Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
1
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
DI PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
Mengetahui, Menyetujui,
Superintendent Pelaksanaan Diklat Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini.
Laporan kerja praktek disusun sebagai syarat untuk memenuhi mata kerja
praktek yang merupakan salah satu rangkaian Tugas Akhir bagi mahasiswa
2
jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya.
Laporan ini dibuat berdasarkan kerja praktek di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
pada tanggal 16 Juli 2018- 31 Agustus 2018.
Data dan informasi yang terdapat di dalam laporan Kerja Praktek ini
diperoleh dari observasi, tanya jawab serta studi pustaka pendukung lainnya,
Dalam Penyusunan laporan ini, penukis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T. selaku Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya
2. Carlos R.S. S.T., M.T. selaku Pembantu Direktur I Politeknik Negeri
Sriwijaya
3. Adi Syakdani, S.T.,M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Sriwijaya
4. Ahmad Zikri, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia sekaligus
Dosen Pembimbing Kerja Praktek di Politeknik Negeri Sriwijaya
5. Ir. Arizal Aswan, M.T. selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Teknik
Energi Politeknik Negeri Sriwijaya
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan Teknik Kimia dan Teknik Energi
Politeknik Negeri Sriwijaya
7. Agus Waluyo, selaku Manajer Rendal Produksi PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang
8. Muhammad Riduansyah, selaku Pembimbing Kerja Praktek di Departemen
Rendal Produksi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
9. Segenap Staff dan karyawan di Departemen Rendal Produksi PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang
10. Kedua Orangtua , Saudara-Saudaraku, serta orang-orang terdekat yang
selalu mendoakan dan memberikan motivasi serta sumbangan moril dan
maeril dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa di Departemen Rendal Produksi PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan kerja praktek ini.
3
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar dapat menyempurnakan laporan ini sehingga bisa lebih baik lagi.
Akhirnya, Penulis berharap semoga laporan Kerja Praktek ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis, pihak PT PUSRI Palembang, serta yang
membaca.
Penulis
4
DAFTAR ISI
7
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR GAMBAR
9
DAFTAR LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
12
Pada tanggal 7 Desember 1972, berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan
oleh John Van Der Volk and Associate (Amerika Serikat), pabrik Pusri II mulai
didirikan dengan kontraktor pabrik Amoniak dari M. W. Kellog Overseas
Corporation (Amerika Serikat) dan kontraktor pabrik Urea dari Toyo Engineering
Company (Jepang). Pabrik Pusri II mulai beroperasi pada tanggal 8 Agustus 1974
dengan kapasitas produksi sebesar 660 MTPD (Metric Ton Per Day) Amoniak
dan 1.150 MTPD Urea. Pembangunan pabrik Pusri III mulai dilakukan pada
tanggal 21 Mei 1975 dengan pemancangan tiang pertama oleh Menteri
Perindustrian M. Jusuf. Kapasitas produksi dari pabrik Pusri III ini adalah 1000
ton Amoniak per hari dengan menggunakan proses Kellog dan 1725 ton Urea per
hari atau 570.000 ton Urea per tahun dengan proses Mitsui Toatsu Total Recycle
(MTTR) C-Improved. Pembangunan pabrik Pusri III ini dikerjakan oleh Kellog
Overseas Corp. dan Toyo Engineering Coorporation (TEC).
Pada tanggal 7 Agustus 1975, tepat satu tahun setelah penandatanganan
kontrak pembangunan Pusri III, pemerintah kembali merencanakan pembangunan
pabrik Pusri IV. Pembangunan pabrik ini dimulai pada tanggal 25 Oktober 1975
dengan kapasitas produksi dan proses yang sama dengan Pusri III. Pabrik Pusri
IV selesai dibangun dan mulai beroperasi pada tanggal 15 September 1977, tidak
lama setelah Pusri III mulai beroperasi.
Pada tahun 1985, dilakukan penghentian operasi terhadap pabrik Pusri I
karena pabrik ini dinilai sudah tidak ekonomis. Sebagai gantinya, pada tahun 1990
pabrik ini mengalami perombakan menjadi pabrik Pusri IB yang menggunakan
teknologi Kellog untuk produksi Amoniak dan ACES (Advanced Cost And Energy
Savings) dari TEC untuk produksi Urea. Kapasitas produksi Pusri IB ini sebesar
446.000 ton Amoniak per tahun dan 570.000 ton Urea per tahun. Pabrik dengan
kapasitas produksi terbesar diantara pabrik–pabrik di PT. Pusri lainnya ini
diresmikan pengoperasiannya pada tanggal 22 Desember 1994 oleh Presiden
Soeharto. Pabrik Pusri IB ini merupakan pabrik yang dibangun dengan konsep
hemat energi dan telah menggunakan sistem kendali komputer “Distributed
Control System”.
Sistem pengolahan limbah di PT. Pusri Palembang juga mengalami
pengembangan. Sebagai upaya penanganan terhadap limbah gas, maka pada tahun
13
1981 atas usul Direksi PT. Pusri, Bapak Edi Madnawijaya maka dibangunlah
proyek PGRU (Purge Gas Recovery Unit) di Pusri IV. Pembangunan proyek ini
ditujukan untuk mengurangi polusi udara, mengambil kembali gas NH3 dan
memanfaatkan kembali gas H2 dari purge gas pada unit sintesa Amoniak. Dalam
pengerjaannya dilakukan oleh kontraktor Inggris. Namun sebagai upaya
pengembangan pada tahun 2012 dibangun proyek PGRU dengan sistem membran.
Pada tahun 1992, dalam rangka peningkatan efisiensi pabrik, dilakukan upaya
optimasi pada pabrik Pusri II, III, dan IV melalui program Ammonia Optimization
Project (AOP) dan Urea Optimization Project (UOP). Sebagai hasil AOP,
produksi Amoniak Pusri II, III, dan IV mengalami peningkatan sebesar 20% dan
penghematan penggunaan gas alam sebesar 10%. Sementara itu, sebagai hasil
UOP, produksi Urea pabrik Pusri II mengalami peningkatan sebesar 50% dan
penghematan penggunaan gas alam sebesar 30%. Total kapasitas produksi
keempat pabrik yang dimiliki PT Pusri adalah sebesar 1.149.000 ton Amoniak per
tahun dan 2.280.000 ton Urea per tahun.
Pada tahun 1993 PT. Pusri membangun PET (Pusri Effluent Treatment) yang
berlokasi di Pusri IV untuk memisahkan limbah gas dan cair yang berasal dari
pabrik Urea II, III, IV, dan IB. Sebagai upaya penanganan terhadap limbah cair,
maka pada tahun 2005 PT. Pusri membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) di Pusri IV untuk mengolah limbah cair hasil proses produksi yang
berasal dari Pusri II, III, IV, dan IB. Oleh karena itu, setiap pabrik Urea dibangun
MPAL (Minimalisasi Pengolahan Air Limbah) untuk meminimalisasi limbah cair
sebelum dikirim ke IPAL.
Pada tahun 1997, seiring dengan bertambahnya pabrik pupuk yang didirikan
untuk mencukupi kebutuhan pupuk nasional, maka dibentuk Holding BUMN
pupuk di Indonesia. Perusahaan-perusahaan pupuk yang tercakup dalam Holding
tersebut adalah:
a. PT. Pupuk Sriwidjaja di Palembang, Sumatera Selatan sebagai perusahaan
induk,
b. PT. Petrokimia Gresik (berdiri pada 31 Mei 1975) di Gresik, Jawa Timur,
c. PT. Pupuk Kujang (berdiri pada 9 Juni 1975) di Cikampek, Jawa Barat,
14
d. PT. Pupuk Kalimantan Timur (berdiri pada 7 Desember 1977) di Bontang,
Kalimantan Timur,
e. PT. Pupuk Iskandar Muda (berdiri pada 24 Februari 1982) di Lhokseumawe,
NAD.
Selain itu, terdapat pula perusahaan-perusahaan lain (sebagai bagian dari
Holding Company) yang berdiri karena kebutuhan PT. Pusri dan anak-anak
perusahaannya, antara lain:
a. PT. Rekayasa Industri (berdiri pada 11 Maret 1985) di Jakarta, bergerak di
bidang konsultasi teknik, perancangan, dan konstruksi pabrik,
b. PT. Mega Eltra (berdiri pada 1970) di Jakarta, bergerak di bidang layanan
ekspor-impor, pemasok barang kimia, distributor pupuk, dan konstruksi.
Dalam sejarah perkembangannya, PT. Pusri mendapat berbagai penghargaan
dari dalam dan luar negeri. Dalam laporan ini hanya dicantumkan penghargaan-
penghargaan yang berhubungan dengan kinerja pabrik dan keselamatan kerja di
PT. Pusri. Beberapa penghargaan tersebut diantaranya adalah:
a. Upakarti sebagai Pembina Industri Kecil dari Presiden RI (1988)
b. Upakarti sebagai Pembina Industri Kecil dari Presiden RI (1988)
c. Piagam sebagai salah satu perusahaan pembayar pajak terbesar dari Menteri
Keuangan RI (1988)
d. Highest Safety Performance dari British Safety Council (1989)
e. Piagam sebagai Perusahaan Teladan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) tingkat nasional dari Menteri Tenaga Kerja (1991)
f. Piagam Zero Accident dari Menteri Tenaga Kerja (1991)
g. Penghargaan Sahwali (Sahwali Award) dari Indonesian Environmental
Management and Information Centre (1991)
h. Satya Lencana Pembangunan dalam Pembinaan Koperasi Mandiri dari Wakil
Presiden RI (1992)
i. Sword of Honour dari British Safety Council (1993)
j. Piagam Zero Accident dari Menteri Tenaga Kerja (1994)
k. Penghargaan ISO-25 dalam bidang Akreditasi Laboratorium atas Analisa
Pengujian Mutu Produk Ammonia dan Urea dari National Association of
Testing Authorities (NATA) Australia
15
l. Penghargaan ISO-14001 untuk keselamatan lingkungan (2000)
m. Penghargaan ISO-9002 untuk kualitas produk (2001).
Pada tahun 2010, dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. Pusri sebagaimana tertuang didalam RUPS-LB tanggal 24
Desember 2010 yang berlaku efektif 1 Januari 2011. Spin Off ini tertuang dalam
Perubahan Anggaran Dasar PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang melalui Akte
Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010 yang telah
disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13 Desember 2010 nomor
AHU-57993.AH.01.01 tahun 2010.
Pada 8 April 2013, Pabrik II melakukan perombakan menjadi Pabrik Pusri IIB
dan mulai berkonstruksi dengan menggunakan teknologi KBR Purifier
Technology untuk Pabrik Amoniak dan teknologi ACES 21 milik TOYO
Engineering. Kapasitas Pabrik produksi IIB pada Amoniak 660.000 ton per tahun
dan kapasitas pabrik Urea 907.500 ton per tahun. Pabrik IIB diresmikan
pengoperasiannya pada bulan November 2016.
Berikut ini adalah data pembangunan dan spesifikasi pabrik PUSRI-I,
PUSRI-II, PUSRI-III, PUSRI-IV, PUSRI-IB dan PUSRI-IIB:
A. Pabrik Pusri I
- Studi Kelayakan Ekonomi : Gass dan Bell
- Pelaksana Konstruksi : Marrison Knudsen of Asia, Inc.
- Penandatangan Kontrak : 1 Maret 1961
- Mulai Konstruksi : Oktober 1961
- Selesai Konstruksi : Agustus 1963
- Produksi Perdana : 16 Oktober 1963
- Biaya : US $ 33 Juta
- Sumber Dana : Bank Exim RI
- Jenis Proyek : Turn Key + Cost Plus
- Kapasitas Terpasang : Urea 300 ton/hari
Ammonia 180 ton/hari
- Proses Pembuatan : Ammonia-Gidler dan Mitsu Toatsu
Process (Urea)
- Kebutuhan Gas Alam : 12.50 MMCR/MBTU
16
- Kapasitas Gudang : 25.000 MT
- Fasilitas Angkut Pupuk : Pupuk dalam kantong ke kapal dan truk
- Sumber Gas Alam : Stanvac
B. Pabrik Pusri II
- Studi Kelayakan Ekonomi : Jhon Vander Valk
- Pelaksana Konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)
Toyo Engineering Corp. (JP)
- Penandatangan Kontrak : 1 Agustus 1972
- Mulai Konstruksi : 7 Desember 1972
- Selesai Konstruksi : 6 Agustus 1974
- Produksi Perdana : 6 Agustus 1974
- Biaya : US $ 86 Juta
- Sumber Dana : USAID, OECF, IDA BANKAsia,RI
- Jenis Proyek : Cost Plus Fixed Fee
- Kapasitas Terpasang : Urea 1150 ton/hari
Ammonia 660 ton/hari
- Proses Pembuatan : Ammonia Kellog Urea-MTC (Total
Recycle C- Improved)
- Kebutuhan Gas Alam : 40.000 MMCR/MBTU
- Kapasitas Gudang : 15.000 MT
- Fasilitas Angkut Pupuk : Pupuk curah dari gudang ke kapal
dengan Belt Conveyor
- Sumber Gas Alam : Pertamina / Stanvac
D. Pabrik Pusri IV
- Tahun Pendirian : 25 Oktober 1975
- Pelaksanaan Kontruksi : Kellog Overseas Cor. (AS)
Toyo Engineering Corp. (JP)
- Produksi Perdana : Desember 1977
- Biaya : US $ 186 Juta
- Sumber Dana : Dana Pembangunan Saudi Arabia, RI
- Jenis Proyek : Cost Plus Fixed Fee
- Kapasitas Terpasang : Urea 1725 ton/hari
Ammonia 1000 ton/hari
- Proses Pembuatan : Ammonia-KellogUrea-MTC (Total Recycle
C-Improved)
- Sumber Gas Alam : Pertamina / Stanvac
E. Pabrik Pusri IB
- Studi Kelayakan Ekonomi : PT. PUSRI (April 1985 direvisi 1988)
- Mulai Konstruksi : Agustus 1990
- Produksi Perdana : Tahun 1994
- Pelaksana Konstruksi : PT Rekayasa Industri yang bekerja
berdasarkan Process Engineering
Design Package (PEDP)
18
- Biaya : US $ 297 Juta
- Sumber Dana : USAID, OECF, IDA BANK Asia,RI
- Jenis Proyek : Cost Plus Fixed Fee
- Kapasitas Terpasang : Urea 1725 ton/hari
Ammonia 1350 ton/hari
- Proses Pembuatan : Ammonia-Kelog dan Urea-ACES
- Kebutuhan Gas Alat : 50 MMSCFD/MBTU
- Fasilitas Angkut Pupuk : Pupuk curah dari gudang ke kapal
dengan ban berjalan (Belt Conveyor)
- Sumber Gas Alam : Pertamina / Stanvac
F. PUSRI-IIB
- Studi Kelayakan Ekonomi : PT. Pusri
- Pelaksanaan Konstruksi : Konsorsium PT. Rekayasa Industri-
Toyo Engineering Coorporation
- Penandatanganan Kontrak : 14 Desember 2012
- Mulai Konstruksi : 8 April 2013
- Selesai Konstruksi :-
- Produksi Pertama : 3 November 2014/2016
- Biaya : US $ 247,5 juta
- Sumber Dana : PT. Pusri, Pemerintah RI, Bank Exim
Jepang
- Kapasitas Terpasang : Ammonia 2000metrik ton/hari
Urea 2.750metrik ton/hari
- Proses Pembuatan : Ammonia-KBR Purifier, Urea-ACES
- Kebutuhan Gas Alam : 62 MMSCF
- Sumber Gas Alam : Pertamina EP,Medco,dan Perta Gas
Data Pabrik PT. PUSRI Palembang dapat dilihat padat Tabel 1.1 berikut:
19
Tabel 1.1 Data Perkembangan Pabrik PT. Pusri
Pabrik Tahun Lisensor Proses Kapasitas Terpasang Pelaksanaan
Mulai Konstruksi
Operasi
Pusri-II 1974 Kellog MTC, 218.000 ton Kellog Overseas
Total Recycle C- ammonia/tahun Corp (AS)
Improved 570.000 ton
urea/tahun
Pusri- 1976 Kellog MTC, 330.000 ton Kellog Overseas
III Total Recycle C- ammonia/tahun Corp (AS)
Improved 570.000 ton
urea/tahun
Pusri- 1977 Kellog MTC, 330.000 ton Kellog Overseas
IV Total Recycle C- ammonia/tahun Corp (AS)
Improved 570.000 ton
urea/tahun
Pusri- 1995 Kellog Advanced 446.000 ton PT. Rekayasa Industri
IB Process for Cost ammonia/tahun (Indonesia)
and Energy 570.000 ton
Saving (ACES) of urea/tahun
Toyo Engineering
Corp
KBR Purifier
Technology Acces
Pusri- 2016 21 of Toyo 660.000 ton PT. Rekayasa Industri
IIB Engineering Corp ammonia/tahun (Indonesia)
907.500 ton
urea/tahun
(Sumber: HUMAS PT.Pusri Palembang, 2017)
20
1.1.1 Visi dan Misi
Pada tahun 2012, PT. Pusri melakukan review terhadap Visi, Misi, Nilai dan
Budaya perusahaan. Review Visi, Misi, Tata Nilai dan Makna perusahaan
dibangun dengan dasar perubahan posisi perusahaan sebagai anak perusahaan dari
PT. Pupuk Indonesia (Persero) dan lingkup lingkungan bisnis perusahaan pasca
spin off. Dasar pengesahan hasil review Visi, Misi, Tata Nilai dan Makna
perusaan adalah Surat Keputusan Direksi No. SK/DIR/207/2012 tanggal 11 Juni
2012.
Visi:
“Menjadi perusahaan yang kuat dan tumbuh dalam industri pupuk di tingkat
Nasional maupun Regional”.
Misi:
“Memproduksi, memasarkan pupuk dan produk agrobisnis dengan
memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh”.
21
Gambar 1.1 Logo PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
(Sumber: HUMAS PT.Pusri Palembang, 2017)
22
a. Perseroan ini bertujuan untuk turut melaksanakan dan menunjang program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,
dan pada bidang industri pupuk dan industri kimia lain pada khususnya.
b. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, perseroan menjalankan usaha-usaha
produksi, perdagangan, pemberian jasa, dan usaha lain.
c. Perseroan dapat pula mendirikan atau menjalankan perusahaan dan usaha
lainnya yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha tersebut di atas,
baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan pihak lain
yang sejalan dengan ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar.
23
administrasi pemerintah (dekat dengan pusat administrasi). Berikut ini
ditampilkan adalah lokasi dari PT. Pusri.
24
pabrik dibatasi oleh pagar dan terdapat dua buah gerbang masuk kompleks pabrik
yang dijaga oleh aparat keamanan. Empat buah pabrik terletak berkelompok-
kelompok mengelilingi daerah tangki penyimpanan Amoniak.
Dalam setiap pabrik terdapat rumah kompresor, dimana pada tempat tersebut
kompresor dan pompa diletakkan menjadi satu. Alasan pengelompokkan ini
adalah karena kompresor merupakan peralatan yang sangat berisik, sehingga
harus dikelompokkan agar suara bising tidak tersebar kemana-mana. Selain itu,
kompresor yang dioperasikan PT. Pusri menggunakan tenaga steam. Jika
kompresor dikelompokkan menjadi satu, penanganan kondensat menjadi lebih
mudah. Hal yang sama juga dilakukan dengan Boiler. Boiler dan GTG diletakkan
berdekatan agar kehilangan panas akibat transportasi yang panjang dapat
dihindari.
Daerah yang agak mengarah ke sungai Musi digunakan sebagai daerah
pengantongan dan gudang. Peletakan gudang dan daerah pengantongan ke arah
dermaga adalah supaya pengangkutan untuk bongkar muat di pelabuhan menjadi
lebih mudah dan memerlukan biaya yang lebih murah. Untuk keperluan bongkar
muat, PT. Pusri memiliki pelabuhan sendiri di tepi sungai Musi. Gambar 1.3.
menunjukkan tata letak PT. Pusri.
V
Urea plant utilitas plant
T P-II P-II
S Urea plant
NH3 plant P-III
Y NH3 plant
P-II
P-III
Urea plant
O P-IV
o
utilitas plant
P-III
N O
NH3 plant
18 17
16 15 P-IV
O
L A M L 19
14 13
O
R 20 9
12 10 8 utilitas
plant
K A 11
6 7
P-IV
23 22 21 4 5
Q P J 2 3
24 25 26 27 1
Y P P I H
P P
D D
D G
E
F
Q
C
W
B
A A
Keterangan:
A. Pos satpam 1. Primary reformer
25
B. Kantor utama 2. Secondary reformer
C. Lapangan 3. Stripper
D. Perumahan 4. Absorber
E. Gedung serba guna 5. Methanator
F. Diklat 6. HTSC dan LTSC
G. Sekolah 7. ARU
H. Kolam 8. HRU, PGRU
I. Masjid 9. Molecular sieve
J. Rumah makan 10. Kompresor
K. Parkir 11. Refrijerasi
L. Tenik proses 12. Reaktor ammonia
M. Dinas K3 13. Seksi penjumputan (recovery)
N. Main Lab 14. Seksi purifikasi
O. Ammonia storage 15. Seksi kristalisasi dan pembutiran
(prilling) 16. Seksi sintesis urea
P. Kantor 17. Sistem pembangkit listrik
Q. Wisma 18. Package boiler
R. Lapangan olahraga 19. Waste heat boiler
S. Perluasan pabrik 20. Kantor dan pusat kontrol
T. Gudang 21. Cooling Tower
U. Dermaga 22. GMS
V. PPU 23. Unit penukar ion
W. Rumah sakit 24. Filter water
X. Wisma 25. Sand filter
26. Clarifier
27. Kantor instrumentasi
dan pemeliharaan
Tabel 1.2. Produksi pabrik IB, II dan III ammonia dan urea Tahun 2012-2016
PUSRI – IB PUSRI – II PUSRI - III
Tahun Ammonia Urea Ammonia Urea Ammonia Urea
(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
2012 331.325 395.030 227.668 424.694 345.282 548.033
2013 393.950 491.677 222.116 455.139 337.688 510.973
2014 378.180 475.680 225.605 410.945 386.620 554.780
2015 397.180 511.070 232.700 420.370 333.450 458.490
2016 397.260 486.960 127.752 119.619 332.280 440.340
(Sumber: Dinas Teknik Proses PTPUSRI Palembang, 2017)
Tabel 1.3. Produksi pabrik IV dan II B ammonia dan urea tahun 2012-2016
PUSRI - IV PUSRI - IIB
Tahun Ammonia Urea Ammonia Urea
(ton) (ton) (ton) (ton)
2012 350.265 592.303
2013 332.306 522.231
2014 344.695 568.645
2015 333.020 510.130
2016 360.910 561.640 46.448 62.601
(Sumber: Dinas Teknik Proses PT Pusri Palembang, 2017)
27
Tabel 1.4. Spesifikasi Produk Urea PT. PUSRI Palembang
Spesifikasi Detail Keterangan
Komposisi (% wt) :
1. 1. Nitrogen 46% Minimum
2. 2. Biuret 0,5% Maksimum
3. 3. Kandungan air 0,5% Maksimum
150 ppm (b/b) Maksimum
4. 4. NH3 bebas 15 ppm (b/b) Maksimum
5. 5. Debu (pan) 1 ppm (b/b) Maksimum
6. 6. Fe
Ukuran (Prill Size) :
1. 6 – 8 US mesh 95% Minimum
2. > 25 US mesh 2% Maksimum
Putih, butiran (prilled),free
Penampilan flowing, tidak mengandung -
bahan berbahaya.
1.000 metrik ton/ jam Urea dalam
Kecepatan Muat (loading rate)
kantong urea 3.500
curah metrik ton/ jam
Ukuran vessel draft pembuatan 6,5 meter -
Sumber : Dinas Teknik Proses PT. PUSRI Palembang
28
Penampungan produksi Ammonia dilakukan di Refrigerant Receiver dan NH3
Cold Storage. Ammonia yang dihasilkan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu produk
amoniak panas (30 oC) dan produk amoniak dingin (-30 oC).
Spesifikasi ammonia yang dihasilkan PT. PUSRI Palembang dapat dilihat
dari Tabel 1.6 di bawah ini.
Tabel 1.6.Spesifikasi Produk Ammonia PT. PUSRI Palembang
Spesifikasi Detail Keterangan
Komposisi (%wt)
1. NH3 99,5 % Minimum
2. H2O 0,5 % Maksimum
3. Oil 5 ppm (b/b) Maksimum
Fasilitas loading :
1. Kecepatan muat 300 metrik ton/jam Minimum
2. Panjang 190 meter Maksimum
vessel(LOA) yang
diizinkan
3. Vessel draft 6,5 meter
4. Jenis vessel yang Semi / full
dapat digunakan refrigerated vessel
Sumber : Dinas Teknik Proses PT. Pusri Palembang
29
kewajibannya tersebut, PTPUSRI memiliki sistem distribusi yang ditunjukkan
pada Gambar 1.4 dan Gambar 1.5.
Gedung
Gambar 1.4. Jalur pengadaan dan distribusi pupuk dalam negeri (Pipe Line
Distribution Pattern)
(Sumber: PT Pusri Palembang, 2017)
Importir KUD
yang Gudang Gudang Koperasi
ditunjuk Lini II Lini III penyalur Pengecer Petani
pemerintah
30
Gambar 1.6. Jalur perencanaan kebutuhan dan alur pendistribusian
(Sumber: Dinas Teknik Proses PTPUSRI Palembang, 2015)
33
kegiatan dan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Dewan Direksi. Dewan
Komisaris terdiri dari wakil-wakil pemerintah, yaitu:
- Departemen Pertanian
- Departemen Keuangan Direktorat Jendral Moneter Dalam Negeri
- Departemen Perindustrian Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar
- Departemen Pertambangan dan Energi
Untuk tugas operasionalnya, Dewan Komisaris dibantu oleh Dewan Direksi yang
terdiri dari lima Direktur, yaitu:
- Direktur Utama
- Direktur Produksi
- Direktur Komersil
- Direktur Teknik dan Pengembangan
- Direktur SDM dan Umum
DIREKTUR UTAMA
34
Gambar 1.7. Struktur Organisasi PT. Pusri Palembang
(Sumber: HUMAS PT.Pusri Palembang, 2017)
Selain itu juga terdapat Dewan Komisaris yang dipimpin oleh seorang
Komisaris utama dan dibantu oleh 5 anggota komisaris. Direktur produksi sebagai
salah satu bagian penting di dalam perusahaan yang membawahi 2 Kompartemen
dan 1 Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(K3LH). Kompartemen terdiri dari kompartemen Operasi yang membawahi
Departemen Opersi IB, IIB, III, IV, Teknik Produksi Subdepartemen
Laboratorium dan Subdepartemen PPU dan Kompartemen Pemeliharaan
membawahi Panel, Teknik Keandalan dan Jaminan Kualitas serta Instrumen dan
Listrik.
- Departemen Operasi
Tugas dan tanggungjawab utama departemen operasi adalah sebagai berikut:
a.) Mengoperasikan sarana produksi secara optimal dengan faktor produksi
setinggi-tingginya
b.) Menjaga kualitas produksi, bahan baku dan peralatan serta bahan–bahan
penunjang
c.) Membuat sendiri peralatan dan suku cadang yang mampu dibuat dengan
tetap memperhatikan segi teknis dan ekonomis
d.) Menggantikan peralatan pabrik yang pemakaiannya sudah tidak
ekonomis.
Departemen operasi IB, II, III, IV ini dipimpin oleh seorang Plant Manager
yang dibantu oleh Superintendent. Setiap Superintendent dibantu oleh
Assistant Superintendent. Di bawahnya terdapat group shift yang dipimpin
oleh seorang kepala seksi.
- Departemen Teknik Produksi
Departemen teknik produksi bertugas membantu kopartemen operasi dalam
hal pengamatan operasi, persiapan dan pengendalian mutu bahan baku serta
bahan pendukung, perhitungan produksi, evaluasi kondisi serta studi untuk
melakukan modifikasi dan peningkatan efisiensi. Departemen teknik produksi
membawahi staf engineer ammonia, urea, utilitas.
35
Kepala Laboratorium engineer rendal produksi dengan tugas utama sebagai
berikut:
a.) Memonitor dan mengefaluasi kondisi operasi pabrik sehingga dapat
dioperasikan pada kondisi yang optimum
b.) Mengendalikan dan mengefaluasi kualitas dan kuantitas hasil – hasil
produksi
c.) Memberikan bantuan yang bersifat teknis kepada unit-unit yang terkait
d.) Merencanakan modifikasi peralatan produksi serta tambahan unit
produksi dalam rangka penigkatan efisiensi dan produktifitas
e.) Memberikan rekomondasi pengganti katalis resin dan bahan sejenis.
- Subdepartemen Laboratorium
Subdepartemen Laboratorium bertugas menganalisa, mengontrol dan
mengawasi mutu bahan baku, bahan penunjang serta hasil produksi
pabrik.Subdepartemen Laboratorium ini terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a) Bagian laboratorium kimia analisis, membawahi:
- Seksi analisis instrumen
- Seksi laboratorium pengujian mutu
- Seksi laboratorium pengujian dan standar.
b) Bagian laboratorium control produksi, membawahi:
- Seksi shift laboratorium control produksi I membawahi laboratorium
control Pusri IB dan II
- Laboratorium Pusri II membawahi lab. Control Pusri III dan IV.
c) Bagian laboratorium penunjang sarana, membawahi:
- Seksi penyedian dan distribusi sarana
- Seksi laboratorium kalibrasi
- Seksi laboratorium harian alat dan instrument.
- Departemen Keandalan dan Jaminan Kualitas (TK dan JK)
Departemen ini berada dibawah kompartemen pemeliharaan. Departemen ini
dipimpin oleh seorang Manager yang dibantu oleh staf. Struktur Organisasi
PT. PUSRI Palembang ditentukan oleh dewan direksi yang meliputi:
a) General Manager
36
b) Manager
c) Superintendent
d) Assitant Superintenden
e) Senior Foreman
f) Foreman
g) Koordinator Operator
h) Operator
37
Selain operator dan karyawan lapangan yang dibutuhkan selama 24 jam
sehingga jadwal kerjanya dibagi per-shift, terdapat pula karyawan non-shift untuk
pegawai administrasi dan jabatan setingkat kepala bagian keatas dengan jadwal
kerja:
a. Senin - Kamis : Pukul 07.30 – 16.30 WIB
b. Jum’at : Pukul 07.30 – 17.00 WIB
c. Sabtu - Minggu : Libur
38
BAB II
URAIAN PROSES
39
Tabel 2.1.Komposisi Gas Alam GMS Pertamina P-IB
No Parameter Kuantitas Satuan
1 CH4 84.57 % mol
2 C2H6 5.82 % mol
3 C3H8 1.34 % mol
4 i-C4H10 0.26 % mol
5 n- C4H10 0.30 % mol
6 i-C5H12 0.12 % mol
7 n- C5H12 0.08 % mol
8 C6H14 0.22 % mol
9 CO2 6.99 % mol
10 CO 0.00 % mol
11 Ar 0.00 % mol
12 N2 0.30 % mol
13 H2S 0.00 % mol
(Sumber: Pusat Kendali Operasi P-1B, 2017)
b. Air
Kebutuhan air pada PT Pusri diperoleh dari Sungai Musi, air yang
digunakan sebelumnya diproses terlebih dahulu. Proses ini bertujuan untuk
menghilangkan kation dan anion yang terdapat pada air, sehingga mempunyai
kemurnian H2O yang sangat tinggi atau disebut dengan demin water. Selain itu
proses ini juga bertujuan untuk mencegah kerusakan peralatan, seperti: corossion,
deposition, scalling dan lainnya.
40
Tabel 2.3.Sifat-Sifat Fisik Air
No Sifat Nilai
1 Titik didih 100oC
2 Titik beku 0oC
3 Temperatur kritis 374oC
4 Tekanan kritis 218,4 atm
5 Densitas kritis 324 kg/m3
6 Viskositas pada 200°C 0,01002 Poise
7 Panas laten peleburan 80 kal/gr
(Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book. 1996)
c. Udara
Udara pada pabrik ammonia dibutuhkan untuk reaksi oksidasi di Secondary
reformer, udara tersebut berasal dari lingkunganyang kemudian masuk ke dalam
kompresor.Kompresor digunakan dengan tujuan untuk menaikkan tekanan udara
agar udara dapat masuk ke dalam alat proses yang bertekanan tinggi. Kandungan
N2 dari udara sangat dibutuhkan dalam membentuk produk ammoniak.
Tabel 2.4.Sifat-Sifat Fisik Udara
No Sifat Nilai
1 Densitas pada 0oC 1,2928 kg/m3
2 Temperatur kritis -140,7oC
3 Takanan kritis 37,2 atm
4 Densitas kritis 350 kg/m3
5 Entalpi pada 120oC 1278 kJ/kg
6 Panas jenis pada 1000oC, 281, 65 K dan 0,89876 bar 0,28 kal/gr
7 Faktor kompresibilitas 1000
8 Berat molekul 28,964
9 Viskositas 1,76 E-5 Poise
10 Koefisien perpindahan panas 2,49 E- W/m.K
(Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book. 1996)
41
Adapun sifat kimia udara yaitu:
a. Mempunyai sifat yang tidak mudah terbakar, dan membantu proses
pembakaran.
b. Terdiri dari 79% mol N2 dan 21% mol O2.
42
dioksidasi menjadi oksida-oksida nitrogen, yang kemudian dapat dikonversi
menjadi nitrat dan garam-garam nitrat.
Tabel 2.6.Sifat-Sifat Fisik Amoniak
No Sifat Nilai
1. Titik didih -33,4oC
2. Titik beku -77,70oC
3. Temperatur kritis 133,25oC
4. Tekanan kritis 1657 psi
5. Tekanan uap cairan 8,5 atm
6. Spesifik volume pada 70oC 22,7 ft3/lb
7. Spesifik gravity pada 0oC 0,77
8. Panas pembentukan pada:
1oC -9,37 kkal/mol
25oC -11,04 kkal/mol
9. Kelarutan dalam air pada (atmosferik)
0oC 42,80 %wt
20oC 33,10 %wt
60oC 14,10 %wt
10. Panas spesifik pada 1 atm
0oC 0,5009
100oC 0,5317
200oC 0,5029
(Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book. 1996)
44
2. Reforming unit,
3. Purifikasi dan Metanasi,
4. Synthesis,
5. Pemurnian Poduk,
6. Purge Gas Recovery Unit,
45
Semua unsur yang terkandung di dalam gas alam yang tidak diinginkan
seperti H2S, CO2 dan R-S-R harus dipisahkan dari gas alam dengan cara sebagai
berikut:
a. Penyaringan (pemisahan partikel padat)
Pemisahan partikel padat dilakukan secara fisik dengan mengalirkan gas
melalui KO-Drum yang didalamnya terdapat demister. Gas alam dengan tekanan
kurang lebih 15,2 kg/cm2 masuk kedalam KO-Drum dan menabrak dinding
sehingga terjadi pemisahan antara gas, cairan, dan partikel padat secara gravitasi.
Cairan dan partikel padat akan turun sedangkan gas akan naik melalui demister.
Gas bebas CO2 keluar dari bagian atas absorber. Proses absorber diikuti dengan
proses stripping CO2 pada tekanan rendah di regenerator 202-E dengan reaksi
sebagai berikut :
CO2 yang dilepas dari rich benfield didinginkan pada cooler 204-C. Selanjutnya
gas CO2 dikirim sebagai bahan baku di pabrik urea.
Gas umpan yang keluar dari desulfurizer 102-D diharapkan kandungan senyawa
sulfur sekitar 0,1 ppm.
2.2.1.2 Reforming Unit
Tujuan dari tahap reforming ini adalah untuk menghasilkan gas sintesa (N2
dan H2) sebagai bahan baku pembuatan amoniak dan CO2 sebagai produk
samping. Unit ini terdiri dari :
a. Primary Reformer (101-B)
Primary reformer (101-B) berfungsi untuk menghasilkan H2 yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan amoniak. Setelah melalui saturator
tower, gas bebas sulfur dicampurkan dengan steam proses. Reaksi pada primary
reformer berjalan pada temperatur 821oC dan tekanan 37 kg/cm2 dengan
menggunakan bantuan katalis nikel oksida.
Reaksi yang terjadi adalah :
CH4 + H2O ↔ CO + 3H2 (endotermis)........................................................... (2.7)
Reaksi tersebut sangat endotermis sehingga memerlukan suplai panas dari luar,
yaitu dari pembakaran gas alam. Selain reaksi tersebut, terjadi juga reaksi
pergeseran (shift reaction) dari CO sebagai berikut :
CO + H2O ↔ CO2 + H2 (eksotermis) ........................................................... (2.8)
48
2H2 + O2 ↔2H2O+ kalor .................................................................................... (2.9)
49
keseimbangan (CO sudah rendah), reaksi dilaksanakan pada temperatur yang
lebih rendah untuk memanfaatkan kesetimbangan sehingga dicapai konversi CO2
yang lebih tinggi.
c. Metanasi
Gas proses yang keluar dari CO2Absorber yang masih mengandung CO dan
CO2 dengan kadar CO sebesar 0,35% dan CO2 sebesar 0,1% selanjutnya diubah
50
menjadi CH4 karena pada kondisi operasi dan konsentrasi tertentu, CO dan CO2
dapat bereaksi dengan NH3 yang menghasilkan ammonium carbamate, dimana
ammonium carbamate bersifat korosif, racun bagi katalis, dan dapat merusak
sudu-sudu turbin kompresor 103-J. Untuk itu dilakukan penghilangan senyawa
oksida karbon di Methanator (106-D) melalui reaksi metanasi, yaitu mengubah
CO dan CO2 menjadi CH4 dengan menggunakan katalis nikel (Ni) pada
temperatur 300-328oC. Adapun reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut:
CO + 3H2 ↔ CH4 + H2O + kalor………(2.15)
CO2 + 4H2↔CH4 + 2H2O + kalor………(2.16)
Kedua reaksi di atas adalah reaksi eksotermis, yang akan memberikan
kenaikan temperatur sebesar 72oC tiap %-mol CO dan 64oC tiap %-mol CO2.
Oleh karena itu, kandungan CO dan CO2 inlet Methanator dibatasi maksimal
0.5% agar tidak terjadi overheating akibat reaksi eksotermis yang terlalu besar.
Selanjutnya, gas sintesa keluar dari methanator dengan kandungan CO dan CO2<
10 ppm kemudian dikirim ke seksi Sintesa Amoniak(Synthesis Loop).
2.2.1.4 Synthesis
Proses ini merupakan tahap paling penting dalam pembuatan amoniak. Gas
sintesa yang telah mengandung H2 dan N2 bebas dari racun dan pengotor
direaksikan untuk membentuk NH3. Konversi gas sintesa menjadi amonia terjadi
di dalam amoniak synthesis converter yang berisikan kira – kira 77,1 m3 katalis
promoted iron. Reaksi berlangsung pada temperatur antara 454 - 482oC dan
tekanan 173 - 177 kg/cm2 (gauge). Reaksi yang terjadi adalah :
N2 + 3H2 ↔ 2 NH3 + kalor………(2.17)
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa perbandingan H2 terhadap N2secara
stoikeometri 3:1. Hal ini untuk mendapatkan persen konversi amoniak yang
optimal. Adapun konsentrasi amoniak di dalam gas yang keluar dari converter
adalah 17,2%mol.
2.2.1.5 Refigerant
Amoniak cair yang dipisahkan dari gas sintesa masih mengandung sejumlah
gas terlarut. Gas inert ini akan dipisahkan di seksi amoniak refrigerant dengan
51
cara mem-flash amoniak cair berulang-ulang dengan cara menurunkan tekanan di
setiap tingkat flash drum untuk melepaskan gas-gas terlarut. Kemudian produk
berupa amoniak cair terdiri menjadi dua jenis yaitu warmamoniak atau amoniak
panas dengan suhu 30oC untuk bahan baku urea dan coldamoniak atau amoniak
dingin dengan suhu -33oC yang akan disimpan di amoniakstorage tank.
53
Gambar 2.2.Blok diagram proses Urea
2.2.2.1 Sintesa
Tahap sintesa bertujuan untuk mensintesis urea melalui reaksi antara
amoniak dengan karbon dioksida di dalam reaktor urea. Selain rekator urea, pada
seksi ini terdapat beberapa komponen alat utama lain, yaitu stripper, carbamate
condenser 1 dan 2, dan scrubber. Amoniak (NH3) direaksikan dengan karbon
dioksida (CO2) di dalam reaktor urea. Reaksi yang terjadi adalah:
2NH3 + CO2↔NH2COONH4 + kalor………(2.18)
NH2COONH4↔NH2CONH2 + H2O - kalor………(2.19)
Disamping kedua reaksi di atas, selama sintesa terjadi reaksi samping
terbentuknya biuret dari penguraian urea. Reaksi samping tersebut adalah:
2NH2CONH2NH2CO↔NHCONH2 + NH3………(2.20)
54
Pada temperatur antara 135oC sampai dengan 190oC, Persamaan 2.18
berlangsung dengan kecepatan tinggi tanpa katalis jika tekanan sistem pada
temperatur tersebut lebih tinggi daripada tekanan dekomposisinya. Jika sistem
tidak mengandung air dan perbandingan umpannya sesuai, maka produk yang
akan dihasilkan dari persamaan 2.18 adalah ammonium carbamate. Adanya
excessamoniakakan memperbesar konversi CO2, tetapi masih perlu pemisahan
sisa amoniak dan aliran produk.
Pembentukan ammonium carbamate merupakan reaksi yang sangat
eksotermik, karenanya pemindahan panas dilakukan secara terus-menerus agar
temperatur tidak melebihi temperatur dekomposisinya. Pengontrolan temperatur
perlu dilakukan karena temperatur di bawah titik leleh ammonium carbamateakan
membentuk lapisan yang menempel pada dinding reactor,sedangkan jika
temperatur sistem di atas titik lelehnya, maka akan dihadapkan pada masalah
korosi.
Dehidrasi ammonium carbamate tidak berlangsung sampai selesai. Derajat
konversinya tergantung pada perbandingan mol NH3:CO2 dalam umpan reaktor,
temperatur, tekanan, dan waktu tinggal reaksi. Perbandingan NH3:CO2 dalam
umpan adalah 4:1. Adanya amoniak berlebih akan memperbesar derajat konversi
karena amoniak tersebut bertindak sebagai dehidrasi agent. Amoniakakan
menyerap air yang terbentuk sehingga mencegah reaksi balik dari urea. Kadar air
yang kecil akan menaikkan derajat konversi.
Selanjutnya persamaan 2.19 adalah reaksi endotermik lemah, karena panas
reaksi yang dibutuhkan jauh lebih kecil daripada panas reaksi yang dilepaskan
oleh persamaan 2.18. Kelebihan panas pada persamaan 2.18akan mempertinggi
konversi persamaan2.19 sehingga akan memperbesar laju pembentukan biuret
yang tidak dikehendaki. Kandungan biuret tidak dikehendaki karena mengurangi
produk urea danakanmenjadi racun bagi tanaman.
Pembentukan biuret dapat ditekan dengan adanya excessamoniak dan waktu
tinggal yang singkat. Penurunan tekanan akan mengurangi pembentukan
ammonium carbamate (memperkecil konversi CO2), sedangkan kenaikan tekanan
sangat berbahaya terhadap kekuatan dan ketahanan reaktor. Temperatur top
reaktor dijaga agar tetap pada 198°C maksimum 200°C. Temperatur rendah pada
55
reaktor dapatmenurunkan konversi ammonium carbamate. Tetapijika temperatur
melebihi 200°C, dinding reaktor akan terkorosi dengan cepat. Begitu juga tekanan
keseimbangan dan campuran reaksi didalam reaktor akannaik dari tekanan
semula.
Oleh karena itu, konversi CO2 turun jika temperatur dan tekanan reaktor
rendah serta perbandingan mol NH3:CO2 rendah. Selain itu, penurunan konversi
CO2 juga akanmemperbesar kandungan CO2 dalam larutan di High Pressure
Absorber Cooler. Jika kandungannya terlalu tinggi maka keseimbangan dalam
high pressure absorber akan hilang dan proses absorbsi akan terganggu. Lolosnya
CO2 bersama dengan NH3 dari top High Pressure Absorber (HPA) membentuk
ammonium carbamate padat yang akan menyumbat pipa dan merusak peralatan
dari carbonsteel.
56
Absorber. Sebagian kecil gas dari Scrubber diinjeksikan ke Falling Film Heater
dengan maksud untuk anti korosi dengan rate 2500 ppm sebagai udara.
Gas dari bagian atas HP Decomposer menuju ke HP Absorber dan larutan
di bagian bawah HP Decomposer mengandung sisa NH3 dan CO2 masing-masing
6% dan 2,5%-berat, dialirkan ke bagian atas LP Decomposer. Larutan urea
kemudian dialirkan dengan penurunan tekanan menjadi 2,3 kg/cm2 menuju ke LP
Decomposer, dan selanjutnya larutan dimurnikan sampai kandungan NH3 dan
CO2 nya masing-masing 0,7 dan 0,5%.
2.2.2.3 SeksiRecovery
Seksi recovery bertujuan untuk menyerap sisa gas NH3 dan CO2 yang keluar
dari seksi dekomposisi dengan menggunakan air dan larutan urea di dalam
absorber. Kandungan amoniak dan CO2 yang terserap didaur ulang/dikirim ke
reaktor urea. Pada seksi ini terdapat beberapa komponen alat utama, antara lain
high pressure absorber, low pressure absorber, dan washing column. Gas NH3
dan CO2 dari LPD dikondensasi dan diserap menggunakan larutan urea dan air di
low pressure absorber (LPA). Gas NH3 dan CO2 bereaksi membentuk ammonium
karbamat. Kondisi operasi di LPA dijaga pada tekanan 2 kg/cm2G dan temperatur
51°C. Kelarutan karbamat tergantung pada temperatur, jika konsentrasi karbamat
meningkat secara signifikan, maka karbamat akan mengendap sehingga dapat
menyebabkan kebuntuan pipa dan pompa. Oleh karena itu, konsentrasi gas CO2 di
dalam absorber harus selalu dikendalikan dengan menambahkan demin water ke
LPA sebagai tambahan media penyerap CO2. Kelarutan NH3 dan CO2 akan naik
pada tekanan yang lebih tinggi. Larutan dari LPA dialirkan ke sistem HPA.
Sistem HPA terdiri dari dua High Pressure Absorber A dan B dan sebuah
washing column. Gas amoniak dan CO2 dari HPD masuk ke HPA B lalu ke HPA
A. Sekitar 70 % gas akan terserap di HPA B, sedangkan sisanya diserap di HPA
A. HPA dioperasikan pada tekanan sedikit di bawah tekanan operasi HPD dengan
temperatur bagian atas HPA A dijaga pada 93°C dan temperatur bagian atas HPA
B dijaga pada 108°C. Gas yang keluar dari bagian atas HPA akan dimasukkan ke
dalam washing column yang terdiri atas dua bagian. Bagian bawah digunakan
untuk menyerap kandungan amoniak dan CO2 dengan menggunakan larutan yang
berasal dari LPA pada temperatur 67°C sedangkan bagian atas digunakan untuk
menyerap kandungan amoniak dan CO2 dengan menggunakan mother liquor dari
58
seksi kristalisasi pada temperatur 62°C. Larutan karbamat keluar dari HPA B
dikirim kembali ke scrubber dan carbamate condenser 1 dan 2 pada seksi sintesis.
61
c. Drying merupakan proses pengeringan granul dari moisture dengan
menggunakan udara sedangkan media pemanasnya menggunakan batuan
panas, pada proses ini menggunakan suhu 120oC dengan harapan agar
kandungan air dapat kurang dari 1,5%. Pada tahap drying menghasilkan hasil
samping berupa debu, debu ini jika tidak dihilangkan tentunya dapat
menghambat proses pengeringan, maka dari itu debu dihisap di cyclone yang
kemudian diteruskan lagi ke scrubber dan disiram menggunakan air, dengan
perlakuan ini akan menghasilkan udara bersih dan diharapkan partikulat
yang masih lolos masih berada dalam atau kurang dari nilai ambang batas.
Setelah dilakukan drying selanjutnya dilakukan pendinginan dengan cooler
menggunakan udara pada suhu 40oC.
d. Screening, pada tahap ini dilakukan 2 kali proses screening. Pada screening
pertama, syarat lolos partikel berukuran 4 ± 10 mesh, apabila ada yang tidak
lolos ayakan maka partikel oversized tersebut akan dikembalikan ke mix
agitator sehingga dapat dihancurkan lagi dan dimasukan lagi ke screen I.
Sementara partikel yang lolos screen pertama akan dilanjutkan ke screen
kedua.
e. Coating, merupakan tahap pelapisan produk dengan menggunakan coating
oil dengan tujuan untuk menekan efek higroskopis pada produk.
f. Bagging merupakan tahap finishing atau pengantongan dari pupuk NPK
sehingga siap dipasarkan
62
Gambar 2.3.Blok diagram proses NPK
Sumber : Departemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi PT Pusri, 2017
2.2.3 Produk
Pupuk urea dan amoniak merupakan produk utama dari PTPupuk
Sriwidjaja. Selain itu, pada dihasilkan pula produk samping berupa CO2 cair, dry
ice, N2 cair, gas N2, O2 cair, dan gas O2.
2.2.4.1 Produk Utama
Produk utama PTPUSRI adalah pupuk urea (prilled) dan amonia cair.
Amonia cair sebagai bahan bakupembuatan urea bersama CO2. Adapun kapasitas
produksi atau jumlah produk yang dihasilkan.
64
BAB III
UTILITAS
66
dilengkapi dengan mengaduk dengan kecepatan lambat agar pembentukan
flok berlangsung optimal.
4. Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai tempat pemisahan flok – flok yang terbentuk dan
siap mengendapkan kiriman dari flokulator. Proses pemisahan ini dilakukan
dengan cara pengendapan yang disertai dengan pengadukan yang
kecepatannya lebih rendah dari putaran di Flokulator.
5. Clear Well
Clear Well berfungsi sebagai penampung air kiriman dari clarifier sebelum
dipompakan ke unit Sand Filter.
6. Pompa Transfer Clearwell
Berfungsi untuk memompakan air dari Clear Well menuju sand filter.
7. Sand Filter
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran – kotoran halus yang
masih tertinggal dalam air bersih atau memperkecil turbidity sehingga
kurang dari 1,5 ppm.
8. Filter Water Storage Tank
Hasil seluruh pengolahan ditampung di FilteredWater Storage Tank dengan
kapasitas 14.130 m3. Dari tanki ini kemudian didistribusikan untuk:
a. Makeup pada Cooling Tower pabrik Ammonia dan Urea. Air Makeup
coolingtower ini nantinya digunakan sebagai pendingin.
b. Kebutuhan air minum di lingkungan PT Pusri Palembang.
c. Bahan baku pembuatan air demin.
67
(K+), Iron (Fe2+), Mangan (Mn2+), Aluminium (Al2+).
- Anion : Bicarbonat (HCO3-), Carbonat (CO32-), Sulfat (SO42-), Chlorida
(Cl-), Nitrat (NO3-), Silikat (SiO2-).
Proses pengolahan air demin adalah :
1. Carbon Filter
Filter water mengalir lewat atas dan melewati lapisan karbon di dalam
tangki dan keluar lewat bawah. Fungsi karbon filter untuk mengikat zat – zat
organik dan sisa klorin dari filter water, karena zat – zat tersebut dapat merusak
resin di unit berikutnya. Adanya steaming (pemanasan) untuk mengaktifkan
karbon aktif. Salah satu indikasi kehilangan daya serap adalah kehilangan
tekanan yang tinggi (tekanan melampaui 8 – 10 psig diatas tekanan operasi
normal). Sehingga harus dibersihkan dengan cara back wash, yaitu dengan cara
membalikkan arah aliran air. Tekanan inlet carbon filter adalah 6 kg/cm2. Tujuan
dari back wash untuk merenggangkan atau memuaikan media filter dan
melepaskan serta membuang kotoran tangki yang tertahan. Bila media carbon
filter ini sudah tidak mampu lagi menyerap klor atau zat – zat organik maka
harus diganti.
2. Cation Exchanger
Dari carbon filter, air dipompakan lewat atas cation exchanger dan keluar
lewat bawah setelah melewati lapisan resin cation exchanger, untuk menyerap
ion–ion positif seperti K+, Mg2+, Na+, dan SiO2+ dan melepaskan ion H+. Selama
demineralized, kation – kation akan diserap dari air dan melekat pada resin dan
resin akan melepaskan ion – ion hidrogennya dalam jumlah yang sama sebagai
pengganti kation – kation yang diserapnya.
3. Anion Exhanger
Air dari cation exchanger masuk ke bagian atas anion exchanger. Disini ion
-ion negatif dalam air seperti CO3-, HCO3-, SO42-, SO32-,NO3-,NO2-, Cl- dan SiO2-
akan bertukar dengan ion OH- dari resin anion. Diantara ion – ion tersebut Cl-,
SO42-dan SiO2- merupakan dominan yang harus dihilangkan, karena sangat
korosif. Pada anion exchanger digunakan resin anion yang rumus kimianya
adalah R4NOH.
4. Mixed Bed Exchanger
68
Air yang telah melewati kation dan anion exchanger masuk ke dalam mix
bed exchanger yang berisi kedua jenis resin (resin kation dan resin anion),
sehingga sisa-sisa ion yang lolos dari kedua exchanger tersebut dapat diserap
untuk mendapatkan air demin yang bebas mineral. Reaksi yang terjadi :
RH + ROH + C + H →RC + RH + H2O………
Proses regenerasi dilakukan jika resin jenuh. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan asam sulfat dan caustic soda sebagai chemical regeneran.
5. Demineralized Water Tank
Demin storage terbuat dari stainless steel yang merupakan tanki
penampungan demin water hasil proses demineralisasi.Yang selanjutnya dengan
bantuan pompa demin water dikirim sebagai make up di WHB, packageboiler,
deaerator ammonia plant dan sebagai air proses di urea plant.
Evaporasi
Hot Water, T= 42 oC
COOLER
PROSES
COOLING
TOWER
Make
Up
Mula-mula air panas sekitar 42 ºC yang berasal dari Ammonia Plant dan
Utilitas masuk ke bagian atas Cooling Tower lalu didinginkan dengan udara
69
sebagai media pedingin. Udara masuk dari samping kiri dan kanan Cooling
Tower. Aliran terjadi secara counter current. Pada Cooling Tower terjadilah
kontak antara udara dan air panas, kemudian terjadi perubahan panas laten
(sebagian air menguap) diikuti dengan perubahan panas sensible (temperatur air
turun dan temperatur udara naik). Udara panas dan air yang menguap dikeluarkan
oleh 5 setfan (dari bahan glass reinforced polister) yang digerakkan oleh motor
listrik, dimana fan yang dimaksud bersifat induced draft fan (menghisap udara).
Kapasitas Cooling Tower 15.000 m3/jam. Air dingin yang turun ditampung di
basin kemudian diinjeksikan dengan Cl2liquid sebagai desinfektan, Phospat
sebagai inhibitor korosi, Bromin sebagai desinfektan dan anti lumut, dan
dispersant untuk mengendalikan Phospat. Air dingin yang dihasilkan bersuhu
sekitar 32 °C.
Syarat utama efisiensi cooling water tergantung pada tepatnya dosisi bahan
kimia yang diinjeksi dan pemeriksaan secara kontinu terhadap air sirkulasi, untuk
mencegah terjadinya scale, korosi dan endapan lumpur pada permukaan alat
proses serta mencegah terbentuknya lumut dan ganggang oleh bakteri. Bahan-
bahan kimia yang diinjeksikan menurut fungsinya, diantaranya:
a. NaOH untuk mengatur pH yang didapatkan optimum (7,4-7,8)
b. Corration Inhibitor berfungsi untuk mencegah jangan sampai terjadi korosi
pada basin dan line-line yang dipakai untuk mendistribusikan cold water
tersebut, dengan cara membuat lapisan tahan korosi.
c. Dispersant berfungsi untuk mencegah endapan-endapan baik lumpur
maupun kerak.
d. Chlorine berfungsi untuk mencegah terbentuknya lumut atau sebagai
pembunuh lumut dan kuman.
e. Bromine berfungsi untuk mencegah korosi dari Cu/Ni.
f. Biocide berfungsi untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme.
Air untuk pengisian pertama dan untuk make-up diperoleh dari filter water
storage. Make-up filter water diperlakukan untuk mengimbangi akibat penguapan
(desain kurang 0,1%) dan tetesan air yang terbawa oleh isapan fan(+2,5%). Pada
bak dilengkapi dengan saringan. Setiap dua kali seminggu di blow down untuk
membuang kotoran yang terapung.
70
3.2 Kebutuhan Listrik
Untuk menunjang operasional pabrik PT Pusri yang beroperasi secara terus
menerus 24 jam sehari diperlukan supply listrik yang handal stabil dan kontinyu.
Dalam pengadaan tenaga listriknya PT PUSRI mempunyai pembangkit/distribusi
yang dikelola sendiri. Listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit (GTG) Pusri
dikonsumsi sendiri oleh pabrik Pusri (Total 35 MW). Listrik digunakan sebagai
sumber energi untuk:
a. Menggerakkan motor-motor listrik
b. Penerangan (lampu)
c. Peralatan kendali dan instrumentasi
d. Peralatan bengkel
e. Peralatan perkantoran
f. Dan peralatan-peralatan lainnya.
Sistem pembangkit Tenaga Listrik PT Pusri adalah sebagai berikut:
3.2.1 Pembangkit Utama
Pembangkit listrik utama di PT Pusri menggunakan Gas Turbin Generator
(GTG) yang melayani kebutuhan tenaga listrik untuk Pabrik, perbengkelan,
perkantoran, perumahan, dan lainnya. Bahan bakar GTG adalah gas alam dengan
spesifikasi 13,8 kV dan kapasitas/daya (desain) 15 MW. Sistem pembangkit listrik
GTG.
71
Alat-alat yang diperlukan pada unit GTG ini antara lain adalah: motor
listrik, kompresor udara, turbin, dan generator. Sumber penggerak mekanis untuk
memutar rotor serta generator berasal dari gas turbin. Prosesnya adalah sebagai
berikut: mula-mula dilakukan starting turbin sebagai penggerak awal kompresor
udara, dengan menggunakan natural gas sebagai bahan bakarnya. Jika daya
mekanik yang dihasilkan starting turbin sudah mencapai 3000 rpm, maka starting
turbin dimatikan dan suplai natural gas di starting turbin juga dihentikan.
Walaupun dimatikan, kompresor akan tetap bergerak. Udara yang masuk
kompresor terlebih dahulu di filter untuk menghilangkan gas-gas pengotor.
Sehingga udara yang masuk ke kompresor telah bersih.
Natural gas dan udara yang ditekan oleh kompresor udara dan busi (spark
plug) akan menimbulkan pembakaran di ruang bakar (Combustion Chamber).
Natural Gas sebelum masuk ruang bakar dipanaskan di Exchanger. Tujuan
pemanasan awal ini adalah untuk mengefisiensi pemakaian Natural Gas. Flowrate
Natural Gas yang masuk ke ruang bakar sebesar 1077 m3/hr. Di ruang bakar
dilengkapi nozzle. Nozzle ini akan menghembuskan gas panas dari ruang bakar.
Energi tekanan diubah menjadi energi kecepatan (mekanis) sehingga poros turbin
akan berputar dikarenakan sudu-sudu turbin bekerja. Proses turbin dikopel dengan
generator melalui reduction gear sehingga rotor dari generator akan berputar.
Putaran dari gas turbin adalah 5100 rpm dan besar putaran generator adalah 3000
rpm. Reduction gear berfungsi untuk menerunkan putaran, karena apabila putaran
yang masuk ke generator sebesar 5100 rpm tidaka akan sesuai dengan desain.
Induksi pada stator di generator akan menimbulkan tegangan yang dapat
menghasilkan listrik. Generator menghasilkan listrik sebesar 13,8 KV, 3 phase, 50
Hz dan 15 MW. Dan sebagian gas dari turbin masuk ke WHB untuk dimanfaatkan
kembali panasnya.
Pada Utilitas P–IB kapasitas GTG-nya adalah 15 MW, tetapi yang dipakai
hanya sekitar 7 - 8 MW. Dan sisa panas dari GTG dimanfaatkan untuk WHB
(Waste Heat Boiler). Di masing-masing pabrik juga dilengkapi emergency
generator yang akan beroperasi secara otomatis untuk mengantisipasi bila terjadi
total power failure.
72
3.2.2 Pembangkit Emergency
Selain listrik yang dibangkitkan oleh GTG induk, juga disediakan diesel
emergency generator yang berfungsi sebagai sumber listrik cadangan apabila
terjadi total failure. Emergency diesel generator bekerja secara otomatis, apabila
sumber listrik dari sumber normal hilang, transfer switch dari ATS secara
otomatis akan bekerja mengalihkan sumber listrik dari sumber normal ke sumber
darurat.
73
3.4 Steam
Steam (uap air bertekanan) di pabrik umumnya digunakan sebagai
penggerak turbin-turbin, untuk menghasilkan listrik dan uap tersebut akan
digunakan sebagai mediapemanas di heater atau Reboiler, dan media stripping.
Alat pembangkit steam disebut Boiler. Bahan baku pembuatan steam adalah air
bebas mineral (air demin). Steam yang dihasilkan oleh pabrik Utilitas umumnya
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Steam tekanan menengah (Medium Steam)
Tekanan : 42 kg/cm2
Temperatur : 390 ºC
Dihasilkan dari Boiler (WHB dan PB)
b. Steam tekanan rendah (Low Steam)
Tekanan : 3,5 kg/cm2
Temperatur : 150 ºC
Dihasilkan dari Let Down MS ke LS, Exhaust turbin (type back
pressure), Flash Drum.
74
6Fe2O3 + N2H4 4Fe3O4 + 2H2O + N2
Air Demin
Steam
LS Storage
N2H4 + O2 N2 + H2O
N2H4 + 6Fe2O3 4Fe3O4 + 2H2O + N2 PB
Pompa
BFW
75
pH : 9.6 – 10.2
Stack PO4 : 15 – 20 ppm
Cond : < 100 mhos/cm
Bypass Stack SiO2 < 0.50 ppm
PO4
Economizer BFW
Evaporator
Produk
Steam MS
42 kg/cm2
Superheater LS
BURNER
Gas Alam
76
WHB, hanya tidak menggunakan panas gas buang dari gas turbin generator
hitachi.
Panas hanya diperoleh dari pembakaran gas alam dan kebutuhan oksigen
didapat dari udara yang disuplai dengan Force Draft Fan (FD Fan) yang
digerakkan oleh turbin bertekanan 42,55 kg/cm2 dan pemicu api. Udara yang
dipakai dilebihkan 16-20% dari stochiometri reaksi kimianya. Excess udara ini
dimaksudkan agar gas alam terbakar sempurna. Indikasi terjadinya pembakaran
sempurna adalah gas buangan yang keluar dari cerobong Package Boiler
mengandung O2 2-3% dan 0% CO.
Keluaran Package Boiler diharapkan merupakan superheated steam, karena
bila saturated steam dialirkan dalam pipa dan terjadi penurunan temperatur,
saturated steam akan berubah menjadi air yang dapat mengakibatkan korosi pada
pipa. Api terjadi di pemicu api yang letaknya di dekat superheated tube. Jadi,
daerah dekat superheated tube lebih panas daripada Boiler tube.
Arah aliran panas yang terjadi adalah api yang terjadi di burner
menghasilkan panas yang aliran panasnya kemudian menabrak superheated tube
sehingga aliran panas berbalik menuju ke sisi letak burner yang berarti panas itu
memanasi Boiler tube. Sedangkan sisa panas bergerak keatas Package Boiler dan
memanasi economizer tube.
Stack
BFW
Economizer pH : 9.6 – 10.2
PO4 : 15 – 20 ppm Produk
Gas Alam Cond : < 100 mhos/cm Steam MS
SiO2 < 0.50 ppm 42 kg/cm2
Flash Drum
Burner Evaporator
F.D. Fan
Superheater
T
Udara
4.1 Ammonia
Spesifikasi peralatan utama di unit produksi ammonia khususnya pada Pabrik
Pusri-IV, yaitu :
4.1.1 Feed Treating Unit
a. Absorber
Nama alat : 1-201-E
Total Weight : 27.8 ton
Capacity : 5.2 m2
Total High : 28.95 m
I.D : 1.5m
O.D : 1.59 m
Total berat shell : 20.88 ton
Temperatur Operasi : 95. 6˚C
Tekanan Operasi : 13.4 kg/cm2
b. KO drum
Nama alat : 116-F
Tipe : vessel
Material : Carbon Steel
Posisi : vertical
Dimensi : - diameter : 1676 mm
- panjang total : 3353 mm
- tebal shell : 18 mm
- tebal head atas : 18 mm
- tebal head bawah : 18 mm
Kapasitas : 21.413,2 kg/cm2
Temperature operasi : 54.4 ˚C
80
Dimensi : - diameter : 4267 mm
- panjang total : 499072 mm
- tebal shell : 14,28 mm
- tebal head atas : 12,70 mm
- tebal head bawah : 18,95 mm
Temperatur operasi :148,8˚C
Tekanan operasi : 2,4 kg/cm2
Kapasitas : 104.607, 21 m3/ jam
b. Shift Converter
Nama alat : 104-D
Tipe : vessel
Pembuat : Toyo Engineering Corp, Japan
Material : carbon steel
Fungsi : mengubah CO menjadi CO2
Posisi : vertical
1. High Temperatur Shift Converter
Dimensi : - diameter : 3886 mm
- panjang total : 5715 mm
- tebal shell : 60 mm
- tebal head : 68 mm
Temperatur operasi :482˚C
Tekanan operasi : 34,1 kg/cm2
2. Low Temperatur Shift Converter
Dimensi : - diameter : 3886 mm
- panjang total : 5715 mm
- tebal shell : 60 mm
- tebal head : 68 mm
Temperatur operasi :302˚C
Tekanan operasi : 34,1 kg/cm2
Kapasitas : 165,782 m3/jam
81
4.1.4 Sintesa Unit
a. Ammonia Converter
Nama alat : 105-D
Tipe : vessel
Pembuat : Toyo Engineering Corp, Japan
Material : carbon steel
Fungsi : mensintesa gas ammonia
Posisi : vertical
Dimensi : - diameter : 3188 mm
- panjang total : 13.716 mm
- tebal shell : 166 mm
- tebal head : 188 mm
Temperatur operasi : 315˚C
Tekanan operasi : 146.2 kg/cm2
Kapasitas : 224.860, 91 m3/ jam
b. Purge separator
Nama alat : 108-F
Tipe : vessel
Pembuat : Toyo Engineering Corp, Japan
Material : carbon steel
Fungsi : membuang gas inertdarisintesa loop
Posisi : vertical
Dimensi : - diameter : 324,4 mm
- tebal shell : 40,5 mm
- tebal head : 48,0 mm
Temperaturoperasi : -23˚C
Tekananoperasi : 153,6 kg/cm2
Kapasitas : 24.383,4 m3/ jam
82
Nama alat : 110-F
Tipe : vessel
Pembuat : Toyo Engineering Corp, Japan
Material : carbon steel
Fungsi : mendinginkan dan memurnikan ammonia
Posisi : horizontal
Dimensi : - diameter : 2134 mm
- panjang total : 5486 mm
- tebalshell : 11 mm
- tebalhead : 11 mm
Temperatur operasi :13˚C
Tekanan operasi : 7 kg/cm2
Kapasitas : 42.843,87 m3/ jam
b. Primary Ammonia Separator
Nama alat : 110-F
Tipe : vessel
Pembuat : Toyo Engineering Corp, Japan
Material : carbon steel
Fungsi : memurnikan ammonia
Posisi : horizontal
Dimensi : - diameter : 324,4 mm
- panjang total : 4573 mm
- tebal shell : 15 mm
- tebal head : 16 mm
Temperatur operasi : -33˚C
Tekanan operasi : 19 kg/cm2
Kapasitas : 42.616,31 m3/ jam
4.2 Urea
Spesifikasi peralatan utama di unit produksi urea khususnya pada Pabrik
Pusri-IV, yaitu :
83
4.2.1 Unit Sintesa Urea
a. Reaktor
Nama Alat : DC- 101
Fungsi : untukmereaksikan NH3,dan CO2
Tipe : SilinderTegak
Dimensi
- Diameter : 2.170mm
- Panjang total : 34.815 mm
- Tebal shell : 153 mm
- Tebal head : 125 mm
- Jumlah tray : 12 buah
- Jumlah lubang tray 1-3 : 725 buah
- Jumlah lubang tray 4-8 : 1450 buah
- Jumlah lubang tray 9-12 : 2175 buah
Tahun pembuatan : 1993
Material : carbon steel
Dimensi (IDxTinggi) : (2550x28000) mm
Tekanan Operasi : 184 kg/cm2
Temperatur Operasi : 220˚C
Korosi diperbolehkan : 2,3 mm
b. Stripper
Nama Alat : DA- 101
Fungsi : pemisahCO2 dengan menggunakan larutan
benfield
KondisiOperasi : Shell tubes
Tipe : vessel spesial
Tahunpembuatan : 1993
Material : Alloy dan Carbon steel
Tekanan Operasi in/out : 25/175 kg/cm2
TemperaturOperasi in/out : 214/190˚C
c. CO2 Compressor
Nama Alat : GB- 101
84
Fungsi : menaikkan tekanan gas CO2:
Kapasitas : 15.940 Nm3/jam
Tipe : reciprocating
Power : 130 Kw
Fluida Co2 : 98%
Gas inert : 2%
Tahun pembuatan : 1993
Kondisi suction
- Tekanan in/out : 30,5/261 kg/cm2
- Temperatur in/out : 42/123˚C
85
Kondisi Operasi : Shell tubes
Tipe : rasching ring (silinder vertical)
Dimensi
- Diameter : 2000 mm
- Panjang total : 13200 mm
- Tipe head : ellips 2:1
Tahun pembuatan : 1993
Tekanan Operasi : 2,3 kg/cm2
Temperatur Operasi : 119˚C
Korosi allowance : 1 mm
c. Gas Separator
Nama Alat : DA- 203
Fungsi : Memisahkan sisa NH3 dan CO2 yang
terlarut dalam larutan urea
Posisi : vertical
Material : carbon steel
Dimensi
- Diameter : 1700 mm
- Panjang total : 13200 mm
- Tebal : 6mm
Tahun pembuatan : 1993
Tekanan Operasi : 0,3 kg/cm2
Temperatur Operasi : 109˚C
86
- Hot water : 389
- Cold water : 148
Diameter
- Slurry : 25,4 mm
- Hot water : 25,4 mm
- Cold water : 25,4 mm
Tebal tube
- Slurry : 2 mm
- Hot water : 2 mm
- Cold water : 2 mm
88
- Shell : 60˚C
- Tube : 143˚C
Tekanan operasi
- Shell : atmosfer
- Tube : 3 kg/cm2G
c. Prilling Tower
Nama alat : TA-301
Fungsi : pembentukan Kristal urea
Dimensi
- Diameter : 800 mm
- Tinggi : 600 mm
Temperaatur operasi : 120˚C
Tekanan operasi : 250 mmHg
Bahan konstruksi : beton
4.3 Utilitas
Spesifikasi peralatan utama di unit utilitas khususnya pada Pabrik Pusri-IV,
yaitu :
89
Cond : < 100 ppm
b. Carbon Filter
Jumlah : 4 unit
Kapasitas : 45,42 m3/jam
c. Anion
Jumlah : 3 unit
Kapasitas : 90,84 m3/jam/unit
Normal : 2 unit
d. Kation
Jumlah : 3 unit
Kapasitas : 90,84 m3/jam/unit
Normal : 2 unit
e. Mix Bed
Kapasitas : 90,84 m3/jam/unit
Normal : 2 unit
Cond : < 0,25 Mmhos
SiO2 :0
f. DeminTank
Kapasitas : - 1.800 m3/pabrik
- 123 m3/meter
90
- Sirkulasi Air : 15,897 m3/jam
- Temperatur : inlet : 46,1 0C, outlet : 32,2 0C
bola basah : 28 0C
- Evaporasi : 318 m3/jam
- Beban Kalor : 221 juta Kkal/jam
- Suspended Solid : <10 ppm
- Turbidity : <10 ppm
91
- LGP : Low (NG) Gas Pressure
Setting = 20 Psig = 1,4 kg/cm2G
- HGP : High (NG) Gas Pressure
Setting = 48 Psig = 3,3 kg/cm2G
:
- ESP ExcessSteam (Drum) Pressure
Setting = 675 Psig
92
- Gas Turbine Fuel : 240.000 SCF/hr
- Gas Turbine Fuel Pressure : 15,12 kg/cm2 (215 Psig) max
- Gas Turbine Starter (Gas) : 14,06 kg/cm2 (200 Psig) min
- Gas Turbine Exhaust Temp : Max : 975 0F, Min : 965 0F
93
BAB V
TUGAS KHUSUS
5.1 Judul
Menghitung Kinerja Methanator (106-D) ditinjau dari konversi CO dan CO2
dan Menghitung Efisiensi Thermal Methanator (106-D)
94
5.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung banyaknya CO dan CO2 yang terkonversi menjadi CH4
2. Menghitung efisiensi panas pada methanator (106-D)
5.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi industri, pihak industri dapat dijadikan informasi Kepada Bagian Operasi
Amoniak Pusri-IV mengenai kinerja methanator (106-D)
2. Bagi Politeknik Negeri Sriwijaya dan Mahasiswa, laporan ini juga dapat
dijadikan untuk menambah wawasan dan sebagai tinjauan pustaka tentang unit
methanator (106-D)
95
reaksi yang mengubah gas CO dan CO2 yang tersisa denga ga hidrogen (H2)
sehingga akan terbentuk gas metana (CH4)
Gas CO dan CO2 merupakan gas yang dapat meracuni katalis dalam proses
pembentukan sintesa ammonia karena bersifat racun. Sedangkan, gas metana yang
akan terbentuk dalam proses pembentukan ammonia bersifat innert. Selain itu, gas
metana yang akan terbentuk dapat digunakan kembali sebagai bahan baku atau
bahan bakar proses.
Reaksi metanasi pada umummya berlangsung pada tekanan 30 atm dan
temperatur gfeed 300oC. Persamaan reaksi yang terjadi pada reaksi mehanasi
terdiri dari dua jenis, yaitu reaksi utama dan reaksi samping. Reaksi utama
maupun reaksi samping tersebut adalah sebagai berikut:
Reaksi Utama
CO(g) + 3H2(g) CH4(g) + H2O(g) + Q
CO2(g) + 4H2(g) CH4(g) + 2H2O(g) + Q
Reaksi Samping
CO(g) + H2O(v) CO2(g) + H2(g)
96
2. Menghitung neraca massa
3. Menghitung nilai konversi CO dan CO2
4. Menghitung neraca panas
5.8 Pembahasan
Methanator (106-D) merupakan salah satu peralatan utama yang
digunakan pada unit ammonia. Methanator (106-D) bekerja berdasarkan proses
metanasi. Reaksi ini merupakan reaksi konversi gas CO dan CO2 yang tersisa
dengan gas hidrogen (H2) sehingga akan terbentuk gas metana (CH4).
Reaksi metanasi berlangsung secara eksotermis dan terjadi pada tahap
pemurnian gas sintesis yang dikatalisis oleh katalis NiO, yaitu :
CO(g) + 3 H2(g) CH4(g) + H2O(g) + Q
CO2(g) + 4 H2(g) CH4(g) + 2 H2O(g) + Q
Gas metana yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan baku atau bahan
bakar proses. Sehingga diperlukan control terhadap komposisi gas masuk
methanator karena peningkatan komposisi gas masuk dapat menyebabkan
penurunan konversi CO dan CO2 serta kenaikan temperatur yang akan
menurunkan kalor yang diserap dari methanator (106-D). Desain konversi CO
yang ada di dalam methanator (106-D) ialah sebesar l00%.
konversi CO yang terjadi di dalam methanator (106-D) berjalan dengan
baik dan stabil. Konversi CO yang hampir 100% ini disebabkan karena katalis
NiO bekerja dengan sangat baik sehingga reaksi pun berjalan sempurna itulah
yang membuat CO habis terkonversi menjadi CH4 sehingga sesuai dengan harapan
desain.
Konversi CO2 yang terjadi di dalam methanator (106-D) selalu naik
seiring berjalannya waktu, namun ada penurunan hal ini dikarenakan adanya
kenaikan komposisi gas CO2 masuk methanator sehingga reaksi pun tidak
berjalan dengan baik. Dari hasil perhitungan bahwa konversi CO2 yang terjadi
di dalam methanator (106-D) adalah hampir 100%.
Efisiensi alat methanotor (106-D) mengalami kenaikan dan jika ditinjau
dari besarnya CO2 yang terkonversi menjadi metana, efisiensi panas pada
methanator (106-D) akan semakin menaik, hal ini dikarenakan semakin besarCO2
97
yang terkonversi menjadi metana maka semakin banyak panas yang dilepas dari
reaksi eksotermisnya.
98
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari tugas khusus ini dapat disimpulkan bahwa :
6.2 Saran
Setelah dianalisis dari hasil perhitungan dan permasalahan yang terjadi
pada methanator (106-D) PUSRI-IV di unit ammonia, penulis dapat memberikan
saran demi kelancaran proses produksi yakni sebagai berikut:
Untuk mempertahankan kinerja methanator (106-D) sebaiknya
diperhatikan variabel proses seperti komposisi gas umpan, beda temperatur
dan tekanan kondisi reaktor, serta umur katalis agar penurunan konversi
CO dan CO2 dapat diminimalisir sehingga terjadi peningkatan konversi
produk (CH4) dan efisiensi panas pada alat methanator (106-D).
99
DAFTAR PUSTAKA
Hougen, Olaf dkk. 1943. Chemical Process Priciples Material Energy Balances
Part I. Japan. Modern Asia Edition
100