Anda di halaman 1dari 9

IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e.

ISSN:2614-5081
DOI : 10.20885/ijcr.vol6.iss1.art5 Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

Quality Testing and Quality Control Statistics of High Speed Diesel (HSD)
Oil at Laboratory of Center for Oil and Gas Human Resource Development
Cepu, Central Java

Pengujian Kualitas Solar dan Statistik Control Mutu di Laboratorium


Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi Cepu,
Jawa Tengah

Sukma Radik Mayang Saria,*, Febi Indah Fajarwatia,**dan Budi Noviyanto b

a
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia, Indonesia
b
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Minyak dan Gas Bumi, Blora,
Indonesia
*Corresponding author: 16612077@students.uii.ac.id
**febi.indah@uii.ac.id

Diterima: 28 Mei 2021, Direvisi: 16 Juni 2021, Diterbitkan: 20 Juni 2021

Abstract
High Speed Diesel (HSD) oil is a fuel from petroleum processing which is a source of energy for
machines. The quality assurance of diesel testing uses statistical quality control methods, namely
Internal Quality Control (IQC). The diesel quality test is based on the CN 48 diesel specification limits
that follow the American Standard Testing and Materials (ASTM). The results of the analysis of the
quality assurance test for diesel with IQC (Internal Quality Control) parameters have met the CN 48
diesel specification.
Keywords: Diesel Oil, ASTM, Carbon Residual

Abstrak
Solar merupakan jenis bahan bakar yang berasal dari minyak untuk mesin-mesin diesel. Jaminan mutu
pengujian bahan bakar solar telah dilakukan menggunakan metode statistik control mutu yaitu Internal
Quality Control (IQC). Pengujian kualitas solar dilakukan berdasarkan batas spesifikasi minyak solar
CN 48 yang mengikuti American Standard Testing and Material (ASTM). Hasil uji analisis jaminan
mutu pengujin solar dengan beberapa parameter IQC (Internal Quality Control) telah memenuhi
spesifikasi solar CN 48.
Kata kunci: Minyak solar, ASTM, Residu Karbon

42
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

PENDAHULUAN ekonomis dan peraturan keselamatan kerja


Kekayaan Indonesia berasal dari dan lindungan lingkungan. Bahan bakar
berbagai jenis sumber daya alam salah kendaraan bermotor yang dalam hal ini
satunya dari hasil pengolahan minyak dan bahan bakar minyak solar untuk kendaraan
gas bumi. Di beberapa negara, sektor migas kompresi (compression ignition engine)
merupakan salah satu andalan untuk yang beredar di pasaran di Indonesia diatur
mendapatkan devisa untuk kelangsungan dan dibatasi dengan spesifikasi yang
pembangunan negara. Salah satu ditetapkan oleh pemerintah (Direktorat
sumberdaya alam yang tidak dapat Jendral Minyak dan Gas Bumi). Solar
diperbaharui adalah minyak bumi. Bahan merupakan salah satu produk hasil
bakar yang berasal dari minyak bumi pengolahan dari minyak bumi. Sebelum
adalah senyawa organik yang dibutuhkan solar dipasarkan maka harus memenuhi
dalam suatu pembakaran dengan tujuan spesifikasi dan standar kualitas produk
untuk mendapatkan energi (tenaga). Bahan dengan mengontrol serta mengawasi mutu
bakar minyak (BBM) merupakan hasil dari siap pakai suatu produk, maka dilakukan
proses distilasi minyak bumi (crude oil) pengujian mutu produk.
dari hasil penambangan menjadi fraksi- METODE PENELITIAN
fraksi yang diinginkan. Jenis - jenis bahan Alat dan Bahan
bakar minyak antara lain yaitu: Premix, Analisis Viskositas Kinematik ASTM D-445
Premium, Minyak Tanah (kerosene), Alat yang digunakan diantaranya
Minyak Solar, Minyak Bakar dan adalah seperangkat unit viskositas
Biodiesel. kinematik yang terdiri dari viskometer
Bahan bakar minyak yang merk DC Scientific 75 CFR 3096 skala 97,
dipasarkan harus memenuhi persyaratan holder viskometer, termometer (oC), vakum
teknis tertentu sesuai dengan kebutuhan merk Multifix, suction bath, stopwatch.
penggunaannya yang disebut dengan Bahan penelitian yang digunakan adalah
spesifikasi. Spesifikasi teknis bahan bakar bahan bakar solar yang berasal dari SPBU
sama di setiap negara tergantung dari jenis Cepu dan Silicon Oil.
dan tipe kendaran. Spesifikasi nasional di Analisis Flash Point ASTM D-93 PMCC
setiap negara dapat sedikit berbeda, karena Alat yang digunakan seperangkat
perbedaan kondisi negara tersebut, seperti penguji Flash Point ASTM D-93 PMCC,
jenis dan populasi kendaraan, ketersediaan Test Cup, unit Pensky marten closed cup,
minyak bumi sebagai bahan baku, dan termometer 8C. Bahan yang digunakan
kemampuan kilang, sistem distribusi, faktor solar SPBU Cepu, korek api, dan gas LPG.
43
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

Analisis Distilasi ASTM D 86 polishing material (silicon carbide grit


Alat yang digunakan adalah satu set paper), dan solar SPBU Cepu.
alat distilasi, merk Pyrex, termometer
METODE PENELITIAN
standar ASTM 7C atau ASTM 8C,
Analisis Viskositas Kinematik ASTM D-
barometer. Bahan yang digunakan solar
445
SPBU Cepu dan air panas dengan
Pemilihan viskometer dilakukan
temperatur maksimal 60 oC.
dengan sesuai sehingga dapat dihasilkan
Analisis Pour Point ASTM D-97
waktu alir tidak kurang dari 200 detik.
Alat yang digunakan Test Jar
Konstanta kalibrasi viskometer dihitung
(penampung sampel), termometer, penutup
untuk memastikan alat dapat digunakan
gabus, tempat pendingin (instrumen), water
dengan baik. Selanjutnya, unit viskositas
bath, dan seperangkat penangas. Bahan
kinematik dinyalakan dan diatur serta
yang digunakan bahan bakar solar SPBU
dijaga temperatur bath yang berisi silicon
Cepu.
oil dengan range 40-41 oC. Selanjutnya,
Analisis Densitas ASTM D 1298
sampel dituang ke dalam viskometer
Alat yang digunakan hidrometer 12
dengan cara membalikkan lalu dipompa
C, termometer, dan gelas ukur 1000 mL.
dengan bantuan vacum dan dilakukan
Bahan yang digunakan solar SPBU Cepu
secepat mungkin untuk ditegakkan
Analisis Residu Karbon ASTM D-4530
kembali. Separangkat unit viskometer
Alat yang digunakan diantaranya
dimasukkan ke dalam bath (selama 30
adalah instrumen MCRT (Micro Carbon
menit). Pengukuran sampel dilakukan
Residu Tester). Bahan yang digunakan
dengan cara penghisapan sampel dalam
residu karbon dari hasil proses distilasi
kapiler viskometer dengan suction sampel
bahan bakar solar SPBU Cepu.
pada ketinggian 5 mm diatas garis batas
Analisis Warna ASTM D1500. Alat lain
atas serta setelah dicapai garis miniskus
yang digunakan diantaranya gelas Jar dan
atas dilakukan pengukuran waktu (starting)
instrumen uji warna sampel. Bahan yang
dan dihentikan sampai garis miniskus
digunakan air dan solar SPBU Cepu.
bawah, sehingga didapat waktu alir sampel.
Analisis Cooper Strip Corrosion D 130-12
Alat yang digunakan Test Tube, Pengulangan percobaan dilakukakn

termometer, bath, Bomb, dan instrumen uji 3 kali. Perhitungan viskositas kinematik (v)

korosif. Bahan yang digunakan air, kapas, sampel dalam cSt (mm2/s) sebagai berikut:

bubuk silika, logam tembaga, iso oktana, Viskositas (v) = C x t


Keterangan:

44
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

v = viskositas kinematik (mm2/s) (FBP) diperoleh pada temperatur


C = konstanta kalibrasi viskometer maksimum yang tercapai sampai nantinya
(mm2/s)/s t = waktu alir (detik) mengalami penurunan temperatur serta
sebagai tanda distilasi selesai. Hasil dari
Analisis Flash Point ASTM D-93 PMCC
distilasi berupa distilat ditampung dan
Sampel dituangkan sampel ke
diukur residu. Selanjutnya dilakukan
dalam Test Cup sampai tanda batas dan
perhitungan % losses dari proses distilasi
dimasukkan ke dalam bath dan proses
dengan persamaan:
pemanasan dihidupkan. Selanjutnya,
% Losses = 100 mL- (% distilat + %
dipasang Test Cup pada bath pemanasan,
residu)
tutup Test Cup dengan Cup Cover beserta
pengaduk, dinyalakan api pencoba, diatur
besarnya api pencoba sesuai dengan bola
Analisis Pour Point ASTM D-97
pembanding berkisar 3,2-4,8 mm.
Sampel dituang ke dalam gelas test
Pengamatan dilakukan setiap kenaikan
jar setinggi 5,4 cm dan kemudian dirangkai
setiap 1oC, serta dikenakan api pencoba ke
termometer dan penutup gabus,
dalam Test Cup. Pencatat temperatur saat
pemasangan termometer sampai ujung
terjadi flash atau nyala api pencoba tercelup
bawah kapiler 3 mm di bawah permukaan
ke sampel, biasanya flash berlangsung
sampel. Setelah itu, pemanasan dilakukan
cepat dan sekejab sehingga sangat cermat
di dalam water bath sampai temperatur 45
dan teliti saat percobaan dan catat o
C , saat terjadi penurunan suhu 30oC lalu
temperatur sebagai titik nyala api.
diletakkan ke dalam tempat pendingin yang
Analisis Distilasi ASTM D 86 telah disiapkan. Pengamatan dilakukan
Sebanyak 100 mL sampel setiap penurunan suhu setiap 3 oC disertai
dimasukkan ke dalam alat distilasi dengan perlakuan yaitu gelas jar dimiringkan
kondisi temperatur water bath 60 oC untuk sampai tidak mengalir dan terjadi
produk solar, sedangkan untuk bahan bakar perubahan fasa cair menjadi padat (beku)
kerosin digunakan air biasa, untuk bahan sebagai solid point. Titik tuang dihitung
bakar lain digunakan air dingin. Distilasi dari solid point ditambahkan 3 oC.
dilakukan yang mana Initial Boilling Point
Analisis Densitas ASTM D 1298
(IBP) selama 15 menit dan untuk setiap
Sampel dimasukkan ke dalam gelas
kenaikan 10% dengan kecepatan 10 mL/2
ukur 1000 mL, lalu termometer
menit dan dicatat temperatur sampai
dimasukkan ke dalam sampel sampai di
dilakukan 90%, untuk Final Boilling Point

45
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

bawah permukaan dan dicatat suhu yang sampel dan diisi dengan sampel.
konstan. Setelah itu, hidrometer Selanjutnya, tempatkan warna standar yang
dimasukkan ke dalam sampel dan dibiarkan sesuai. Buka petcock oil tube untuk
dan diamati skala yang terbaca pada penurunan level sampel sampai warna
hidrometer. Nilai yang ditunjukkan oleh sampel sedikit lebih gelap dari warna
skala pada hidrometer dicatat sebagai SG standar, kemudian level warna sampel
observasi. disesuaikan pada angka pada kedalaman
tertentu. Jika warna sampel masih gelap
Analisis Residu Karbon ASTM D-4530.
dari warna standar maka dikurangi lagi
Sampel dimasukkan ke dalam
level sampel sampai angka kedalaman
instrumen MCRT (Micro Carbon Residu
berikutnya dan bandingkan warna
Tester), lalu alat dinyalakan. Periksa
keduanya. Demikian sampai diperoleh
ukuran tekanan dan diatur dengan cara
keduanya mempunyai warna yang sama.
ditarik atau diturunkan pegangan tombol
dan tekan tombol untuk dikunci. Pilih Analisis Cooper Strip Corrosion D 130-12
tombol Low Flow Test dan periksa Tembaga dibersihkan dengan cara
pembacaan 0,15 lpm (150 mlpm) aliran gas menggosok menggunakan polishing
pada flow meter dan untuk High Flow Test material (silicon carbide grit paper sampai
pada pembacaan 0,6 lpm (600 mlpm) aliran mengkilap dan bersih dari senyawa yang
gas pada flow meter. Ukuran katup 150 lain. Setelah itu, logam tembaga
mlpm atau 600 mlpm dapat diatur sebelum dimasukkan ke dalam Test Tube dan
ukuran bola dibutuhkan aliran yang tepat. dituangkan sampel sampai semua logam
Periksa botol tetesan di bawah tembaga tercelup kemudian ditutup dengan
tengah alat dan kosongkan botol dari kapas.
residu. Pertahankan pemanasan mesin pada Pengujian dilakukan dengan
temperatur 500 oC + 2 oC. Jika bagian pemanasan Test Tube yang berisi logam
bottom display pada angka “0” dan tembaga dan sampel dengan ketentuan
dibiarkan temperatur turun hingga 250 oC dimana bahan diesel, minyak bakar dan
lalu diambil sampel didinginkan di automobive gasoline, tutup Test Tube
desikator selama 1 jam. Sampel ditimbang dengan gabus yang diberi ventilasi (lubang)
sebagai CCR. panaskan dalam bath pada temperatur 50 +
1 oC (122 + 2 oF) selama 3 jam + 5 menit.
Analisis Warna ASTM D1500
Setelah proses pemanasan selesai,
Persiapkan gelas Jar dan unit warna
dikosongkan Test Tube dari sampel, ambil
ASTM D1500. Bilas oil tube dengan

46
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

batang tembaga, celupkan ke dalam pelarut Uji pengkaratan ASTM D 130-12,


dan dikeringkan. Lalu, dibandingkan uji warna ASTM D1500, uji pour point
pengkaratan yang terjadi pada batang ASTM D-97, residu karbon ASTM D-
tembaga dengan batang tembaga standar, 4530, dan densitas ASTM D 1298. Gambar
diamati serta dicatat skala batang tembaga 1 menunjukkan Control Chart Distilasi T90
standar sebagai Copper Strip Corrosion Solar SPBU bahwa Batas Pengendali Atas
sampel. (UAL) = 357,228; Batas Peringatan Atas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Grafik Xbar dari distilasi T90 Solar SPBU Cepu

Pengujian jaminan mutu sampel Pengendali Bawah (LAL)= 344,4. Data


solar SPBU Cepu dengan menguji beberapa yang diperoleh menunjukkan bahwa data
parameter Internal Quality Control (IQC) terkendali dan presisi dikarenakan data
diantaranya uji flash point, uji viskositas tidak berada dalam UAL dan LAL atau
kinematik dan distilasi. Kualitas solar melebihi batas.
SPBU Cepu diuji berdasarkan spesifikasi Gambar 2. menunjukkan Control
Minyak Solar 48 American Society for Chart Viskositas Kinematik Solar SPBU
Testing and Materials (ASTM) dengan bahwa Batas Pengendali Atas (UAL) =
parameter yaitu: flash point ASTM D-93 3,053; Batas Peringatan Atas (UWL) =
P.M.C.C, viskositas kinematik ASTM D- 3,049; rata-rata (mean) = 3,0409 ; Batas
445, distilasi ASTM D 86. Nilai (UWL) = Peringatan Bawah (LWL) = 3,032; Batas
355,09; rata-rata (mean)= 350,814; Batas Pengendali Bawah (LAL) = 3,028.
Peringatan Bawah (LWL)= 346,538; Batas

47
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

Gambar 2. Grafik Xbar dari Viskositas Solar SPBU Cepu

Sehingga, data tersebut Dirjen Minyak dan Gas Bumi dengan


menunjukkan bahwa tidak ada yang range 2-5 mm2/s pada 40 o
C sesuai
melebihi UAL atau LAL maka semua data spesifikasi yaitu 3,041 mm2/s. Hasil dari
terkendali dan presisi. Berdasarkan penelitian menunjukkan Minyak Solar
pengujian kualitas Minyak Solar 48 pada SPBU Cepu memiliki nilai viskositas yang
viskositas kinematik yang ditetapkan besar.

Gambar 3. Grafik Xbar Flash Point dari Solar SPBU

Gambar 3. menunjukkan Control menunjukkan bahwa tidak ada yang


Chart Flash Point Solar SPBU bahwa melebihi UAL atau LAL sehingga semua
Batas Pengendali Atas (UAL) = 66,851; data terkendali dan presisi. Flash point
Batas Peringatan Atas (UWL) = 66,161 ; memberikan informasi terkait keselamatan
rata-rata (mean)= 64,781 ; Batas Peringatan dan keamanan terhadap bahaya kebakaran.
Bawah (LWL) = 63,401; Batas Pengendali Meskipun demikian, flash point tidak
Bawah (LAL)= 62,71. Data tersebut mempunyai pengaruh besar dalam

48
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

persyaratan pemakaian bahan bakar minyak D 97-12. Hasil uji warna menunjukkan
untuk mesin diesel atau ketel uap. warna solar yang bersih tanpa ada kotoran
Pembakaran yang dapat berlangsung dalam sampel. Selanjutnya hasil karbon
optimal, dengan demikian emisi gas buang residu diperoleh data analisis sebesar
yang dihasilkan akan lebih baik. 0,23%, hasil tersebut tidak memenuhi
spesifikasi yang dikeluarkan oleh Dirjen
Minyak dan Gas Bumi yaitu sebesar 0,1%.

KESIMPULAN
Hasil uji analisis jaminan mutu
minyak solar SPBU Cepu dengan beberapa
parameter IQC (Internal Quality Control)
telah memenuhi spesifikasi solar CN 48.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4. Perbandingan ASTM Copper strip Amrilian, Hardina, I.F., dan Rully, D. 2015.
corrosion standard Analisis Pengendalian Kualitas
Statistika dengan Metode Garifik
Uji lempeng tembaga merupakan
Xbar- R pada Proses Produksi Solar
uji untuk mengetahui adanya kandungan
Kilang Minyak Pusdiklat Migas
hidrogen sulfida atau unsur sulfur pada
Cepu, Jawa Tengah. Program Studi
konsentrasi 1 ppm atau kurang. Gambar 4.
Statistika FMIPA Universitas Gadjah
menunjukan besar nilai korosif pada 1b
Mada: Yogyakarta.
yang termasuk batas Kendal pada standar D
130/IP 154 dan sesuai dalam batas Doerffer, J.W. 1992. Oil Spill Response in
spesifikasi. Pengujian jaminan mutu the Marine Environment. First Ed.
selanjutnya dilakukan pada pour point, uji Pergamon Press. Tokyo.
warna dan uji kadar karbon residu. Dari
Faizah, K dan Widiyaningsih, E. 2006.
hasil analisis diperoleh data uji pour point
Analisa Sifat Khusus Minyak Solar
sampel solar SPBU Cepu memiliki pour
dan Kerosene Beserta Aplikasinya di
point 90C sesuai spesifikasi Minyak Solar
Pusdiklat Migas Cepu. Laporan
48 pada pour point yang ditetapkan Dirjen
Kerja Praktek: Fakultas Matematika
Minyak dan Gas Bumi dengan range
dan Ilmu Pengetahuan Alam: Institut
maksimum 180C sehingga minyak solar
Teknologi Surabaya.
SPBU Cepu dalam batas spesifikasi ASTM

49
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 42-50

Fessenden, R. J. dan J.S.Fessenden. 1986. Jawa Tengah. Program Studi


Kimia Organik, Jilid I, Edisi Ketiga, Statistika FMIPA Universitas Gadjah
Diterjemahkan oleh A.H. Mada: Yogyakarta
Pudjaatmaka. Erlangga: Jakarta.
Jasji, E. 1966. Pengolahan Minyak Bumi.
Fitriani, E. 2014. Uji Fisik Solar Produksi Lemigas: Jakarta.
Pusdiklat Migas Cepu. Jurusan Kimia
Juran, J. M. Gryna, Frank, M. dan
FMIPA Universitas Diponegoro:
Bingham, R. S. 1980. Quality
Semarang
Control Handbook (third edition).
Hadi,A. 2017. Prinsip pengelolaan New York: Mc. Graw Hill.
Pengambilan Sample Lingkungan.
Kardjono, S. A. 2000. Proses Pengolahan
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Migas. Pusat Pengembangan
Hardjono, A. 2001. Teknologi Minyak Tenaga Perminyakan dan Gas
Bumi. Edisi Pertama. Gadjah Mada Bumi, Cepu.
University Press: Yogyakarta.
Koesoemadinata, R.P. 1980. Geologi
Hidayat, P.N. 2014. Analisis Pengendalian Minyak dan Gas Bumi. Edisi kedua,
Kualitas Proses Produksi Solar 48 ITB- Press: Bandung.
Kilang Minyak Pusdiklat Migas Cepu

50

Anda mungkin juga menyukai