BAB III
MATERIAL KONDUKTOR
Berbagai material yang dapat digunakan oleh ahli teknik (insinyur) dan
ilmuan mempunyai konduktivitas yang berbeda. Secara umum material
elektroteknik dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan, yaitu: material
konduktor termasuk material super konduktor, material semi konduktor, material
isolator (dielektrik) dan material magnetik. Penggolongan material tersebut
didasarkan pada response setiap material terhadap medan listrik dan medan
magnetik luar yang diberikan. Material konduktor sering diasosiasikan sebagai
logam.
Dalam teori medan elektromagnetik, sifat konduktor atau isolator sangat
dipengaruhi oleh frekuensi medan. Suatu material dapat berubah dari konduktor
menjadi isolator atau sebaliknya dengan perubahan frekuensi. Pada bab ini akan
dibahas material konduktor. Pembahasan dalam bab ini didasarkan kepada medan-
medan frekuensi rendah. Kondutivitas dan beberapa faktor yang mempengaruhi
akan ditelaah secara detail. Material konduktor khusus yaitu superkonduktor juga
akan diperkenalkan pada bab ini.
susunan atom-atom di dalam material. Makin rapat susunan atom dan makin hebat
getaran atom maka elektron semakin tidak bebas untuk bergerak.
Gangguan/benturan tersebut akan menghasilkan suatu pertukaran energi
dalam rangka tercapainya keadaan kesetimbangan termodinamik pada material.
Misalnya peningkatan energi kenetik dari elektron-elektron konduksi akibat terpaan
medan listrik yang menyebabkan naiknya temperatur kisi (naiknya energi kisi).
+ + +
- - - e
+ + +
e
- - -
+ + +
Bila elektron bergerak dan menumbuk atom, maka arah pergerakan akan
berubah bahkan bisa berbalik. Hal ini disebabkan karena massa atom yang lebih
besar dari massa elektron (lebih dari 1000 kali).
Kehadiran medan akan mempengaruhi gerak elektron. Bila suatu medan
listrik E diberikan maka akan terjadi gaya pada elektron sebesar F = -e.E. Tanda
negatif untuk menujukkan bahwa elektron mengalami gaya dengan arah
berlawanan dengan arah medan listrik E akibat muatan negatif elektron. Elektron
akan bergerak dipercepat dengan percepatan a = F/m, dimana m adalah massa
elektron =9,1x10–31 kg. Dengan demikian, disamping pergerakan yang random
Kecepatan
Terjadi tumbukan
dengan atom
Kecepatan
rata-rata
Waktu (t)
Gambar 3.2. Kecepatan pergerakan elektron di bawah medan listrik
Bila waktu rata-rata antara dua tumbukan adalah t maka kecepatan drift
yaitu kecepatan rata-rata elektron akibat medan listrik E adalah :
eτ
VD = E (3.1)
m
Besaran (eτ/m) sering disebut mobilitas (m2v-1s-1) yang menyatakan
kemampuan elektron/pembawa muatan untuk bergerak di dalam medan listrik.
Sehingga
VD = μe E (3.2)
J = eNeVD (3.3)
J = eNeμeE (3.4)
J = σE
σ = eNeμe (3.5)
dari persaman konduktivitas terlihat bahwa konduktivitas adalah perkalian dari dua
faktor, yaitu kerapatan muatan (ρe) dan mobilitas (μe). Dengan demikian tingginya
konduktivitas dapat diperoleh dari tingginya kerapatan muatan atau tingginya
mobilitas. Untuk logam, mobilitas elektron relatif rendah, sehingga konduktivitas
yang tinggi dari logam adalah sebagai akibat tingginya kerapatan elektron bebas.
Hukum Ohm berlaku secara teliti untuk hampir semua logam. Harga tipikal
μe= 5 x 10-3 m2v-1s-1 yang akan memberikan kecepatan drift VD = 5 x 10 -3 m/s
untuk medan listrik sebesar 1 V/m.
Contoh soal:
Tembaga mempunyai konduktivitas 5,8 x 107 s/m, (μe = 0,0032 m2v-1s-1). Medan
listrik 1 V/m diberikan pada tembaga dengan penampang 1 cm2.
Tentukan:
c. kerapatan muatan
Jawab:
a. rapat arus J = σE = 5,8 x 10 7 x 1 = 58 MA/m2
b. Arus I = JS = 5,8 x 107. 10-4 = 5,8 kA
Resistansi elektrik dari suatu bahan adalah akibat adanya gangguan pada
perjalanan elektron-elektron (karena adanya ketidaksempurnaan ).
Ketidaksenpurnaan ini terdiri atas 3 macam :
- phonon (αph)
- ketidaksmpurnaan kimia (impurity) (αimp)
- ketidaksempurnaan kristal akibat perubahan bentuk mekanis (αdef).
Waktu benturan :
1 1 1 1
= + +
τ τ ph τ imp τ def
ne 2 τ
Dari σ = didapat :
mn
1 mn mn 1 1 1
= ρ= , maka ρ = ( + + ).
σ ne τ
2
ne τ ph τ imp τ def
2
σ(θ) = σ (θ = 0 ) (3.9)
[ 1 + αθ θ ]
σ0
σ= (3.10)
(1 ± ns)
Dimana σo = konduktivitas logam dalam keadaan tanpa “stress”.
s = stress mekanis
n =faktor stress masing-masing jenis logam .
P = σE (3.11)
Bukti : Misal suatu medan EX dipakai untuk arah x, pada suatu bahan dengan
persamaan kecepatan setelah benturan :
v = vx + vy + vz
Dengan adanya Ex maka :
e e
v = vx - Ex t + vy + vz ; ax = Ex
mn mn
∆ E kin (t) = ½ m n (v 2 )2 - (v 1 )2
= ½ m n (v x – (e/m n ) E x t ) 2 - v x2
e 2e
= ½ mn ( E x t )2 - vx Ex t
mn mn
Bila ada N buah elektron, masing-masing mempunyai waktu benturan yang sama
→ bersama-sama E kin naik. Perubahan enersi kinetik dari N buah elektron :
1 N
e 2e
E kin ( t ) = ∑ 1/2 m n ( E x t)2 v xiE x t
N i =1 mn mn
vxi adalah harga v x untuk elektron yang ke–i.
∑
i =1
v xi = 0 ;
e
E kin(t) = ½ m n ( E xt)2
mn
n
Bila n elektron berada dalam volume 1 dm2 akan mendapatka benturan, dalam
τ
waktu 1 detik, maka :
n ne 2 2
PJ = ∆E kin = τE
τ mn
= σ E2 (3.15)
Hukum Wiedemann – Franz – Lorentz berlaku pada temperatur normal atau pada
kenaikan temperatur tertentu.
ρo
0 Temperatur (T)
1 1 1
= + (3.18)
τ τ ph τ1
dimana suku pertama ruas kanan adalah akibat phonon oleh getaran atom yang
sangat dipengaruhi oleh temperatur dan suku kedua akibat ketidakmurnian kristal.
m 1 m 1
ρ = ρ1 + ρ ph = + (3.19)
N e e τ i N e e 2 τ ph
2
konsentrasi ketidakmurnian Ni. Namun demikian perlu dicatat bahwa untuk Ni yang
kecil ρph >> ρi kecuali untuk temperatur yang sangat rendah.
Koefisien temperatur
Untuk mengetahui pengaruh temperatur pada konduktivitas/resistivitas
maka akan dilihat pertama-tama pengaruh temperatur pada jarak bebas. Jarak
bebas akan menentukan mobilitas yang akhirnya menentukan konduktivitas. Suatu
elektron yang bergerak dengan kecepatan u akan mengalami scattering
(hambluran) pada daerah seluas S berupa lingkaran dengan radius a. Pusat
scattering bisa berupa atom, ketidakmurnian atau defect. Bila τ adalah waktu rata-
rata scattering dan N s adalah konsentrasi pusat scattering maka
1
τ=
S u NS
Atom bervibrasi secara random pada daerah seluas S = πa2 dimana a adalah
amplitudo vibrasi. Vibrasi termal atom dapat diidentikan dengan vibrasi harmonik
suatu massa M yang terikat pada suatu pegas. Energi kinetik rata-rata dari osilasi
adalah
1
M a 2 ω2
4
dimana ω adalah frekuensi vibrasi/osilasi. Energi ini setara dengan energi termal
(1/2 kT) sehingga
M a2 ω2 = 2 kT (3.20)
1 1 C
τ∝ ∝ atau τ =
πa 2
T T
eC
μ=
mT
1 1 mT
ρ= = = 2 (3.21)
σ enµ e nC
ρ=AT
Disini A adalah suatu konstanta. Dengan demikian untuk logam murni maka
resistivitas naik secara linier terhadap temperatur.
ρ=AT+B (3.22)
1 δρ
αo = (3.23)
ρ o δT T = To
dimana ρo adalah resistivitas pada T o yang biasanya diambil 273 oK atau 0 °C atau
293 oK (20° C).
Harga ρo dan αo untuk berbagai material pada 273 oK tertera pada tabel berikut .
Tabel 3.2
Harga ρO dan αO untuk berbagai material pada 273 oK
Material ρo (nΩm) αo (1/oK)
Aluminium, Al 25,0 1/233
Antimony, Sb 38,0 1/195
Tembaga, Cu 15,7 1/232
Emas, Au 22,8 1/251
Indium, In 78,0 1/196
Platina, Pt 98,0 1/255
Perak, Ag 14,6 1/244
Tantalum 117,0 1/294
Timah, Sn 110,0 1/247
Wolfram, W 50,0 1/202
Besi, Fe 84,0 1/152
Nikel, Ni 59,0 1/125
Contoh soal:
Diketahui kecepatan gerak elektron rata-rata dalam tembaga 1.25 x 106 m/s dan
frekuensi vibrasi 4 x 1012 Hz. Kerapatan tembaga adalah 8,96 g/cm dan massa
atom adalah 63,56 g/mol. Tentukan mobilitas dan konduktivitas.
Jawab:
Sehingga
1
τ= = 2,35 × 10 −14 s
S u Ns
Mobilitas adalah
eτ
μ= = 4 ,13 × 10 −3 m 2 V −1 s −1
m
dan konduktivitas adalah
σ = e N s µ = 5,6 × 10 5 Ω −1 cm −1
Timbulnya suatu arus listrik bila suatu bahan konduktor diinduksikan oleh
medan magnet, fenomena ini sering dikaitkan dengan elektron sebagai partikel
adalah efek Hall, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.4.
- - - - - F
- - - - -
- - - -
EH
y vd
+ + + +
+
+ + + + +
+ + +
+ + +
B
B
x V I
Dengan adanya arus (J) dengan arah berlawanan sumbu y, maka material akan
mengalami induksi magnet B dengan arah sumbu x, yang akan menimbulkan gaya
Lorentz F pada elektron (arah sumbu z).
F = - q (vd x B) (3.25)
Adanya F akan membentuk akumulasi elektron pada permukaan atas dari material,
pada bagian permukaan bawah terjadi pengurangan elektron. Akibat terjadinya
medan listrik baru EH disebut sebagai Medan Hall. Efek EH berlawanan dengan
efek B.
Suatu keseimbangan akan terjadi bila:
q EH = q ( Vd x B )
Bila J = - n q vd maka :
−J
EH = ( xB)
nq
EH = R H ( J x B ) (3.26)
1
Dengan RH = − adalah konstanta HALL
nq
RH negatif dalam konduktor metalik hanya ada satu pembawa muatan (elektron).
Dalam semikonduktor ada dua pembawa muatan
k n
V= ( T1 − T2 ) ln A (3.19)
q nB
k = konstanta Boltzman
q = muatan elektron
nA , nB = kerapatan elektron bebas masing–masing logam.
Pt Mo
Vacuum
Level
4,20
5,63 eV eV
Fermi Level
Fermi Level
elektron elektron
a. sebelum kontak
Pt
Vacuum Level
1,16 eV
Mo Vacum level
5,63 eV
4,20
eV
Fermi Level
Fermi Level - +
+
elektron - + elektron
- +
+
b. setelah kontak
Sebagai ilustrasi bila Platina (Pt) yang mempunyai fungsi kerja 5,36 eV dan
Molibdenium (Mb) dengan fungsi kerja 4,20 dihubungkan. Dalam metal tingkat
energi hingga level Fermi terisi secara penuh. Karena level Fermi Mo lebih tinggi
dari level Fermi Pt maka berarti elektron di dalam Mo lebih energik (mempunyai
energi lebih besar). Sehingga elektron dari Mo akan pindah ke permukaan Pt
karena level energi lebih rendah. Perpindahan elektron dari Mo ke Pt menyebabkan
daerah permukaan Pt menjadi lebih negatif dan daerah permukaan Mo menjadi
lebih positif. Keadaan setimbang dicapai bila Fermi Level kedua metal telah
menjadi satu (Gambar 3.5b). Sebagai akibat perpindahan elektron dari Mo ke Pt
maka pada keadaan setimbang didaerah sambungan terjadi perbedaan potensial.
Potensial inilah yang disebut dengan potensial kontak.
Potensial kontak yang terjadi tergantung dari perbedaan fungsi kerja kedua
matel yaitu
eΔV = W1 – W2 = W pt –W Mo = 1,16 eV
Dengan demikian potensial kontak antara Pt dan Mo adalah 1,16 Volt.
Pada daerah didalam mo yang jatuh dari kontak masing berlaku fungsi
kerja sebesar W = 4,20 eV begitu pula didalam Pt tetap berlaku W = 5,36 eV.
a. Alumunium
Alumunium murni (Al) mempunyai massa jenis 2,7 g/cm3, titik leleh 658 oC dan
tidak korosif. Daya hantar Al sebesar 35 m/ohm.mm2 atau kira-kira 61,4% daya
hantar tembaga.
Al murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan tarikya hanya 9 kg/mm2. Untuk
itu jika Al digunakan sebagai penghantar yang dimensinya cukup besar, selalu
diperkuat dengan baja atau paduan Al. Penggunaan yang demikian misalnya
pada: ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced), ACAR (Aluminium
Conductor Alloy Reinforced). Konstruksi penghantar-penghantar dari Al seperti
terlihat pada Gambar 3.6.
paduan
baja aluminium
aluminium
ACSR ACAR
Penggunaan aluminium yang lailn adalah untuk busbar dan karena alasan tertentu
misalnya, karena alasan ekomomi, dibuat penghantar aliminium yang berisolasi,
misalnya : ACSR – OW.
b. Tembaga
Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi 57 Ω.mm2/m pada suhu 20
0
C. Koefisien suhu (α) tembaga 0,004 per 0C.
Pemakaian tembaga pada teknik listrik yang terpenting adalah sebagai
penghantar, misalnya:
• kawat berisolasi (NYA, NYAF)
• kabel (NYM,NYY,NYFGbY)
• busbar, lamel mesin dc, cincin seret pada mesin ac.
Tembaga mempunyai ketahanan terhadap korosi, oksidasi. Massa jenis
tembaga murni pada 20 0C adalah 8,96 g/cm3, titik beku 1083 oC. kekekuatan tarik
tembaga tidak tinggi yaitu berkisar antara 20 hingga 40 kg/mm2, kekuatan tarik
batang tembaga akan naik setelah batang tembaga diperkecil penampangnya
untuk dijadikan kawat berisolasi atau kabel.
Untuk penghantar yang penampangnya lebih kecil dari 16 mm2 digunakan
penghantar pejal, sedangkan untuk penghantar yang penampangnya ≥ 16 mm2
digunakan penghantar serabut yang dipilih.
c. B a j a
Baja merupakan logam yang terbuat dari besi dengan campuran karbon.
Berdasarkan campuran karbonnya, baja dikategorikan menjadi 3 yaitu: baja
dengan kadar karbon rendah (0 - 0,25%), baja dengan kadar karbon menengah
(0,25 - 0,55%), baja dengan kadar karbon tinggi (> 0,55 %).
Meskipun konduktivitas baja rendah yaitu 7,7 m/Ωmm2 tetapi digunakan pada
penghantar transmisi yaitu ACSR, fungsi baja dalam hal ini adalah untuk
memperkuat konduktor aluminium secara mekanis setelah digalvanis dengan seng.
Keuntungan dipakainya baja pada ACSR adalah menghemat pamakaian
aluminium. Berdasarkan pertimbangan tersebut dibuat penghantar bimetal seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.7 (jangan dikacaukan dengan termal bimetal yang
biasanya untuk pengaman).
tembaga
baja
d. W o l f r a m
Logam ini berwarna abu-abu keputih-putihan, mempunyai massa jenis 20 g/cm3,
titik leleh 3410 oC, titik didih 5900 oC, α 4,4. 10-6 per oC, tahanan jenis 0,055
Ω.mm2/m.
Wolfram diperoleh dari tambang yang pemisahnya dari penambangan
dengan menggunakan magnetik atau proses kimia. Dengan reaksi reduksi asam
wolfram (H2WO4) dengan suhu 700 oC diperoleh bubuk wolfram. Bubuk wolfram
tersebut kemudian dibentuk menjadi batangan dengan suatu proses yang disebut
metalurgi bubuk yang menggunakan tekanan dan suhu tinggi (2000 atmosfir, 1600
o
C) tanpa terjadi oksidasi. Dengan menggunakan mesin penarik, batang wolfram
diameternya dapat dikecilkan menjadi 0,01 mm ( penarikannya dilakukan pada
keadaan panas).
Penggunaan wolfram pada teknik listrik antara lain: filamen (lampu pijar,
lampu halogen, lampu ganda), elektroda, tabung elektronik.
e. Molibdenum
Logam ini mirip dengan wolfram dalam hal sifatnya, demikian pula cara
mendapatkannya. Molibdernum mempunyai massa jenis 10,2 g/cm3, titik leleh
2620 oC, titik didih 3700 oC, α 53.10-17 per oC, resistivitasnya 0,048 Ω.mm2/m
koefisien suhu 0,0047 per oC.
Di antara penggunaan Molibdenum adalah pada: tabung sinar X, tabung
hampa udara, karena molibdenum dapat membentuk lapisan yang kuat dengan
gelas. Sebagai campuran logam yang digunakan untuk keperluan yang keras,
tahan korosi, bagian-bagian yang digunakan pada suhu tinggi.
f. Platina
Platina merupakan logam berat, berwarna putih keabu-abuan, tidak korosif, sulit
terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian besar bahan kimia. Massa jenisnya
21,4 g.cm3, α nya 9.10-6 per oC, titik leleh 1775 oC, titik didih 4530 oC,
resistivitasnya 0,1 Ω.mm2/m, koefisien suhu 0,0037 per oC.
Platina dapat dibentuk menjadi filamen yang tipis dan batang yang tipis-
tipis. Penggunaan platina pada teknik listrik antara lain untuk elemen pemanas di
laboratorium tentang oven atau tungku pembakaran yang memerlukan suhu tinggi
diatas 1300 oC, untuk termokopel platina-rhodium (diatas 1600 oC), platina dengan
diameter ± 1 mikron digunakan untuk menggantung bagian gerak pada meter listrik
dan instrumen sensitif lainnya, bahan untuk potensiometer.
g. Bimetal
Bahan yang umum digunakan untuk bimetal adalah invar (63,1% Fe + 36,1% Ni
+0,4% Mn + 0,4% Cu) sebagai logam yang mempunyai α kecil yaitu 1,5. 10-6 per
o
C untuk suhu 0 hingga 100 oC. Sedangkan untuk logam kedua dengan α yang
lebih besar dapat digunakan: besi, nikel, konstantan, tembaga dengan proses
dingin, perunggu atau monel ( 66% Ni + 28% Cu +Fe, Mn) atau baja non magnetik.
Penggunaan bimetal pada teknik listrik adalah untuk rele-termal misalnya
pada: Miniature Circuit Breaker (MCB), Over Load Relay (OLR). Bimetal sebagai
rele-termal tidak selamanya dilewati arus, kecuali arus yang tidak terlaku besar.
Untuk memutuskan arus besar, pada rele ada belitan pemanas khusus yang
ditempatkan di sekeliling bimetal. Pengaruh panas dari lilitan inilah yang digunakan
untuk mempengaruhi pembegkokan bimetal. Hal ini ditempuh sebab bila bimetal
langsung dilewati arus besar dan sekaligus sebagai pemutus, bimetal cepat arus.
Fechral 0,7 Mn, 0,6 Ni, 12 s/d 15 Cr, 7,1 s/d 7,5 1,2 s/d 1,35 10 s/d 12
3,5 s/d 5 Al, sisanya Fe -
Nikelin 54 Cu, 26 Ni, 20 Zn 0,4 s/d 0,47 23
i. Karbon
Peranan karbon pada teknik listrik juga sangat penting jika dilihat kegunaannya
sebagai berikut; sikat–sikat pada mesin listrik, resistor dan rheostat, elektroda
pada tungku pembakaran (tanur ) busur kolam galvanis. Beberapa perangkat
elektronik dan telekomunikasi juga terbuat dari karbon.
Untuk penggunaan karbon sebagai sikat pada mesin listrik, fungsinya adalah
sebagai jembatan yang harus dilalui arus.
Beberapa jenis yang digunakan sebagai sikat adalah: karbon-grafit, grafit
elektro-grafit, grafit-tembaga, dan grafit-kuningan. Grafit-tembaga dan grafit-
kuningan paling banyak digunakan karena resistivitasnya rendah, tegangan anjlok
pada persinggungan antara sikat dengan komutator atau cincin seret adalah
rendah.
Pada tungku pembakaran busur, elektroda yang digunakan diantaranya
adalah grafit dan karbon. Pertimbangan penggunaan karbon atau grafit adalah
karena; tidak lumer, menghantarkan listrik, sifat tidak larut, kemurnian kimianya,
kekuatan mekanis dan tahan terhadap kejutan termal. Secara kimia, karbon dan
grafit adalah sama, tetapi secara fisis dan elektris banyak perbedaanya.
Sebagai sikat pada bagian berputar pada mesin listrik, karbon mempunyai
kelebihan karena :
a. Tahan terhadap efek yang disebabkan suhu tinggi. Hal ini karen sikat karbon
mampu menahan suhu hingga 3000o C.
b. Kepadatannya renda. Karbon lebih ringan dibanding logam pada umumnya
(kecuali magnesim). Hal ini memudahkan adaptasi dengan permukaan yang
tidak beraturan.
c. Tidak terjadi pengelasan (menyatu) dengan logam pada kondisi yang sama jika
logam-logam menyatu satu sama lain, misalnya karena panas.
Untuk kebutuhan sikat–sikat komutator atau slip-ring pada mesin listrik bubuk
karbon dicampur dengan bubuk konduktor antara lain : tembaga, perunggu.
Berdasarkan tingkatannya, sikat karbon dibedakan seperti pada tabel 3.4.
Grafit tembaga 10 s/d 20 0,5 s/d 0,003 rendah Mesin ac & dc.
j. Timah Hitam
Timah hitam mempunyai massa jenis 11,4 g/cm3, agak lunak , meleleh pada suhu
o o
327 C , titik didih 1560 C, warna abu-abu dan sangat mudah dibentuk.
Merupakan bahan tahan korosi dan mempunyai konduktivitas 4,5 m/Ω.mm2.
Pemakaian timah hitam pada teknik listrik antara lain; sel–akumulator, selubung
kabel tanah disamping digunakan sebagai pelindung pada industri nuklir.
Timah hitam tidak tahan terhadap pengaruh getaran dan mudah mengikat
sisa asam. Pemakaiannya sebagai pelindung kabel tanah jika ditanam pada
tempat–tempat tersebut, diperlukan perlindungan tambahan. Kapur basah, air laut
dan semen basah dapat bereaksi dengan timah hitam. Itulah sebabnya disamping
timah hitam sebagai pelindung kabel tanah, digunakan paduan dari timah hitam
yang mempunyai struktur kristal yang lebih luas, kuat, tahan getaran. Tetapi lebih
mudah korosi. Timah dan komponennya mengandung racun.