DISUSUN OLEH :
Nama
NIM
: 1301331
Kelompok
: 3 ( Tiga )
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Disusun Oleh,
Nama
NIM
1301331
Kelompok
3 ( Tiga )
Asisten Praktikum
ii
NAMA
NIM
1301331
JURUSAN
S1 Teknik Industri
KELOMPOK
3 ( Tiga )
No.
Tanggal
Keterangan
1.
2.
3.
4.
iii
Paraf
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini saya dapat menyusun laporan praktikum
Analisa Fluida Reservoir ini sebagaimana mestinya. Tidak lupa salam serta shalawat
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta sahabatnya, karena tanpa
adanya rahmat dan syafaat dari Allah SWT dan Rasul-Nya, kita tidak akan pernah
berada di muka bumi ini.
Dalam upaya penulisan laporan ini tidak sedikit hambatan yang saya alami,
namun kebesaran-Nya dan bantuan atau dorongan dari berbagai pihak sehingga
hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Natal Simatupang,ST. selaku dosen mata kuliah dan pembimbing
praktikum.
2. Saudara Nabila Mona Okataviani sebagai asisten praktikum Analisa
Fluida Reservoir
3. Kedua Orang tua saya dan Teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan yang dibuat ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun agar penulis dapat meningkatkan kualitas
penulisan. Akhir kata saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi yang
memerlukan. Dan semoga kita semua berada didalam lindungan-Nya dan selalu
mendapatkan ridho Allah SWT.
Balikpapan, 03 Januari 2015
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II
BAB III
vi
BAB V
BAB VI
vii
BAB IX
BAB X
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Electric Oven............................................................................ 11
Gambar 3.1.
Separator .................................................................................. 21
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Centrifuge................................................................................. 21
Gambar 3.4.
Gambar 3.5.
Transformer.............................................................................. 22
Gambar 4.1.
Thermohydrometer .................................................................. 33
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gasoline ................................................................................... 33
Gambar 4.4.
Gambar 5.1.
Gambar 5.2
Thermometer ............................................................................ 43
Gambar 5.3.
Gambar 5.4.
Es Batu ..................................................................................... 44
Gambar 6.1.
Gambar 6.2.
Gambar 6.3.
Gambar 7.1.
Viskometer ............................................................................... 69
Gambar 7.2.
Timer ........................................................................................ 69
Gambar 7.3.
Cannon Viskometer.................................................................. 69
Gambar 8.1.
Gambar 8.2.
Gambar 8.3.
Gambar 8.4.
Pipet Tetes................................................................................ 84
Gambar 8.5.
Larutan Buffer.......................................................................... 84
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Hasil Perolehan Analisa % Kadar Air Pada Sampel Minyak Dengan
Metode Dean & Stark..................................................................... 14
Tabel 3.1. Sampel analisa umum .................................................................... 23
Tabel 3.2. Sampel analisa kolompok .............................................................. 23
Tabel 3.3. Sampel minyak % BS & W keseluruhan ....................................... 25
Tabel 4.1. Hasil Analisa .................................................................................. 34
Tabel 4.2. Koreksi oAPI .................................................................................. 35
Tabel 5.1. Hasil Analisa .................................................................................. 45
Tabel 5.2. Titik Kabut, Titik Beku dan Titik Tuang dari Data Tiap
Kelompok....................................................................................... 48
Tabel 6.1. Koreksi Tekanan barometer ........................................................... 56
Tabel 6.2. Hasil Analisa .................................................................................. 56
Tabel 6.3. Titik Nyala dan Titik Bakar dari Data Tiap Kelompok ................. 58
Tabel 7.1. ASTM Kinematic Thermometers................................................... 68
Tabel 7.2. Viskositas Standar.......................................................................... 71
Tabel 7.3. NBS Viscosity Standard................................................................. 71
Tabel 7.4. Data Analisa ................................................................................... 72
Tabel 8.1. Harga Konsentrasi Komponen ....................................................... 86
Tabel 8.2. Indeks Stabilitas ............................................................................. 89
Tabel 8.3. Perhitungan Tenaga ion.................................................................. 90
Tabel 8.4. Harga Faktor K dan Suhu............................................................... 91
Tabel 8.5. Tabulasi Konsentrasi Ion Kation dan Anion .................................. 91
Tabel 8.6. Perhitungan Indeks Stabilitas CaCo3 ............................................ 92
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Grafik Black oil........................................................................... 2
Grafik 1.2. Grafik Volatile oil ....................................................................... 3
Grafik 1.3. Grafik Retrograde gas ................................................................. 4
Grafik 1.4. Wet Gas....................................................................................... 4
Grafik 1.5. Dry Gas ....................................................................................... 5
Grafik 2.1. Grafik Kelompok Vs %Kadar Air .............................................. 15
Grafik 2.2. Grafik Volume Kadar Air yang ditampung Vs % Kadar Air .... 16
Grafik 3.1. %BS & W Sampel Minyak I Dari Data Tiap Kelompok ............ 26
Grafik 3.2. %BS & W Sampel Minyak II Dari Data Tiap Kelompok........... 27
Grafik 5.1. Titik Kabut, Titik Beku dan Titik Tuang Dari Data Tiap
Kelompok.................................................................................... 49
Grafik 5.2. Titik Kabut, Titik Beku dan Titik Tuang Dari Data Tiap
Kelompok dan umum.................................................................. 50
Grafik 6.1. Titik Nyala dan Titik Bakar Dari Data Tiap Kelompok ............. 59
Grafik 7.1. Viskositas Minyak sebagai Fungsi Tekanan ............................... 67
Grafik 7.2. Perbandingan Antara Shear Rate Dengan Shear Stress .............. 67
Grafik 8.1. Diagram Stiff-Davis .................................................................... 93
Grafik 8.2. Penentuan Harga K Pada CaCo3 ................................................. 94
Grafik 8.3. Penentuan pAlk dan pCa............................................................ 95
Grafik 8.4. Stabilitas Indeks Terhadap Temperature..................................... 99
Grafik 8.5. Ion Keseluruhan ( K ) Terhadap Temperature ............................ 100
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak bumi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan
mahluk hidup, khususnya bagi manusia selain itu minyak bumi juga memberikan
pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan dunia contohnya didalam
kehidupan sehari-hari hampir sebagian besar kita temui produk-produk yang
banyak menggunakan minyak bumi. Minyak mentah merupakan komponen
senyawa hidrokarbon yang terbentuk didalam bumi, yang berupa cairan, gas, dan
padat, karena tergantung dari komposisi mineralnya serta pengaruh dari tekanan
dan temperaturnya.
Senyawa hidrokarbon dapat digolongkan menjadi beberapa golongan diantaranya:
1.
Golongan Parafin
Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai lurus
(alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), n-butana
(C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana (2-metilbutana,
C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C8H18). Jumlah senyawa yang
tergolong ke dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa
yang tergolong n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar
senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
2.
Golongan Naftan
Naftan adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin
dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naftan yang
banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5
atau
atom
karbon.
Contohnya
adalah
siklopentana
(C5H10),
3.
Golongan Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan atomatom karbon yang membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya benzen
(C6H6), metilbenzen (C7H8), dan naftalena (C10H8). Minyak bumi dari
Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromat yang relatif
besar.
Dengan teknik analisa dan perhitungan yang baik pada proses pengolahan
minyak akan didapatkan hasil yang baik pula. Hasil analisa crude oil juga sangat
dipengaruhi oleh cara atau metoda pengambilan sample fluida, karena fluida yang
dihasilkan oleh sumur produksi dapat berupa gas, minyak, dan air.
Adapun metoda pengambilan sample tersebut ada dua cara, yaitu :
1.
Bottom hole sampling; Contoh fluida diambil dari dasar lubang sumur, hal
ini bertujuan agar didapat sample yang lebih mendekati kondisi di reservoir.
2.
Agar dihasilkan suatu produk reservoir yang sesuai dengan yang kita
harapkan, maka pada fluida
tersebut
pengukuran terhadap air, endapan, berat jenis, titik kabut, titik beku, titik tuang,
flash point, fire point, viscositas, tekanan uap, dan analisa terhadap air formasi.
Pemisahan zat padat, cair, dan gas dari minyak mutlak dilakukan sebelum
minyak mencapai refinery, karena dengan memisahkan minyak dari zat-zat
tersebut di lapangan akan dapat dihindari biaya-biaya yang seharusnya tidak
perlu. Dari sini juga dapat diketahui perbandingan-perbandingan minyak dan air
(WOR), minyak dan gas (GOR), serta persentase padatan yang terkandung dalam
minyak.
Oleh karena itu, dalam memproduksi minyak, analisa fluida reservoir sangat
penting dilakukan guna menghindari hambatan-hambatan dalam operasinya. Hal
itu juga dapat membantu dalam pencapaian produktifitas secara maksimum
dengan baik. Study dari analisa fluida reservoir ini sangat bermanfaat untuk
mengevaluasi atau merancang peralatan produksi yang sesuai dengan keadaan di
suatu reservoir, meningkatkan efisiensi, serta guna menunjang kelancaran proses
produksi.
Praktikum yang dilakukan di laboratorium Analisa Fluida Reservoir
mempunyai tujuan yaitu memahami sifat sifat fisik dan sifat kimia dari reservoir
terutama minyak mentah dan air formasi. Dalam praktikum ada beberapa hal yang
kami pelajari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PENENTUAN KANDUNGAN AIR
DENGAN DEAN & STARK METHODE
2.1. Tujuan Percobaan
1.
2.
Mengetahui akibat dari adanya kandungan air dalam minyak pada pipa
produksi.
3.
pendorong yang terdapat dalam jebakan itu sendiri. Dalam hal ini kita kenal
dengan istilah water drive mekanis atau pendesak air yang terutama terjadi
pada sumur-sumur produksi dengan tenaga pendorong alamiah.
Air sebagai suatu fasa yang sering berada bersama-sama dengan minyak
dan/atau gas dalam suatu reservoir yang mengandung hidrokarbon tersebut
seringkali merupakan suatu fasa kontinu dalam suatu formasi sedimen yang
berdekatan dengan reservoir tersebut.
Perubahan tekanan dalam reservoir minyak sebagai akibat dan pada
produksi minyak melalui sumur akan diteruskan kedalam aquifer.
Terbentuknya gradient tekanan ini akan mengakibatkan air mengalir ke dalam
lapisan minyak (merembes) bila permeabilitas disekitarnya memungkinkan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa aquifer merupakan suatu tenaga yang
membantu dalam hal pendorongan minyak.
Dilihat dari sudut gerakan air dari aquifer kedalam lapisan minyak, maka
aquifer dapat dibedakan atas 3 macam :
1.
2.
3.
Gerakan air dari bawah dan dari samping (bottom & edge water drive).
Kadar air yang terdapat dalam minyak metah dapat diketahui dengan
suatu teknik pengujian dengan Dean & Stark methode. Caranya
menggunakan prinsip destilasi yaitu dengan mengkondesasikan minyak yang
dipanasi maka akan tertampung cairan uap air dan minyak.
Air formasi yang terkandung dalam minyak ada dua macam, yaitu:
1.
2.
2.
3.
Adanya agitasi.
2.
3.
Semakin lama emulsi terbentuk semakin ketat atau semakin susah untuk
dipisahkan.
2.
3.
10
1.
2.
2.3.2. Bahan
1. Sample minyak mentah 50 ml
2. Solvent 50 ml
3. Air sirkulasi
11
12
2.
3.
4.
5.
6.
Hubungkan electrical oven dengan arus listrik, dan setelah beberapa jam
pastikan telah terjadi kondensasi.
7.
Amati proses kondensasi dengan adanya air yang terdapat pada water
trap.
8.
Jika pada water trap sudah tidak ada penambahan air lagi, laporkan % air
dengan Dean and Stark Methode.
9.
100%
13
0,35
100%
36
100%
0,29
100%
46
.
100%
Tabel 2.1 Hasil Perolehan Analisa % Kadar Air Pada Sampel Minyak Dengan Metode Dean &
Stark
Kelompok
1
2
3
4
5
6
% Kadar Air
0.79
0.906
0.956
1.006
1.069
0.962
2.6. Pembahasan
Crude Oil yang dihasilkan dari dalam sumur pemboran tidak semua
mengandung minyak, tetapi juga mengandung campuran air dan gas.
Sebelum proses pemanasan, sample minyak yang akan digunakan terlebih
dahulu dicampur dengan solvent (pelarut) yang pada percobaan ini
menggunakan kerosin, karena mempercepat proses penguapan, disamping itu
juga mengunakan kerikil yang ditaruh didalam ground flask joint supaya
mengimbangi tekanan uap agar tidak terjadi ledakan. Jumlah air yang terdapat
dalam water trap merupakan fungsi waktu dari hasil destilasi, karena semakin
lama waktu yang digunakan maka air yang didapat semakin bannyak
tergantung atas kondisi air didalam minyak, karena berhubungan dengan
14
% Kadar Air
0.972
0.8
0.642
0.6
0.61
0.4
0.696
0.708
0.659
% Kadar Air
0.2
0
0.1
0.2
0.3
0.4
Dari grafik di atas dapat kita lihat, semakin besar volume air
tertampungnya, maka semakin besar juga % kadar airnya. Dapat kita lihat
15
pada grafik di atas, pada volume air tertampung sebesar 0.35 ml, didapat %
kadar air sebesar 0.72 %,dan pada volume air tertampung sebesar 0.38,
didapat % kadar air sebesar 0.84. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
merupakan sampel minyak (crude oil) dengan kualitas yang baik, karena
memiliki kandungan air di bawah 1 %, sehingga minyak tersebut bisa
diproduksikan dengan lancar, karena air yang terkandung di dalamnya hanya
sedikit.
1
0.972
0.8
0.6
0.696 0.708
0.61 0.642 0.659
0.4
% Kadar Air
0.2
0
Kelompok
Bila kita perhatikan pada grafik di atas (grafik 2.2) tidak sama bentuk
grafiknya seperti pada grafik sebelumnya (Grafik 2.1). Jika pada grafik 2.1
arah grafiknya semakin lama semakin naik, seiring dengan pertambahan
volume air tertampungnya sedangkan, pada grafik 2.2 grafiknya naik
kemudian terus turun. Hal ini disebabkan karena volume air tertampung
antara kelompok yang satu dengan yang lain itu berbeda-beda, dimana pada
16
kelompok 1 (satu) dan 2 (dua) memiliki volume air tertampung (0,5 ml) yang
paling besar di antara data-data kelompok lain (bisa dilihat pada tabel 2.1 di
atas) sehingga % kadar airnya pun juga besar. Besar % kadar air berbanding
lurus terhadap volume air tertampung. Semakin besar volume air tertampung,
maka semakin besar juga nilai % kadar air-nya.
2.7. Kesimpulan
1.
Jenis-jenis air formasi yang terkandung dalam minyak adalah air bebas
dan air emulsi.
2.
3.
Syarat-syarat terjadinya emulsi adalah adanya 2 zat acir yang tidak saling
bercampur, adanya emulsifying agent, dan agitasi (pengadukan).
4.
5.
BAB III
PENENTUAN KANDUNGAN AIR DAN ENDAPAN (BS & W)
DENGAN CENTRIFUGE METHODE
3.1. Tujuan Percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
Di Laboratorium
Dengan menggunakan metode centrifuge yaitu dengan menggunakan
gaya centrifugal sehingga air, minyak dan endapan dapat terpisahkan.
2.
Di Lapangan
Jika pemboran dilakukan di daratan maka dibuatkan kolam-kolam
pengendapan, sedangkan jika pemboran di lepas pantai maka disamping
dilakukan diseparator juga dilakukan pemisahan dengan zat-zat kimia
tertentu.
17
18
19
lebih besar akan berada di bawah dan zat dengan berat jenis rendah berada
di atas.
Metode Centrifuge ini mempunyai kelebihan antara lain :
1.
2.
3.
3.3.2. Bahan
1. Sampel minyak
2. Air
3. Toluene / bensin
20
21
2.
3.
4.
5.
6.
80
ml
Lama pemutaran
10
menit
1625
rpm
22
Parameter analisa
Sample I
Sample II
0.7
0,086
0.07
Data Kelompok
Volume sample
80
ml
Lama pemutaran
10
menit
1625
rpm
Parameter analisa
Sample I
Sample II
0.68
0,0083
0.085
3.5.2. Perhitungan
&
100%
&
0.7
0.07
100%
80
100%
Sample Minyak II :
%
&
100%
23
0,86 0
100%
80
.
&
0.68
0.085
100%
80
100%
Sample Minyak II :
%
&
0.0083
80
100%
100%
Sample Minyak I
Sample Minyak II
Kelompok
Volume
Volume
% BS &
Volume
Volume
% BS &
Air (ml)
Padatan (ml)
Air (ml)
Padatan (ml)
0,5
0,03
0,794
0,005
0,008
0,5
0,03
0,906
0,005
0,008
0,68
0,085
0.956
0,0083
0,104
0,8
0,04
1.006
0,007
0,011
0,9
0,02
1.069
0,006
0,011
0,9
0,02
0.962
0,006
0,0175
24
3.6.
Pembahasan
Dari percobaan kita dapat mengetahui bahwa kandungan air dalam
sample minyak dalam suatu sumur ternyata dapat berbeda. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi BS & W, antara lain :
1.
2.
berupa pasir dan butiran-butiran yang berasal dari reservoir. Padatan akan
masuk ke lubang bor dan akan ikut naik ke permukaan.
Sama seperti air, padatan juga mempengaruhi mutu minyak yang
diproduksi. Percobaan dengan Centrifuge Method menghitung kandungan
air dan endapan. Pada dasarnya metode yang dipakai pada percobaan ini
adalah metode perputaran yang mengakibatkan gaya centrifugal. Pada
waktu perputaran akan bekerja gaya centrifugal yang menyebabkan molekul
- molekul fluida terlempar menjauhi titik pusat perputarannya. Selain itu,
karena adanya gaya gravitasi maka molekul-molekul fluida akan
diendapkan menurut berat jenisnya masing - masing.
Bila kita plotkan data-data perhitungan base sediment & water (% BS
& W) untuk sampel minyak I dan sampel minyak II, baik data umum (pada
tabel 3.1. di atas) atau pun data kelompok (pada tabel 3.2. dan tabel 3.3. di
atas) ke dalam suatu grafik, menjadi sebagai berikut :
25
% BS & W
1
0.8
0.794
0.6
1.006
0.906 0.956
1.069
0.9625
% BS & W
0.4
0.2
0
Kelompok
Dari grafik di atas (grafik 3.1), arah grafiknya meningkat, hal ini
disebabkan karena masing-masing kelompok volume air dan volume
padatannya berbeda. Dimana pada sampel minyak I, kelompok V dan VI
mempunyai nilai base sediment & water (% BS & W) yang paling besar di
antara kelompok-kelompok yang lain.
Grafik 3.2. % BS & W Sampel Minyak II Dari Data Tiap Kelompok
0.12
0.104
0.1
% BS & W
0.08
0.06
% BS & W
0.04
0.02
0
0.008 0.008
0
0.011 0.011
4
Kelompok
0.0175
6
26
2.
27
2.
3.
3.7. Kesimpulan
1.
2.
.
5. Alat yang digunakan adalah centrifuge, centrifuge tube 100 ml dan
transformer. Bahan yang digunakan adalah sampel minyak mentah
dan kerosin.
BAB IV
PENENTUAN SPESIFIC GRAVITY
2.
3.
4.
5.
SG =
oil
water
API
141,5
131,5
SG Oil
Minyak berat
= 10 - 20 API
Minyak sedang
= 20 - 30 API
Minyak ringan
> 30
API
28
29
Sg
t1
t2
Dimana :
Sg =
t1
Waktu yang diperlukan sample gas dari batas bawah sampai batas
atas, detik.
t2
Baume
140
130
BJ Oil
30
F. Sedangkan
Gelas ukur
2.
Hidrometer
3.
Thermometer
4.
Crude oil
5.
Toluena
6.
Effusicmeter
7.
Stop watch
8.
Thermometer
9.
31
4.3.2. Bahan
1.
32
2.
3.
Dimasukkan hydrometer mulai dari harga yang terendah (misal dari 0.6
sampai dengan 1.1).
4.
5.
6.
UMUM
678 ml
25.6 C = 78.08 F
0.875
KELOMPOK
678 ml
25.6 C = 78.08 F
0.869
33
API Terukur
API 60/60 F
30
28,5
31
29,5
32
30,5
33
31,5
34
32,5
35
33,5
36
34,5
37
35,5
38
36,5
39
37,5
40
38,5
41
39,5
42
40,5
43
41,5
44
42,5
45
43,5
46
44,5
47
45,5
48
46,5
34
4.5.2. Perhitungan
1. Perhitungan Data Umum
API Terukur
141,5
131,5
141,5
131,5
0.864
.
31.5
32
0
30.5
33 32.273
31.5
=
33 32
31.5 30.5
0.727
31.5
=
1
1
= 0.727 31.5
=
60
141,5
F =
60
131,5 + 30.773
=
35
APItrue
141,5
APItrue =
131,5
141.5
131,5
0,878
141,5
131,5
141,5
131,5
0.869
.
31
30.5
29.5
32 31.331
30.5
=
32 31
30.5 29.5
0.669
30.5
=
1
1
= 0.669 30.5
=
60
141,5
F =
60
131,5 + 29.831
=
36
4.6. Pembahasan
141,5
131,5
141.5
131,5
0.884
.
37
API. Dengan adanya tekanan dan temperatur yang berbeda itulah yang
4.7. Kesimpulan
1.
2.
3.
SG oil =
4.
SG gas =
5.
BAB V
PENENTUAN TITIK KABUT, TITIK BEKU, & TITIK TUANG
5.1. Tujuan Percobaan
1.
Mengetahui definisi dari Titik Kabut, Titik Tuang dan Titik Beku.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
38
39
5.3.2. Bahan
1. Sampel minyak mentah
2. Es batu sebagai pendingin
3. Air dan garam
40
41
2.
3.
Masukkan thermometer.
4.
5.
Laporkan
pembacaan
temperature
(dalam
Celcius
atau
42
2.
Keluarkan tube yang berisi sampel dari dalam bath pada kondisi
sampel masih membeku.
3.
4.
Parameter
Titik Kabut
Titik Beku
Titik Tuang
Data Umum
18,8 C = 65.84 F
4.9 C = 40.82 F
15.7 C = 60.26 F
Data Kelompok
17.4 C = 63.32 F
4.7 C = 40.46 F
14.8 C = 58.64 F
5.2.2. Perhitungan
1. Perhitungan Data Umum
Titik Kabut :
18,8 C
= . F
= (9/5 x 18,8 C) + 32
= 65.84 F
18,8 C
= . K
= 18,8 + 273
= 291,8 K
18,8 C
= . R
= (C x 1,8 ) + 491,67
= 525,51 R
43
Titik Beku
:
4,9 C
= . F
= (9/5 x 4,9 C) + 32
= 40,82 F
4,9C
= . K
= 4,9 + 273
= 277,9 K
4,9 C
= . R
= (C x 1,8 ) + 491,67
= 500,49 R
Titik Tuang :
15,7 C
= . F
= (9/5 x 15,7 C) + 32
= 60,26 F
15,7 C
= . K
= 15,7 + 273
= 288,7 K
15,7C
= . R
= (C x 1,8 ) + 491,67
= 519,93 R
= . F
= (9/5 x 17,4 C) + 32
= 63.32 F
17,4 C
= . K
= 17,4 + 273
= 290,4 K
17,4 C
= . R
= (C x 1,8 ) + 491,67
= 522,99 R
44
Titik Beku
:
4,7 C
= . F
= (9/5 x 4,7 C) + 32
= 40,46 F
4,7 C
= . K
= 4,7 + 273
= 277,7 K
4,7 C
= . R
= (C x 1,8 ) + 491,67
= 500,13 R
Titik Tuang :
14,8C
= . F
= (9/5 x 14,8C) + 32
= 58,64 F
14,8C
= . K
= 14,8+ 273
= 287,8 K
14,8C
= . R
= (C x 1,8 ) + 491,67
= 518,31 R
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
Titik Kabut
83.48
83.48
82.04
82.04
85.1
85.1
64.4
Titik Beku
74.66
74.66
69.08
69.08
76.82
76.82
41.9
Titik Tuang
82.22
82.22
77.36
77.36
82.76
82.76
59.36
45
5.5. Pembahasan
Titik beku, titik tuang dan titik kabut dipengaruhi oleh komposisi
penyusun minyak.
46
Grafik 5.1. Titik Kabut, Titik Beku, Titik Tuang Dari Data Tiap Kelompok dan Data
Umum
85.1
83.48 83.48 82.04 82.04
85.1
82.76
82.76
82.22 82.22
77.36
76.82
76.82
77.36
74.66 74.66
69.08 69.08
90
Temperature F
80
70
60
64.4
59.36
50
41.9
40
30
20
10
0
Titik Kabut
4
Kelompok
Titik Beku
Titik Tuang
Jika dilihat dari hasil perhitungan yang kemudian diplot ke dalam suatu
grafik (seperti grafik 5.1. di atas), baik data umum maupun data kelompok,
dapat kita ketahui bahwa titik kabut memiliki temperatur tertinggi, dan titik
beku memiliki temperatur terendah sedangkan titik tuang memiliki
temperatur di antara keduanya (antara titik kabut dan titik beku). Pada data
kelompok diperoleh nilai untuk titik kabut, titik tuang, dan titik beku. Pada
data kelompok I & II diperoleh nilai untuk titik kabut sebesar 83.48F,titk
tuang sebesar 82.22 F,dan titik beku sebesar 74.66F, pada kelompok III &
IV diperoleh nilai titik kabut sebesar 82.04F,titik tuang sebesar
77.36F,dan titik beku sebesar 69.08 F, pada data kelompok V & VI
diperoleh nilai titik tuang sebesar 85.1F,titik tuang sebesar 82.76F,dan
titik beku sebesar 76.82F. Sedangkan kelompok VII diperoleh dari data
umum.
47
Grafik 5.2. Titik Kabut, Titik Beku, Titik Tuang Dari Data Tiap Kelompok
90
Temperature F
83.48
82.22
74.66
83.48
82.22
74.66
80
70
82.04
77.36
69.08
60
85.1
82.76
76.82
85.1
82.76
76.82
82.04
77.36
69.08
50
40
30
20
10
0
Kelompok
Titik Kabut
Titik Beku
Titik Tuang
Jika dilihat dari hasil perhitungan yang kemudian diplot ke dalam suatu
grafik (seperti grafik 5.2. di atas), dapat kita ketahui bahwa titik kabut
memiliki temperatur tertinggi, dan titik beku memiliki temperatur terendah
sedangkan titik tuang memiliki temperatur di antara keduanya (antara titik
kabut dan titik beku). Pada data kelompok diperoleh nilai untuk titik kabut,
titik tuang, dan titik beku. Pada data kelompok I & II diperoleh nilai untuk
titik kabut sebesar 83.48F,titk tuang sebesar 82.22 F,dan titik beku sebesar
74.66F, pada kelompok III & IV diperoleh nilai titik kabut sebesar
82.04F,titik tuang sebesar 77.36F,dan titik beku sebesar 69.08 F, pada
data kelompok V & VI diperoleh nilai titik tuang sebesar 85.1F,titik tuang
sebesar 82.76F,dan titik beku sebesar 76.82F
48
5.7. Kesimpulan
1.
Titik kabut adalah titik dimana padatan dalam minyak mengkristal dan
mulai berkabut, Titik tuang adalah titik dimana minyak bias mengalir
setelah membeku, Titik beku adalah titik dimana minyak tidak dapat
mengalir lagi.
2.
3.
4.
5.
BAB VI
PENENTUAN TITIK NYALA (FLASH POINT)
DAN TITIK BAKAR (FIRE POINT)
49
50
51
52
Untuk minyak mentah dengan titik nyala 55 oF atau yang lebih tinggi,
isi bath dengan air hingga tumpah, untuk minyak mentah yang
mempunyai titik nyala yang rendah digunakan cairan yang berupa
campuran air dengan ethylene glycol atau cairan dengan viskositas yang
rendah dan mempunyai titik beku yang rendah.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk menentukan titik bakar, lanjutkan pemanasan dengan perlahan lahan, dengan kenaikan kurang lebih 10 F setiap menit, melanjutkan
53
Lakukan koreksi jika terdapat tekanan barometer lebih kecil dari pada
tabel di bawah ini :
Koreksi
Tekanan Barometer ( mm Hg )
751 835
2,8
634 550
10
5,5
Parameter
Titik Nyala
Titik Bakar
Data Umum
77.5 C = 171.5 F
93.5 C = 200.3 F
Data Kelompok
75.6 C = 168.08 F
90.6 C = 195.08 F
6.5.2. Perhitungan
1. Perhitungan Data Umum
Flash Point :
77.5C
= F
= (9/5 x 77.5 ) + 32
= 171.5 F
77.5C
= K
= 77.5+ 273
= 350.5 K
77.5C
= Rn
= (77,5 x 1.8) 460
= 631.17 R
54
Fire Point
93.5C
= F
= (9/5 x 93.5) + 32
= 200.3 F
93.5C
= K
= 93.5+ 273
= 366.5 K
93.5C
= Rn
= (93.5 x 1.8) 460
= 659.97 R
Flash Point :
75.6C
= F
= (9/5 x 75.6) + 32
= 168.08 F
75.6C
= K
= 75.6+ 273
= 348.6 K
75.6C
= Rn
= (75.6 x 1.8) 460
= 627.75 R
Fire Point
90.6C
= F
= (9/5 x 90.6) + 32
= 195.08 F
90.6C
= K
= 90.6+ 273
= 363.6 K
90.6C
= Rn
55
Kelompok
1
2
3
4
5
6
Titik Nyala
194.34
202.28
198.68
200.48
200.48
171.5
Titik Bakar
158.72
160.88
168.08
169.70
177.68
171.50
6.6. Pembahasan
Penentuan titik nyala dan titik bakar tergantung dari komposisi minyak
yang bersangkutan. Semakin berat minyak maka titik didihnya semakin
tinggi demikian juga titik nyala dan titik bakar. Hal ini juga dipengaruhi
oleh temperatur.
Dalam percobaan kali ini pada data umum, temperatur flash point (titik
nyala) sebesar 80.3 oC = 176.54 oF sedangkan untuk fire point (titik bakar)
didapat sebesar 94.8 oC = 202.64 oF. Dan untuk data kelompoknya yaitu
temperatur flash point (titik nyala) sebesar 77.8 oC = 172.04 oF sedangkan
untuk fire point (titik bakar) didapat sebesar 93.6 oC = 200.48 oF. Untuk
percobaan penentuan flash point (titik nyala) dan fire point (titik bakar),
praktikan melakukan pengetesan tentang titik nyala dan titik bakar pada
sampel minyak yang telah disediakan. Dimana sampel minyak mentah
dimasukkan ke dalam test cup dan air ke dalam bath kemudian dipanasi.
Setelah beberapa menit dipanasi, kita dapat mengamati terjadinya flash
point (titik nyala) dan fire point (titik bakar).
Flash point (titik nyala) dapat kita amati apabila dilakukan penyulutan,
sampel akan menyala beberapa saat saja. Sedangkan fire point (titik bakar)
terjadi bila nyala yang dihasilkan lebih lama dari flash point (minimal / kirakira berlangsung selama 5 detik).
56
Penentuan titik nyala dan titik bakar tergantung dari komposisi minyak
yang bersangkutan. Semakin berat minyak maka titik didihnya semakin
tinggi demikian juga titik nyala dan titik bakar. Penentuan titik nyala dan
titik bakar dari minyak mentah ini sangat penting dalam mengatisipasi
timbulnya kebakaran pada peralatan produksi, karena temperatur minyak
terlalu tinggi yang biasanya terjadi akibat adanya gesekan antara minyak
dengan flow line, sehingga kita dapat melakukan pencegahan lebih dini.
Dari analisa dan perhitungan di atas juga disertakan data dari tiap
kelompok, kemudian diplotkan ke dalam suatu grafik di bawah ini :
Grafik 6.1 Titik Nyala Dan Titik Bakar Dari Data Tiap Kelompok dan Data Umum
200
200.3
171.68 171.5
160.88 168.08 169.7
158.72
150
100
Tititk Bakar
Titik Nyala
50
0
Kelompok
Jika kita perhatikan grafik di atas, nilai dari titik bakar lebih besar dari
pada titik nyala. Pada data kelompok I, titik nyala = 172.04 oF dan titik
bakar = 200.48 oF, juga pada data kelompok II, kelompok III, IV,V maupun
kelompok VI. Dan kelompok VII yang diperoleh dari data umum.
57
Grafik 6.2 Titik Nyala Dan Titik Bakar Dari Data Tiap Kelompok
200
200.3
171.68 171.5
160.88 168.08 169.7
158.72
150
100
Tititk Bakar
Titik Nyala
50
0
Kelompok
Jika kita perhatikan grafik di atas, nilai dari titik bakar lebih besar dari
pada titik nyala. Pada data kelompok I, titik nyala = 172.04 oF dan titik
bakar = 200.48 oF, juga pada data kelompok II, kelompok III, IV,V maupun
kelompok VI. Akan tetapi, bentuk dari grafik tersebut kurang begitu tepat,
mungkin karena adanya kesalahan di dalam praktikum. Seharusnya, bentuk
grafik antara titik bakar (fire point) dan titik nyala (fire point) itu sama
karena titik nyala (flash point) berbanding lurus terhadap titik bakar (fire
point).
58
6.7. Kesimpulan
1.
Titik nyala adalah titik terendah diman crude oil mudah terbakar, tapi
hanya sebagai kedipan sesaat.
2.
3.
4.
Fungsi mempelajarin titik nyala dan titik bakar adalah untuk safety atau
keselamatan di lapangan.
5.
Alat yang digunakan adalah tag closed tested, shield, dan thermometer.
Bahan yang digunakan adalah crude oil dan water
BAB VII
PENENTUAN VISKOSITAS KINEMATIK SECARA
COBA-COBA (TENTATIVE METHODE)
7.1. Tujuan Percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
59
60
V = C x T
Dimana :
V
pengaruh
pemampatan
dalam
kenaikan
viscositas
61
Fluida Newtonian
Fluida yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan
gradien kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser. Fluida
newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang
bekerja pada fluida. Sebagai contoh, air.
2.
Fluida non-Newtonian
Fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika terdapat gaya
yang bekerja pada Fluida tersebut atau terdapat hubungan tak linier
antara besarnya tegangan geser yang diterapkan dan laju perubahan
sudut.
Viscositas
Tekanan
62
Shear Strees
Bahan plastik
Newtonian
Shear rate
Definisi :
1.
2.
3.
Cairan
Newtonian
(sample)
adalah
cairan
yang
mempunyai
Prinsip Pengukuran :
Sample dengan volume tertentu dan temperature dialirkan melalui suatu
pipa yang telah dikalibrasikan dan diukur waktunya. Viskositas kinematika
merupakan waktu alir dari efflux time terukur. Peralatan dikalibrasikan
dengan suatu cairan standard yang mempunyai viscositas yang ditentukan
dengan cara referensi terhadap air dalam master viscometer atau dengan
perbandingan langsung dengan viscometer yang dikalibrasikan secara teliti.
63
C = Vh / t
Dimana :
Vh
= konstanta viscometer
C = 1.0038/t
Kemudian menentukan viscositas sample hidrokarbon ke-1
yang lebih viscous dari air pada viscometer yang sama, dan
kemudian gunakan harga viscositas di atas untuk kalibrasi pada
viscometer ke-2 dengan diameter kapiler yang lebih besar.
Gunakan persamaan C = V-h2 / t untuk menghitung harga
konstanta C dari master viscometer kedua :
64
C = Vh2/t
Dimana :
Vh2
viscometer
ke- 3.
Seperti
pada
(t1 xt 2 )
(t 2 t1 )
2
Dimana:
t1
t2
Hitung konstanta C :
C
Vh ( Bt )
t
65
Dimana:
Vh
Range Temperatur
Sub
ASTM
( oF )
Difision
Temperatur
( oF )
( oF )
-61 -29
0,2
43
-67,5 -62,5
0,1
74
-42,5 -37,5
0,1
73
-2,5 2,5
0,1
72
66,5 71,5
0,1
44
74,5 79,5
0,1
45
97,5 102,5
0,1
28
119,5 124,5
0,1
46
127,5 132,5
0,1
29
137,5 142,5
0,1
47
177,5 162,5
0,1
48
207,5 212,5
0,1
30
66
7.3.2. Bahan
1. Cairan Newtonian (sampel)
2. Air
3. Obat penyaring
67
F,
3.
Ambil viscometer yang bersih dan kering dengan waktu alir lebih dari
200 detik.
4.
5.
6.
Catat waktu yang diperlukan (dengan ketelitian 0,1 detik) sampel untuk
bergerak (mengalir) dari garis batas (awal pengukuran).
7.
Catat waktu yang diperlukan (dengan ketelitian 0,1 detik) sampel untuk
bergerak (mengalir) dari garis batas (awal pengukuran) pada
viscometer. Bila waktu yang diperlukan kurang dari 2 detik, ganti
viscometer dengan viscometer yang mempunyai pipa kapiler yang lebih
kecil, ulangi prosedur tersebut.
8.
Lakukan percobaan 2 (dua) kali, bila hasil yang diperoleh dari kedua
percobaan sasuai dengan repeatabilitas, maka gunakan harga rata-rata
untuk menghitung viscositas kinematiknya.
9.
Hitung
viscositas
kinematika
dalam
centistokes
dengan
cara
perhitungan diatas.
Catatan : Untuk viscometer dengan harga B/t besar atau sama dengan
(0,001 x C x t), maka gunakan persamaan sebagai berikut :
Viscositas kinematik :
68
Cs = C x t
Table 7.2. Viscositas standard
Viscositas Minyak
Standard
-400F
-1000F
340
66
-1220F
-2100F
280
32
(ASTM)
S3
S6
S 20
20
S 60
60
S 200
200
S 600
60
S 2000
2000
Table 7.3. NBS Viscosity Standard
Viscosita
770F
2.5
2.2
1.8
9.1
7.7
5.4
15
12
25
20
12
50
39
22
110
64
43
390
280
130
1600
1100
460
OB
38000
24000
s Minyak
860F
1000F
1040F
1220F
Standard
(ASTM)
7000
30000
22000
10000
69
Sampel
Viscometer
Air
I (25)
Viscometer
Waktu
Kinematic
Alir (dt)
VhA = 1,0038 cs
T A 241
Konstanta
Kalibrasi
CA = (VhA/TA)
pada suhu
20 oC
= 0.004165
Minyak
I (50)
Vh = 1.50773 cs
T1 362
II (50)
Vh1 = 1.50773 cs
T2 A 362
Minyak
Sampel
C2A = (Vh1/T2A)
Analisa
= 0.004165
Minyak
Sampel
II (100)
Vh2 = 1,803445cs
T2 B 433
7.5.2. Perhitungan
VhA 1.0038
TA
241
CA
Vh
= CA x T1
= 0.004165. 362
= 1.50773 cs
Vh1
= CA x T2A
= 0.004165. 362
= 1.50773 cs
= 0.004165
70
Vh1 1.50773
T2 A
362
C2A
Vh2
= C2A x T2B
= 0.004165
= 0.004165 x 433
= 1.803445 cs
T2 A xT2 B
2
362 x 433
362 2 4332
156.746
x 235.093425
56.445
= 652.8470901 cs.dt
C A CB
2
B
Vh1
T2 A
T2 A
B
Vh28
T2 B
T2 B
2
652.8470901
652.8470901
1.803445
1.50773
362
433
362
433
71
0.009147 0.007647
2
= 0,008397 cs/dt
3. Menghitung harga viskositas kinematik
B
T2 B
652.8470901
433
= 1.50773 cs
= 0.003636 cs
C . T2B
7.5. Pembahasan
Dalam percobaan sebelumnya (Spesific Gravity), kita menentukan SG
suatu minyak. Spesifik Grafity memiliki hubungan dengan viskositas,
dimana minyak yang memiliki Spesific grafity yang lebih besar, maka
memiliki viskositas yang tinggi pula.
Viscositas merupakan sifat fisik yang akan berpengaruh terhadap fluida
untuk mengalir. Minyak yang lebih kental akan mengalir dengan kecepatan
yang rendah. Dengan demikian viscositas berbanding terbalik dengan
kecepatan alirnya, yang merupakan sifat fisik penting dari fluida untuk
menentukan karakteristik alirannya. Dengan mengetahui harga kinematik
dari suatu minyak maka dapat pula ditentukan besarnya tekanan yang
diperlukan untuk mengalirkan minyak tersebut melalui pipa.
72
7.6. Kesimpulan
1.
2.
3.
Cairan newtoinan adalah cairan yang bila diberi gaya dari luar
viscositas nya tetap, contohnya : air.
4.
Cairan non newtoinan adalah cairan yang bila diberi gaya dari luar
viscositas nya berubah, contohnya : minyak.
5.
BAB VIII
ANALISA KIMIAWI AIR FORMASI
8.1. TujuanPercobaan
1.
2.
3.
4.
5.
8.2. TeoriDasar
Air formasi merupakan faktor utama yang berkaitan dengan
pembentukan scale. Scale merupakan endapan kristal yang menempel pada
matrik batuan maupun pada dinding-dinding pipa dan peralatan di
permukaan, seperti halnya endapan yang sering kita jumpai pada panci
ataupun ketel untuk memasak air. Adanya endapan scale akan berpengaruh
terhadap penurunan laju produksi produksi. Bisa juga disederhanakan, scale
adalah hasil kristalisasi dan pengendapan mineral dari air formasi yang
terproduksi bersama minyak dan gas
Terbentuknya endapan scale pada lapangan minyak berkaitan erat
dengan air formasi, dimana scale mulai terbentuk setelah air formasi ikut
terproduksi ke permukaan. Selain itu jenis scale yang terbentuk juga
tergantung dari komposisi komponen-komponen penyusun air formasi.
Mekanisme terbentuknya kristal-kristal pembentuk scale berhubungan
dengan kelarutan masing-masing komponen dalam air formasi. Sedangkan
kecepatan pembentukan scale dipengaruhi oleh kondisi sistem formasi,
terutama tekanan dan temperatur. Perubahan kondisi sistem juga akan
berpengaruh terhadap kelarutan komponen.
Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate
waterintertial water adalah air yang diproduksikan ikut bersama-sama
dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam
73
74
garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan
asam sekali.
Air formasi hampir selalu ditemukan di dalam reservoir hidrokarbon
karena memang di dalam suatu akumulasi minyak, air selalu menempati
sebagian dari suatu reservoir, minimal 10% dan maksimal 100% dari
keseluruhan pori.
Untuk menganalisa air formasi secara tepat, dipakai klasifikasi air
formasi yang digambarkan, secara grafis hal ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi sifat air formasi dengan cara yang paling sederhana tetapi
dapat dipertanggungjawabkan, hanya kelemahannya tergantung pada
spesifikasinya.
Pengambilan sample air formasi dilakukan di kepala sumur dan atau di
separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari kaca atau
plastic agar tidak terjadi kontaminasi dan hilangnya ion Hidrogen karena
akan mempengaruhi kebasahan sample.
Percobaan yang dilakukan adalah dengan menentukan pH, Alkalinitas,
penentuan kandungan kalsium, Magnesium, Barium, Sulfat, Ferro, Klorida,
Sodium dan perhitungan indeks stabilitas kalsium karbonat (CaCO3).
1.
2.
Penentuan Alkalinitas
Alakalinitas dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai CO3-, HCO3- dan
OH-, yaitu dengan menitrasi air sample dengan larutan asam yang
lemah dan larutan indicator. larutan penunjuk (indicator) yang
digunakan dalam penentuan kebasahan CO3- dan OH- adalah
Phenolphtelein (PP), sedangkan Methyl Orange ( MO ) digunakan
sebagai indicator dalam penentuan HCO3-.
3.
Penentuan Klorida
Unsur ion baku ditentukan dalam air formasi ialah Cl, yang
konsentrasinya lemah sampai pekat. Metode mohr selalu digunakan
75
dalam penentuan kadar klorit, tanpa perbaikan nilai pH. Cara pengujian
dapat ditentukan untuk fluida yang bernilai pH antara 6 sampai 8.5 dan
hanya ion SO yang sering mengganggu. gangguan dapat diketahui dari
warna etelah titrasi dengan larutan AgNO3 warna abu-abu sampai hitam.
Bila hal ini dapat diketahui sebelumnya, ion ini dapat dihilangkan
dengan cara mengasamkan contoh air yang akan diperiksa dengan
larutan asam senyawa (HNO) dan dimasak selama 10 menit. setelah
didinginkan, naikan pH samapi 6 hingga 8.5 dengan NHOH., larutan
buffer kesadahan total atau larutan buffer Calver, dan tidak sekali-sekali
mengurangi pH dengan HCL.
4.
Penentuan Sodium
Sodium tidak ditentukan di lapangan, karena nilai sodium tidak dapat
dianggap nilai yang nyata atau absolut. Perhitungannya ialah dengan
pengurangan jumlah anion dengan jumlah kation dengan me/L
kesadahan total tidak dimasukkan dalam jumlah perhitungan ini. Air
formasi selain berasal dari lapisan lain yang masuk ke dalam lapisan
produktivitasnya yang disebabkan oleh :
1.
2.
76
2.
separator dengan pipa plastic lentur jangan dari bahan tembaga (Cu) karena
mudah larut. Peralatan harus bersih dari bekas noda dan di cuci alirkan
dengan air formasi yang akan diambil.
Alkalinitas CO3, HCO3, dan OH harus ditentukan di tempat pengambilan
contoh, karena ion-ion ini tidak stabil seiring dengan waktu dan suhu. Untuk
itu pH perlu diturunkan sampai 1 dengan asam garam. Penentuan kadar
barium harus dilkukan segera setelah contoh diterima, karena unsur BaSO4
terbatas kelarutannya, karena barium bereaksi dengan cepat terhadap SO4
sehingga akan mengurangi konsentrasi barium dan akan menimbulkan
kesalahan dalam penelitian. Selain dengan barium, SO4 juga cepat bereaksi
dengan kalsium menjadi CaSO4 pada saat suhu turun.
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan sisem
klasifikasi dari air formasi, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengidentifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot hasil
analisa air formasi tersebut, hal ini memudahkan kita dalam korelasi
terhadap lapisan lapisan batuan dari sumur secara tepat.
Beberapa kegunaan yang paling penting dari analisa air formasi ini adalah:
1.
2.
3.
77
2.
3.
78
Jika SI negatif berarti air tidak di jenuhi CaCO3 atau kelarutan yang
dihasilkan
lebih
besar
dari
padatan
yang
dilarutkan,pada
3.
2.
79
8.3. PeralatandanBahan
8.3.1. Peralatan
1.
Alat titrasi
2.
Labu ukur
3.
pH paper strip
4.
5.
Pipet
8.3.2. Bahan
1.
80
81
8.4. ProsedurPercobaan
8.4.1. Penentuan pH (Elektrolit)
1.
Dengan
menggunakan
pH
paper
strip
dapat
langsung
3.
2.
3.
4.
Perhitungan
Kebasahan P = Vp / banyaknya cc contoh air
Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air
Konsentrasi untuk setiap ion dalam mili ekivalen (me/L) dapat
ditentukan dari tabel berikut :
82
HCO3
CO3
OH
P = 0
M 20
P = M
20 P
2P = M
40 P
2P < M
20 ( M 2P )
40 P
2P > M
40 ( M P )
20 ( 2P M )
Perhitungan
Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 epm
Kesadahan total, me/L
Volume titrasi * 2
Volume contoh air
83
2.
Volume titrasi * 20
Volume contoh air
Penentuan Kalsium
Ambil 20 ml air suling, tambah 2 tetes larutan buffer calver
dan 1 tepung indicator calcer II, warna akan berubah menjadi
cerah.Bila warnanya kemerahan, titrasi dengan larutan
kesadahan total sampai warna kemerahan hilang.
Tambahkan 5 cc air yang dianalisa. Bila ada Ca, warna
larutan berubah menjadi kemerahan.
Titer dengan larutan titrasi kesadahan total (1 ml = 20 epm)
sambil digoyang sehingga warna berubah menjadi biru cerah
(jernih). Catat volume titrasi.
Perhitungan
Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 epm
Kalsium, me/L
ml titer * 2
ml contoh air
ml titer * 20
ml contoh air
3.
Penentuan Magnesium
Magnesium ditentukan dengan dua cara sebagai berikut :
Magnesium, me/L =( kesadahan total, me/L) ( kalsium, me.L )
Magnesium, me/L =Magnesium, me/L * 12,2
84
2.
3.
ml titer * 1000
ml contoh air
ml titer * 10000
ml contoh air
Mengkonversikan
mg/L
anion
dengan
me/L
dan
menjumlahkan harganya.
CO3 , mg / L
HCO3 , mg / L
SO4 , mg / L
Cl , mg / L
+
+
+
48
30
61
35.5
+
2.
OH , mg / L
17
Mengkonversikan
mg/L
kation
menjadi
me/L
dan
menjumlahkan harganya.
Ca , mg / L Mg , mg / L Fe , mg / L Ba , mg / L
20
12.2
18.6
68.7
3.
85
KOMPONEN
8.4.7.
KONSENTRASI
Mg/L
meL
Natrium
1794
78.04
Kalsium
39
1.95
Magnesium
19
1.65
Barium
Klorrida
1248
39.19
Sulfat
645
13.43
Karbonat
280
9.33
Bikarbonat
1440
23.80
Iron
13
0.23
86
Tenaga ion ini terdapat pada grafik I. Jumlah tenaga ion didapat dengan
mengalikan factor tiap - tiap ion dengan konsentrasi dalam air (dalam
me/L atau mg/L) kemudian dijumlahkan dan K ditentukan dari grafik
II.
pCa
pAlk
ION
me/L
mg/L
Ca++
12.0
240
Mg++
20.4
249
Na+
295.5
6769
Cl-
253.5
9000
SO4-
41.7
2000
HCO3-
13.8
841
87
ION
( me/L )
*Faktor
= me/L
Ca++
12.0
* 5 x 10-5
= 0.1476
Mg++
20.4
* 1 x 10-3
= 0.012
Na+
295.5
* 1 x 10-3
= 0.0204
Cl-
253.5
* 5 x 10-5
= 0.1268
SO4-
41.7
* 1 x 10-5
= 0.0417
HCO3-
13.8
* 5 x 10-5
= 0.0069
= 0.3554
Setelah menggunakan ion dari air dapat dihitung, tentukan nilai L dari
grafik I dimulai dari bawah grafik jumlah tenaga ion (), ikuti garis
tegak lurus hingga bertemu dengan kurva suhu, kemudian baca nilai K
ke sisi kiri.
Tabel 8.5.Harga Faktor K dan Suhu
SUHU
Faktor K
50 oF
2.9
77 oF
2.65
122 oF
2.15
156 oF
1.5
88
pH air
= 8
Volume sample
= 10
cc
me/l
Konsentrasi Anion
Konsentrasi Kation
Anion
BM
Mg/L
Me/ L(*)
Kation
BM
Mg/L
Me/L
Cl
35.5
24400
687,324
Ca++
40
40
SO42
96
300
6,250
Mg++
24
CO32
60
300
10
Fe++
56
1000
35,714
HCO3
61
Ba++
137
OH
17
51
Na+
Anion
706,574
Kation
37,714
89
OH-
Ba++
Fe3+ (10)
HCO3CO3-
Ca++
SO4-
Mg++
(102) Cl-
Na++ (102)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ion
Konsentrasi
Faktor Koreksi
Me/L
687,324
Me/L
6 104
6,250
10
0
2
0
35,714
668,86
1 103
1,5 103
5 103
2 103
1 103
1,5 103
-
molar
Ionic
Cl
2 104
Strength
Ion strength
Me/L x Koreksi
0,412
6,250 103
0,015
0
4 103
0
0,0536
1,34
0,62485
90
91
92
= 3,64
Pada temperatur 20 C
= 3,36
Pada temperatur 40 C
= 2,92
Pada temperatur 60 C
= 2,32
Pada temperatur 80 C
= 1,68
= 0,92
8.4.1. Perhitungan
Konversi Satuan
Cl - elektron valensi
24400 x 1
35.5
687,323943 me/L
300 x 2
96
6.25 me/L
300 x 2
60
10 me/L
0 x1
61
0 me/L
93
OH - elektron valensi
51 x 1
17
3 me/L
Ca 2+ elektron valensi
40 x 2
40
2 me/L
Mg 2+ elektron valensi
0x2
24
0 me/L
Fe 3+ elektron valensi
1000 x 3
56
53.571 me/L
Ion Strength
Cl -
= (Me/L) x Koreksi
= 687,324 x 6 x 10-4
= 0,4124
SO4 2-
= (Me/L) x Koreksi
= 6,250 x 1 x 10-3
= 6,250 x 10-3
CO3 2-
= (Me/L) x Koreksi
= 10 x 1,5 x 10-3
= 0,015
HCO3 -
= (Me/L) x Koreksi
= 0 x 5 x 10-3
94
= 0
Ca 2+
= (Me/L) x Koreksi
= 2 x 2 x 10-3
= 0,004
Mg 2+
= (Me/L) x Koreksi
= 0 x 1 x 10-3
= 0
Fe 3+
= (Me/L) x Koreksi
= 53,571 x 1,5 x 10-3
= 8,04 x 10-2
Ba 2+
= (Me/L) x Koreksi
= negatif
Na +
= (Me/L) x Koreksi
= 651,003 x 2 x 10-4
= 1,302 x 10-1
= pH K pCa - pAlk
= 8 3,64 3,0 3,2
= -1,64
SI 20 oC
pH K pCa - pAlk
pH K pCa - pAlk
= pH K pCa - pAlk
= 8 2,32 3,0 3,2
= -0,32
SI 80 oC
pH K pCa - pAlk
95
= 0,32
SI 100 oC
pH K pCa - pAlk
8.6. Pembahasan
Pengambilan sample air formasi dilakukan di kepala sumur dan / atau
di separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari kaca
atau plastic agar tidak terjadi kontaminasi dan hilangnya ion Hidrogen
karena akan mempengaruhi kebasahan sample. SI ( Stabilitas Indeks )
didapatkan dari beberapa data yaitu: temperatur, pH, K ( tenaga ion
keseluruhan ), pAlk, dan pCa. Air formasi hampir selalu ditemukan di dalam
reservoir hidrokarbon karena memang di dalam suatau akumulasi minyak,
air selalu menempati sebagian dari suatu reservoir, minimal 10% dan
maksimal 100% dari keseluruhan pori. Pada data yang telah diberikan,
diketahui bahwa pH = 8, pCa = 3,0, pAlkali = 3,2. Untuk nilai k ( tenaga ion
keseluruhan ) didapat dengan membaca grafik Ionic Strength ( terlampir
dalam bagian lampiran ). Setelah pembacaan grafik kita lakukan, barulah
kita bisa menentukan harga SI (Stabilitas Indeks) pada temperatur tertentu
dimana kita mendapatkan pembacaan nilai k ( tenaga ion keseluruhan ).
Dari data tabel 8.8 di atas, kemudian diplotkan ke dalam suatu grafik
menjadi grafik seperti di bawah ini :
96
1.08:100
Temperature C
100
-0.32:60
-0.92:40
-1.36:20
-1.5
-1
60
Temperature
40
20
-1.06:0
-2
0.32:80
80
-0.5
0.5
1.5
Indeks Stabilitas
Hari hasil perhitungan indeks stabilitas (SI), maka akan dapat diketahui
sifat sifat dari air formasi yang diteliti dengan memperhatikan hubungan antara
pH air formasi, tenaga ion keseluruhan, temperatur, serta pCa dan pAlk, dimana
jika SI menunjukkan hasil yang positif, maka pada temperatur tersebut akan
cenderung untuk membentuk scale (bersifat basa). Sebaliknya, jika SI
menunjukkan hasil negatif maka pada temperatur tersebut air formasi akan
cenderung untuk membentuk korosi pada Alat yang digunakan
Alat yang
digunakan produksi (bersifat asam), akan tetapi jika SI menunjukkan hasil nol (SI
= 0) maka pada temperatur tersebut air formasi dalam keadaan setimbang dimana
tidak terbentuk scale maupun korosi.
97
Temperature
3.64
3.36
2.92
2.32
1.68
Temperature
0.92
0
20
40
60
80
100
120
Grafik 8.2. merupakan hasil plot dari gambar 8.7.diatas maka jika dibuat
sebuah grafik hasil plot tersebut terlihat seperti pada grafik yang mana
menunjukkan bahwa jika semakin tinggin temperature maka nilai ion keseluruhan
(k) akan semakin kecil dan sebaliknya jika temperature semakin rendah maka nilai
ion keseluruhan akan semakin tinggi.
8.7. Kesimpulan
1. Air formasi adalah air yang ikut terproduksi bersama minyak pada saat
proses produksi.
2. Kegunaan air formasi antara lain untuk mengetahui kebocoran casing,
untuk korelasi lapisan batuan, dan pentuan kualitas air untuk water
flowding.
3. Sifat
fisika
air
formasi,
kompresibilitas,
viscositas,
densitass,
BAB IX
PEMBAHASAN UMUM
yang
didapatsemakinbannyaktergantungataskondisi
air
didalamminyak,
96
97
2.
Selain mengandung air, crude oil juga mengandung padatan yang berupa
pasir dan butiran-butiran yang berasal dari reservoir. Padatan akan masuk ke
lubang bor dan akan ikut naik ke permukaan.
Sama seperti air, padatan juga mempengaruhi mutu minyak yang
diproduksi. Percobaan dengan Centrifuge Method menghitung kandungan air dan
endapan. Pada dasarnya metode yang dipakai pada percobaan ini adalah metode
perputaran yang mengakibatkan gaya centrifugal. Pada waktu perputaran akan
bekerja gaya centrifugal yang menyebabkan molekul - molekul fluida terlempar
menjauhi titik pusat perputarannya. Selain itu, karena adanya gaya gravitasi maka
molekul-molekul fluida akan diendapkan menurut berat jenisnya masing - masing.
98
Penentuan Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Tag Closed Tester
Penentuan titik nyala dan titik bakar juga tergantung dari komposisi minyak
yang bersangkutan. Semakin berat (SG-nya tinggi dan atau oAPI rendah) minyak
maka titik nyala dan titik bakarnya juga akan semakin tinggi, sehingga minyak
tersebut tidak mudah terbakar (unflameable).
99
BAB X
KESIMPULAN UMUM
1.
Metode Dean & Stark merupakan salah satu metode untuk menentukan
besarnya kandungan air dalam crude oil dengan prinsip destilasi,
kondensasi, serta berat jenis dari masing -masing elemen yang
terkondensasi di trap.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
7.
Semakin besar harga specific grafity minyak, semakin kecil harga oAPI
minyak tersebut. Semakin kecil harga specific grafity minyak, semakin
besar harga oAPI minyak tersebut.
8. Crude oil memiliki beberapa kategori yaitu kategori minyak berat (10-20),
minyak sedang (20-30) dan minyak ringan (> 30), tetapi yang diharapkan
pada suatu formasi adalah minyak yang memiliki oAPI (>30) kategori
minyak ringan, sebab berat jenisnya kecil dan mudah diproduksi, serta nilai
jualnya semakin tinggi.
100
101
9.
10.
Penentuan titik kabut, titik tuang, dan titik beku tergantung pada
perbandingan komposisi kimia dari suatu crude oil.
11.
Semakin berat suatu minyak, maka semakin tinggi titik titik bekunya,
sehingga semakin mudah terjadi pembekuan.
12.
Semakin tinggi titik nyala dan titik bakar, maka semakin berat minyak yang
akan diproduksi, sehingga minyak tersebut semakin tidak mudah terbakar
(unflameable).
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Semakin lama waktu alir yang dibutuhkan oleh fluida maka semakin besar
viscositas kinematiknya dan sebaliknya.
19.
20.
102
21.
22.
23.
24.
25.
Selain itu jenis scale yang terbentuk juga tergantung dari komposisi
komponen-komponen penyusun air formasi.Mekanisme terbentuknya
kristal-kristal pembentuk scale berhubungan dengan kelarutan masingmasing komponen dalam air formasi. Sedangkan kecepatan pembentukan
scale dipengaruhi oleh kondisi sistem formasi, terutama tekanan dan
temperatur. Perubahan kondisi sistem juga akan berpengaruh terhadap
kelarutan komponen.