Anda di halaman 1dari 91

MESIN TAK SEREMPAK

1 Konsep Kemagnitan
1.1 Magnit Dasar
Magnit adalah suatu material (logam) yang mempunyai sifat dapat menarik logam lain
dan mempunyai kutub utara dan selatan.

U S U S

Magnit ditinjau dari pembentukan, ada dua :


a. Magnit Permanen (tetap) Bahan tambang (logam) yang karena susunan atomnya
mempunyai sifat magnit.

b. Magnit remanen (tidak tetap) adalah magnit buatan, sifat kemagnitan diperoleh
dengan cara melilitkan kawat pada sebatang logam, bila lilitan kawat tersebut
dialiri arus maka pada logam tersebut akan terbentuk sifat kemagnitan.

Medan magnit adalah aliran (kawasan) yang terbentuk dari gerakan elektron dari
sebatang magnit dari kutub utara menuju kutub selatan.

1.2. Pembentukan Medan Magnit


Bila sepotong penghantar yang dialiri arus listrik maka pada sekeliling penghantar
tersebut akan diinduksikan medan listrik, bila didalam medan listrik ditempatkan
sebatang logam maka pada logam tersebut akan mengalir gerakan didalamnya.
i S
N lilit
i V

U
Karena gerak elektron dari kutub utara menuju kutub selatan maka pada medan magnit akan
mempunyai arah, kerapan dan intensitas (kuat) yang disebut Fluks.

Fluks (Ø) = weber (wb)


Kerapatan medan magnit adalah banyaknya garis-garis gaya magnit (fluks) yang menembus
suatu luas bidang tertentu.
Kerapatan Fluks (B) = ( wb/m2)
Intensitas (kuat) medan magnit adalah besarnya Fluks sepanjang jarak tertentu.
Intensitas ( H ) = ( Amper/m)
Kerapatan medan magnit tergantung dari besarnya intensitas dan bahan inti magnit
B=μ.H
Dimana :
μ = Permeabelitet bahan (H/m)
μ0 = Permeabelitet udara = 4 . ∏ .10 -7 H/m

Fluks magnit dalam suatu bidang , Fluks (Ø) = ∫ B . dA

dA = luas bidang permukaan


Ø,H

i N lilit dA
V

Lc

Apabila sumber tegangan V dialirkan arus listrik (i) melalui kumparan N lilit maka pada inti akan
diinduksikan kuat medan magnit H, sesuai Hk. Amper
N.i
N. I = H. Lc atau H = , dimana Lc = panjang lintasan fluks
Lc

1.3 Induksi Tegangan


Apabila medan magnit berubah terhadap waktu yang disebabkan arus bolak balik berbentuk
sinus oidal. Medan listrik akan diinduksikan Gaya Gerak Listrik (GGL)
d d d
(GGL) sebesar eind = - bila ada N lilit, maka : e ind = - N . =-
dt dt dt

Dengan : λ = N . Ø ( fluks linkage/ gandengan fluks )


Karena fluks linkage merupakan fungsi putaran (Ø) dan waktu (t), maka :

e ind = d (Ø, t )
dt
Bila dλ (Ø, t ) =
   d 
Maka eind = {( .dt )  ( .dt )} {( = ).( )( )}
t t t dt t

atau eind = e rotasi + e transformasi

1.4 Konsep Rangkaian Magnit


Arus listrik yang dialirkan pada penghantar yang dililitkan pada inti besi berbentuk Toroida,
menghasilkan medan magnit yang sebanding dengan jumlah liliutan N dikalikan besar arus I
yang dikenal gaya gerak magnit (GGM) = N . I (amper lilit).
Gaya gerak magnit cenderung menggerakan fluks disekitar cincin toroida yang ditentukan oleh
besarnya reluktansi (tahanan inti), sedangkan reluktansi berbanding lurus dengan panjang l
dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A)

l
  ( A. lilit/weber) i
. A

 ϕ
  N lilit

Rangkaian magnit Toroida


1.5. Sifat Bahan Magnetik
Bahan magnetik terdiri dari besi dan senyawa besi dengan kobalt, tungsten, Nikel, alumunium dan
logam lain.
Sifat bahan: bila ada gaya magnetisasi dari luar maka momen magnit condong mengarah searah medan
magnetik, bila gaya tersebut dilepas momen magnetik akan kembali kearah yang terdekat dengan
medan yang digunakan. Momen dipole magnetik tidak lagi acak arahnya namun mempunyai
komponen magnetisasi sepanjang medan yang digunakan. Efek ini disebut Histerisis magnetik.
ϕ, weber
B, weber/m2

H.A lilit/m GGM, A lilit

Kurva B – H atau kurva magnetisasi (gambar diatas) hanya dipengaruhi jenis bahan bukan dimensi. Kuat
medan sebanding dengan GGM (N.i) dan kerapatan fluks (B) sebanding dengan fluks (ϕ),
kemiringan kurvaB terhadap H menunjukkan harga permeabelitas inti. Operasi GGM dan fluks
berada didaerah tidak jenuh.

Energi Dalam Medan Magnit


Energi listrik digunakan oleh inti dan belitan untuk menghasilkan medan magnit, energi ini akan
disimpan dalam medan magnit yang ditimbulkan :
dωE = d ωF sedang d ωF = I . dλ = Ƭ . dϕ sehingga
Energi yang tersimpan :
 
F   i ( ) d
0
  ( )d
0


Besar energi yang tersimpan merupakan luas daerah yang ditentukan oleh jenis bahan, untuk
bahan Ferromagnit hubungan dan ϕ akan tidak linier seperti gambar dibawah :
ϕ,B Φ, B
c a

b
F, N

0
F, H

Jumlah energi yang dibutuhkan = luas daerah oac, apabila harga Ƭ dikembalikan ke harga 0 kurva
menurun ab, sebagian energi yang besarnya sama dengan luas abc akan dilepaskan sedang
energi seluas oab akan hilang sebagai panas (rugi Histerisi)
Untuk rangkaiandlistrik
 Rjika– L, berlaku :
dikalikan dengan I dt, maka v.i.dt  R.i dt  id
2
v  R.i 
dt
t2 t2
t2
 vidt   Ri dt   id
2
atau t1
t1 t1

Kerja yang dilakukan = panas yang hilang + energi yang tersimpan


t 2 
Ni  .Hc.Lc
Energi tersimpan :  f   id   id   Ni.d dengan :
t1 0 0 d  Ac.dB

LC . AC  Nid  ( H C .LC )( AC .dB)  ( I C . AC )( H .dB)


Volume inti
F B
Energi yang tersimpan per unit volume :  pu 
LC AC
  HdB
0
2. DASAR ELEKTROMAGNETIK
2.1 KONVERSI ENERGI ELEKTROMEKANIK
Konversi energi adalah perubahan suatu energi baik dari energi listrik menjadi energi mekanik
(motor) maupun sebaliknya dari energi mekanik menjadi energi listrik (generator)
berlangsung melalui medium medan magnet, energi dirubah dari satu sistem ke sistem lain,
sementara akan tersimpan pada medium medan magnet untuk kemudian dilepaskan
menjadi energi lain. Dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi sebagai tempat
penyimpanan energi juga sekaligus sebagi medium untuk mengkopel proses perubahan
energi.

Energi Medan Energi Motor


listrik magnet mekanis Generator

Hk. Kekekalan energi, proses konversi energi mekanik (motor) dapat dinyatakan :
Energi listrik sebagai input = Energi mekanik (output) + Energi yang diubah menjadi panas +
Energi yang tersimpan pada medan magnet.
Atau
Energi listrik minus rugi tahanan = Energi mekanik minus rugi gesekan + Energi tersimpan pada
medan magnet plus Σ rugi yang menyertai
Dalam bentuk defrensial dWE = dWM + dWF, rumus ini berlaku ketika proses konversi energi
sedang berlangsung (keadaan dinamis yang transien) untuk keadaan mantap fluks
merupakan harga konstan, maka dWF = 0 sehingga dWE = dWM
GAYA GERAK LISTRIK
Apabila sebuah konduktor digerakan tegak lurus sejauh ds memotong suatu medan magnet
dengan kerapatan fluks B, maka perubahan fluks pada konduktor dengan panjang efektif.
d  Bl.ds dari Hk. Farraday diketahui bahwa gaya gerak listri (ggl) e  d / dt maka
e  Bl.ds / dt ; ds / dt  v = kecepatan, sehingga e  B.l .v
v
Arah daya gerak listrik ini ditentukan oleh aturan
tangan kanan, dengan jempol telunjuk dan jari
u B s tengah yang saling tegak lurus menunjukkan masing-
masing arah v, B dan e.
Bila konduktor tersebut dihubungkan dengan beban maka pada konduktor mengalir arus yang
menjahui kita (x). Persamaan e  B.l.v dapat diartikan bahwa apabila medium medan
magnet diberikan energi mekanik (untuk menghasilkan kecepatan v) maka akan
dibangkitkan energi listrik (e).

Kopel
Arus listrik I yang dialirkan didalam suatu medan magnet dengan kerapatan fluks B akan
menghasilkan suatu gaya F sebesar : F  B.I .l . Arah gaya ditentukan aturan tangan kiri
dengan jempol, telunjuk dan jari tengah yang saling tegak lurus menunjukan masing-masing
arah F, B dan I. Persamaan F = B I L merupakan prinsip motor, dimana terjadi proses
perubahan energi listrik I menjadi mekanik (F). Bila jari-jari rotor adalah r kopel yang
dibangkitkan :
u B s
T = F x r = B. I. L r

F
Suatu gerak konduktor dalam medan magnet akan membangkitkan tegangan e = B l V dan
bila dihubungkan beban , akan mengalir arus listrik (I). Arus listrik ini merupakan medan
magnet pula dan akan berinteraksi dengan medan magnet (B) yang telah ada. Interaksi
medan magnet merupakan reaksi (lawan) terhadap gerak mekanik yang diberikan. Agar
proses konversi energi listrik menjadi energi mekanik (motor) dapat berlangsung, tegangan
sumber harus lebih besar dari pada ggl lawan.

Mesin Dinamik Elementer


Secara umum mesin dinamik terdiri atas :
- Bagian berputar disebut rotor
Stator
- Bagian yang diam disebut stator
Diantara stator dan rotor terdapat
a -a celah udara yang berfungsi sebagai
U S
media proses induksi medan magnet

Rotor
stator ke rotor.
Stator merupakan kumparan medan berbentuk kutub sepatu dan rotor merupakan kumparan
jangkar dengan belitan konduktor saling dihubungkan, kumparan ini diletakan pada setiap
alur stator dan saling dihubungkan ujungnya untuk mendapatkan tegangan induksi (ggl)
yang lebih besar.
Kumparan a – a merupakan dua konduktor a dan –a, bila diputar dengan arah berlawanan jarum
jam akan membangkitkan tegangan yang arahnya mendekati kita pada konduktor a dan
menjahui kita pada konduktor –a, sehingga dibangkitkan tegangan berubah-ubah arah
setiap setengah putaran yang merupakan tegangan bolak balik (AC)
e = Emaks Sin ωt
Untuk mesin induksi (tak serempak) mempunyai kumparan medan pada stator sedangkan
rotornya terdiri atas konduktor yang dihubungkan singkat dan karena mesin ini
menggunakan prinsip imbas elektromagnet maka komparan rotor akan dibangkitkan gaya
gerak listrik (ggl)

Konduktor
pada Rotor
MOTOR INDUKSI
Motor induksi salah satu mesin tak serempak dan merupakan motor arus bolak balik (AC) paling
banyak digunakan, yang disebabkan :
Bebas perawatan
Harga relatif murah
Tersedia berbagai ukuran dan tersedia dimana saja
Kerugian motor tak serempak adalah kesulitan dalam pengaturan putaran

Prinsip Kerja : Belitan stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa akan menghasilkan
medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron ns = 120.f/p, medan putar akan
memotong konkuktor pada rotor sehingga terinduksi arus, sesuai Hk. Lentz rotor akan turut
berputar mengikuti medan putar stator. Bertambahnya beban akan memperbesar torsi/kopel
motor sehingga memperbesar arus induksi pada rotor.

Medan Putar
Perputaran motor mesin arus bolak balik ditimbulkan adanya medan putar (fluks yang berputar) yang
dihasilkan kumparan stator, kumparan a-a, b-b, c-c dihubungkan tegangan tiga fasa dengan beda
fasa masing-masing 1200. distribusi ia, ib dan ic sebagai fungsi waktu. Pada keadaan t1, t2, t3 dan t4
fluks resultan yang ditimbulkan
-i
a kumparan tersebut seperti gambar dibawah :
- ia
a im - ic
- ib
-c
-b
- im/2
im
b c
- ic t1 t2 t3 t4
- ib -a
Pada t1 fluks resultan mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan
kumparan a-a; sedang t2 fluks resultan dihasilkan kumparan b-b dan t 3 fluks resultan
dihasilkan kumparan c-c serta t4 fluks resultan berlawanan arah dengan fluks resultan
pada saat t1, dari gambar diatas terlihat bahwa fluks resultan akan berputar satu kali.

Analisa Secara Vektor


Dasar :
1.Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu lingkar sesuai
dengan perputaran sekrup.
2.Besarnya fluks yang ditimbulkan sebanding dengan arus yang mengalir.

F F

Notasi :
Harga positif dinyatakan tanda silang (x) dan negatif dinyatakan tanda titik (.)
Diagram vektor fluks total pada keadaan t1, t2, t3 dan t4 seperti gambar dibawah, dari
semua diagram vektor dapat dilihat bahwa fluks resultan berjalan berputar.
a
a
a a
-c -b
-c -b Fc
-c -b -c -b
Fb Fa
Fa Fa Ft
Ft
Fa Fb
Fc b c
Fc b Fb b c
b c c
-a
Fc -a
-a -a
Fb
Ft
Ft

Analisis Secara Matematis


Fluks yang dihasilkan kumparan a-a, b-b dan c-c pada saat t masing-masing dapat
dinyatakan dalam koordinat polar,

Fa cos Φ, Fb cos (Φ – 1200) dan Fc cos (Φ – 2400)


Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara sinusoida, maka amplitudo F a, Fb
dan Fc : Fa = Fmaks cos ωt,
Fb = Fmaks cos (ωt – 1200)
Fc = Fmaks cos (ωt – 2400)

Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi ruang (Φ) dan
waktu (t).
Ft (Φ,t) = Fm cos Φ cos ωt + Fm cos (Φ – 1200) cos (ωt – 1200) + Fm cos (Φ – 2400) cos (ωt
– 2400)
Dengan memakai transformasi trigoneometri
cos α cos β = ½ cos (α - β ) + ½ COS (α + β ), didapat

Ft (Φ,t) = ½ Fm cos (Φ – ωt) + ½ Fm cos (Φ + ωt) + ½ Fm cos (Φ – ωt) +½ Fm cos (Φ + ωt –


2400)+ ½ Fm cos (Φ – ωt) + ½ Fm cos (Φ + ωt – 4800)

Suku kedua, keempat dan keenam saling menghapus,


didapat

Ft (Φ,t) = 3/2 Fm cos (Φ – ωt)

Kontruksi motor induksi terdiri atas bagian berputar disebut rotor dan bagian yang
diam disebut stator, diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang berfungsi
untuk memungkinkan perpindahan induksi medan magnet, jenis rotor untuk motor
induksi ada dua jenis yaitu ; rotor sangkar bajing (sequere cage) dan rotor belitan
Gambar bagian-bagian motor induksi
Gambar konstruksi Stator

Gambar
Gambar Rotor Sangkar
5, Rotor Sangkar Bajing
Bajing Gambar 6, Rotor Sangkar Belitan
Cara kerja motor Induksi
1. Apabila sumber tegangan tiga fasa pada kumparan stator akan timbul medan putar dengan
kecepatan ns = 120 f/p.
2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor
3. Akibatnya pada rotor akan timbul tegangan induksi (ggl) sebesar
E2s = 4,44 f2 N2 φm
4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl (E) akan menghasilkan arus (I)
5. Adanya arus (I) didalam medan magnet menimbulkan gaya ( F) pada rotor
6. Bila kopel mula yang dihasilkan gaya (F) pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor
akan berputar searah dengan medan putar stator
7. Tegangan induksi karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator , artinya
agar tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar
stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr)
8. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut Slip (S) dinyatakan
S = (ns – nr)/ns x 100%
9. Kopel motor akan ditimbulkan apabila n r lebih kecil dari ns
Slip
Slip adalah perbedaan kecepatan antara kecepatan medan putar stator (n s) dengan
kecepatan rotor (nr), pada saat motor diam slip = 0% (ns=nr).
Hubungan frekuensi dengan slip :
120. f1 p.ns
ns  f1 
P atau 120

pada rotor berlaku hubungan :


p ( ns  nr )
f2  f2 = freq rotor
120
p.ns ns  nr ns  nr p.ns
f2  x s f1 
120 ns karena ns dan 120

f 2  f1S f 2  f1
Maka pada saat start Slip = 100 % sehingga . Karena tegangan
induksi dan reaktansi kumparan rotor fungsi frekuensi, maka :
E2 S  4,4 f 2 N 2m Dimana:
E2 S  4,4. f1 .S .N 2 .m E2 = teganagn induksi saat start
E 2 S  S .E 2 S
E2S = tegangan induksi saat berputar

x2 S  2 f 2 L2 S
x2 S  2 Sf1 L2 S
x2 S  Sx2
Arus Rotor
Lilitan rotor dihubung singkat dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan sumber,
arusnya diinduksikan oleh fluks magnet bersama (φ) antara stator dan rotor yang
melewati celah udara, sehingga arus rotor ini bergantung kepada perubahan-
perubahan yang terjadi pada stator.
Apabila tegangan sumber V1 diberikan pada stator, pada stator timbul tegangan E1
yang diinduksikan oleh fluks-fluks tersebut yang juga menimbulkan tegangan E 2 pada
rotor, (E2= E1 pada saat rotor ditahan dan S.E2= E1 pada waktu motor berputar) dengan
slip (s). Besarnya arus rotor I2 akan diimbangi dengan kenaikan arus stator tapi dengan
arah berlawanan agar fluks magnet bersama (φm) tetap konstan.

Rangkaian Rotor
Tegangan induksi rotor (E2S) dan reaktansi rotor (X2) dipengaruhi slip, maka arus rotor:
E2 S SE2
I2  
( R2 ) 2  ( X 2 S ) 2 ( R2 ) 2  ( SX 2 ) 2

E2
Atau I2 
( R2 / S ) 2  ( X 2 ) 2
Rangkaian rotor dapat digambarkan:

R2 SX2 R2/S X2
I2 I2

S.E2 E2

Karena

1 S
Rangkaian rotor / S  R2  R2 (sebagai
R2 digambarkan ) berikut:
S

R2 X2
I2
R2 (
1 S
)
I 22 R2 = daya yang hilang sebagai panas
S
E2 1 S
I 22 R2 ( ) = daya yang keluar dari rotor
Rangkaian Equivalen S
sebagai daya motor
Prinsip kerja motor induksi mirip dengan transformator, rangkaian sekunder transformator
dianggap sebagai rotor,
Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
Gelombang fluks celah udara yang berputar membangkitkan ggl lawan pada stator,
besar tegangan terminal stator berbeda dari ggl lawan sebesar jatuh tegangan pada
impedansi bocor stator,
dimana:
V1 = Tegangan terminal stator
V1  E1  I1 ( R1  jX 1 ) E1 = ggl lawan yang dihasilkan
I1 = arus stator
R1 = resistansi stator
X1 = reaktansi bocor stator

Fluks celah udara resultan yang dihasilkan oleh gabungan agm arus rotor dan stator, arus
stator dapat dipecah menjadi dua komponen, komponen beban dan komponen
penguat. Komponen beban I2 menghasilkan suatu agm yang tepat melawan agm arus
rotor. Rangkaian ekivalen yang menggambarkan gejala stator maka efek rotor harus
disertakan yaitu dengan memandang arus dan tegangan rotor dan stator dalam
bentuk besaran rotor yang diketahui.

Hubungan tegangan Erotor yang diimbaskan


R1 X1 I2

pada rotor sebenarnya dan tegangan E2S yang
I1
+ Ic Im + diimbaskan pada rotor ekivalen :
V1 E1
GC Bm E2 S  aErotor
- -
Arus rotor sebenarnya dan arus rotor ekivalen: I rotor
I 2S 
a

Impedansi bocor frekuensi slip Z2S dari rotor ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip
2
Zrotor sebenarnya : Z  E2 S  a Erotor  a 2 Z
2S rotor
I 2S I rotor

Harga tegangan, arus dan impedansi berpatokan pada stator, karena rotor terhubung
singkat , hubungan fasor antar ggl frekuensi slip E2S dan arus I2S pada fasa tersebut
dimana:
E2 S Z2S =impedansi bocor rotor frekuensi slip berpatokan pada stator
 Z 2 S  R2  jSX 2
I 2S R2 = tahanan patokan
SX2= reaktansi bocor patokan pada frekuensi slip

Gelombang fluks mengimbaskan tegangan rotor frekuensi slip E2S dan ggl lawan stator E1,
karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor adalah s kali kecepatan
terhadap stator maka ghargaa efektif ggl stator dan rotor:
E2 S  sE1 dan arus stator I 2 S  I 2

atau E2 S sE1 sX 2


I 2S I2
IS2
+
E2S R2
-
Torsi rotor dan stator adalah berlawanan karena arus rotor I 2S dihasilkan ggl rotor E2S
sedangkan arus rotor I2 mengalir melawan ggl lawan ststor E1, maka persamaan diatas
dapat ditulis: sE1 E2 S
  R2  jsX 2
I2 I 2S
E1 R
 2  jX 2
Dengan membagi dengan s, persamaan impedansi rotor menjadi: I2 s
Yang berarti stator melihat keadaan magnetik pada celah udara yang menghasilkan
tegangan stator imbas E1 dan arus beban stator I2 berupa R2/s + jX2 yang dihubungkan
pada E1.

R1 X1 X2
a
IΦ I2
I1 R2
+
Bm E1 S
GC
-

b
E2 S SE2
I2  
( R2 ) 2  ( X 2 S ) 2 ( R2 ) 2  ( SX 2 ) 2

E2
I2 
( R2 / S ) 2  ( X 2 ) 2
Analisa Rangkaian Eqivalen
Rangkaian eqivalen dapat menterjemahkan sifat-sifat motor induksi pada keadaan
mantap, diantaranya : Perubahan arus, kecepatan dan rugi-rugi bila torsi beban
berubah, torsi start dan torsi maksimum. Dari rangkaian equivalen terlihat bahwa
daya keseluruhan yang dialihkan ke celah udara (Pag) dari stator:
R2
Pag  q1.I 22 . q1 = jumlah fasa stator,
S

Rugi-rugi I2R rotor = q1 . I22 . R2 sehingga


R2 (1  S )
PMek  Pag  rugi  rugi.I 22 .R2  q1.I 22 .  q1.I 22 .R2  q1.I 22 .R2
S S
Maka
Pmek Motor = (1 - S) Pag

Daya yang diberikan pada rotor sebesar (1-S) dirubah menjadi daya mekanik dan
sebagian sebesar S hilang sebagai rugi-rugi I 2R , bila motor bekerja pada slip yang
besar merupakan piranti yang tidak efisien. Bila aspek daya ditekan rangkaian
X R
eqivalen menjadi
R X1 1 2
2

1 S
I1
IΦ I2 R2 ( )
S
GC Bm
Pmek tiap fasa di stator besarnya sama dengan daya yang diserap oleh tahanan R2 (1  S )
S
Torsi elektromagnetik (T) = Pmek . ωs atau P = ( 1 – S ) . ωs . T

Pmek = q1 . I22 . R2 (1-S)/S atau q1 . I22 . R2 (1-S)/S = ωs . T


1 R2
sehingga T  .q1 .I 22 . dimana:
S S
T = torsi (Newton meter)
4. . f f = frekuensi (Hz)
Sedang kecepatan sudut : S 
kutub

Torsi dan daya mekanis bukan harga keluaran rotor karena masih ada rugi gesekan, rugi
perlilitan dan rugi beban tersebar yang tetap diperhitungkan. Bila konduktansi G C dari
rangkaian equivalen dihilangkan dan rugi-rugi diabaikan maka rangkaian eqivalen
menjadi:
X2 R2
R1 X1 a X2 R1 X1 a
I2
I1 IΦ RS I1 1 S
I2 R2 ( )
V
Zf Xφ S V

S

b
Bila P = daya motor, T= torsi (kopel) dan ω = kecepatan sudut, maka :
P 3
T   .E1.I 2' .Cos
  bila Z1 = R1 +jX1 dianggap kecil maka E1 = V1 sehingga

3 a2 sR2
T  .V12 harga Tmak bila dt/ds = 0 sehingga
 (a 2 R 2 ) 2  s 2 (a 2 X 2 ) 2

V12
Tmak  3. .a 2 . X 2
2

Kesimpulan:
Untuk S kecil , S2 (a2 X2)2 diabaikan sehingga T=S (T – S)
Untuk memperoleh Tmak pada saat start (s=1) dengan membuat R 2 = X2, Tmak dapat
diubah dengan mengatur X2 atau V1 (tegangan sumber)

Daya motor
Daya masuk stator P1 = 3. V1 . I1 . Cos φ
Dayamasuk motor (terdapat pada celah udara)
P2 = 3. E1 . I2’ . Cos φ
P2 = 3. ( I2’ ). a2 [R2 + R2 (1-s)/s]
P2 = 3. ( I2’ )2. a2 [R2 /s]
Daya keluar rotor (daya mek pada rotor termasuk rugi-rugi)
Pmek = 3. ( I2’ )2. a2 [R2 (1 – s)/s]
Rugi tembaga rotor:
PCU = 3. ( I2’ ) . A2 R2
Jadi
P2 = Pm: PCU = 1 : ( 1- s) : s
PAg PConv

POut = T.ωn
P1 = 3. V1 . I1 . Cos φ TInd . ωm

PStray
Psgesek + angin
PInti PRCL

PSCL

Rugi-rugi
Rugi tembaga pada stator PCUS = PSCL = 3. ( I12 ). R1
Rugi Inti Besi Stator PInti = PCORE = 3. ( V12 )/ Rinti = 3. ( I22 ). (R2/S)

Rugi Celah Udara PAG = PIn - PSCL - Pinti

Rugi tembaga Rotor PCUR = PRCL = 3. ( I22 ) . R2 = S. PAG

Daya Keluar Rotor ( Pmek + Rugi gesek/angin)


Pmek = PAG - PRCL = 3. ( I22 ) . R2/S - 3. ( I22 ) . R2
= 3. ( I22 ) . R2 (1/S – S)
= 3. ( I22 ) . R2 . ( 1 - S )/ S

Dapat juga dituliskan Pmek = PAG – PRCL


= PAG – S PAG = PAG ( 1 – S )
Bila rugi gesek ,angin & stray diketahui maka daya keluar dapat dihitung
POUT = PMEK – PAG – PMisc
POut
 x100%
Efisiensi Pin
Pin  Rugi POut
 x100%  x100%
Pin POut  Rugi
Contoh:
1. Sebuah motor induksi 3 fasa 480 V, 50 Hz, berkutub 2 dan putaran rotor 2940 rpm mempunyai
daya 50 HP, menyerap arus 60 A pada faktor daya 0,85 tertinggal, bila rugi tembaga di stator 2
Kw dan dirotor 700 W serta rugi gesek dan angin 600 W serta rugi inti besi 1800 W, untuk rugi
tetap diabaikan. Tentukan :
a. Putaran medan stator
b. Putaran rotor
c. Rugi celah udara
d. Daya mekanik motor
e. Daya keluaran
f. Efisiensi
Solusi:
a.
120. f 120.50
ns    3.000Rpm
b. P 2
(ns  nr ) (3000  2940)
Slip  .100%   2%
c. ns 3000

Pin  3.VT .I L .Cos  3.480.60.0,85  42,4kW


d.

PAG  Pin  PCU  Pint i  42,4kW  2kW  1,8kW  38,6kW


e. PMek  PAG  PCUR  38,6kW  700W  37,9kW

f. POut  PMek  Pgesek  Ptetap  37,9kW  600W  0  37,6kW


1HP
POut  (37,6kW )( )  50 HP
0,746kW
g. Efisiensi P 37,9kW
  ( Out ).100%  .100%  88%
2. Sebuah motor induksiP3Infasa dua kutub,43 50,Hz,
4kW pada putaran 2950 rpm mampu dibebani 20 HP,
Tentukan :
a. Slip motor
b. Torsi induksi motor
c. Putaran motor bila dibebani 2 kali torsi
d. Daya motor pada beban motor 2 kali torsi
Solusi:
a.

120. fmotor
b. Torsi induksi 120.50 (ns  nr ) (3000  2950)
ns    3.000 Rpm Slip  .100%   1,67%
P 2 ns 3000

W W
20 HP.(746 ) 20 HP.(746 )
POut HP HP
Tind     48,3 N .m
m nr .(2. .
rad 1men
)( ) 2950Rpm.(2
rad 1men
. )
r 60s r 60s
Dalam satuan Inggris:
Dimana:
5252.PC 0 nv 5252.( 20 HP ) 5252 = tetapan
Tind    35,6lb. ft HP = Horse Power
nm r
2950 nm = Rev/menit
min
c. Jika motor dibebani 2 kali torsi, maka Slip akan meningkat 2 kali = 0,0167x2= 0,0333
atau 33% sehingga kecepatan motor:
nm = (1 – s) (ns) = ( 1 – 0,0333) (3000 r/men) = 2900 r/men
d. Daya motor
2.TInd .nm 35,6.2900
PConv    39,3Hp
5252 5252
Contoh:
3. Suatu motor induksi 6 kutub 60 Hz 10 dk, 220 volt (saluran-saluran) terhubung Y-3 fasa
mempunyai tetapan-tetapan berikut dalam ohm tiap fasa berpatokan stator:
R1 = 0,294 R2 = 0,144 X1 = 0,503 X2 = 0,209 Xφ = 13,25
Rugi gesek, perlilitan dan rugi inti keseluruhan dianggap tetap 403 watt, tak tergantung beban.
Untuk suatu Slip sebesar 2%, hitung kecepatan, momen kakas (torsi) keluar, dan daya, arus
stator, faktor daya dan efisiensi bila motor bekerja pada frekuensi dan tegangan yang
diijinkan . Abaikan impedansi sumber.
Solusi:
R1 X1 a X2
Impedansi Zf menyatakan impedansi tiap fasa
I1 IΦ
I2 RS yang diberikan pada stator oleh medan celah
Zf Xφ S udara
V R2
Z f  R f  jX f (  jX 2 )
S
paralel dengan JXφ
Untuk harga slip 2% = 0,02, maka:
Rf + JXf = 5,41 + j 3,11
R1 + jX1 = 0,294 + j 0,503
= 5,70 + j3,61 = 6,75 < 32,40

Tegangan yang diberikan pada netral V 


VL

220
 127V
3 3
Arus stator
V1 127
I1    18,8 AFaktor daya =C0s 32,40 = 0,844
Z 6,75

2. f1 2.60 r r
Kecepatan serempak nS    20  1200
kutub 6 s men

 S  2. .(nS )  2 x3,14 x 20  125,6 rad s

Kecepatan rotor nr  (1  s ) nS  (1  0,02)(1200)  1176 r min

R2
Daya pada celah udara PAG  q1 .I 22  q1.I 22 .R f  3.(18,8) 2 5,41  5740W
s

Daya mekanis PMek  (1  s ) PAG  0,98 x5740  5630W

Daya keluaran POut  PMek  rugi  5630  403  5230W  7 HP

POut 5230 5230


Torsi keluaran TInd     42,8 N .m
m (1  s)s (0,98)(125,6)

Rugi-rugi
Rugi tembaga stator = 3. 18,8 . 0,294 = 312 W
Rugi tembaga rortr = 0,02 . 5740 = 115 W
Rugi gesek dan angin = 403 w
Rugi keseluruhan = 830 w
Daya Keluaran = 5.230 w
Daya masuk = 6.030 w

POut 5230
Efisiensi  ( ).100%  .100%  86,3%
PIn 6030
Torsi dan Daya dengan Thevenin
Teorema thevenin memungkinkan penggantian sembarang jaringan terdiri atas unsur-
unsur rangkaian linier dan sumber tegangan fasor tetap.
Z a
a
Kerangka elektrik
Elemen rangkaian Dapat dihubungkan
linier, sumber ke rangkaian lain V
tegangan fasor tetap
b
b

Tegangan VS merupakan tegangan yang terukur pada terminal a dan b dari jaringan asli
bila kedua terminal terbuka dan impedansi Z adalah impedansi yang tampak dari
terminal yang sama bila semua sumber tegangan dalam jaringan terhubung singkat.
Rangkaian equivalen motor induksi menjadi:
X2 R2
R1 a R1 X1
X1 X2
1 S
RS I1
I2 R2 ( )
S
S
V Xφ IΦ
V1a Zf Xφ

b
Req1 Xeq1 X2 Req Xeq X2 R2
a a

1 S
R2 R2 ( )
V1a V1a
S
s

b b

Tegangan V1a dan impedansi Req + JXeq mempunyai harga yang sesuai, tegangan sumber
ekivalen V1a menurut thevenin merupakan tegangan yang muncul pada terminal a dan
b denga rangkaian rotor terbuka.
Dimana
jX 
V1a  V1  I 0 ( R1  jX 1 )  V1 I0 = arus penguat beban nol
R1  JX 1
X11 = X1 + JXφ = reaktansi diri stator tiap fasa

Impedansi stator ekivalen Thevenin Re1 + JXe1 merupakan impedansi antara terminal a dan b
dilihat kearah sumber dengan sumber tegangan dihubung singkat. Karena
Re1 + JXe1 = (R1 + JX1 ) paralel dengan JXφ
1 R
T  .q1.V 2 2
Dari rangkaian Thevenin dan persamaan S S didapatkan:
R2
q1.V12a .
1 s
T 
 S ( R  R2 ) 2  ( x  x ) 2
e1 e1 2
s
Pada kerja motor yang normal, rotor berputar pada putaran arah medan putar
yang dihasilkan oleh arus stator, dengan kecepatan 0 s/d serempak dengan slip
diantara 1,0 dan 0 seperti bertanda “Daerah Motor “ gambar dibawah. Keadaan
mulai bekerja motor pada slip = 1,0

Torsi

Motor

Daerah Pergeseran Daerah Motor Daerah Generator


Generator

-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

Kecepatan dalam persen kecepatan serempak

2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 -1.2

Slip sebagai bagian kecepatan serempak


Keadaan mulai bekerja pada slip= 1,0 untuk memperoleh kerja pada daerah S>1 motor
harus digerakkan kearah belakang melawan arah putaran medan dengan sumber daya
mekanis yang mampu melawan torsi. Kegunaan utama daerah tersebut untuk
membuat motor berhenti dengan cepat (metoda penyumbatan-plugging) atau dengan
menukar 2 kawat fasa stator pada motor 3 fasa, sehingga motor menjadi berhenti
karena pengaruh torsi (T) dan diputuskan daya dari jala-jala. Sebelum motor bekerja
pada arah lain maka daerah S=1,0 s/d S=2,0 diberi tanda “Daerah Pengereman”.

Motor induksi akan bekerja sebagai generator bila stator dihubungkan pada sumber
tegangan frekuensi tetap dan rotor diputar diatas kecepatan serempak dengan sumber
tersebut menjaga supaya kecepatan serempak tetap terjaga dan generator akan
mencatu masukan daya reaktif yang diperlukan untuk penguat medan magnetik celah
udara . Karena slip berharga negatif.
Penerapan generator induksi pada sistem daya adalah untuk mencatu daya reaktif dengan
generator digerakkan oleh turbin angin

Torsi maksimum diperoleh bila daya yang diberikan pada R2/S adalah maksimum dan daya
akan maksimum bila impedansi R2/S sama dengan impedansi diantara tegaangan tetap
V1a atau pada harga Smak slip yang mempunyai hubungan:
R2
 Re21  ( X e1  X 2 ) 2
S mak
Sehingga besar slip pada torsi maksimum: R2
S mak 
Re21  ( xe1  X 2 ) 2
Besar Torsi maksimum: 1 0,5.q1.V12a
Tmak 
 s Re1  Re21  ( xe1  X 2 ) 2

180 36 180

160 32 160

140 28 140

120 24 120

100 20 100

80 16 80

60 12 60

40 8 40

20 4 20

0 0 0
2.0 1.8 1.6 1.4 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2

-4

-8
Daerah Pengereman Daerah Motor
4. Suatu motor induksi 6 kutub 60 Hz 10 dk, 220 volt (saluran-saluran) terhubung Y-3 fasa
mempunyai tetapan-tetapan berikut dalam ohm tiap fasa berpatokan stator:
R1=0,294 R2=0,144 X1=0,503 X2=0,209 Xφ=13,25
Rugi gesek, perlilitan dan rugi inti keseluruhan dianggap tetap 403 watt, tak tergantung beban.
Hitung:
a.Komponen beban I2 arus stator, torsi dan daya dengan slip 3%
b.Torsi maksimum dan kecepatan
c.Torsi awal dan arus beban stator I2
Solusi: R1 X1 a X2

I1 IΦ R2
I2 RS Z f  R f  jX f  (  jX 2 ) Paralel dengan JXφ
Zf S S
V Xφ

Pertama-tama rangkaian diubah menjadi bentuk teorema Thevenin


jX  j13.25
V1a  V1  I 0 ( R1  jX 1 )  V1  220  122.3V
R1  JX 1 0.294  j 0.503

Re1 + JXe1 = (R1 + JX1 ) paralel dengan JXφ = (0.294 + j 0.503) diparalel dengan j13,25 = 0.273
– j0.490

a. Pada S= 0.03, R2/S=0.144/0.03 = 4.80 V1a 122.3


I2    23.9 A
Re21  X e21 (0.507) 2  (0.699) 2
Maka
1
Torsi pada slip 3% T  (3)( 23,9) 2 (4.80)  65.5 N .m
125.6

Daya pada slip 3% P  q1.(V1 ) 2 .( X e1 )(1  S )  (3)(23,9) 2 ( 4.80)(0.97)  7.970W

b. Torsi makasimum pada slip 3%


R2 0.144
S mak    0.192
R  ( xe1  X 2 )
2
e1
2
(0,273)  (0.699)
2 2

Kecepatan pada Tmak = (1-0.912)(1200) = 970 r/min


1 0,5.q1.V12a 1 0,5(3)(122.3) 2
Torsi maksimum Tmak    175 N .m
s Re1  Re1  ( xe1  X 2 )
2 2 125.6 0.273  0.750

c. Pada permulaan S=1 dan R2 akan dianggap tetap, maka


R2 R2
 R2  0.144 Re1   0.273  0.144  0.417
s s
V1a 122,3
I 2, start    150.5 A
R  ( xe1  X 2 )
2
e1
2
(0,417)  (0.699)
2 2

1 R 1
TStart  q1.I 22 . 2  (3)(150.5) 2 (0,144)  78,0 N .m
s s 125.6
Dari soal diatas terlihat bahwa motor induksi jenis rotor sangkar bajing merupakan suatu
motor kecepatan tetap, mempunyai penurunan putaran sekitar 5% mulai kondisi tanpa
beban sampai beban penuh.
300 Penambahan tahanan luar pada motor
jenis rotor terlilit akan mendapatkan
Torsi dalam %, dari torsi yang diinginkan

250
penurunan putaran. Gambar samping
200
R2’
R2
menjelaskan perubahan torsi awal
R2” dengan tahanan rotor.
150 R2”’ Pada persamaan:
100 R2
R2”’>R2”>R2’>R2 S mak 
Re21  ( xe1  X 2 ) 2
50

0
1 0,5.q1.V12a
0 20 40 60 80 0.8 100
Tmak 
Kecepatan dalam persen dari kecepatan serempak  s Re1  Re21  ( xe1  X 2 ) 2
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.2 0

Slip sebagai bagian dari kecepatan serempak

Terlihat bahwa besar slip pada torsi maksimum berbanding lurus dengan tahanan
rotor R2 tetapi harga torsi maksimum tidak tergantung pada R2
Perhitungan Penampilan dari pengujian tanpa beban dan rotor tertahan
Pengujian tanpa beban motor induksi memberikan keterangan tentang arus
penguat dan rugi-rugi tanpa beban, besarnya arus rotor sangat kecil karena
hanya membangkitkan torsi yang cukup untuk mengatasi gesekan dan
perlilitan yang besarnya I2R. Besar rugi-rugi perputaran PR pada kerja normal.

PR  Pnl  q1 I nl2 R1

Karena slip sangat kecil, tahanan rotor terpantul R 2/Snl sangat besar sehingga gabungan
paralel rotor dan cabang magnetasi menjadi jxφ dishunt dengan tahanan yang sangat besar
dan besarnya reaktansi dari gabungan paralel mendekati sama dengan xφ. Akibatnya
reaktansi diri stator:
X 11  X 1  X   X n
Dimana:
Vn Pnl = Pin 3 fsa keseluruhan
Besar impedansi tanpa beban: Z n  Inl = arus tiap fassa
3I n
q1 = jumlah fasa
Pn R1 = tahanan stator
Besar tahanan tanpa beban Rn 
3 I n

Besar reaktansi tanpa beban X n  Z n2  Rn2


Pengujian rotor tertahan mirip dengan transformator dihubung singkat ,
dipengaruhi : Impedansi bocor disebabkan kejenuhan magnetik dan
frekuensi rotor.
Reaktansi magnetisasi X   X n  X 1
Tahanan stator R1 dipandang sebagai harga dc, maka tahanan rotor tertahan R bl,
perbedaan antara tahanan tertahan dan tahanan stator : R  Rb  R1
dengan slip =1 maka tahanan R merupakan tahanan kombinasi R2  jX 2
paralel dengan jXϕ, besar gabungan paralel tersebut:
X 2 X
R  R2  R2 ( )2
dimana X22 = X2 + Xϕ merupakan reaktansi diri
R X
2
2
2
22 X 22
rotor , bila X22 lebih besar dari 10R2 biasanya
akan terjadi kesalahan, dengan memasukkan rumus diatas didapatkan:
X 22 2 X
R2  R ( )  ( Rb  R1 )( 22 ) 2
X X
Contoh
Data pengujian berikut berlaku pada suatu motor induksi 4 kutub 60 Hz 19 A 220 V 3-fasa 7,5
DK dengan suatu rotor sangkar bajing ganda dari jenis arus awal rendah torsi awal tinggi
(rancangan klas c):
Pengujian 1: pengujian tanpa beban pada 60 Hz

Tegangan yang diberikan V= 219 Vjala-jala ke jala-jala


Arus jala-jala rata-rata Inl = 5,70 A
Daya (dua buah wattmeter) : W1 = 680 W, W2= -300 W

Pengujian 2: Percobaan rotor tertahan pada 15 Hz


V = 26,5 V I= 18,75 A W1=215 W W2= 460 W

Pengujian 3: Tahanan dc rata-rata tiap fasa stator (diukur langsung setelah pengujian2)
R1 = 0,262 Ω/fasa (dianggap terhubung Y)

Pengujian 4: Pengujian rotor tertahan pada 60 Hz


V = 212 V I= 83,3 A W1=3300 W W2= 16.800 W
Torsi awal terukur Tawal = 54,6 lb.ft
a.Hitunglah rugi-rugi perputaran tanpa beban dan tetapan rangkaian ekivalen yang berlaku
untuk keadaan operasi normal.
b.Hitunglah torsi dalam dari pengukuran masukan pengujian 4.
Solusi:
a.Dari pengujian 1, Pnl = 380 W, PR  Pnl  q1 I nl2 R1  380  3(5,70) 2 (0,262)  354W
V 219
Z n    22,2 / fasaY
3 .I 3.(5,70)

Pn 380 X n  21,8


Rn    3,9,
q.I 2 3.(5,70) 2

Pengujian rotor tertahan pada frekuensi yang dikurangi dan arus yang diijinkan menghasilkan
kembali secara kira-kira keadaan operasi normal pada rotor, dari pengujian 2

V 26,5
Z n    0,825 / fasa  pada15Hz
3.I 3.(18,57)
Pn 675
Rn  2
 2
 0,654, X b'   0,503pada15 Hz
q.I 3.(18,57)

Dimana tanda prima menunjukkan harga 15 Hz, maka besarnya reaktansi tertahan yang
berpatokan pada frekuensi normal adalah
60 60
X b'   ( X b )  (0,503)  2,01 / fasa  pada60 Hz ,
15 15
Reaktansi bocor menurut kelas C, X1 = 0,3 dan X2 = 0,7, maka
X 1  0,3( X b )  0,3(2,01)  0,603 X 2  0,7( X b )  0,7( 2,01)  1,407

X   X n  X 1  21,8  0,6  21,2 / fasa

Dari percobaan 3, R  Rb  R1  0,654  0,262  0,392


X 22 2 22,6 2
R2  R ( )  0,392( )  0,445 / fasa
X 21,2
b. Torsi awal dapat dihitung dari pengukuran masukan pada pengujian 4, dari masukan daya
dan rugi-rugi I2R stator, besar daya celah udara:

PAG  Pin  3.I 2 .R1  20.100  3(83,3) 2 (0,262)  14.650W

Kecepatan serenpak ωS = 188,5 rad/det


PAG 14.650
 Start  ( )( )  77,6 N .m
S 188,5
Harga pengujian Tawal =54,6 lb.ft merupakan beberapa persen lebih kecildari harga perhitungan
karena dalam perhitungan tidak memasukan daya yang diserap dalam rugi-rugi inti stator
dan rugi-rugi beban tersebar.
Contoh soal:
1. Motor induksi 4 kutub, 50 Hz mensuply daya 20 HP pada kecepatan 1475 r/m,
tentukan; a. slip, b. Torsi induksi, c. Kecepatan motor bila dioperasikan pada torsi
dua kali lipat, d. Berapa daya motor pada torsi tersebut.
Solusi:
a. Putaran stator ns  120 f  120.50  1500Rpm
p 4
n  nr 1500  1475
Slip motor S s  .100%  1,67%
ns 1500

b.Diasumsikan bahwa torsi induksi motor sama dengan torsi beban, dan Pconv sama
dengan Pbeban,
20 HP)(746W / HP)
PConv   ind .m   ind   98,6 N .m
(1475r / m)(2 .rad / r )(1men / 60s )

c.Jika torsi dioperasikan dua kali, berarti slip akan berubah menjadi 2 x0,0167=
0,033 atau 33 % sehingga kecepatan motor :
nr  (1  s)ns  (1  0,033)1500 Rpm  1450 Rpm
 ind  2 ind  2.98,3N .m  197,2 N .m
d.Torsi dilipat duakan, maka
(197,2 N .m)(1450r / m)(2. .rad / m)(1men / 60s )
PConv   ind .m  PConv   40,11HP
(746W / HP)
2. Motor induksi 460V, 25 HP, 60 Hz 1empat kutub dan terhubung bintang 3 fasa
mempunyai impedansi dalam ohm tiap fasa yang dilihat pada rangkaian stator dan
rotor berbentuk belitan.
R1=0,641Ω R2=0,332 Ω X1=0,1,106 Ω X2=0,0,464 Ω Xφ=26,3 Ω
Rugi gesek = 1100 W dan slip rotor = 2,2% Hitung:
a.Torsi Maksimum
b.Torsi awal
c.Berapa kecepatan motor pada torsi maksimum serta torsi awal bila tahanan rotor
dilipat duakan
Solusi: 120 f 120.60
a. ns    1800Rpm
p 4
2rad ) 1men
 s  (1800rpm)( )( )  188,5rad / s
r 60s

Xm (266) 26,3
VTH  V   255,2V
p ( R12  ( X 1 X m ) 2 (0,641) 2  (1,106  26,3) 2
Xm 26,3
Tahanan Thevenin RTH  R1 ( ) 2  0,641( ) 2  0,590
X1  X m 1,106  26,3
X TH  X 1  1,106

R2 0,332
Slip pada torsi maksimum S Mak    0,198
2
R
TH  ( X TH  X 2 ) 2
(0,590)  (1,106  0,464)
2 2
Kecepatan motor
r
nr  (1  s )ns  (1  0,198)(1800 )  1444 R / min
m
Torsi pada kecepatan 1444 Rpm
2
3VTH
 Mak 
2 s [ RTH  2
RTH  ( X TH  X 2 ) 2 ]
3( 255,2) 2
  104 N .m
2(188,5rad / s )[(0,590)  (0,590) 2  (1,106  0,464) 2 ]

b. Torsi awal motor


2
3VTH R2
 awal 
 s [( RTH  R2 ) 2  ( X TH  X 2 ) 2
3( 255,2) 2 (0,332)
  104 N .m
(188,5rad / s )[(0,590  0,332) 2 )  (1,106  0,464) 2

c. Jika tahanan rotor dilipat duakan, torsi maksimum menjadi dua kali demikian pula slip.
Slipmak  2.0,198  0,396

Kecepatan motor pada torsi maksimum


r
nr  (1  s ) ns  (1  0,396)(1800 )  1087 R / min
m
3. Motor induksi 460V, 25 HP, 60 Hz, 4 kutub, terhubung bintang 3 fasa
mempunyai impedansi dalam ohm tiap fasa
R1=0,641Ω R2=0,332 Ω X1=1,106 Ω X2=0,464 Ω Xφ=26,3 Ω
Keseluruhan rugi-rugi diasumsikan tetap = 1100 W dan slip rotor = 2,2% Hitung:
a.Kecepatan d. PConv
b.Arus stator e. Torsi ind dan torsi beban
c.Power faktor f. Efisiensi
Solusi:
120 f 120.60
a. Kecepatan ns    1800Rpm
p 4
2rad ) 1men
 s  (1800rpm)( )( )  188,5rad / s
r 60 s
r
nr  (1  s )ns  (1  0,022)(1800 )  1760 R / min
m

b. Menghitung impedansi pada rangkaian ekivalen dengan cara menggabungkan tahanan rotor
dengan impedansi magnetisasi.
R2 0,322
Z2  (  jX 2 )  (  j 0,464)  15,09  j 0,464  15,10  1,760 
s 0,022

Menggabungkan impedansi rotor dengan impedansi magnetisasi


1 1 1
Zf ( )( )   12,94  31,10 
1  1  j 0,038  0,0662  1,76 0
0,0773  31,10
jX m jZ 2
ZTotal  Z Start  Z f  (0,641 j1,106)  (12,94  31,1)  11,72  j 7,79  14,07  33,60 
b. Arus stator
V 266  0
I1    18,88  33,6 A
Z Tot 14,07  33,6

c. Faktor kerja (power faktor) motor Pf = Cos 33,6 0= 0,833 Lagging

d. Pinput motor PIn  3.Vt .I L .Cos  3.460.18,88.0,833  12,530kW

e, Rugi tembaga stator PSCL  3.I12 .R1  3.(18,88) 2 .(0,041)  685.Watt

Rugi celah udara PAG  PIn  PSCL  12.530  685  11 .845Watt


PConv  (1  s ) PAG  (1  0,22)(11 .845)  11.585Watt
1HP
POut  PConv  PRugi  11 .585  1100  10.485Watt  (10.485w)( )  14,1HP
746w
PAG 11 .845w
 ind    62,8 N .m
f. Torsi Induksi Ƭind = m 188,5rad / s
POut 10.485w
 load    56,9 N .m
m 184,4rad / s

POut 10.485
Efisiensi motor  x100%  x100%  83,6%
PIn 12.530
Soal –soal
1.Suatu motor induksi 60 Hz, 4 kutub menggerakkan suatu beban pada 1740p/men. Berapa:
a Slip rotor c. Kecepatan sudut medan stator
b. Frekuensi arus rotor d. Kecepatan sudut rotor terhadap rotor

2.Sustau motor induksi 3 fasa bekerja pada 1200 p/men pada keadaan tanpa beban dan 1140
p/men pada beban penuh, bila dicatu dengan daya dari suatu jala-jala 3 fasa 60 Hz, Berapa:
a. Banyak kutub d. Kecepatan medan rotor terhadap rotor
b. slip pada beban penuh e. Kecepatan pada slip 10 %
c. Frekuensi rotor f. Frekuensi rotor pada kecepatan tersebut
g. Ulangi (d) untuk slip 10%

3. Motor induksi 480V (saluran-saluran), 30 DK, 60 Hz, 4 kutub, terhubung bintang 3 fasa
mempunyai impedansi dalam ohm tiap fasa berpatokan pada stator:
R1=0,24Ω R2=0,0,20 Ω X1=1,3 Ω X2=1,2 Ω Xφ=37 Ω
Keseluruhan rugi-rugi diasumsikan tetap = 1340 W, motor dihubungkan langsung pada suatu
sumber 480 V. Hitung:
a.Kecepatan d. Efisiensi
b.Torsi poros e. Faktor daya terminal untuk slip 1 dan 2%
c.PConv
4.Data pengujian berikut berlaku pada suatu motor induksi sangkar bajing 60 Hz, 3 kutub 3
fasa 2300 Volt, 50 DK
Pengujian tanpa beban pada frekuensi dan tegangan yang diijinkan:
Arus jala-jala = 4,1 A
Daya 3 fasa = 1550 W

Pengujian rotor tertahan pada 15 Hz


Tegangan Jala-jala = 268 V
Arus jala-jala = 25,0 A
Daya 3 fasa = 9600 W

Tahanan stator diantara terminal-terminal jala-jala = 5,80 Ω

Hitunglah arus stator dan faktor kerja daya, keluaran daya-kuda dan efisiensi bila
motor tersebut bekerja pada frekuensi dan tegangan yang diijinkan dengan suatu slip sebesar
3,00 %
Dinamika Motor Induksi
Motor induksi dipergunakan terutama untuk menggerakan beban putaran tetap
atau tidak banyak diterapkan pada keadaan dimana pengubahan yang luas atau
pengaturan kecepatan yang diperlukan, dengan munculnya perangkat elektronik
(inverter) memungkinkan motor induksi menggantikan posisi motor DC. Disamping
keluwesan dan kesederhanaan, biaya yang rendah dan kehandalan motor induksi
akan menjamin penggunaannya meningkat penerapan seperti pada kendaraan
listrik ( mobil, kereta api) dan proses-proses industri.

1.Efek Tahanan Rotor


Rancangan rotor motor induksi haruslah menitik beratkan pada efisiensi yang tinggi
dimana kondisi ini terjadi pada tahanan rotor yang rendah namun tahanan rotor
yang rendah memberikan dampak torsi awal kecil dan arus awal tinggi.
a.Rotor Terlilit
Penggunaan rotor terlilit memungkinkan pengaturan tahanan rotor, untuk
menghidupkan motor dapat dihubungkan secara seri dengan tahanan luar yang
menghasilkan pertambahan torsi dan menurunkan arus awal. Pada saat rotor
bertambah besar kecepatannya, tahanan dalam dapat diperkecil yang
memungkinkan diperoleh torsi maksimum diseluruh rentang kecepatan. Rugi-rugi
I2R rotor terbuang melalui tahanan luar .
Contoh:
Suatu motor induksi rotor terlilit 500–dk, dengan cincin –cincin slip dihubung-singkatkan,
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Slip beban penuh = 1,5 %
I2R rotor pada torsi beban penuh= 5,69 kw
Slip pada torsi maksimum= 60 %
Arus rotor pada torsi maksimum = 2,82 I2ft, dimana I2ft, adalah arus rotor beban penuh.
Torsi pada slip 20 % = 1,20 Tft, dimana Tft = torsi beban penuh
Arus rotor pada slip 20 % =3,95 I2ft,
Jika tahanan rangkaian rotor bertambah besar s/d 5xRrotor dengan menghubungkan
tahanan tidak bersifat induktif secara seri dengan cincin slip rotor. Tentukan
(a) besarnya slip dimana motor akan menghasilkan torsi beban penuh yang sama,
(b) Rugi-rugi I2 R rangkaian rotor keseluruhan pada torsi beban penuh
(c) Keluaran daya kuda pada torsi beban penuh
(d) slip pada torsi maksimum
(e) Arus rotor pada torsi maksimum
(f) torsi awal dan
(g) arus rotor awal kerja.
Nyatakan arus, torsi dan rotor dalam satuan yang didasarkan pada harga torsi beban
penuh.
Solusi:
Dengan memperhatikan efek tahanan R2/S pada rangkaian ekivalen, pelipatan harga R
akan diikuti perubahan harga S sehingga impedansi rotor juga berubah tetapi faktor
daya rotor tidak ikut berubah. Karena impedansi dan tegangan rotor berubah maka
harga efektif sama hanya frekuensi yang sama. Perubahan di rotor menyebabkan dua
perubahan yang tidak nampak di stator: rugi-rugi I2 R rotor telah berubah dan rotor
bekerja lebih lambat sehingga daya output yang dihasilkan lebih kecil dengan torsi
yang sama.
(a). Bila tahanan rotor bertambah 5kali, slip bertambah 5 kali juga sehingga slip pada beban
penuh 5 x 0,015 = 0,075

(b). Harga efektif arus rotor besarnya sama dengan harga pada beban penuh sebelum ada
penambahan tahanan seri, dan karenanya rugi-rugi I2R rotor besarnya 5 kali harga
beban penuh sebesar 5,69 kw atau
I2R rotor = 5 ( 5,69) = 28,45 kw
(c). Pertambahan slip menyebabkan kecepatan pada torsi beban penuh berkurang (1-S) =
0,985 menjadi (1- 0,075) = 0,925, dengan adanya penambahan tahanan rotor sedang
torsi tetap sama, maka keluaran daya menurun sebanding
0,925
P (500)  469,5hp
0,985
(d). Penambahan tahanan rotor menjadi 5 kali, besar slip pada torsi maksimum bertambah
menjadi 5 kali, bila besar slip pada torsi maksimum adalah 0,060 maka besar slip pada
torsi maksimum dengan adanya tahanan rotor bertambah
S maksT  5.(0,060)  0,30

(e). Harga efektif arus rotor pada torsi maksimum tidak tergantung pada tahanan rotor,
hanya frekuensi yang berubah bila tahanan rotor berubah
I 2 maksT  2,82.( I 2 ft )

(f). Tahanan rotor bertambah besar 5 kali, torsi awal akan sama dengan torsi aslinya pada
slip 0,20 dan karenanya sama dengan torsi kerja tanpa adanya tahanan seri yaitu:

Tawal  1,20.(T 2 ft)

(g) Besar arus rotor pada awal dihidupkan dengan adanya tahanan rotor tambahan akan
sama denga arus rotor bila bekerja pda suatu slip sebesar 0,20 dengan cincin slip
dihubungkan singkat, yaitu :

I 2 awal  3,95.( I 2 ft)


b. Rotor Batang Dalam dan Sangkar Bajing Ganda
Suatu cara untuk memperoleh tahanan rotor yang secara otomatis berubah, pada kondisi diam
besar frekuensi rotor sama dengan frekuensi stator namun pada saat berputar frekuensi rotor
hanya 2 atau 3 Hz. Dengan penataan dan pemilihan bentuk yang cocok bagi batang-batang
rotor sehingga besar tahanan rotor beberapa kali, dengan cara: Efek induktif dari fluks bocor
celah pada pembagian arus batang-batang rotor, gejala yang terjadi sama dengan efek kulit
dan efek dekat yang terdapat pada setiap sistem penghantar yang dilalui arus listrik
R2 SX2
I1 I’2 R1 X1

V1 RC Xm E2 SE2 I2

Gambar Rangkain Pengganti Motor Induksi

a2R2 /S a2X2 I1
I1 R1 X1
IQ I C
I2’ I2 ‘ .R1 Im
I2 ‘
RC E1
Xm
I2 SX2
I2 ‘ .X1
I2
V1
I2

a2R2 /S a2X2 a 2 R2
R1 X1 I 2' ( )
I1
1 S S
a 2 R2 ( ) I1
I2’ S
I2 ‘a2 .R2
I Q IC
RC Xm I2 ‘ .R2 Im
I2 ‘
E1
I2 ‘ .X2

V1
MOTOR INDUKSI SATU FASA
Motor induksi satu fasa secara struktural menyerupai motor induksi sangkar bajing 3
fasa kecuali susunan lilitan statornya, lilitan stator sesungguhnya bukan berupa
kumparan terpusat, melainkan terbagi dalam beberapa celah sehingga menghasilkan
pembagian arus gerak magnetik dalam ruang yang mendekati bentuk sinus. Motor
ini tidak mempunyai torsi (momen kakas) awal apabila dihidupkan dengan cara
bantuan motor akan terus terus bekerja.

Gelombang agm Arus bentuk cosinusoidal


dalam fungsi ruang dan waktu:

Rotor
Sangkar bajing
Lilitan
stator
1  F1, maks cos t cos 

Gelombang agm berjalan positif dan negatif:


  1
2 F1, maks (cos  t )
Gambar Rangkaian motor induksi
satu fasa   1
2 F1, maks (cos   t )

Masing-masing komponen gelombang agm menghasilkan gerak motor induksi tetapi


torsinya mempuntai arah yang berlawanan, dengan rotor keadaan diam, gelombang
fluks celah udara maju dan mundur yang dihasilkan oleh gabungan agm dari arus
Stator dan rotor besarnya sama, komponen torsi samadan tidak ada torsi awal yang timbul
pada saat motor dihidupkan. Apabila gelombang fluks celah udara maju dan mundur
besarnya tetap sama pada saat motor sedang berputar, masing-masing komponen akan
tetap menghasilkan suatu karakteristik kecepatan yang serupa denga motor fasa
banyak.

Penampilan motor induksi satu fasa secara kualitatif berdasarkan fluks maju mundur yang
sama besar:
Apabila rotor berputar komponen arus rotor mendapatkan imbas dari medan mundur
yang harganya lebih besar dari pada dalam keadaan berhenti dan faktor daya lebih
rendah, arus gerak magnetiknya berlawanan dengan arus stator menjadi berkurang
karena fluks mundur. Sebaliknya pengaruh magnetik dari komponen arus yang
mendapatkan imbas dari medan maju berharga lebih kecil dari pada dalam keadaan
berhenti karena arus rotor berharga lebih kecil dan faktor daya lebih besar. sehingga
pada saat kecepatan bertambah besar, gelombang fluks maju bertambah besar sedang
fluks mundur berkurang, jumlah kedua gelombang secara kasar tetap karena harus
menginduksi agm lawan stator.jadi dengan rotor dalam keadaan bergerak , torsi medan
maju lebih besar
f

(maju)
Torsi

(mundur)
Torsi
f
(mundur) (maju)
(mundur)
50 -100 50
-100 0 100 0 100
-50 - 50
Persen kecepatan
Serempak (maju) Persen kecepatan
Torsi (mundur)

b Serempak (maju)
b

(mundur)
Gambar Karakter kecepatan torsi motor induksi satu fasa (a) berdasar gelombang fluks maju-mundur (b) memperhitungkan
perubahan gelombang fluks

Pada daerah kerja normal beberapa persen slip medan maju mempunyai harga beberapa
kali lebih besar dari pada medan mundur dan gelombang fluks hampir sama dengan
motor induksi fasa banyak. Maka pada daerah kerja normal karakteristik kecepatan
motor induksi satu fasa hampir sama dengan motor fasa banyak dan bekerja dengan
kerapatan fluks celah udara maksimum yang sama.
Disamping karakteristik kecepatan, dihasilkan juga pembentukan pulsa torsi (momen
kakas) frekuensi stator ganda oleh interaksi dari gelombang agm dan fluks berputar yang
berlawanan dan saling melewati pada kecepatan dua kali serempak.
Interaksi tersebut tidak menghasilkan torsi kerja rata-rata tetapi cenderung membuat motor
bersuara berisik dibanding motor fasa banyak. Terbentuknya pulsa tidak dapat
dihindarkan karena terbentuknya pulsa pada masukan daya sesaat. Pengaruh torsi
berpulsa dapat diperkecil dengan menggunakan dudukan yang lentur.

Penampilan Motor Induksi satu fasa saat dihidupkan:


Motor induksi satu fasa diklasifikasikan menurut metoda bagaimana motor dihidupkan,
misal motor kapasitor, pemilihan motor didasarkan pada torsi saat dihidupkan dan saat
bekerja diperlukan untuk beban daur tugas dan pembatasanbesar arus saat dihidupkan.

a. Motor Fasa Terpisah (Split phase Motor)


Motor fasa terpisah mempunyai dua lilitan stator, lilitan utama m dan tambahan a,
dengan sumbu yang berbeda fasa 90 derajat listrik dalam ruang, lilitan tambahan
mempunyai perbandingan tahapan terhadap reaktansi yang lebih tinggi daripada lilitan
utama, sehingga kedua arusnya berbeda fasa 900. Karena arus lilitan tambahan Ia
mendahului arus lilitan utama Im maka medan stator pertama kali mencapai harga
maksimum sepanjang sumbu lilitan tambahan dan beberapa saat kemudian mencapai
maksimumnya sepanjang sumbu lilitan lilitan utama. Kedua arus lilitan tersebut setara
dengan arus 2 fasa tidak setimbang dan motor setara dengan motor dua fasa tidak
setimbang. Hasilnya medan stator berputar menyebabkan motor mulai bekerja, setelah
motor bekerja penyambung arus lilitan tambahan diputus biasanya dengan penyambung
arus yang bekerja pada 75% dari kecepatan serempak.
I 400
Im Penyambung
V
+ arus Ia

utama
300

Lilitan

Penyambungan arus
V
-
Ia 200

Kecepatan
Lilitan Im
I 100 Lilitan utama
tambahan
saja

a. Rangkaian motor fasa terpisah b. Diagram fasor saat dihidupkan


0 20 40 60 80 100

c. Persen Kecepatan serempak

Cara sederhana memperoleh perbandingan tahanan tahapan reaktansi bagi lilitan tambahan
dengan membuat lilitan dari kawat yang lebih kecil daripada lilitan utama, besarnya
reaktansi sedikit dikurangi dengan cara menempatkan diatas celah (gambar c)
Motor fasa terpisah mempunyai torsi saat dihidupkan yang besarnya sedang dengan arus awal
yang rendah. Contoh pemakaian: kipas angin, blower, pompa sentrifugal dan peralatan
kantor, ukuran kapasitas 1/20 sampai dengan ½ PK.

b. Motor Jenis Kapasitor


Kapasitor digunakan untuk memperbaiki penampilan motor saat dihidupkan, penampilan
bekerja tergantung ukuran dan cara menghubungkan kapasitor.
Motor start kapasitor merupakan motor fasa terrpisah, tetapi perbedaan fasa-waktu antara
kedua arus diperoleh melalui kapasitor yang dipasang secara seri dengan lilitan
tambahan .
I Ia
400
V
Im Penyambung Lilitan utama
+ arus dan tambahan

utama
300
Lilitan
V

Persen torsi
-
Ia I 200

pencatuan
Kecepatan
Lilitan Im
100 Lilitan utama
tambahan
saja

a. Rangkaian motor start kapasitor b. Diagram fasor saat dihidupkan


0 20 40 60 80 100

c. Karakteristik kecepatan-Torsi

Lilitan tambahan diputus setelah motor mulai hidup, sehingga lilitan tambahan dan
kapasitor dapat dirancang dengan biaya minimum walau motor dihidup-matikan
bergantian dalam selang waktu tertentu. Dengan menggunakan kapasitor saat
dihidupkan yang besarnya tepat arus lilitan tambahan Ia dalam keadaan berhenti dapat
dibuat mendahului arus lilitan utama Im sebesar 90 derajat listrik seperti motor dua
fasa setimbang.
Karakteristik luar biasa motor kapasitor adalah torsi awal dan kecepatan tinggi.
Penggunaan : kompresor, pompa, peralatan pendingin dan air conditioning dan beban yang
sukar dihidupkan.
Pada motor kapasitor-terpisah-tetap , kapasitor dan lilitan tambahan tidak diputus
setelah motor hidup, kontruksi sederhana dengan meniadakan penyambung arus
dan menambah perbaikan pada faktor daya, efisiensi dan pembentukan pulsa torsi .
Kapasitor dan lilitan tambahan dirancang untuk bekerja dengan sempurna pada dua
fasa pada sembarang beban. Metoda ini akan menghilangkan medan mundur juga
menghilangkan pembentukan pulsa torsi serta kapasitor berlaku sebagai
penampung penyimpanan tenaga untuk menghaluskan pembentukan pulsa pada
masukan daya. Hasilnya merupakan motor motor yang tidak berisik tetapi
mengorbankan torsi awal karena kapasitansi perlu sebagai kompromi antara harga-
harga saat dihidupkan dan saat bekerja yang terbaik.
I
Im 200

Persen torsi
+

utama
Lilitan
V
- 100
Ia

Lilitan tambahan
0 20 40 60 80 100
Rangkaian motor kapasitor terpisah- Persen Kecepatan torsi
tetap

Bila menggunakan dua kapasitor, satu untuk menghidupkan dan kedua dipergunakan saat bekerja,
secara teori kedua penampilan saat dihidupkan dan saat bekerja yang optimum dapat diperoleh.
Harga kapasitansi yang kecil diperlukan untuk mendapatkan keadaan kerja yang optimum secara
tetap dihubungkan seri dengan lilitan tambahan dan kapasitansi yang lebih besar diperlukan saat
dihidupkan yang dipasang paralel dengan kapasitor saat bekerja. Kapasitor saat dihidupkan diputus
hubungannya setelah motor hidup

I 400

Im Penyambung
arus 300 Kapasitor saat
+ dihidupkan

Persen torsi
utama
Lilitan

V
200

pencatuan
-

Kecepatan
Kapasitor saat
Ia bekerja
100

Lilitan tambahan

Rangkaian motor kapasitor ganda 0 20 40 60 80 100


Persen kecepatan serempak
Kapasitas kapasitor untuk motor starting kapasitor 300 μF pada motor ½ PK, karena
kapasitor dialiri arus pada saat motor dihidupkan maka digunakan kapasitor AC. Sedang
jenis kapasitor yang digunakan terrus menerus merupakan jenis kapasitor kertas
lembaran yang dilapisi minyak dengn ukuran 40 μF.

Contoh soal:
Sebuah motor starting kapasitor berukuran 1/3 PK – 120 V, 60 Hz mempunyai tetapan-
tetapan berikut untuk lilitan uatama dan lilitan tambahan (pada saat motor
dihidupkan):
Lilitan utama, Zm = 4,5 + J 3,7 Ω
Lilitan tambahan, Za = 9,5 + J 3,5 Ω
Carilah besarnya harga kapasitansi saat dihidupkan yang akan menempatkan arus lilitan
utama dan arus lilitan tambahan dalam kuadratur pada saat motor dihidupkan.
Solusi:
Arus Im dan arus Ia seperti gambar dibawah, sudut impedansi lilitan utama :
X 3,7
Ia Qm  tan 1  tan 1  39,60
V R 4,5
Besar sudut impedansi lilitan tambahan
I Qa  39,60  900  50,40
Im
Reaktansi Xc dari kapasitor harus memenuhi hubungan
3,5  X C 3,5  X C
tan 1   1,21
9,5 9,5 sehingga didapatkan Xc = 1,21 (9,5) + 3,5 = 15,0 Ω
Besar kapasitansi C adalah

1 106 106
XC   15,0   C   177F
2. . f .C.106 2.3,14.60.C 2.3,14.60.15,0
c. Motor Kutub-Terarsir (shaded-pole motor)
Motor kutub terarsie adalah jenis motor induksi dengan konstruksi kutubnya menonjol
dengan sebagaian dari masing-masing kutub dikelilingi oleh lilitan rangkaian terhubung
singkat yang terbuat dari kawat tembaga, arus imbas yang terdapat pada kumparan
diarsir menyebabkan fluks yang berada dibagian kutub yang diarsir tertinggal dari fluks
yang berada dibagian lain. Hasilnya medan berputar akan bergerak dalam arah dari
kutub yang tidak berasir ke bagian kutub yang diarsir, dan menimbulkan torsi saat
motor dihidupkan. Yang

200

Persen torsi
100
kump
tambahan kump utama

0 20 40 60 80 100
Persen Kecepatan torsi

Efisiensi motor ini rendah, merupakan motor jenis daya kuda fraksional paling murah dan
dibuat dengan ukuran 1/20 PK.
d. Motor Reluktansi Hidup-Sendiri (self starting reluctance motor)
Motor induksi dapat dibuat menjadi motor serempak hidup sendiri jenis reluktansi
dengan cara membuat reluktansi dari celah udara merupakan fungsi kedudukan sudut
rotor terhadap sumbu kumparan stator akan menghasilkan torsi reluktansi apabila
rotor berputar pada kecepatan serempak. Contoh seperti gambar dibawah yaitu
dengan melepaskan sebagian gigi dari rotor sangkar bajing dan membiarkan batang-
batang dan cincin-cincin ujung tettap berada pada tempatnya, seperti motor sangkar
bajing biasa
600

500
Lilitan utama
dan tambahan

400

300 Berubah-

penyambungan
ubah sesuai

Kecepatan
Kedudukan
awal
200
Persen torsi

100

Lilitan pokok saja

0 20 40 60 80 100
Persen Kecepatan serempak
600

500
Lilitan utama
dan tambahan

400

300
Berubah-
ubah sesuai
Kedudukan
awal

penyambungan
Kecepatan
200
Persen torsi

100

Lilitan pokok saja

0 20 40 60 80 100

Persen Kecepatan serempak


Motor akan mulai hidup seperti motor induksi dan pada beban ringan akan semakin besar
kecepatannya pada slip yang kecil, torsi reluktansi timbul dari adanya kecenderungan
rotor untuk menyesuaikan kedudukanya sendiri dengan kedudukan reluktansi
minimum terhadap gelombang fluks celah udara maju yang berputar serempak. Pada
slip yang kecil , torsi berubah-ubah arahnya secara pelan-pelan; rotor akan dipercepat
selama setengah daur positif dari perubahan torsi dan diperlambat selama setengah
daur berikutnya. Apabila torsi kelembaman rotor dan beban mekanis cukup kecil, rotor
akan dipercepat mulai dari slip smpai dengan keceaptan serempak selama setengah
daur percepatan dari torsi reluktansi. Selanjutnya rotor akan meloonjak dan terus
bekerja pada kecepatan serempak. Torsi medan berputar mundur berpengaruh
terhadap motor serempak seperti halnya apabila terjadi beban poros tambahan.
Karakteristik kecepatan-torsi pada motor serempak yang dihidupkan melaui fasa terpisah
dan termasuk jenis reluktansi satu fasa seperti gambar diatas , tingginya harga torsi
motor induksi dikarenakan untuk memperoleh karaktristik motor serempak yang
memuaskan ternyata perlu untuk membuat motor serempak jenis reluktansi pada
rangka yang cocok untuk motor induksi ukuran 2 atau 3 kali ukuran motor serempak.
Pengaruh utama dari rotor kutub tonjol pada karaktristik motor induksi adalah keadaan
diam tampak jelas adanya “cogging” yaitu perubahan torsi tang cukup besar terhadap
kedudukan rotor.
e. Motor Histerisis
Gejala histerisis digunakan untuk menghasilkan torsi mekanis , bentuk sederhana rotor dsri
motor hiterisis merupakan silinder halus dari baja yang secara magnetis keras, tanpa
lilitan atau gigi. Silinder ditempatkan dalam ststor yang bercelah memuat lilitan tersebar
yang dirancang untuk menghasilkan distribusi ruang fluks sedapat mungkin berbentuk
sinus, karena jika terdapat gejolak gelombang fluks akan memperbesar rugi-rugi. Pada
motor fasa tunggal lilitan statornya umumnya jenis kapasitor-terpisah-tetap Kapasitor
dipilih untuk harga yang menghasilkan keadaan dua fasa setimbang didalam lilitan
motor, selanjutnya stator menghasilkan medan berputar yang besarnya tetap dalam
bentuk gelombang ruang dan berputar pada kecepatan serempak.
S
R
δ
ωS

Stator

Torsi

Rotor
100
0
Persen kecepatan
serempak

R’
S’
Sumbu SS’ dari gelombang agm motor berputar pada kecepatan serempak, karena adanya
histerisis magnetisasi rotor tertinggal digelombang agm induksi sehingga sumbu RR’ dari
gelombang fluks rotor tertinggal dibelakang sumbu gelombang agm stator sebesar sudut
δ. Apabila rotor stationer maka dihasilkan torsi torsi saat dihidupkan yang berbanding
lurus dengan hasil kali antara komponen dasar agm stator dan fluks rotor serta sinus
sudut torsi δ. Rotor akan dipercepat bila torsi perlawanan beban lebih kecil dari torsi
motor yang dihasilkan. Selama putaran rotor lebih kecil dari kecepatan serempak setiap
partikel rotor mengalami suatudaur histerisis berulang pada frekuensi slip. Pada saat
putaran rotor bertambah kecepatannya sudut tertinggal δ besarnya tetap bila fluks teap
karena sudut δ semata-mata tergantung pada lingkaran histerisis rotor dan tidak
tergantung pada laju kecepatan daur lingkaran histerisis. Dengan demikian motor
menghasilkan torsi yang tetap sesuai kecepatan serempak.
Motor histerisis tidak berisik, menghasilkan putaran beban yang halus dan dapat bekerja
pada beberapa kecepatan serempak karena adanya beberapa himpunan lilitan stator
yang hubungan kutubnya dapat diubah-ubah. Motor histerisis dapat bertambah
kecepatannya dan menyerempakkan beban kelembaman tinggi karena torsi motor yang
seragam dari keadaan diam hingga kecepatan serempak.
Teori Medan Berputar Motor Induksi Satu Fasa
Gelombang agm–stator motor induksi satu fasa dapat digambarkan secara ekivalen
dengan dua buah gelombang agm yang mempunyai amplitudo tetap dan berputar
dalam arah yang berlawanan pada kecepatan serempak. Pada saat rotor keadaan
diam dan hanya lilitan stator utama m yang diteral, maka motor dapat dinyatakan
seperti transformator hubung singkat R X 0,5X 1m 1m 2

R1m X1m X2

Im +
+
Iφ + Emf 0,5Xφ 0,5R2
Im

V Em R2
Xφ -
V 0,5X2
-
+
Emb 0,5Xφ 0,5R2
-
(a) Rotor tertahan
-

R1m X1m 0,5X2

Iφ (b) Rotor tertahan, memperlihatkan pengaruh medan


Im + 0,5R2 maju-mundur
+ Emf 0,5Xφ S

-
V 0,5X2

+ 0,5R2
Emb 0,5Xφ
- (S-2)

(c). Motor keadaan bekerja


R1m dan X1m = tahanan dan reaktansi bocor lilitan utama, X ϕ = reaktansi magnetisasi, R2 dan X2
merupakan harga keadaan diam dari tahanan dan reaktansi bocor rotor berpatokan pada
lilitan stator utama, V= teganagn sumber, I = arus lilitan utama dan E m = tgl perlawanan
yang dibangkitkan lilitan utama oleh gelombang fluks celah udara pulsa dalam keadaan
diam yang dihasikan gabungan kerja dari arus stator dan rotor.
Secara konsep medan beputar ganda bahwa agm stator dipecah menjadi medan berptar arah
maju dan mundur setengah amplitudo, pada keadaan diam amplitudo dan gelombang fluks
celah udara resultan maju dan mundur keduanya sama dengan amplitudo medan berpulsa.
Setelah kecepatan bertambah besar, hanya lilitan utama yang bekerja pada arah medan maju
pada slip (s), arus rotor yang diimbaskan oleh medan maju mempunyai frekuensi (sf)
dimana f = frekuensi stator. Arus rotor menghasilkan gelombang agm berjalan arahh maju
pada kecepatan slip berpatokan pada rotor dan kecepatan serempak menurut stator.
Resultan dari gelombang maju dari agm rotor dan stator menghasilakn gelombang maju
resultan fluks celah udara yang membangkitkan tgl perlawanan Fml pada lilitan utama m dari
stator. Pengaruh pada rotor jika dipandang dari stator sebesar 0,5 R 2/S + j 0,5 X2 paralel
dengan j Xϕ.
Keadaan medan mundur , rotor tetap berputar pada slip (s) bepatokan pada medan maju,
besar slip pda medan maju
n=1–s
Kecepatan relatif rotor berpatokan pda medan mundur ( 1 + n), atau besar kecepatan slip
terhadap medan mundur
1+n=2-s
Medan mundur mengimaskan arus rotor dengan frekuensi (2 – s) f, untuk slip kecil frekuensi
rotor hapir dua kali frekuensi stator oscilogram arus rotr memperlihatkan komponen
frekuensi tinggi dari medan mundur berada didatas komponen frekuensi rendah dari
medan maju. Jika dipandang dari stator, gelombang agm rotor dari arus rotor medan
mundur berjakan pada kecepatan serempak tetapi arahnya mundur. Dari rangkaian
ekivalen ( c ) faktor 0,5 merupakan pecahan agm stator berpulsa menjadi komponen maju
dan mundur, tegangan Eml yang terdapat pada gabungan paralel yang menyatakan medan
mundur merupakan rgl perlawanan ayng dibangkitkan pada lilitan utama m dari stator
oleh medan mundur resultan.
Arus stator, arus rotor, masukan daya dan faktor kerja dapat dihitung untuk sembarang harga
slip,
R2
Z f  R f  jx f  (  jX 2) paralel  dengan  jX
s

R2
 jX 2) paralel  dengan  jX
Z b  Rb  jxb  (
2s
Besar impedansi antara medan maju dam medan mundur dipandang dari stator satu fasa m
adalah 0,5 Zf + 0,5 Zb.
Melalui penalaran kualitatif bahwa gelombang fluks celah udara maju bertambah saat motor
bekerja dan gelombang mundur berkurang bila motor bekerja, pada saat motor bekerja
pada slip kecil , tahanan rotor pada medan maju 0,5 R2/s jauh lebih besar daripada harga
dalam keadaan diam, Sedang pengaruh medan mundur 0,5 R2/(2-s)
Karena impedansi medan maju lebih besar daripada harga saat diam, dan medan mundur
harganya lebih kecil, dengan demikian tgl perlawanan medan maju Emf lebih besar
daripada harga sat diam sedangkan tgl perlawanan medan mundur Emb lebih kecil
yaitu gelombang fluks celah maju bertambah besar sedang gelombang fluks mundur
bertambah kecil. Keluaran daya mekanis dapat dihitung menggunakan hubungan torsi
dan daya seperti motor fasa banyak, torsi yang dihasilkan medan maju dan medan
mundur : 1 1
T  f P gf T  P b gb
s s
Apabila impedansi magnetisai dianggap induktif murni , Pgf merupakan daya yang diserap
oleh impedansi 0,5 Zf dan Pgb oleh impedansi 0,5 Zb sehingga,
Pgf  I m2 .0,5 R f Pgb  I m2 .0,5 Rb
Torsi medan mundur berlawanan arah dengan medan maju sehingga besar torsi,
1 0,5 2
T  T f  Tb  ( Pgf  Pgb)  .I m .( R f  Rb )
s s
Karena arus rotor yang dihasilkan kedua komponen mempunyai frekuensi yang berbeda,
maka rugi-rugi I2 R rotor total merupakan penjumlahan masing-masing rugi-rugi,
Rotor medan maju I2 R = s Pgf
Rotor medan mundur I2 R = (2-s) Pgb
rotor keseluruhan I2 R = sPgf + (2 – s) Pgb
Karena daya adalah torsi dikalikan kecepatan sudut, dimana kecepatan sudut rotor (1-s)ωs
maka besarnya daya mekanis,
Pmek = (1 - s) ωs T = (1 - s) (Pgf - Pgb)
Harga Pmek bukan harga daya keluaran (output) karena belum diperhitungkan adanya
rugi-rugi gesek dan rugi inti.

Contoh ,
Sebuah motor starting kapasitor ¼ PK , 110V, 60 Hz 4-kutub mempunyai tretapan-tetapan
dalam ohm dan rugi-rugi dalam watt sebagai berikut
R1m = 2,02 X1m = 2, 79 R2 = 4,12 X2 = 2,12 Xq= 66,8
Rugi-rugi inti = 24 watt Rugi gesek dan perlilitan = 13 watt
Untuk slip sebesar 0,05 tentukan arus stator, faktor daya, keluaran daya, kecepatan, torsi
dan efisiensi jika motor ini bekerja sebagai motor satu fasa pada tegangan dan
frekuensi ukuran dengan lilitan saat dihidupkan terbuka.
Solusi :
Langkah perrtama menentukan besaran Rf dan Xf dan impedansi maju dan mundur,
X22 = X2 + XQ = 2,12 + 66,8 = 68,92 ohm
Q2 = X22/R2 = 68,92/4,12 = 16,73 ohm
X 2 1 66,82 1
Rf    31,86ohm
X 22 sQ2  1 68,92 (0,05 *16,73)  (1 / 0,05 *16,73)
sQ2
X1 X Rf 2,12 * 66,8 31,68
Xf      40,3ohm
X 22 sQ2 68,92 (0,05 *16,73)

Sehingga Zf =Rf + jXf = 31,9 + j 40,3 ohm

2
R2 X Q 2 4,12  66,8 
Rb  ( )     1,98ohm
2  s X 22 2  0,05  68,92 

X2 * XQ Rb 2,12 * 66,8 1,98


Xb      2,12ohm
X 22 ( 2  s )Q2 68,92 ( 2  0,05)

Sehingga Zb =Rb + jXb = 1,98 + j 2,12 ohm

Penambahan elemen seri pada rangkaian ekivalen


R1m + jX1m = 2,02 + j 2,79 ohm
0,5(Rf + jXf ) = 15,95 + j 20,15 ohm
0,5(Rb + jXb )= 0,99 + j 1,06 ohm +
Jumlah = 18,96 + j 24,00 ohm = 30,6/51,70

Arus stator = V = 110 = 3,59 A


Z 30,6

Faktor daya = Cos φ=Cos 51,76 = 0,20


Daya input (Pin) = V* I * Cos ϕ = 110 * 3,759 * 0,62 = 244 watt
Daya yang diserap medan maju (Pgf) = I2* Rf = 3,592 * 15, 95 = 206 watt

Daya yang diserap medan mundur (Pgb) = I2* Rb = 3,592 * 0,99 = 12,8 watt

Daya mekanis (Pmek) = (2 – s)*(Pgf – rugi gesek) = (2 – 0,05)*(206 – 13) = 184 watt

Rugi perputaran = Rugi inti + rugi gesek = 24 + 13 = 37 watt

Daya output (P0ut) = Pmek – Rugi perputaran = 184 – 37 = 147 watt = 0,197 PK

Kecepatan serempak (Ns) = (120*f)/P = (120 * 60)/4=1800 Rpm = 30 Rps

Kecepatan sudut (ωs) = 2*π*Ns = 2 * 3,14 * 30 = 188,5 rad/s

Kecepatan rotor (Nr) = (1 – s) Ns = (1 – 0,05) * 1800 = 1710 Rpm


ωr = (1 – s) ωs = (1 – 0,05) * 188,5 = 179 rad/s
Torsi motor (T) = Pout/ ωr = 147/179 = 0,821 N.m
Efisiensi = Pout/Pin* 100 % = 147/244*100 % = 60,2 %
Memperhatikan contoh diatas harga impedansi medan mundur 0,5(Rb + jXb) besarnya sekitar
5% impedansi keseluruhan untuk slip beban penuh. Akibatnya pendekatan sebesar 20% dari
harga impedansi tersebut akan menyebabkan sekitar 1% kesalahan arus motor, meskipun
impedansi medan mundur fungsi slip, biasanya kesalahan sangat kecil pada perhitungan
harga slip berapa saja pada daerah kerja normal-anggap 5 % dan harga Rb dan Xb tetap.
Dengan pendekatan sedikit lebih besar, pengaruh shunt dari jX Q pada impedansi medan
mundur diabaikan sehingga
R2
Zb   jX 2
(2  s)
Persamaan ini memberikan harga tahanan medan mundur beberapa persen lebih tinggi, dengan
mengabaikan slip memberikan harga tahanan medan mundur tertalu kecil, hasilnya untuk
slip kecil

R2
Zb   jX 2
2
Kelemahan motor satu fasa adanya medan mundur yang memberikan dua pengaruh:
1. Menyerap sebagian tegangan, sehingga mengurangi tegangan medan maju dan mengurangi
torsi medan maju.
2. Medan mundur menyerap sebagian torsi medan maju
Kedua pengaruh tersebut tergantung tahanan rotor dan reaktansi bocor, akibatnya torsi
maksimum dipengaruhi oleh tahanan rotor dan menambah slip pada saat torsi maksimum
terjadi
Keadaan Kerja Tidak Seimbang
Motor satu fasa merupakan motor yang bekerja dalam keadaan tegangan stator tidak setimbang
yang dihasilkan oleh impedansi saat dihidupkan, persoalan ini dapat didekati dengan
mengembangkan teori komponen simetris dalam membahas konsep medan berputar ganda.

R1 X1 X2 R1 X1 X2

+ R2
+ R2
Vmf Xφ 2 Vmf Xφ 2-S
(a) (b)
- -

Apabila tegangan 2 fasa setimbang diberikan pada motor 2 fasa yang mempunyai celah udara
Rangkaian ekivalen motor 2 fasa tidak setimbang (a) Medan maju (b) medan mundur
seragam dan dua buah lilitan serupa a dan m dalam kuadratur ruang. Pada saat arus lilitan a
mempunyai harga sesaat maksimum, arus lilitan m besarnya nol, dan gelombang agm stator
berpusat pada pada sumbu lilitan a. Demikian pula gelombang agm stator berpusat pada
sumbu lilitan m pada saat arus pada lilitan m maksimum. Dengan demikian gelombang agm-
stator berjalan 90 derajat listrik dalam ruang dalam selang waktu 90 0, dengan arah
tergantung urutan fasa dari kedua arus tersebut, analisa membuktikan bahwa gelombang
berjalan mempunyai amplitudo tetap dan kecepatan sudut tetap.
Perangai motor tegangan 2-fasa setimbang yang diberikan dengan urutan fasa, jika motor
bekerja pada kecepatan tiap satuan n pada arah mulai dari lilitan a kearah lilitan m, maka
impedansi terminal seperti gambar diatas.
Apabila tegangan yang diberikan va mendahului tegangan vm sebesar 900, maka urutan fasa
tersebut disebut urutan posistif (f), menghasilkan medan maju sedang pada gambar (a) v a
tertinggal dari vm sebesar 900, urutan ini disebut urutan negatif (b) yang menghasilkan medan
mundur.
Misal tegangan 2-fasa setimbang yang mempunyai urutan fasa berlawanan dihubungkan
secara seri dan serentak seperti gambar dibawah, tegangan fasor Vmf dan jVmf diberikan ke
lilitan m dan a maka akan terbentuk sistem setimbang dengan urutan positif dengan tegangan
fasor Vmb dan - jVmb

Im -jVmf

+ Im f
Vmf
- Vm m Va
+
Vmb
-
Vmf
90 0

a Vm

Va Ia 900
Vmb
b
-jVmb
+ jVmb - + jVmf -

Sistem 2 fasa setimbang dan penjumlahan 2 buah sistem setimbang yang mempunyai
urutan berlawanan
membentuk sistem setimbang lain tetapi dengan urutan negatif. Tegangan resultan adalah
Vm, untuk lilitan m merupakan suatu fasor,
Vm = Vmf + Vmb
dan pada lilitan a adalah
Va = jVmf - jVmb .
Jika sistem maju atau urutan positif adalah Vmf + jVmf dan sistem mundur atau urutan
negatif Vmb + jVmb maka tegangan resultante oleh fasor tegangan Vm dan Va telah
disintesakan dengan cara menggabungkan dua sistem yang mempunyai urutan fasa yang
berlawanan. Untuk menghitung komponen arus yang dihasilkan masing-masing komponen
simetrisdari tegangan yang diberikan karena motor induksi bekerja sebagai motor 2 fasa
setimbang. Dengan superposisi, maka arus yang sebenarnya pada suatu lilitan merupakan
jumlah dari masing-masing komponen. Bila Imf dan Imb adalah arus fasor komponen urutan
positif dan negatis pada lilitan m maka fasor komponen urutan positif dan negatis pada
lilitan a adalah jImf dan –jImb dan arus lilitan sesungguhnya Im dan Ia adalah
Im = Imf + Imb
Ia = jImf - jImb
Untuk mendapatkan komponen simetris dari arus atau tegangan tertentu Vmf dan Vmb
dalam tegangan fasor yang diketahui Vm dan Va menghasilkan;
Vm = ½ (Vm - jVa )
Va = ½(Vm + jVa )
Persamaan komponen simetris fasor Imf dan Imb dari arus pada lilitan m dalam bentuk
arus fasor tertentu Im dan Ia pada kedua fasa;
Imf = ½ (Im - jIa )
Imb = ½ (Im + jIa ) Va
- jVa

Vmf
Vm

Vmb

+jVa

Pemecahan tegangan 2 fasa tidak setimbang menjadi komponen-komponen simetris

Contoh : tetapan-tetapan rangkaian ekivalen dari suatu motor induksi satu fasa sangkar
bajing berukuran 5 PK, 220 V, 60 Hz, 2 fasa dalam tiap fasa adalah
R1=0,534 X1 = 2,45 XQ=70,1 R2= 0,956 X2= 2,96
Motor bekerja dari sumber 2 fas tidak setimbang yang maasing-masing mempunyai
teganangan fasa sebesar 230 V dan 210 V, dengan tegangan yang lebih kecil
mendahului tegangan yang lebih besar sebesar 800, dengan slip sebesar 0,05 carilah
a. Komponen urutan positif dan urutan negatif dari tegangan yang diberikan
b. Komponen urutan positif dan urutan negatif dari arus fasa stator
c. Harga efektif dari arus fasa
d. Daya mekanis dalam

Solusi:
a. Tentukan Vm dan Va sebagai tegangan yang diberikan pada masing-masing fasa, maka
Vm = 230 _̸̲_00 = 230 + j0 V
Va = 210 ̲f̲_80
̷̲ 0 = 36,4 + j 207 V

Komponen maju dn komponen mundur masing-masing fasa adalah


Vmf = ½ (Vm + jVa ) = ½ (230 + j0 + 207 – j36,4) = 218,5 – j18,2 = 219m 5 /_-4,80 V
Vmb = ½(Vm - jVa )= ½ (230 + j0 – 207 + j36,4) = 11,5 + j 18,2 = 21,5 /_57,70 V

b. Impedansi medan maju untuk slip 0,05


Zf = 16,46 + j 7,15 ohm
R1 + jX1 = 0,53 + J 2,45 ohm
16,99 + j 9,60 – 19,50 /_ 29,4 0 ohm
Komponen maju dari arus stator adalah

Vmf 219,5  480


I mf    14,26  34,20 A
Z mf 19,5029,4 0
Impedansi medan mundur pada slip 0,05 adalah
Zb = 0,451 + j 2,84 ohm
R1 + jX1 = 0,53 4 + J 2,45 ohm
0,985 + j 5,29 = 5,38 /_ 79,5 0 ohm

Komponen arah mundur dari arus stator adalah

Vmb 21,557,7 0
I mb    4,00  21,80 A
Z mb 5,3879,5 0
Arus masing-masing fasa adalah
Im = Imf + Imb = 13,06 -j7,79 = 15,2 /__-310 A
Ia = Jmf + jmb = 4,81 + j 5,64 = 7,40 /__ 49,20 A
Dari harga Im dan Ia terlihat bahwa arus-arusnya jauh tidak setimbang daripada tegangan yang diberikan,
meski demikian motor tidak mengalami beban lewat jika dipandang dari beban poros, rugi-rugi cukup
bertambah besar oleh arus tidak seimbang dan lilitan stator dapat mengalami panas.

d. Daya yang diberikan pada medan maju oleh kedua fasa stator adalah
Pgf = 2. I2mf . Rf = 2 (14,26)2 .(16,46) = 4.175 W
Daya yang diberikan pada medan mundur
Pgb = 2. I2mb . Rb = 2 (4)2 .(0,451) = 15 W

Daya mekanis dalam yang dihasilkan


Pgb = (1-s) (Pgf - Pgb )= (1 – 0,05) ( 4715 - 15) = 3.950 W

MOTOR PENGATUR DUA-FASA


Sistem pengaturan memanfaatkan komponen elektromagnetik daya kuda fraksional
sebagai motor untuk menggerakkan beban dan sensor guna pengukuran kecepatan dan
kedudukan elemen yang diatur.
a Fasa m dari motor merupakan fasa
patokan (fasa tetap), tegangan Vm
Dari Penguat
merupakan tegangan tetap dari
pengatur Va
sumber frekuensi tetap. Fasa a
merupakan fasa pengatur, tegangan
m
Va diberikan dari penguat . Tegangan
V m
Vm dan Va harus dalam keadaan
Tegangan AC tetap
serempak berarti disuplai dari
sumber yang sama dengan
Motor pengatur 2-fasa pergeseran fasa sebesar 900
dengan menghubungkan kapasitor secara seri. Penguat mendapatkan daya dari sumber
AC yang sama mencatu fasa patokan sehinga tegangan keluaran penguat Va
merupakan gelombang ac yang termodulasi yang mempunyai komponen dasar pada
frekuensi sama seperti Vm, apabila Va harganya tidak nol dan fasanya mendahului Vm
sebesar 900 maka diperoleh putaran pada

Anda mungkin juga menyukai