NIM : 2022-71-586
Kelas :D
Tgl Presentasi :
: Lusy Sahara
Konversi energi listrik adalah proses mengubah energi listrik menjadi bentuk energi lainnya atau
sebaliknya. Dalam konteks ini, abstrak ini akan membahas dasar-dasar konversi energi listrik.
Abstrak ini berfokus pada prinsip-prinsip utama yang terlibat dalam konversi energi listrik, termasuk
prinsip elektromagnetik, prinsip konversi energi mekanik, dan prinsip konversi energi termal. Proses
konversi energi listrik dimulai dengan prinsip elektromagnetik, di mana medan listrik dan medan
magnet saling berinteraksi untuk menghasilkan gerakan partikel bermuatan. Dalam generator listrik,
prinsip ini digunakan untuk menghasilkan energi listrik dari energi mekanik. Ketika generator diputar
oleh sumber energi seperti turbin angin atau mesin pembakaran dalam, medan magnet bergerak
melalui kumparan kawat dan menghasilkan arus listrik. Selanjutnya, konversi energi mekanik
menjadi energi listrik ini memanfaatkan prinsip konversi energi mekanik. Gerakan mekanik dari
turbin atau mesin tersebut ditransfer ke generator listrik melalui sistem poros dan kopling. Gerakan
rotasi dari sumber energi diubah menjadi gerakan putar pada rotor generator, yang kemudian
menghasilkan energi listrik melalui induksi elektromagnetik. Selain itu, dalam beberapa kasus, energi
listrik juga dapat dikonversi dari energi termal melalui prinsip konversi energi termal. Misalnya,
dalam pembangkit listrik tenaga panas bumi, energi panas dari dalam bumi digunakan untuk
menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian menggerakkan turbin yang terhubung dengan generator
listrik, mengubah energi termal menjadi energi mekanik dan akhirnya menjadi energi listrik. Dalam
kesimpulan, dasar-dasar konversi energi listrik melibatkan prinsip elektromagnetik, konversi energi
mekanik, dan konversi energi termal. Pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip ini sangat penting
untuk merancang dan mengoperasikan sistem konversi energi yang efisien dan berkelanjutan.
Kata kunci: konversi energi listrik, prinsip elektromagnetik, konversi energi mekanik, konversi energi
termal.
I. TUJUAN
1. Memahami Dasar Konversi Energi Listrik menjadi energi mekanik pada Motor Induksi 1
fasa (motor kapasitor).
2. Memahami prinsip kerja Motor Induksi.
3. Memahami hubungan antara tegangan dan mekanik yang dihasilkan motor.
3. BENTUK ENERGI
Secara umum bentuk energi dibagi 6 kategori :
3.1 ENERGI MEKANIK
Adalah energi yang dimiliki suatu benda karena sifat geraknya. Energi mekanik
terdiri dari energi potensial dan energi kinetik. Energi potensial adalah energi yang
dimiliki benda karena posisinya (kedudukan) terhadap suatu acuan. Energi potensial
bumi tergantung pada massa benda, gravitasi bumi dan ketinggian benda. Sehingga
dapat dirumuskan: Ep = m.g.h
Energi mekanik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Makin besar
kecepatan benda bergerak makin besar energi kinetiknya dan semakin besar massa
benda yang bergerak makin besar pula energi kinetik yang dimilikinya. Secara
matematis dapat dirumuskan: Ek = ½ mv2
Kecepatan
No. Tegangan (V) Arus (A) Keterangan Lampu
Motor (RPM)
1. 50 0,58 1803
2. 75 0,3 2301
3. 100 0,81 2772
2700
2500
2301
2300
2100
1900 1803
1700
1500
50 75 100
TEGANGAN (V)
Konversi energi mekanik menjadi energi listrik pada generator 3 fasa merupakan proses yang penting
dalam menghasilkan listrik secara efisien. Generator 3 fasa adalah salah satu jenis generator yang
umum digunakan dalam industri dan pembangkit listrik. Proses konversi dimulai dengan
menggunakan energi mekanik yang diperoleh dari sumber daya alam seperti air, angin, atau gerakan
mekanik lainnya. Pada generator 3 fasa, terdapat tiga kumparan kawat yang diatur dalam tiga fasa
yang terpisah. Setiap fasa memiliki kumparan kawat yang ditempatkan pada sudut 120 derajat satu
sama lain. Konversi energi mekanik menjadi energi listrik pada generator 3 fasa menggunakan prinsip
induksi elektromagnetik. Ketika kumparan kawat berputar di antara medan magnet, medan magnet
yang berubah-ubah menyebabkan timbulnya arus listrik pada masing-masing fasa. Arus listrik ini
dihasilkan berdasarkan hukum induksi Faraday dan prinsip Lenz. Setelah dihasilkan, arus listrik pada
masing-masing fasa dapat digunakan secara terpisah atau dikombinasikan untuk menghasilkan daya
listrik yang lebih besar. Biasanya, arus listrik dari generator 3 fasa dihubungkan ke sistem distribusi
listrik yang menggunakan tiga konduktor fasa yang terpisah. Konversi energi mekanik menjadi energi
listrik pada generator 3 fasa memberikan keuntungan dalam efisiensi dan stabilitas listrik. Dengan
menggunakan tiga fasa yang saling bergantian, generator 3 fasa mampu menghasilkan daya listrik
yang lebih stabil dan merata. Selain itu, penggunaan generator 3 fasa juga memungkinkan sistem
listrik untuk menggerakkan peralatan dengan beban yang lebih besar. Penerapan konversi energi
mekanik menjadi energi listrik pada generator 3 fasa sangat penting dalam industri dan pembangkit
listrik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang prinsip kerja dan keuntungan dari generator 3
fasa, kita dapat meningkatkan efisiensi dan kehandalan sistem listrik serta memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya alam untuk menghasilkan energi listrik yang berkelanjutan.
Kata kunci: konversi energi, mekanik, energi listrik, generator 3 fasa, induksi elektromagnetik
Rahmad Yasubri
2022-71-586
MODUL 2
KONVERSI ENERGI LISTRIK MENJADI ENERGI MEKANIK
PADA GENERATOR 3 FASA
I. TUJUAN
1. Memahami proses konversi energi mekanik menjadi energi listrik pada
2. generator 3 fasa.
3. Mengetahui hubungan antara arus excitasi dengan putaran generator
4. Mengetahui hubungan antara arus excitasi dengan tegangan output
5. generator
6. Mengetahui hubungan antara putaran rotor dengan tegangan output
7. generator
8. Mampu menganalisa kesalahan yang terjadi pada saat praktek.
2. JENIS GENERATOR
2.1 Generator Arus Searah
Dasar kerja dari generator arus searah adalah terjadinya peristiwa induksi
elektromagnetik. Generator arus searah juga dapat menghasilkan kegagalan induksi ke satu
arah dengan mengubah bentuk cincin terminalnya. Cincin terminal dalam bentuk ini
disebut juga sebagai cincin belah atau komutator.
Generator arus searah hanya akan menggunakan komutator satu cincin yang terbelah
dua, sehingga kemudian menghasilkan arus searah, sedangkan generator arus bolak-balik
memiliki dua cincin yang terpisah.
Ketika gaya gerak listrik timbul, maka kontak dengan rangkaian beban kemudian
berganti terminal, sehingga tegangan keluaran hanya memiliki satu tanda serta
menghasilkan arus searah. Penambahan jumlah kumparan yang kemudian dihubungkan ke
komutator dengan cincin komutator yang terdiri dari beberapa segmen, serta mampu
mengurangi riak pada tegangan listrik arus searah.
4. FUNGSI GENERATOR
Fungsi generator yang paling utama ialah menghasilkan energi elektrik dengan cara
mengubah gaya gerak di dalamnya. Selain itu, banyaknya peralatan elektronik saat ini juga
membuat generator memiliki banyak sekali fungsi. Adapun fungsi generator dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya adalah sebagai berikut:
4.1 Pembangkit Tenaga Listrik
Generator merupakan komponen utama yang mampu membangkitkan tenaga
listrik. Adapun sumber energi yang digunakan bermacam-macam, seperti diantaranya
air, matahari, gas alam, gelombang laut, angin, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
fungsi generator adalah membuat kita tidak mudah kehabisan energi listrik.
4.2 Sebagai Cadangan Listrik
Sebagaimana kita tahu, banyak sekali tempat-tempat umum yang kemudian
menggunakan generator. Tentu saja, hal ini digunakan sebagai cadangan pasokan
listrik. Beberapa tempat seperti diantaranya supermarket, hotel, hingga rumah sakit,
menggunakan generator berupa genset untuk dapat menyimpan aliran listrik di
dalamnya.
Dengan adanya generator, maka cadangan aliran listrik ini kemudian dapat
membantu aktivitas sehari-sehari. Dengan begitu, tak perlu khawatir lagi jika terjadi
pemadaman listrik.
5. PENGEMBANGAN GENERATOR
Sebelum hubungan di antara magnet dan listrik ditemukan, generator kemudian
menggunakan prinsip elektrostatik. Mesin Wimshurst juga menggunakan induksi elektrostatik
atau “influence”. Generator Van de Graaff yang menggunakan salah satu dari dua mekanisme:
• Penyaluran muatan dari elektrode voltase-tinggi
5.1 Faraday
Generator 3 phase kedap suara terbuat sekitar 1831-1832 Michael Faraday kemudian
menemukan bahwa perbedaan potensial ini dihasilkan antara ujung-ujung konduktor listrik
yang bergerak dengan tegak lurus terhadap medan magnet. Dia juga membuat generator
elektromagnetik pertama berdasarkan kepada efek ini dengan menggunakan cakram
tembaga yang berputar di antara kutub magnet tapal kuda.
Proses ini juga menghasilkan arus searah yang kecil. Selain itu, desain alat yang
dijuluki ‘cakram Faraday’ itu tak efisien dikarenakan oleh aliran arus listrik yang arahnya
berlawanan pada bagian cakram yang tidak terkena pengaruh medan magnet. Arus yang
diinduksi secara langsung di bawah magnet akan mengalir kembali ke bagian cakram di
luar pengaruh medan magnet.
Arus balik itu juga membatasi tenaga yang dialirkan ke kawat penghantar serta
menginduksi panas yang dihasilkan oleh cakram tembaga. Generator homopolar yang
kemudian dikembangkan selanjutnya dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan cara
menggunakan sejumlah magnet yang disusun mengelilingi tepi cakram untuk dapat
mempertahankan efek medan magnet yang stabil.
Kelemahan yang lain dari pengembangan generator ini adalah kecilnya tegangan
listrik yang dihasilkan alat ini. Hal ini dapat terjadi karena jalur arus tunggal yang melalui
fluks magnetik.
5.2 Dinamo
Dinamo sebagai generator listrik pertama yang mampu mengantarkan tenaga untuk
industri, dan masih merupakan generator terpenting yang kemudian digunakan pada abad
ke-21. Dinamo juga menggunakan prinsip elektromagnetisme untuk dapat mengubah
putaran mekanik menjadi listrik arus bolak-balik.
Dinamo pertama ini berdasarkan prinsip Faraday dibuat pada 1832 oleh Hippolyte
Pixii, seorang pembuat peralatan dari Prancis. Alat ini juga menggunakan magnet
permanen yang diputar oleh sebuah “crank”.
Magnet yang berputar ini diletakkan sedemikian rupa sehingga kutub utara serta
selatannya melewati sebongkah besi yang dibungkus dengan kawat. Pixii juga menemukan
bahwa magnet yang berputar dengan memproduksi sebuah pulsa arus di kawat setiap kali
sebuah kutub melewati kumparan.
125 100
100
75
50 25
25
0
18,7 183,3 221,8
Tegangan Output Generator (V)
125
Eksitasi DC (V)
100
100
75
50
25
25
0
1,1 8,1 15,8
Tegangan Output Generator (V)
Konversi energi listrik menjadi energi panas adalah proses yang penting dalam berbagai aplikasi,
terutama dalam konteks pemanasan. Rheostat, salah satu alat kontrol listrik yang digunakan untuk
mengatur arus listrik, memainkan peran kunci dalam konversi ini.
Rheostat adalah perangkat elektronik yang berfungsi sebagai resistansi variabel, yang memungkinkan
pengguna untuk mengontrol jumlah arus listrik yang mengalir melaluinya. Konversi energi listrik
menjadi energi panas terjadi pada rheostat karena adanya resistansi dalam perangkat.
Ketika arus listrik mengalir melalui rheostat, perangkat ini menyebabkan resistansi terhadap aliran
arus tersebut. Saat resistansi meningkat, energi listrik yang dibawa oleh arus tersebut akan diubah
menjadi energi panas. Prinsip ini dijelaskan oleh hukum Joule, yang menyatakan bahwa panas yang
dihasilkan oleh arus listrik berbanding lurus dengan kuadrat resistansi dan kuadrat besar arus yang
mengalir melalui resistansi.
Konversi energi listrik menjadi energi panas pada rheostat memiliki banyak aplikasi praktis. Salah
satu contohnya adalah dalam sistem pemanas ruangan. Rheostat digunakan untuk mengatur jumlah
arus listrik yang mengalir melalui elemen pemanas, seperti kawat pemanas atau elemen pemanas
keramik. Dengan mengontrol resistansi pada rheostat, pengguna dapat mengatur suhu ruangan
dengan mengubah jumlah energi listrik yang dikonversi menjadi energi panas oleh elemen pemanas.
Selain itu, konversi energi listrik menjadi energi panas pada rheostat juga diterapkan dalam bidang
industri. Rheostat digunakan dalam pengaturan suhu pada oven industri, tungku peleburan logam,
dan berbagai sistem pemanas industri lainnya. Dalam hal ini, rheostat memberikan kontrol yang
presisi terhadap konversi energi listrik menjadi energi panas, memungkinkan penggunaan yang
efisien dan penyesuaian sesuai kebutuhan.
Dalam kesimpulan, konversi energi listrik menjadi energi panas pada rheostat adalah proses yang
penting dalam berbagai aplikasi pemanasan. Dengan menggunakan rheostat sebagai kontrol
resistansi, energi listrik dapat diubah menjadi energi panas dengan presisi dan efisiensi. Penerapan
konversi ini dapat ditemukan dalam sistem pemanas ruangan, industri, dan berbagai aplikasi lainnya.
Dengan memahami prinsip dan penggunaan rheostat dalam konversi ini, kita dapat mengoptimalkan
pemanfaatan energi listrik dan mencapai pemanasan yang efisien dan sesuai kebutuhan.
I. TUJUAN
1. Memahami dasar konversi energi listrik menjadi energi panas.
2. Mengetahui kenaikan suhu yang terjadi pada rheostat.
4. Konversi Energi Listrik menjadi Energi Panas pada Rheostat dalam Industri
Selain pemanasan ruangan, konversi energi listrik menjadi energi panas pada rheostat
juga memiliki berbagai aplikasi dalam industri. Rheostat digunakan sebagai pengendali suhu
dalam sistem pemanas industri dan tungku peleburan logam. Dalam konteks ini, rheostat
memberikan kontrol yang presisi terhadap konversi energi listrik menjadi energi panas.
Dalam industri, rheostat digunakan untuk mengontrol suhu dalam proses pemanasan dan
peleburan logam. Dalam aplikasi ini, suhu yang tepat harus dipertahankan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Rheostat memungkinkan pengaturan suhu dengan sangat presisi, yang
penting untuk memastikan kualitas produk yang konsisten. Selain itu, penggunaan rheostat
dalam industri juga memungkinkan pengaturan suhu yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan produksi. Hal ini dapat membantu dalam mengoptimalkan efisiensi energi dan
penghematan biaya operasional.
5. Keuntungan dan Manfaat Konversi Energi Listrik Menjadi Energi Panas pada
Rheostat
Konversi energi listrik menjadi energi panas pada rheostat membawa sejumlah manfaat
yang signifikan, yaitu:
5.1 Kontrol yang fleksibel. Rheostat memungkinkan pengguna untuk mengubah
resistansi dan mengatur jumlah energi listrik yang dikonsumsi sesuai dengan
kebutuhan yang berbeda. Ini memberikan pengguna kebebasan untuk mengatur
suhu dan mengontrol pemanasan sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka.
5.2 Efisiensi energi yang lebih tinggi. Dengan menggunakan rheostat, energi listrik
dikonversi menjadi energi panas hanya dalam jumlah yang diperlukan. Ini
mengurangi pemborosan energi dan membantu dalam penghematan energi secara
keseluruhan. Efisiensi energi yang lebih tinggi juga berkontribusi pada
pengurangan emisi gas rumah kaca dan dampak lingkungan negatif.
5.3 Keberlanjutan energi. Konversi energi listrik menjadi energi panas pada rheostat
dapat didukung oleh sumber energi terbarukan, seperti energi surya atau energi
angin. Dengan menggunakan sumber energi terbarukan untuk menghasilkan energi
listrik yang kemudian dikonversi menjadi energi panas, kita dapat mengurangi
ketergantungan pada sumber daya fosil dan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.
1. Siapkan rheostat (variabel resistor) , saklar dan sumber listrik sesuai kebutuhan praktek
(sumber arus bolak balik 220V).
2. Siapkan alat ukur (Amperemeter dan infrared thermometer) dengan batas ukur sesuai
peralatan listrik yang akan diukur.
3. Siapkan kabel penghubung secukupnya.
4. Lakukan pengawatan seperti pada gambar diatas.
5. Rheostat pada awalnya memiliki tahan yang maksimal.
6. Masukan sumber listrik AC pada rangkaian dan pastikan posisi tegangan sebelum
dihubungkan adalah “nol”
7. Amati penunjukan Amperemeter dan catat nilai arus yang mengalir sesuai waktu yang
ditentukan
8. Ukurlah suhu kenaikan pada rheostat menggunakan thermometer inframerah
9. Catat nilai yang di dapatkan sesuai waktu yang ditetapkan.
10. Ulangi langkah 6-9 dengan memakai rheostat yang baru, tetapi nilai tahanannya di
perkecil (setengahnya)
11. Analisa hasil percobaan ini.
32
31,8
Suhu (◦C)
31,6
31,6
31,4
31,2 31,1
31
13 13 15
Waktu (detik)