Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN


SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

LUBRICATING

GERI FEBRIAN PRATAMA

NRP.563.20.0777 / T

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV

STIP JAKARTA

2024
A. PENGERTIAN MINYAK PELUMAS
Minyak Pelumas adalah suatu bahan (biasanya berbentuk cairan) yang berfungsi untuk
mereduksi keausan antara dua permukaan benda bergerak yang saling bergesekan.
Bahan-bahan pelumas yang digunakan dari sejak jaman dahulu hingga kini mempunyai
beraneka ragam jenis yang biasanya tergantung dari bahan apa yang banyak tersedia
dan mudah diperoleh. Bahan-bahan yang dapat di buat menjadi minyak pelumas dapat
di bagi atas tiga jenis yaitu:

1. Bahan-bahan pelumas yang berasal dari hewan yang sebagai contohnya adalah
minyak atau lemak ikan, lemak sapi, lemak kambing, dan lain sebagainya. Bahan
pelumas dari hewan ini diperkirakan merupakan pelumas yang paling tua umurnya.
2. Bahan dari tumbuh-tumbuhan yang contohnya antara lain adalah minyak jarak,
minyak kelapa dan minyak biji kapas.
3. Bahan yang berasal dari tambang. Bahan hasil tambang atau bahan mineral yang
dapat menghasilkan minyak pelumas terdiri dari banyak macamnya antara lain
adalah minyak bumi dan batubara. Sebagi minyak moderen pelumas saat ini banyak
digunakan minyak yang berasal dari pengolahan minyak bumi. Minyak yang
berasal dari minyak bumi ini dikenal dengan nama minyak mineral.

Pada mulanya hanya bahan-bahan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan saja
yang digunakan sebagai bahan minyak pelumas. Tetapi kemudian dengan
ditemukannya sumur minyak bumi yang pertama kalinya ditemukan di Amerika
Serikat (yang digunakan dengan teknologi morern), yang selanjutnya minyak bumi
yang diperoleh itu diolah dengan menghasilkan bahan bakar dan bahan yang dapat
digunakan sebagai minyak pelumas serta bahan lainnya.

B. VISKOSITAS MINYAK PELUMAS


Sifat fisika yang terpenting dari minyak pelumas adalah viskositas. Anton R.
Wartawan (1983) mengatakan viskositas adalah tahanan aliran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul-molekul fluida tersebut satu dengan yang lainnya. Suatu cairan
yang dapat mengalir dengan mudah misalnya fluida air dikatakan mempunyai
viskositas kecil, dan sebaliknya pada bahan-bahan yang sulit mengalir seperti aspal
mempunyai viskositas yang besar. Viskositas sangat di pengaruhi oleh suhu, kenaikan
suhu atau penurunan tekanan akan berakibat melemahkan ikatan molekul fluida serta
menurunkan viskositasnya. Viskositas dari semua jenis cairan akan menurun dengan
naiknya suhu. Ini jelas terlihat dari minyak pelumas yang berasal dari minyak bumi.
Perubahan viskositas dikarenakan kenaikan suhu merupakan hal yang sangat penting
yang harus dipertimbangkan di dalam berbagai jenis penerapan minyak pelumas di
dalam tugasnya menghadapi jangkauan suhu yang luas. sebagai contohnya minyak
pelumas dari mesin kendaraan bermotor. Bila kita menggunakan minyak pelumas yang
viskositasnya rendah akan kurang aktivitas minyak pelumas tersebut didalam
melidungi bagian-bagian logam mesin kendaraan pada saat mesin kendaraan saat
dihidupkan, karena akan menurun lagi viskositasnya akibat suhu yang menanjak.
Tetapi apabila kita menggunakan minyak pelumas yang viskositasnya tinggi, kita akan
mendapatkan kesulitan untuk mula-mula menghidupkan mesin, setidak-tidaknya accu
akan bekerja keras untuk dapat menghidupkan, terlebih lagi apabila suhu lingkungan
sangat rendah. Yang ideal dari minyak pelumas adalah viskositasnya cukup untuk
mudah menghidupkan mesin dan di lain pihak tidak banyak berubah pada saat operasi
(mesin hidup) di karenakan kenaikan suhu agar dapat memenuhi fungsinya melumasi
mesin. Secara umum yang di harapkan dari suatu minyak pelumas adalah perubahan
yang sekecil mungkin yang terjadi pada viskositasnya di dalam menghadapi pengaruh
jangkauan suhu yang besar. Kepekaan dari suatu minyak pelumas terhadap suhu
merupakan hal yang sangat penting, untuk menerangkan hubungan ini biasanya di
gunakan angka empiris yang dinamakan indeks viskositas atau IV. Angka tersebut
menunjukan bahwa semakin besarnya angka IV akan bertambah kecil perubahan
viskositasnya terhadap perubahan suhu. Pada mulanya penentuan Indeks Viskositas ini
di lakukan oleh Dean dan Davis pada tahun 1929 di Amerika Serikat. Caranya ialah
dengan mengambil dua group minyak bumi yaitu jenis Pennsylvania dan jenis Gulf
Coast. Jenis Pennsylvania merupakan jenis yang sangat kecil perubahan viskositanya
terhadap perubahan suhu dan jenis ini ditentukan sebagai group pembanding yang IV-
nya = 100. Sedangkan untuk jenis Gulf Coast yang sangat besar perubahan
viskositasnya terhadap perubahan suhu sebagai group pembanding yang terkecil yaitu
dengan IV = 0.
C. METODE MENGUKUR KEKENTALAN MINYAK LUMAS
Kekentalan minyak pelumas diukur menggunakan viskosimeter atau alat uji viskositas.
Ada beberapa metode yang umum digunakan untuk mengukur kekentalan minyak
pelumas, dan dua metode yang paling umum adalah metode kinematis dan metode
dinamis.
1. Metode Kinematis:
Metode ini mengukur viskositas dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan oleh
suatu volume tertentu minyak untuk mengalir melalui suatu pipa atau tabung tertentu
pada suhu tertentu. Unit viskositas yang umum digunakan dalam metode ini adalah
centistokes (cSt) atau stroke per detik (St).
2. Metode Dinamis:
Metode ini mengukur viskositas dengan cara menentukan gaya yang dibutuhkan
untuk menggerakkan dua permukaan relatif satu sama lain pada suhu tertentu. Unit
viskositas yang umum digunakan dalam metode ini adalah pascal detik (Pa·s) atau
poise (P).

Prosedur umum untuk mengukur kekentalan minyak pelumas:


1. Persiapkan Alat:
Pastikan viskosimeter atau alat uji viskositas dalam kondisi baik. Tentukan suhu
pengujian, karena viskositas minyak pelumas dapat bervariasi dengan suhu.
2. Isi Alat Uji:
Isi viskosimeter dengan sampel minyak pelumas yang akan diuji.
3. Tentukan Suhu:
Pastikan sampel minyak mencapai suhu pengujian yang diinginkan.
4. Mulai Pengujian:
Mulai pengujian dengan mengatur alat uji sesuai metode yang dipilih (kinematis atau
dinamis).
5. Rekam Data:
Catat waktu yang diperlukan untuk aliran minyak pelumas melalui pipa atau tabung
(metode kinematis) atau catat gaya yang diperlukan untuk pergerakan relatif
permukaan (metode dinamis).
6. Hitung Viskositas:
Hitung viskositas menggunakan rumus yang sesuai dengan metode yang digunakan.
Penting untuk diingat bahwa viskositas minyak pelumas dapat berubah dengan suhu,
dan beberapa minyak pelumas memiliki viskositas yang dapat diukur pada beberapa
suhu berbeda. Oleh karena itu, hasil pengukuran sering kali disajikan sebagai fungsi
suhu. Selain itu, pastikan untuk mengacu pada standar atau spesifikasi yang berlaku
untuk jenis minyak pelumas yang diuji.

D. SISTEM KLASIFIKASI MINYAK PELUMAS

Untuk memudahkan membedakan spesifikasi minyak pelumas menurut viskositasnya,


beberapa sistem klasifikasi telah di kembangkan. Macam klasifikasi tersebut antara
lain adalah klasifikasi SAE J 300 d yang khusus untuk klasifikasi viskositas minyak
pelumas mesin, dan SAE 306 c khusus untuk klasifikasi viskositas minyak pelumas
roda gigi (axle dan transmisi), dan klasifikasi standar ASTM yang merupakan
klasifikasi praktis sistem viskositas untuk minyak pelumas industry cair. Nomenklatur
yang ditentukan oleh sistem ini memberikan identifikasi viskositas dari minyak
pelumas. Untuk lebih memfokuskan dan suapaya bahasan lebih terarah maka penulis
akan melakukan pembatasan bembahasan hanya pada klasifikasi SAE J 300 d yaitu
klasifikasi viskositas minyak pelumas mesin. SAE yang merupakan kependekan dari
Society of Automotive Enginer telah mengeluarkan klasifikasi viskositas dimana
klasivikasi tersebut dapat digunakan sebagai pedoman oleh pabrik-pabrik mesin
didalam memberikan spesifikasi viskositas minyak pelumas yang di butuhkan.
Demikian juga bagi produsen minyak pelumas yang mana dapat memberikan label
menurut klasifikasi tersebut pada produk minyak pelumasnya. Dan terutama juga pada
pemakai atau konsumen di dalam memudahkan memilih minyak pelumas menurut
petunjuk yang di anjurkan.

E. JENIS – JENIS PELUMAS


Minyak pelumas mesin atau yang lebih dikenal oli mesin memang banyak ragam dan
macamnya. Bergantung jenis penggunaan mesin itu sendiri yang membutuhkan oli
yang tepat untuk menambah atau mengawetkan usia pakai (life time)mesin, adapun
jenis – jenis oli sebagai berikut :

1. Oli Mineral
Oli mineral berbahan bakar oli dasar (base oil) yang diambil dari minyak bumi
yang telah diolah dan disempurnakan. Beberapa pakar mesin memberikan saran
agar jika telah biasa menggunakan oli mineral selama bertahun-tahun maka jangan
langsung menggantinya dengan oli sintetis dikarenakan oli sintetis umumnya
mengikis deposit (sisa) yang ditinggalkan oli mineral sehingga deposit tadi
terangkat dari tempatnya dan mengalir ke celah - celah mesin sehingga
mengganggu pemakaian mesin.
2. Oli Sintetis
Oli Sintetis biasanya terdiri atas Polyalphaolifins yang datang dari bagian terbersih
dari pemilahan dari oli mineral, yakni gas. Senyawa ini kemudian dicampur
dengan oli mineral. Inilah mengapa oli sintetis bisa dicampur dengan oli mineral
dan sebaliknya. Basis yang paling stabil adalah polyol-ester , yang paling sedikit
bereaksi bila dicampur dengan bahan lain. Oli sintetis cenderung tidak
mengandung bahan karbon reaktif, senyawa yang sangat tidak bagus untuk oli
karena cenderung bergabung dengan oksigen sehingga menghasilkan acid (asam).
Pada dasarnya, oli sintetis didesain untuk menghasilkan kinerja yang lebih efektif
dibandingkan dengan oli mineral.

Anda mungkin juga menyukai