Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Pada tahun 1792, Alexander Volta seorang fisikawan Italia menemukan
listrik. Penemuan tersebut mengilhami berbagai temuan dalam bidang kelistrikan
berikutnya seperti penemuan lampu pijar oleh Thomas Alfa Edison, Michael
Faraday, James Watt dan lain-lain.Saat ini, listrik merupakan salah satu kebutuhan
utama kehidupan modern dan ketersediaannya dalam jumlah dan mutu yang
cukup, menjadi syarat bagi suatu masyarakat yang memiliki taraf kehidupan yang
baik dan perkembangan industri yang maju. Kebutuhan masyarakat akan energi
listrik sudah mencapai taraf adictif (ketergantungan), sehingga bisa dikatakan
listrik juga termasuk kebutuhan primer manusia selain sandang, pangan dan
papan. Kebutuhan manusia terhadap listrik yang semakin meningkat setiap
harinya membuat pihak terkait perlu memikirkan pembangkittenaga listrik. Ada
bermacam-macam jenis pembangkit tenaga listrik, jenisnya tergantungdari
medium kerjanya. Secara umum, klasifikasi sumber energi untuk pembangkit
listrik dibagi dua, yaitu : 1. Sumber energi tak terbarukan, artinya energi ini
mempunyai jumlah yang terbatas dan untuk proses penyediaannya diperlukan
waktu yang sangat lama, hingga berjuta-juta tahun. Biasanya sumber energi ini
berupa fosil, minyak bumi, gas dan lain-lain. 2. Sumber energi terbarukan, artinya
energi ini mempunyai jumlah yang sangat banyak. Adapun contoh energi ini ialah
air, udara, dan panas matahari. Saat ini, tengah tengah diupayakan sumber energi
alternatif, seperti Nuklir, Biomassa, mikrohidro, angin, dan lain-lain. Sejarah
tenaga listrik komersial berawal pada bulan Januari 1882 di London, disusul di
New York City pada bulan September 1882. Di Indonesia, penyediaan tenaga
listrik diawali dengan selesainya dibangun pusat tenaga listrik di Gambir, Jakarta
pada bulan Mei 1897, kemudian disusul oleh kota-kota besar lainnya. Makassar
adalah ibukota provinsi Sulawesi Selatan merupakan kota yang industrinya tengah
berkembang pesat di Kawasan Timur Indonesia. Ketersediaan energi listrik
merupakan salah satu kunci penunjang perkembangan tersebut. Berkembangnya
wacana akan terjadi krisis energi listrik di Sulawesi Selatan yang disebabkan
keterbatasan daya membuat banyak pihak harus berkerja sama untuk
mengantisipasi masalah ini. Pembangkit Listrik yang mampu menghasilkan energi
listrik dalam jumlah yang besar adalah solusi dari permasalahan tersebut. Salah
satunya adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan uap
untuk memutar turbinnya yang akan menggerakkan generator dan akhirnya
menghasilkan listrik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Uap ?
2. Bagaimana prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap ?
3. Bagaimana prinsip dari siklus Rankine ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Uap
2. Mengetahuiprinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap
3. Mengetahui prinsip dari siklus Rankine
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Siklus Rankine


Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas
menjadi kerja. Panas disuplai secara eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya
menggunakan air sebagai fluida yang bergerak. Siklus ini menghasilkan 80% dari
seluruh energi listrik yang dihasilkan di seluruh dunia. Siklus ini dinamai untuk
mengenang ilmuwan Skotlandia, William John Maqcuorn Rankine.
Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap panas yang secara umum
ditemukan di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama untuk siklus Rankine
adalah batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir, dan panas matahari.
Siklus Rankine kadang-kadang diaplikasikan sebagai siklus Carnot,
terutama dalam menghitung efisiensi. Perbedaannya hanyalah siklus ini
menggunakan fluida yang bertekanan, bukan gas. Efisiensi siklus Rankine
biasanya dibatasi oleh fluidanya. Tanpa tekanan yang mengarah pada keadaan
super kritis, range temperatur akan cukup kecil. Uap memasuki turbin pada
temperatur 565 oC (batas ketahanan stainless steel) dan kondenser bertemperatur
sekitar 30 oC. Hal ini memberikan efisiensi Carnot secara teoritis sebesar 63%,
namun kenyataannya efisiensi pada pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar
42%.

FluidapadaSiklusRankinemengikutialirantertutupdandigunakansecarakon

stan.Berbagaijenisfluidadapatdigunakanpadasiklusini, namun air

dipilihkarenaberbagaikarakteristikfisikadankimia, sepertitidakberacun,

terdapatdalamjumlahbesar, danmurah.

Sistem siklus Rankine terdiri atas empat komponen, yaitu:

1. Pompa
2. Boiler
3. Turbin
4. Kondenser

Dalam siklus Rankine yang sebenarnya, kompresi oleh pompa dan


ekspansi dalam turbin tidak isentropic,dengan kata lain proses ini tidak bolak-
balik dan entropi meningkat selama proses. Hal ini meningkatkan tenaga yang
dibutuhkan oleh pompa dan mengurangi energi yang dihasilkan oleh turbin.
Secara khusus, efisiensi turbin akan dibatasi oleh terbentuknya titik-titik air
selama ekspansi ke turbin akibat kondensasi. Titik-titik air ini menyerang turbin,
menyebabkan erosi dan korosi, mengurangi usia turbin dan efisiensi turbin. Cara
termudah dalam menangani hal ini adalah dengan memanaskannya pada
temperatur yang sangat tinggi.
Efisiensi termodinamika bisa didapatkan dengan meningkatkan
temperatur input dari siklus. Terdapat beberapa cara dalam meningkatkan efisiensi
siklus Rankine. Siklus Rankine dengan pemanasan ulang, dalam siklus ini dua
turbin bekerja secara bergantian. Yang pertama menerima uap dari boiler pada
tekanan tinggi, Setelah uap melalui turbin pertama, uap akan masuk ke boiler dan
dipanaskan ulang sebelum memasuki turbin kedua, yang bertekanan lebih rendah.
Manfaat yang bisa didapatkan diantaranya mencegah uap berkondensasi selama
ekspansi yang bisa mengakibatkan kerusakan turbin, dan meningkatkan efisiensi
turbin.
Siklus Rankine regeneratif

Konsepnya hampir sama seperti konsep pemanasan ulang. Yang


membedakannya adalah uap yang telah melewati turbin kedua dan kondenser
akan bercampur dengan sebagian uap yang belum melewati turbin kedua.
Pencampuran terjadi dalam tekanan yang sama dan mengakibatkan pencampuran
temperature, hal ini akan mengefisiensikan pemanasan primer.
Siklus Rankine Organik

Siklus Rankine Organik menggunakan fluida organik seperti n-pentana


atau toluena menggantikan air dan uap. Penggunaan kedua jenis fluida tersebut
akan mengurangi suplai panas yang dibutuhkan karena rendahnya titik didih dari
kedua jenis fluida tersebut sehingga energi matahari sudah cukup untuk mengubah
fase fluida tersebut. Meski efisiensi Carnot akan berkurang, namun pengumpulan
panas yang dilakukan pada temperatur rendah akan mengurangi banyak biaya
operasional.
Siklus Rankine sesungguhnya tidak membatasi fluida jenis apa yang
digunakan karena pada dasarnya siklus Rankine adalah mesin kalor sehingga
efisiensinya dihitung berdasarkan efisiensi Carnot. Konsepnya tidak boleh
dipisahkan dengan siklus termodinamika

1. Proses SiklusRankine

Siklus Rankine merupakan siklus ideal untuk siklus tenaga uap. Seperti
halnya pada siklus Brayton, pada siklus Rankine juga terdapat proses kompresi
isentropik, penambahan panas isobarik, ekspansi isentropik, dan pelepasan panas
isobarik. Perbedaan antar keduanya terletak pada fluida kerja yang digunakan,
Siklus Rankine fluida kerjanya adalah dua fase fluida, yaitu cair (liquid) dan uap
(vapor), sedangkan siklus Brayton merupakan siklus tenaga gas.
Pada siklus tenaga uap Rankine, fluida yang umum digunakan adalah air,
sedangkan fluida kerja lainnya adalah potassium, sodium, rubidium, ammonia dan
senyawa karbon aromatik. Merkuri juga pernah digunakan sebagai fluida kerja
siklus Rankine, hanya saja harganya sangat mahal dan berbahaya

Gambar 2.1. Skema Peralatan pada Siklus Rankine

Sumber : http://montaraventures.com

Proses 1-2 : Fluida kerja (misalnya air) dipompa dari tekanan rendah ke tekanan
tinggi. Pada tahap ini fluida kerja berfase cair sehingga hanya
membutuhkan energi yang relatif kecil untuk proses pemompaan.

Proses 2-3 : Air bertekanan tinggi memasuki boiler untuk dipanaskan. Di sini air
berubah fase menjadi uap jenuh. Proses ini berlangsung pada
tekanan konstan.

Proses 3-4: Uap jenuh berekspansi pada turbin sehingga menghasilkan kerja
berupa putaran turbin. Proses ini menyebabkan penurunan
temperatur dan tekanan uap, sehingga pada suhu turbin tingkat akhir
kondensasi titik air mulai terjadi.

Proses 4-1: Uap basah memasuki kondenser dan didinginkan sehingga semua uap
berubah menjadi fase cair. Air dipompakan kembali (Proses 1-2)

Besarnya kerja yang dibutuhkan pompa, panas yang diberikan boiler,


kerja yang dihasilkan turbin dan panas yang dibuang pada Kondenser dapat
diperhitungkan dengan bantuan tabel Enthalpy-entropy air-uap air.
Gambar 2.2. Contoh T-s diagram Siklus Rankine

SIKLUS RANKIE IDEAL


Jika fluida kerja mengalir melalui berbagai komponen dari sebuah siklus
tenaga uap sederhana tanpa ireversibilitas, penurunan tekanan secara fraksional
tidak akan terjadi pada boiler dan Kondenser, fluida kerja mengalir melalui
komponen komponen ini pada tekanan konstan. Selain itu dengan tidak adanya
ireversibilitas dan perpindahan kalor dengan lingkungan sekitar, proses yang
terjadi melalui turbin dan pompa adalah isentropic (s=konstan), maka siklus ini
disebut siklus Rankine ideal. Mengacu pada gambar dibawah ini , terlihat fluida
kerja melewati urutan proses yang reversible secara internal sebagai berikut:

Gambar 2.3. Diagram temperatur-entropiuntuksiklusRankine ideal

Sumber : Moran,Michael j, 2004


proses 1-2 : Ekspansi isentropik (s = konstan) dari fluida kerja melalui turbin dan
uap jenuh pada kondisi 1 hingga mencapai tekanan kondenser.

proses 2-3 : Perpindahan kalor dari fluida kerja ketika mengalir pada tekanan
konstan melalui kondenser dengan cairan jenuh pada kondisi 3.

proses 3-4 : Kompresi isentropic (s=konstan) dalam pompa menuju ke kondisi 4


dalam daerah hasil kompresi.

proses 4-5 : Perpindahan kalor ke fluida kerja ketika mengalir pada tekanan
konstan melalui boiler untuk menyelesaikan siklus.

2.2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah suatu sistem pembangkit thermal
dengan menggunakan uap air sebagai fluida kerjanya, yaitu dengan memanfaatkan
energi kinetik uap untuk menggerakan poros sudu-sudu turbin. Pada prinsipnya
pengertian memproduksi listrik dengan sistem tenaga uap adalah dengan
mengambil energi panas yang terkandung di dalam bahan bakar batubara yang
terbakar didalam boiler, untuk produksi uap kemudian dipindahkan ke dalam
turbin, kemudian turbin tersebut akan merubah energi panas yang diterima
menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak putar. Dari gerakan putar ini
kemudian seporos dengan generator yang akhirnya dapat menghasilkan listrik.
Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :
1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk
uap bertekanan dan temperatur tinggi
2. Energi panas (uap) diubah menjadi enrgi mekanik dalam bentuk putaran.
3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
Dari perpindahan energi-energi diatas proses yang terjadi dengan peralatan-
peralatan yang ada kaitannya dengan aliran, tekanan, dan temperatur yang tinggi
serta proses-proses kimia yang tidak bisa dihindarkan.Karena material dari
peralatan mempunyai keterbatasan kemampuan maka diperlukan pola
pengoperasian serta monitoring yang teliti dan hati-hati secara terus menerus
sehingga keandalan dan effisiensi dapat dipertahankan.
Dalam perubahan energi di berbagai komponen utama PLTU memerlukan
perantara yang disebut fluida kerja. Fluida yang dimaksud dalam proses tersebut
adalah air yang dimana digunakan sebagai perantara yang akan mengalir melintasi
beberapa komponen utama PLTU dalam suatu siklus tertutup.
Fluida kerja akan mengalami perubahan wujud saat melintasi siklus tertutup
tersebut, yaitu dari air menjadi uap dan akan kembali lagi menjadi air, karena itu
siklus fluida kerja dapat dipisahkan menjadi tiga sistem, yaitu sistem uap, sistem
air kondensat dan sistem air pengisi.
Untuk analisis termodinamika keseluruhan instalasi dibagi 4 bagian besar yang
diberi tanda huruf A sampai D. A tempat terjadinya konversi energi panas ke
kerja, B memasok energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air yang mengalir
melalui Boiler. Uap yang dihasilkan Boiler dialirkan ke Turbin, di mana uap
mengalami proses ekspansi untuk menurunkan tekanan, poros Turbin
dihubungkan ke generator listrik (D), uap meninggalkan turbin menuju ke
kondenser dan terkondensasi (C), air pendingin dikirim ke menara pendingin,
dimana energi yang diserap oleh kondenser dibuang ke atmosfer, air pendingin
kemudian disirkulasikan kembali melalui kondenser.

Gambar 1. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Uap


(Sumber : Fundamentals of Engineering Thermodynamics Handbook, Micheal J. Moran)

2.2 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Steam yang dibangkitkaniniberasaldariperubahanfaseair yang
beradaakibatmendapatkanenergipanasdarihasilpembakaranbahanbakar.
Secaragarisbesarsistempembangkitlistriktenagauapterdiridaribeberapaperalatanuta
madi antaranya: boiler, turbin, generator, dankondensor.

1. Turbin
Uap dari boiler pada kondisi 1 (gambar 2), yang berada pada temperature dan
tekanan yang sudah dinaikkan berekspansi di dalam turbin untuk menghasilkan
kerja dan kemudian didinginkan dikondenser pada kondisi 2 dengan tekanan yang
relatif rendah. Dengan mengabaikan perpindahan kalor dengan sekelilingnya,
kesetimbangan laju energi dan massa untuk volume atur di sekitar turbin pada
kondisi tunak.
𝑊𝑡
= ℎ1 − ℎ2
𝑚̇
2. Kondensor
Dalam kondenser terjadi perpindahan kalor dari uap ke air pendingin yang mengalir
dalam aliran yang terpisah. Uap terkondensasi dan temperature air pendingin
meningkat. Pada keadaan tunak, kesetimbangan laju massa dan energi untuk volume
atur dari penukaran kalor.
𝑄𝑜𝑢𝑡
= ℎ2 − ℎ3
𝑚̇

Gambar 2. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap


(Sumber : Fundamentals of Engineering Thermodynamics Handbook, Micheal J. Moran)

3. Pompa
Kondensat cair yang meninggalkan kondenser di kondisi 3 dipompa dari kondenser
ke dalam boiler yang bertekanan lebih tinggi, dengan menggunakan volume atur dan
mengasumsi tidak ada perpindahan kalor dengan sekitarnya.
𝑊𝑝
= ℎ4 − ℎ3
𝑚̇

4. Boiler
Fluida kerja yang meninggalkan pompa pada kondisi 4 disebut air pengisian,
dipanaskan sampai jenuh dan diuapkan di dalam boiler, dengan menggunakan
volume atur dari kondisi 4 ke kondisi 1, kesetimbangan masa dan energi.
𝑄𝑖𝑛
= ℎ1 − ℎ4
𝑚̇

Parameter Kerja
Efisiensi termal mengukur seberapa banyak energi yang masuk ke dalam
fluida kerja melalui boiler yang dikonversi menjadi keluaran kerja netto
merupakan efisiensi termal.

𝑊𝑡 𝑊𝑝
− (ℎ1−ℎ2)−(ℎ4−ℎ3)
η= 𝑚̇
𝑄𝑖𝑛
𝑚̇
= ℎ1−ℎ4
𝑚̇

2.3 Siklus Rankine

Jika fluida kerja mengalir melalui berbagai komponen dari sebuah siklus
tenaga uap sederhana tanpa irreversibilitas, penurunan tekanan secara fraksional
tidak akan terjadi di dalam boiler dan kondenser, dan fluida kerja akan mengalir
melalui komponen-komponen pada tekanan konstan.
Gambar 3. Siklus Rankine Superheat
(Sumber : Fundamentals of Engineering Thermodynamics Handbook, Micheal J. Moran)
Selain itu dengan tidak adanya irreversibilitas dan perpindahan kalor dengan
lingkungan sekitar, proses yang melalui turbin dan pompa adalah isentropik.
Siklus Rankine dapat dilihat pada gambar 3.
Proses Siklus Rankine
• 1 – 2 : Ekspansi isentropik dari fluida kerja melalui turbin dari uap jenuh pada
kondisi 1 hingga mencapai tekanan kondenser.
• 2 – 3 : Perpindahan kalor dari fluida kerja ketika mengalir pada tekanan
konstan melalui kondenser dengan cairan jenuh pada kondisi 3.
• 3 – 4 : Kompresi isentropik didalam pompa menuju ke kondisi 4 dalam
daerah cair hasil kompresi.
• 4 – 1 : Perpindahan kalor ke fluida kerja ketika mengalir pada tekanan
konstan melalui boiler.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. SiklusRankineadalah siklustermodinamika yang


mengubahpanasmenjadikerja.Terdapat 4 proses dalamsiklusRankine,
setiapsiklusmengubahkeadaanfluida (tekanandan/atauwujud).

Proses 1 : Fluida dipompa dari tekanan rendah ke tekanan tinggi dalam bentuk
cair. Proses ini membutuhkan sedikit input energi.

Proses 2 : Fluida cair bertekanan tinggi masuk ke boiler di mana fluida


dipanaskan hingga menjadi uap pada tekanan konstan menjadi
uap jenuh.

Proses 3 : Uap jenuh bergerak menuju turbin, menghasilkan energi listrik. Hal
ini mengurangi temperatur dan tekanan uap, dan mungkin
sedikit kondensasi juga terjadi.

Proses 4 : Uap basah memasuki kondenser di mana uap diembunkan dalam


tekanan dan temperatur tetap hingga menjadi cairan jenuh.

2. EvaluasiKerjaUtamadanperpindahanKalormeliputievaluasiKerjadanperpindaha
nkalorpadaTurbin, Pompa, Boiler danKondenser.
3. Peningkatantekanan boiler padasiklusRankine ideal
cenderungmeningkatkanefisiensi thermal,
sedangkanpenurunantekanankondensercenderungmeningkatkanefisiensi
thermal.
4. IreversibilitasdanRugiutamameliputibagianpompadankondenser ( Internal ),
Ireversibilitasdalamturbinmenyebabkanpenurunan yang
cukupsignifikandalamkeluarandayanettodaripembangkittenaga,
sedangkanIreversibilitaspompamemilikipengaruh yang
lebihkecilterhadapkerjanettosiklusdibandingkandenganIreversibilitasdalamturbi
n.
3.2. Saran
Dari pembahasan Makalah Seminar Fisika ini, penulis menyarankan:

1. Untuk mengembangkan kajian mengenai Analisis siklus Rankine dalam


sistem pembangkit tenaga uap, perlu mempelajari masalah sistem pembangkit
tenaga uap secara menyeluruh/ lebih kompleks dan mempelajari materi
termodinamika sebelumnya serta menambah referensi lebih banyak yang
menunjang
DAFTAR PUSTAKA

A Chengel, Yunus dan Michael A Boles. 2006. Thermodynamics an


engineeringapproach fifth edition.MC Graw Hill. USA. 560

Basyirun, S. Pd, M.T., Dkk. 2008. Buku Ajar Mesin Konversi Energi. Universitas
Negeri Semarang: PKUPT UNNES/ Pusat Penjamin Mutu

Daramy Yunus, Asyari. 2005. Diktat Termodinamika II. Jakarta: Universitas


Darma

Moran Micheal. J, Shapiro Howard. N terjemahan oleh nugroho Yulianto


Sulistyo. 2004. Termodinamika Teknik, Jilid 1, Edisi 4, Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai