghasilkan nilai yang tidak


seimbang dikarenaka nilai posisi resistansi kabel hanya berada
pada salah satu sisi rangkaian jembatan wheatstone. Jadi
apabila kabel dipanaskan maka nilai resistansi kabel hanya

Anda mungkin juga menyukai